Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBILOGI INDUSTRI

PEWARNAAN SEDERHANA

DOSEN PENGAMPU :
1. Ir. EMANAULI M.P
2. DIAN WULANSARI, S.TP.,M.Si
3. FAUZIAH FIARDILLA, S.TP.,M.Si

NAMA : NUR BAITI


NIM : D1C122060
KELAS : R004
SHIFT : 2

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri termasuk sebagai mikroorganisme yang memiliki daya


sebar paling luas di alam. Tingkat daya sebar yang tinggi disebabkan oleh
kemampuan bakteri untuk hidup di berbagai tempat dan mampu
menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Sel-sel individu bakteri memiliki berbagai macam bentuk yaitu, coccus,
basil dan spiral. Bakteri dapat hidup soliter ataupun berkoloni dan
memperbanyak dirinya dengan cara membelah diri. Bakteri memiliki
berbagai macam bentuk diantaranya, bentuk batang/basil, bulat/kokus,
lengkung/spiral.

Mikroorganisme terutama spesies bakteri merupakan makhluk


hidup yang berukuran sangat kecil dan tipis sehingga sulit untuk
mengetahui struktur tubuhnya meskipun dilihat menggunakan mikroskop.
Selain karena ukurannya yang sangat kecil, bakteri juga tidak mampu
mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Untuk itu, para ahli
mikrobiologi bereksperimen untuk menemukan suatu cara dalam
memahami struktur tubuh sel bakteri. Salah satu cara yang digunakan para
ahli dalam melihat dan memahami struktur sel bakteri yaitu melalui teknik
pewarnaan bakteri. Dalam teknik pewarnaan, dipelukan sebuah zat warna
untuk memberikan warna pada bakteri atau latar belakangnya. Zat warna
yang diberikan pada bakteri akan mengadsorpsi dan membiaskan cahaya
sehingga menyebabkan peningkatan kontras dari sekeliling
mikroorganisme atau bakteri yang di analisis.

Teknik pewarnaan bakteri terbagi dalam beberapa jenis. Yaitu


pewarnaan sederhana, pewarnaan gram pewarnaan spora. Pewarnaan yang
paling umum digunakan dalam identifikasi bakteri adalah pewarnaan
gram. Dalam pewarnaan gram, bakteri diklasifikasikan ke dalam dua
golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Tujuan dari
pewarnaan gram adalah mempermudah pengamatan struktur dalam bakteri
misalnya dinding sel, memperjelas ukuran sel bakteri dan mengetahui sifat
fisika kimia bakteri. Selain pewarnaan gram, terdapat suatu pewarnaan
yang dapat mengamati struktur bakteri secara lebih spesifik yaitu
pewarnaan endospora. Dalam pewarnaan endospore, bakteri diberi zat
pewarna untuk membedakan antara sel vegetative dan sel spora.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mempertinggi kontras antara sel dan sekelilingnya dengan
mengamati ciri – ciri tertentu mikroba.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri termasuk kedalam suatu mikroorganisme dengan dinding sel tidak


brwarna dan sulit untuk diamati dibawah mikroskop. Dalam mempermudah
melakukan pengamatan struktur sel suatu bakteri maka diperlukan suatu
pewarnaan atau yang lazimnya disebut dengan pengecatan bakteri. Zat pewarna
yang digunakan dalam teknik pewarnaan akan bereaksi dengan sel bakteri yang
mengandung berbagai macam komponen seperti asam nukleat dan protein
(Wulandari et al., 2020).

Salah satu teknik pewarnaan bakteri yang sering digunakan dalam


identifikasi jenis bakteri adalah pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan
teknik pewarnaan yang memiliki tujuan untuk identifikasi bakteri melalui
perbedaan gram positif dan gram negatif yang dihasilkan melalui pewarnaan
dengan zat pewarna kristal violet dan safranin. Prinsip dari teknik pewarnaan ini
yaitu didasarkan pada ikatan ion antara komponen seluler bakteri dengan senyawa
aktif yang terdapat did alam zat pewarna, atau yang biasa disebut kromagen.
Pewarnaan gram membantu mempermudah pengamatan struktur dalam bakteri
misalnya dinding sel memperjelas ukuran sel bakteri dan mengetahui sifat fisika
kimia bakteri. Bakteri dalam pewarnaan gram dibedakan menjadi gram positif dan
gram negatif (Wardiyah, 2017).

Penentuan apakah bakteri termasuk ke dalam kelompok gram positif atau


gram negatif dilihat dari hasil akhir pewarnaan gram. Apabila setelah tahap akhir
pewarnaan bakteri berwarna ungu maka bakteri tersebut termasuk kelompok gram
positif, sedangkan jika bakteri berwarna merah setelah tahap akhir pewarnaan
maka termasuk kelompok gram negatif (Riski et al 2017).

Dinding sel bakteri memiliki peran utama dalam pewarnaan gram. Dinding
sel merupakan salah satu bagian dari sel bakteri yang memiliki fungsi untuk
memberi bentuk sel dan sebagai dukungan structural. Dinding sel pada jenis
bakteri gram positif memiliki struktur yang tebal yaitu berkisar antara 15-80 nm
dengan sedikit kandungan lemak (1-4%). Gram positif mempunyai peptidoglikan
lebih banyak. pada dinding selnya sehingga dapat mempertahankan zat pewarna
kristal violet namun tidak maksimal menyerap pewarna safranin. Hal ini
menyebabkan bakteri gram positif terlihat berwarna ungu kontras ketika diamati
di bawah mikroskop cahaya. Sedangkan bakteri gram negatif, dinding selnya
memiliki peptidoglikan yang lebih tipis yaitu hanya berkisar antara 10.15 nm
namun memiliki kandungan lemak yang lebih besar (11-24%). Dinding sel bakteri
gram negatif tidak mampu menyerap atau mempertahankan zat warna kristal
violet lebih banyak sehingga zat pewarna ini mudah luntur ketika pencucian
dengan alcohol 96%, sebaliknya jenis bakteri ini mampu menyerap zat warna
safranin dengan maksimal sehinnga akan terlihat berwarna merah kontras ketika
diamati di bawah mikroskop cahaya (Jiwintarum et al., 2016).

Alasan mengapa bakteri yang tergolong gram positif tetap berwarna ungu
setelah tahap akhir pewarnaan yaitu karena bakteri jenis ini mempunyai
kandungan peptidoglikan yang lebih tebal pada dinding selnya sehingga mampu
menyerap dan mengikat zat warna kristal violet lebih kuat dan menjadi tidak
mudah luntur ketika diberi decolorizing agent seperti alcohol 96%. Sedangkan
bakteri gram negatif memiliki peptidoglikan yang lebih tipis pada dinding sel nya
sehingga kemampuannya dalam menyerap dan mengikat zat warna kristal violet
lebih kecil. Pada akhir pewarnaan, bakteri gram negatif akan menyerap dan
mengikat zat warna safranin yang berwarna merah. Peptidoglikan atau yang biasa
disebut dengan murein adalah polisakarida yang tersusun dari asam N-asetil
glukosamin dan asam N-asetil muramat dan dihubungkan dengan rantai peptide
pendek. Susunan tersebut yang menyebabkan dinding sel bakteri menjadi lebih
kaku, sehingga semakin tebal lapisan peptidoglikan maka dinding sel bakteri akan
semakin kaku (Lande et al., 2019).

Pewarnaan gram pada bakteri memiliki kelebihan dan kekurangannya


tersendiri. Beberapa kelebihan dari pewarnaan ini yaitu, metode pewarnaan yang
cukup sederhana, tidak memerlukan biaya yang mahal, dan proses pewarnaan
berlangsung lebih cepat dibandingkan kultur bakteri. Sedangkan kekurangan dari
metode ini yaitu, hanya bisa mengidentifikasi ukuran dan bentuk bakteri saja,
struktur sel bakteri yang dapat diidentifikasi hanya dinding sel dan vakuola,
kondisi pewarnaan gram serta morfologi bakteri terkadang berubah karena terapi
antimikroba (Bulele et al., 2019).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Mikrobiologi industri mengenai pewarnaan sederhana


dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Oktober 2023 pukul 09.30 -11.10 WIB diruangan
laboratorium Biologi jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
jambi.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Pipet tetes

2. Mikroskrop

3. Jarum Ose

4. Gelas Piala

5. Bunsen

6. Obiek glass dan Cover glass

7. Tissue

3.2.2 Bahan

1.Roti Berjamur

2.Yogurt

3.Air tahu

4.Air Galon

3.3 Prosedur Kerja

Persiapan olesan sampel dengan Langkah – Langkah berikut:


1.Ambil aquades dengan menggunakan jarum, ose kemudian taruh dipermukaan
kaca objek yang sebelumnya telah dipersiapkan dengan alkohol 70%

2.Ambil contoh dari koloni yang di inginkan dengan menggunakan jarum ose

3.Campurkan contoh dari koloni dengan aquades diatas kaca obiek Jaga agar tidak
mengambil contoh terlalu banyak atau hanya sampai membuat aquades sedikit
keruh

4.Biarkan olesan kering- udara

Pewarnaan Gram

1.Teteskan pewarna kristal violet pada olesan, kemudian biarkan selama 1 menit

2.Bilas objek dengan aquades

3.Teteskan alcohol pada olesan secara merata putar – putar dan miringkan kaca
objek ke kanan dan ke kiri, lanjutkan penambahan alcohol sampai mengalir dari
kaca objek. Proses ini harus di lakukan pada kisaran waktu 5-10 detik.Penggunaan
alcohol berlebihan atau alokasi waktuyang kurang akan memberikan hasil yang
keliru

4.Segera bilas dengan aquades

5.Teteskan safranin dan biarkan selama lebih kurang 30 detik- 1 menit.

6.Bilas dengan aquades

7.Keringkan secara perlahan dengan menggunakan tisu

8.Amati pewarnaan dengan menggunakan mikroskop.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut ini tabel hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum
yang berjudul “Pewarnaan Gram” .

N Sampel Perbesaran Gambar Hasil


O
1 Yogurt 10 Merah
(-)
Ungu
(+)

2 Roti 40 Merah
muda
(-)

3 Air tahu 40 Ungu


(+)

4 Air galon 10 ungu


(+)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan judul "Pewarnaan Gram", dilakukan
pengamatan dan pemahaman mengenai teknik pewarnaan bakteri. pewarnaan
gram. pewarnaan endospora, bentuk sel bakteri, dan zat warna tinta kristal violet.
Identifikasi suatu mikroorganisme bertujuan untuk mengetahui morfologi, sifat
fisiologis, dan genetika daripada mikroorganisme tersebut. Identifikasi dan
konfirmasi jenis mikroorganisme terutama bakteri, dapat dilakukan dengan
beberpa metode diantaranya, teknik pewarnaan, reaksi biokimia, dan reaksi
ensimatis. Umumnya, bakteri bersifat mudah bereaksi dengan zat pewarna
sederhana sebab sitoplasma bakteri bersifat basofilik atau suka akan suasana basa,
dimana zat pewarna yang sering digunakan dalam pewarnaan bakteri bersifat
basa/alkalin. Menurut Virgianty & Cindy (2017), pewarnaan bakteri berfungsi
untuk mempermudah pengamatan bakteri dengan bantuan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk sel bakteri, melihat struktur luar dan dalam sel
bakteri, dan meningkatkan kontras antara bakteri dengan lingkungan sekitarnya.

Dari praktikum yang telah dilakukan di ketahui bahwa


4.2.1 Yogurt
Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari susu yang telah
dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri tertentu sampai diperoleh
keasaman, bau dan rasa yang khas, tanpa penambahan bahan lain. Dimana pada
proses pembuatan yoghurt fermentasi selama + 8 jam yang menghasilkan bakteri
asam laktat (BAL). Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri baik yang
berperan dalam sistem imun manusia. Tujuan; Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis bakteri asam laktat dan total bakteri asam pada yoghurt dengan
variasi sukrosa dan susu skim. Bahan dan Metode; Penelitian eksperimen dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada produk A1 (sukrosa 10 gram dan susu
skim 200 ml), A2 (sukrosa 20 gram dan susu skim 200 ml), A3 (sukrosa 30 gram
dan susu skim 200 ml) dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC).
Hasil; Hasil penelitian didapatkan jenis bakteri yaitu lactobacillus yaitu bakteri
gram positif yang berbentuk basil, dinding selnya menyerap warna violet dan
memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal (20-80 nm). Pada total bakteri asam
laktat didapatkan jumlah produk A1 sebesar 6,924 log cfu/ml, A2 sebesar 7,006
log cfu/ml, A3 sebesar 7,054 log cfu/ml. Kesimpulan; Semakin tinggi variasi
sukrosa dan susu skim maka aktivitas bakteri asam laktat semakin tinggi karena
dipengaruhi dengan adanya sukrosa yang merupakan sumber karbon untuk
pertumbuhan mikroorganisme dan adanya susu skim sebagai sumber nitrogen dan
sumber nutrisi yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan bakteri asam laktat.

4.2.2 Roti

Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan pada pembusukan roti adalah
Rhizopus stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp dan Geotrichum sp serta juga bisa
terdapat Aspergillus sp dan lainnya. Aspergillus sp memiliki konidiofor tidak
bercabang yang masing-masing menghasilkan kepala konidia Tunggal dalam roti
adalah Aspergillus sp. Dikatakan bahwa tepung terigu yang menjadi bahan dasar
dalam pembuatan roti tawar mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi
pati dapat dihidrolisis menjadi gula-gula sederhana oleh mikroorganisme
khususnya jamur karena gula-gula sederhana merupakan sumber nutrisi utama
bagi mikroorganisme. Hal inilah yang meyebabkan jamur dapat
tumbuh pada roti tawar.

Salmonella typhi, Aspergillus sp., dan Yeast bacillus Salmonella typhi


termasuk kedalam kelompok bakteri yaitu bakteri gram negatif. Hal ini sesuai
dengan morfologi dari Salmonella typhi yaitu berupa bakteri gram negatif yang
tidak memiliki spora, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat instraseluler
fakultatif dan anaerob fakultatif. Ukuran dari bakteri Salmonella typhi berkisar
antara 0,7-1,5 x 2-5 µm, memiliki antigen somatik, antigen flagel 2 fase dan
antigen kapsul (Vi). Bakteri jenis ini tahan terhadap Selenit dan Natrium
deoksikolat yang mampu. membunuh bakteri enterik lain, menghasilkan
endotoksin, dan protein invasin. Bakteri Salmonella typhi termasuk kedalam
bakteri gram negatif yang dibuktikan dengan hasil pewarnaan Gram, bakteri ini
tidak mampu mempertahankan pewarna Gram kristal violet setelah melalui proses
peluruhan warna sehingga menghasilkan warna merah muda saat akhir
pewarnaan. Ketidakmampuan bakteri gram negatif dalam mempertahankan
pewarna Gram diakibatkan oleh tipisnya lapisan peptidoglikan pada dinding sel
sehingga tidak mampu menahan pewarna di dalam sel bakteri (Cita Yatnita, 2011).
4.2.3 Air tahu

Wama ungu yang mucul menandakan bakteri gram positif, karena


hilangnya pewarna safranin pada waktu dekolorisasi dengan alkohol kemudian sel
bakteri menyerapkristal violet. Karena bakteri gram negatif mengandung lipid
lebih tinggi sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah

terdehidrasi akibat perlakuan dengan alkohol. Pemberian alkohol berfungsi


untuk dekolorisasi bakteri, sehingga menyebabkan zat utama dalam sel muncul.
Dinding sel yang terdehidrasi menyebabkan daya permeabilitasnya berkurang
sehingga zat warna merah keluar dari sel kemudian sel akan menyerap kristal
violet.

4.2.4
Prosedur pewarnaan gram yang dilakukan sama seperti pewarnaan gram
yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun fungsi-fungsi penambahan warna pada
pewarnaan bakteri gram yaitu, pewarna Kristal ungu ditambahkan sebagai
pemberi warna awal, mordan ditambahkan untuk memperkuat ikatan pada dinding
sel sehingga warna yang dilihat dapat terlihat lebih jelas, aseton alkohol
ditambahkan sehingga pada bakteri gram negatif yang mengandung
peptidoglikan. Safranin ditambahkan untuk memberikan kompleks warna merah
pada bakteri gram negatif sehingga bakteri gram negatif menjadi berwarna merah
sedangkan pada bakteri gram positif pewarna safranin tidak berpengaruh sehingga
bakteri gram positif tetap berwarna ungu. Setelah dilakukan pewarnaan gram dan
diamati pada mikroskop, bakteri yang teramati yaitu bakteri berbentuk basil dan
berwarna merah muda sehingga dapat dikatakan terdapat bakteri E. Colli.
Kemudian diamati pada mikroskop lalu dilihat warna dan bentuk bakterinya. Dari
hasil pengamatan, jenis bakterinya adalah E.coli yang berbentuk batang, gram
negatif dan tidak ada spora. Hal tersebut menandakan bahwa sampel air isi ulang
tersebut tidak layak dikonsumsi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


pewarnaan bakteri merupakan suatu teknik identifikasi bakteri untuk menentukan
sifat morfologis, sifat fisiologis, dan untuk klasifikasi bakteri. Teknik pewarnaan
ini terbagi menjadi tiga yaitu, pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial atau
pewarnaan gram, dan pewarnaan structural. Pada praktikum kali ini, jenis
pewarnaan yang digunakan yaitu pewarnaan sederhana secara negatif dengan zat
pewarna yang digunakan adalah tinta cina dan bakteri yang diidentifikasi adalah:
Bacillus subtilis. Berdasarkan data hasil pengamatan, didapatkan bentuk dari
bakteri hasil pewarnaan gram dan pewarnaan endospora. Pada pewarnaan gram,
bakteri yang termasuk kelompok gram negatif memiliki bentuk diplobasil dengan
warna merah, dimana warna ini merupakan hasil dari penyerapan zat warna
safranin. Sedangkan bakteri yang termasuk kelompok gram positif memiliki
bentuk basil berwarna ungu yang menunjukkan bahwa bakteri ini mengandung
peptidoglikan tebal pada dinding selnya sehingga mampu mengikat zat warna
kristal violet pada tahap pewarnaan awal. Pada pewarnaan endospora, sel
vegetative yang terwarnai akan berwarna merah sedangkan endospora akan
berwarna hijau sebab mampu mengikat zat warna malasit hijau lebih kuat.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan kepada praktikan adalah praktikan diharapkan


lebih focus, teliti, dan tertib, saat proses praktikum berlangsung agar praktikum
dapat terlaksana dengan baik tanpa kendala. Praktikan juga diharapkan untuk
lebih banyak membaca dan memahami literatur terkait dengan materi praktikum
untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai materi pewarnaan
gram dan endospora.
DAFTAR PUSTAKA

Bulele, T., Rares, F., dan John. P. 2019. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan
Gram pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol 7(1): 30-36.
Jiwintarum. Y., Prayuda, D. P., dan Rohmi 2016. Buah Naga (Hylocereaus
polyrhizuz) Sebagai Pewarna Alami Untuk Pewarnaan Bakteri. Jurnal
Kesehatan Prima. Vol 10(2): 1726-1734.
Lande, F. R., Widayat, W., dan Sastyarina, Y. 2019. Isolasi Bakteri Termofilik dari
Tanah Hutan Mangrove. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conference
Riski, K., Abrar, M., dan Fakhrurrazi. 2017. Isolasi Bakteri Staphylococcus aureus
Pada Ikan Asin Talang-talang (Scomberoides commersonnianus) di
Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner. Vol 1(3): 366-374.
Wulandari, A., Manalu, R., Hamida, F., Wenas, D., Bahri, S., dan Syafriana,
V.2020.
Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Institut Sains dan Teknologi
Nasional.
Wardiyah, Yusmaniar, dan Khairun, N. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi.

Jakarta: Pusat Pendidikan Kesehatan Republik Indonesia.Pp

Anda mungkin juga menyukai