PEWARNAAN SEDERHANA
DOSEN PENGAMPU :
1. Ir. EMANAULI M.P
2. DIAN WULANSARI, S.TP.,M.Si
3. FAUZIAH FIARDILLA, S.TP.,M.Si
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Dinding sel bakteri memiliki peran utama dalam pewarnaan gram. Dinding
sel merupakan salah satu bagian dari sel bakteri yang memiliki fungsi untuk
memberi bentuk sel dan sebagai dukungan structural. Dinding sel pada jenis
bakteri gram positif memiliki struktur yang tebal yaitu berkisar antara 15-80 nm
dengan sedikit kandungan lemak (1-4%). Gram positif mempunyai peptidoglikan
lebih banyak. pada dinding selnya sehingga dapat mempertahankan zat pewarna
kristal violet namun tidak maksimal menyerap pewarna safranin. Hal ini
menyebabkan bakteri gram positif terlihat berwarna ungu kontras ketika diamati
di bawah mikroskop cahaya. Sedangkan bakteri gram negatif, dinding selnya
memiliki peptidoglikan yang lebih tipis yaitu hanya berkisar antara 10.15 nm
namun memiliki kandungan lemak yang lebih besar (11-24%). Dinding sel bakteri
gram negatif tidak mampu menyerap atau mempertahankan zat warna kristal
violet lebih banyak sehingga zat pewarna ini mudah luntur ketika pencucian
dengan alcohol 96%, sebaliknya jenis bakteri ini mampu menyerap zat warna
safranin dengan maksimal sehinnga akan terlihat berwarna merah kontras ketika
diamati di bawah mikroskop cahaya (Jiwintarum et al., 2016).
Alasan mengapa bakteri yang tergolong gram positif tetap berwarna ungu
setelah tahap akhir pewarnaan yaitu karena bakteri jenis ini mempunyai
kandungan peptidoglikan yang lebih tebal pada dinding selnya sehingga mampu
menyerap dan mengikat zat warna kristal violet lebih kuat dan menjadi tidak
mudah luntur ketika diberi decolorizing agent seperti alcohol 96%. Sedangkan
bakteri gram negatif memiliki peptidoglikan yang lebih tipis pada dinding sel nya
sehingga kemampuannya dalam menyerap dan mengikat zat warna kristal violet
lebih kecil. Pada akhir pewarnaan, bakteri gram negatif akan menyerap dan
mengikat zat warna safranin yang berwarna merah. Peptidoglikan atau yang biasa
disebut dengan murein adalah polisakarida yang tersusun dari asam N-asetil
glukosamin dan asam N-asetil muramat dan dihubungkan dengan rantai peptide
pendek. Susunan tersebut yang menyebabkan dinding sel bakteri menjadi lebih
kaku, sehingga semakin tebal lapisan peptidoglikan maka dinding sel bakteri akan
semakin kaku (Lande et al., 2019).
METODOLOGI
3.2.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Mikroskrop
3. Jarum Ose
4. Gelas Piala
5. Bunsen
7. Tissue
3.2.2 Bahan
1.Roti Berjamur
2.Yogurt
3.Air tahu
4.Air Galon
2.Ambil contoh dari koloni yang di inginkan dengan menggunakan jarum ose
3.Campurkan contoh dari koloni dengan aquades diatas kaca obiek Jaga agar tidak
mengambil contoh terlalu banyak atau hanya sampai membuat aquades sedikit
keruh
Pewarnaan Gram
1.Teteskan pewarna kristal violet pada olesan, kemudian biarkan selama 1 menit
3.Teteskan alcohol pada olesan secara merata putar – putar dan miringkan kaca
objek ke kanan dan ke kiri, lanjutkan penambahan alcohol sampai mengalir dari
kaca objek. Proses ini harus di lakukan pada kisaran waktu 5-10 detik.Penggunaan
alcohol berlebihan atau alokasi waktuyang kurang akan memberikan hasil yang
keliru
4.1 Hasil
Berikut ini tabel hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum
yang berjudul “Pewarnaan Gram” .
2 Roti 40 Merah
muda
(-)
4.2.2 Roti
Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan pada pembusukan roti adalah
Rhizopus stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp dan Geotrichum sp serta juga bisa
terdapat Aspergillus sp dan lainnya. Aspergillus sp memiliki konidiofor tidak
bercabang yang masing-masing menghasilkan kepala konidia Tunggal dalam roti
adalah Aspergillus sp. Dikatakan bahwa tepung terigu yang menjadi bahan dasar
dalam pembuatan roti tawar mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi
pati dapat dihidrolisis menjadi gula-gula sederhana oleh mikroorganisme
khususnya jamur karena gula-gula sederhana merupakan sumber nutrisi utama
bagi mikroorganisme. Hal inilah yang meyebabkan jamur dapat
tumbuh pada roti tawar.
4.2.4
Prosedur pewarnaan gram yang dilakukan sama seperti pewarnaan gram
yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun fungsi-fungsi penambahan warna pada
pewarnaan bakteri gram yaitu, pewarna Kristal ungu ditambahkan sebagai
pemberi warna awal, mordan ditambahkan untuk memperkuat ikatan pada dinding
sel sehingga warna yang dilihat dapat terlihat lebih jelas, aseton alkohol
ditambahkan sehingga pada bakteri gram negatif yang mengandung
peptidoglikan. Safranin ditambahkan untuk memberikan kompleks warna merah
pada bakteri gram negatif sehingga bakteri gram negatif menjadi berwarna merah
sedangkan pada bakteri gram positif pewarna safranin tidak berpengaruh sehingga
bakteri gram positif tetap berwarna ungu. Setelah dilakukan pewarnaan gram dan
diamati pada mikroskop, bakteri yang teramati yaitu bakteri berbentuk basil dan
berwarna merah muda sehingga dapat dikatakan terdapat bakteri E. Colli.
Kemudian diamati pada mikroskop lalu dilihat warna dan bentuk bakterinya. Dari
hasil pengamatan, jenis bakterinya adalah E.coli yang berbentuk batang, gram
negatif dan tidak ada spora. Hal tersebut menandakan bahwa sampel air isi ulang
tersebut tidak layak dikonsumsi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Bulele, T., Rares, F., dan John. P. 2019. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan
Gram pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol 7(1): 30-36.
Jiwintarum. Y., Prayuda, D. P., dan Rohmi 2016. Buah Naga (Hylocereaus
polyrhizuz) Sebagai Pewarna Alami Untuk Pewarnaan Bakteri. Jurnal
Kesehatan Prima. Vol 10(2): 1726-1734.
Lande, F. R., Widayat, W., dan Sastyarina, Y. 2019. Isolasi Bakteri Termofilik dari
Tanah Hutan Mangrove. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conference
Riski, K., Abrar, M., dan Fakhrurrazi. 2017. Isolasi Bakteri Staphylococcus aureus
Pada Ikan Asin Talang-talang (Scomberoides commersonnianus) di
Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner. Vol 1(3): 366-374.
Wulandari, A., Manalu, R., Hamida, F., Wenas, D., Bahri, S., dan Syafriana,
V.2020.
Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Institut Sains dan Teknologi
Nasional.
Wardiyah, Yusmaniar, dan Khairun, N. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi.