Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI

“PEWARNAAN BAKTERI”

Dosen Pengampu :

Fauziah Fiardilla, S.TP., M.Si.

Muhammad Ilham Hendra Saputra


J1A220055/R-003
Shift 3

PRODI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1. Latar Belakang ................................................................................................ 3
2. Tujuan .............................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
1. Pewarnaan Bakteri ...................................................................................... 4
2. Pewarnaan Sederhana ................................................................................. 5
3. Pewarnaan Gram ......................................................................................... 5
4. Pewarnaan Negatif ...................................................................................... 6
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................................ 7
1. Waktu dan tempat ................................................................................. 7
2. Alat dan bahan ...................................................................................... 7
3. Prosedur praktikum .............................................................................. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 9
1. Hasil................................................................................................... 9
2. Pembahasan..................................................................................... 10
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13
LAMPIRAN .............................................................................................................. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pewarnaan sederhana merupakan tekhnik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat
sulit,larena selain bakteri itu tidak berwarna juga tranparan dan sangat kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu tekhnik pewarnaan
sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamat. Oleh karena itu
tekhnik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler
maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan
asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan
negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung
bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan
ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut
pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin,
asam pikrat, eosin, dll.
Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga
akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan
terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet,
safranin, dan lain-lain. Teknik pewarnaa asam basa ini hanya menggunaka satu
jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan
sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuknya maupun
susunan sel. Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang
menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk
mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan gram negatif atau
bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati
struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora, dan nukleus.

2. Tujuan
Untuk mempertinggi kontraks antara sel dan sekelilingnya dan mengamati
ciri-ciri tertentu mikroba. Serta untuk mengetahui bakteri gram positif dan
bakteri gram negative.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pewarnaan Bakteri
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana
sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk
sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah
”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya
digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik
(suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan
sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan
positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,
peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna
penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci
dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga
preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan
bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial
dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad
renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan
tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel microbe
atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial.
Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga
dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini
adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.

Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau


membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan
untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan
cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora,
flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk

4
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi.

2. Pewarnaan Sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna
yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus,
basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan
pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu
macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarnapewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan
basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam
bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk
melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang
banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan
fukhsin-karbol (5 detik).

3. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif
dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode
ini diberi nama berdasarkan penemunya,ilmuwan Denmark Hans Christian
Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa
dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti
Mycoplasma sp. Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari
genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia.
Bakteri-bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding
sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum
sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa,
seperti pewarnaan sederhana atau Gram. Dalam pewarnaan gram diperlukan
empat reagen yaitu :
a) Zat warna utama (Violet Kristal)

5
b) Mordan (Larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk
mengintensifkan warna utama.
c) Pencuci atau peluntur zat warna (Alcohol atau Aseton) yaitu solven
organic yang digunakan untuk melunturkan zat warna utama.
d) Zat warna kedua atau cat penutup (Safranin) digunakan untuk
mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah
perlakuan dengan alcohol.

4. Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi
mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini
mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak
mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia,
maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga
penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan
cat nigrosin atau tinta cina.
Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau
negrosin.pewarna asam memiliki negatif charge kromogen,tidak akan
menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada
permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan
latar belakang berwarna.

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

1. Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 15.00 sampai dengan selesai tanggal
4 dan 11 oktober 2023 bertempat di Laboratorium Pengolahan 2, Gedung
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

2. Alat dan bahan


• Alat
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Jarum ose
4. Pipet tetes
5. Bunsen
6. Spiritus
7. Korek api
• Bahan
1. Zat warna merah (kristal violet)
2. Zat warna biru (safranin)
3. Sampel air tahu, roti berjamur, yoghurt (sudah dibuka 24 jam), dan air
gallon.
4. Aquades
5. Alkohol

3. Prosedur praktikum
A. Persiapkan olesan sampel sesuai langkah-langkah berikut :
1) Ambil aquades dengan menggunakan jarum ose kemudian taruh di
permukaan kaca objek yang sebelumnya telah dibersihkan dengan
alkohol 70%.
2) Ambil contoh dari koloni yang diinginkan dengan menggunakan
jarum ose.
3) Campuran contoh dari koloni dengan aquades diatas kaca objek.
Jangan ambil sampel terlalu banyak, campurkan sampel dengan
aquades sampai sedikit mengeruh.
4) Biarkan olesan kering udara.

7
B. Pewarnaan gram
1) Teteskan pewarna merah (kristal violet) pada olesankemudian
biarkanselama satu menit.
2) Bilas objek dengan aquades.
3) Teteskan alkohol pada olesan secara merata, putar dengan jarum ose
kemudian miringkan kekanan dan kekiri. Lanjutkan penambahal
alkohol sampai mengalir dari kaca objek. Proses ini harus dilakukan
pada kisaran waktu 5-10 detik. Penggunaan alkohol berlebihan atau
alokasi waktu yang kurang akan memberikan hasil yang keliru.
4) Segera bilas dengan aquades.
5) Teteskan safranindan biarkan selama kurang lebih 30 detik sampai 1
menit.
6) Bilas dengan aquades.
7) Keringkan secara perlahan dengan menggunakan tissue.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Tabel 1. Data pengamatan bakteri menggunakan alat bantu mikroskop.
No. Sampel Perbesaran Gambar
1. Air tahu

40

10

2. Yoghurt

40

10

3. Roti berjamur

40

10

9
4. Air galon

40

10

2. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dengan beberapa perbesaran
mikroskop yaitu perbesaran 40 dan 10 pada setiap sampel dan diperoleh
hasil yang berbeda-beda.
Pada sampel air tahu setelah dilakukan pewarnaan bakteri diperoleh
hasil berwarna ungu kemerahan pada perbesaran 10. Hasil pada perbesaran
10 belom dapat dipastikan sehingga perlu diamati lagi dengan perbesaran
yang lebih tinggi. Pada perbesaran 40 bakteri yang diamati jadi lebih jelas
dan lebih dominan ke warna merah terang yang menunjukkan bahwa bakteri
pada yang terdapat pada sampel air tahu adalah bakteri gram negative.
Pada sampel yoghurt dapat terlihat bakteri yang bergerombol pada
perbesaran 10. Sedangkan perbesaran 40 bakteri sudah mulai terlihat tetapi
belum dapat dipastikan bakteri gram positif atau negative karena
menunjukkan warna ungu kemerahan sehingga diperlukan perbesaran yang
lebih tinggi lagi.
Pada sampel roti berjamur hasil pengamatan pada perbesaran 10 sudah
diketahui warna pada bakteri yang berkumpul lebih dominan warna ungu.
Pada perbesaran 40 bakteri sangat jelas dan berwarna ungu yang
menunjukkan bahwa pada sampel roti berjamur terdapat bakteri gram
positif.
Pada sampel air galon sedikit sulit untuk menemukan bakteri karena air
galon biasanya cenderung lebih bersih. Pada perbesaran 10 dapat dilihat
hanya terdapat sedikit koloni dari bakteri yang berwarna keunguan. Pada
perbesaran 40 menunjukkan hasil yang sedikit berbeda, yaitu warna yang
sedikit kemerahan. Perlu dilakukan perbesaran yang lebih besar untuk dapat
memastikan bakteri pada air galon.

10
➢ Pewarnaan Positif
Pewarnaan positif bertujuan untuk melihat morfologi sel dengan
menggunakan satu macam zat warna yaitu karbol fuksin, kristal
violet,atau methylene blue. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik sedangkan
zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumya
bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Pada hasil
pengamatan dijumpai beberapa jenis bakteri berbentuk basil berdasarkan
jumlahnya.

➢ Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif, metode ini bertujuan untuk mengamati
morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna. Pada pewarnaan
ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya
menjadi hitam gelap. Jadi mikroorganisme kelihatan transparan (tembus
pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran
sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau
perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel
dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin
atau tinta cina. Pewarna asam memiliki negative charge kromogen, tidak
akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge
pada permukaan bakteri. Oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah
dilihat dengan latar belakang berwarna.

11
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
• Pembuatan sediaan dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung dari
jenis pewarnaannya. Untuk pewarnaan sederhana positif, zat warna yang
digunakan adalah Safranin, sedangkan untuk pewarnaan sederhana
negatif menggunakan zat warna Cristal Violet.
• Hasil pengamatan menunjukkan beberapa jenis bakteri dengan
perbedaan morfologi ada yang berupa bakteri tunggal (mono),
berpasangan (diplo) maupun bergerombol (strepto)

12
DAFTAR PUSTAKA

Zubaidah, Elok et al. 2006. Mikrobiologi Umum. Universitas Brawijaya, Malang.

Irianto, A., Rachmawati, F.N. 2012. Pengaruh suplementasi Bacillus sp. melalui
perifiton terhadap jumlah mikroba intestinal dan gambaran darah ikan
gurami. Skripsi fakultas biologi. Universitas Jendral Soedirman.
Purwokwrto.

Intan N.A. dan Muhammad F.R. 2021. Modul praktikum mikrobiologi pangan.
Fakultas teknologi pangan dan Kesehatan. Universitas Sahid.

Waluyo, lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang.

Yulianna, Ratih N., dan Wiwiek T. 2021. Modul bakteriologi dan mikologi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Tri Handayani, dkk. 2018. Penuntun praktikum mikrobiologi. Prodi Pendidikan


Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam. Universitas Negeri
Jakarta.

13
LAMPIRAN

Sampel air tahu Sampel roti berjamur


perbesaran 100 perbesaran 100

\
Sampel yoghurt Sampel air galon

14

Anda mungkin juga menyukai