Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar
kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari
zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan
pada saat sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Mikrobiologi dan Parasitologi mengenai Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan
Gram , Nukleus dan Spora
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.
Padang, Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
1
1
1
3
7
16
19
20
21
22
31
31
31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas.
Bakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain
mikroskopik, bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras
dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat
sulit. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan
sel bakteri. Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitianpenelitian mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri.
Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mulamula diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau
pewarnaa, salah satunya adalah dengan pewarnaan gram.Pewarnaan gram
merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan
banyak bakteri. Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain
sifat gram, bentuk sel, dan penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram
adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua
kelompok besar, Gram positif dan gram negatif, berdasarka sifat kimia dan fisika
dinding sel mereka, metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
denmark hans Christian gram 1884. Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu
pewarnaan majemuk karena menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Dan
pewarnaan diferensial karena pewarnaan ini mampu mengdeferensiasi atau
membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu
Gram negatif dan Gram positif.
BAB II
PEMBAHASAN
(2) bersifat Alkali, berupa kation dan umum digunakan dalam bentuk
klorida.
Selain zat warna diperlukan zat tambahan yang berfungsi untuk
mengendapkan hasil rekasi zat warna dengan komponen dinding sel bakteri. Zat
tersebut dikenal dengan istilah zat Pematek yang akan melekatkan zat warna
pada plasma sel.
Teknik pewarnaan bakteri dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Pewarnaan Sedehana atau Tunggal, dengan menggunakan satu macam
zat warna seperti : Metilen Blue, Karbol Violet dan Air Fucshin.
Pewarnaan Differensial dengan menggunakan dua atau lebih zat
warna. Pengamatan morfologi bakteri hasil pewarnaan dilakukan di
bawah pengamatan mikroskop.
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena
banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2007) . Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi
untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan.
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan baik
secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung
(melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah untuk :
1.
2.
3.
Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
4.
1. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna
untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat
basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan
sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat
mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa
digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan
karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis
pewarnaan.
Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah mengidentifikasi morfologi sel
bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal. Prinsipnya yaitu pewarnaan ini
hanya menggunakan satu macam zat warna saja. Sebelum zat warna difiksasi
terlebih dahulu pewarnaan ini dipakai untuk melihat bentuk-bentuk bakteri.
Zat warna yang di gunakan adalah Methylen blue, Crystal violet, basic
fuchin atau safranin. Fungsi zat warna: Crystal violet merupakan pewarna primer
(utama) yang akan memberi warna mikrioorganisme target. Crystal violet
bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang
bersifat asam (Sutedjo, 1991).
3.Pewarnaan Khusus
Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai
struktur khusus atau tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, flagel dsb.
Contoh pewarnaan khusus : Pewarnaan Endospora Anggota dari genus
Clostridium, Desulfomaculatum, dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi
endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel
vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam
tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia.
3. Dari kultur kaldu, pengambilan satu atau dua loop kultur sel dapat
langsung dipindahkan ke kaca objek dengan loop inokulasi steril dan sebarkan
secara merata kira-kira sebesar uang logam.
10
11
12
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
memiliki komposisi dinding sel yang sebagian besar tersusun dari lapisan
lipid, sehingga pada saat pewarnaan kurang dapat mempertahankan zat
warna utama terutama saat dicuci dengan alcohol (lipid rusak saat dicuci
dengan alcohol), akibatnya kelompok bakteri ini memberikan
kenampakan warna merah (warna dari zat warna ke dua : safranin atau
air fuchsin) di akhir kegiatan pewarnaan Gram.
14
dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel
15
5. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal
6.
7.
8.
9.
10.
violet.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat.
Peka terhadap streptomisin.
Toksin yang dibentuk Endotoksin.
Perbedaan secara umum antara bakteri gram negatif dan bakteri gram
positif yaitu : Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan
zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan
mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna
penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini
16
Sifat
Komposisi dinding sel
Ketahanan terhadap
4%)
Lebih sensitive
Lebih tahan
penisilin
Penghambatan oleh
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Relatif sederhana
Ketahanaa terhadap
kompleks
Lebih tahan
Kurang tahan
perlakuan fisik
17
18
19
20
Dinding sel bakteri gram positif terdiri atas lapisan Peptidoglikan yang
tebal menjadikan afinitasnya tinggi terhadap Kristal violet dan iod
membentuk senyawa sukar larut dalam alkohol, sehingga tetap
memegang kuat zat utama ( berwarna ungu ).
1. Kelebihan
Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan
terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur
dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram
positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis
antibiotika. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai
makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif
diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan
presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.
2. Kekurangan
21
Genus
Staphylococcus
Penyakit
impetigo, keracunan makanan,
Streptococcus
bronkitis
Enterococcus
pneumonia/radang paru,
Listeria
Bacillus
enteritis
Gram
Clostridium
listeriosis
positif
Mycobacterium
anthrax
Propionibacteriu
tetanus, botulisme
difteri
Mycoplasma
tuberkulosis
jerawat
Gram
Salmonella
pneumonia
Salmonelosis
negatif
Escherichia
gastroenteritis/radang saluran
Shigella
cerna
Neisseria
disentri
22
Bordetella
meningitis, gonorea
Legionella
batuk rejan
Pseudomonas
legionnaires' disease
Vibrio
Campylobacter
kolera
Helicobacter
gastroenteritis
Haemophilus
tukak lambung
Treponema
bronkitis, pneumonia
Chlamydia
sifilis
pneumonia, uretritis, trakoma
23
warna tambahan (merah) bertahan hingga zat warna asli tidak tampak. Dalam
hal ini sediaan bakteri kita katakan gram negatif (Dwidjoseputro,1998).
Menurut Hadioetomo (1988), dinding sel yang lebih tebal pada bakteri
gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi,
menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutnya
kompleks ungu kristal-iodium pada langkah pemucatan. Sedangkan sel-sel gram
negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan
lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Larutan lipid oleh pemucat
yang digunakan dalam pewarnaan gram diduga memperbesar pori-pori dinding
sel dan inilah yang menyebabkan proses pemucatan pada sel-sel gram negatif
berlangsung lebih cepat.
2.3
Pewarnaan Spora
24
25
tubuh dinding yang tebal yang sangat refraktif, dan sangat resisten. Dihasilkan
oleh semua spesies basillus, clostidum, dan sporosarcina. Bakteri yang mampu
membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi
sehingga sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhanya,
terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang di
maksudkan untuk menjadi spora (Pelczar, 2007).
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang. Hal ini
tergantung oleh spesisesnya endospora ada yang lebih kecil ada pula yang lebih
besar dari pada diameter sel induk. Letak sel di dalam sel serta ukurannya dalam
pembentukanya tidaklah sama bagai semua spesies. Sebagai contoh beberapa
spora adalah sental yang dibentuk ditengah-tengah sel, yang kedua adalah
terminal yang dibentuk diujung, ketiga yaitu subterminal yang dibentuk di dekat
ujung. Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi jika keadaan medium
memburuk dan zat-zat yang timbul sebagai zat-zat pertukaran zat bertimbuntimbun dan faktor-faktor luar lainya merugikan tetapi pada beberapa spesies
mampu membentuk spora meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi
dapat di cegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru,
beberapa spesies bakteri dapat kehilangan kemampuanya untuk membentuk
spora-spora dapat tumbuh lagi menjadi bakteri apabila keadaan di luar
menguntungkan. Mula-mula air meresap ke dalam spora, kemudian spora
mengembang dan kulit spora menjadi retak karenanya keretakan ini dapat
terjadi pada salah satu ujung. Tetapi juga dapat terjadi di tengah-tengah spora.
Hal ini merupakan cirri khas bagi beberapa spesies bacillus, jika kulit spora
26
Spora pada bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan tahan bahan
kimia. Spora dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang
tidak mengntungkan bagi bakteri tersebut. Lingkungan yang tidak
memungkinkan atau menguntungkan disebabkan langkanya sumber karbon,
energy dan fosfat. Selain itu bahaya yang bersifat toksik, suhu yang idak sesuai
atau lingkungan yang kering.
Ada dua tipe spora yang terbentuk, yang pertama terbentuk dalam sel,
yang disebut dengan endospora dan spora yang terbentuk diluar sel yang disebut
eksospora. Lapisan bagian luar spora merupakan lapisan penahan yang baik
terhadap bahan kimia, sehingga spora sulit diwarnai. Spora bakteri dapat
diwarnai dengan cara dipanaskan. Pemanasan ini menyebabkan lapisan luar
27
spora mengembang sehingga zat warna dapat masuk, dapat memakai larutan
hijau malakhit dan lauran safranin (Waluyo, 2008).
2.4
Fiksasi
Smear terlalu tebal
Waktu pengecatan tidak tepat
Konsentrasi reaagen
Umur bakteri
Nutrisi
1.
Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna
merekatkan sel bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan granula
(butiran) protein menjadi gugusan reaktif (NH3+) membuat sel-sel lebih kuat,
mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah avinitas, fiksasi dapat dilakukan
secara fisik atau dengan bahan kimia.
2.
pada bayangan mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai akan
lebih mudah pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai
akan lebih sukar dilunturkan warnanya.
3.
Substrata
28
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawasenyawa tertentu. Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti protein,
karbohidrat, lemak dan asam nukleat akan mempengaruhi pewarnaan.
Berdasarkan jenis zat warna yang diserap oleh sel, maka dapat dibedakan tiga
macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill dan sudanofil.
4.
Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan,
yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih
intensif karena zat warna terikat lebih kuat daripada jaringan sel. Mordan dibagi
atas dua macam, yaitu mordan asam dan mordan basa. Mordan asam adalah
mordan yang bereaksi dengan zat-zat warna basa. Sedangkan mordan basa
adalah mordan yang bereaksi dengan anion zat warna asam.
5.
29
Object Glass
Cover Glass
Pipet Tetes
Botol Semprot
Bunsen
Bahan :
Apusan Bakteri
Zat Warna Gentian Violet
Iodine
Alcohol
Zat Warna Safranin/ Air Fuchsin
Aquades
Spiritus
Prosedur :
30
1. Alat- alat :
Lampu bunsen
Pipel
Tabung reaksi
Jarum oase
Mikroskop
Kipas angin
Kaca tipis
Spatula
Gunting
31
Spritus
Kertas saring
Pinset
Cover glass
Pensil
Kertas
2. Bahan Bahan :
-
Aquades
Alkohol 95 % + 70 %
Nigrosin
Larutan logols
Malachite green
Tissue
Crystal violet
Safranin
Methylen
Media Na
Nigrap
Tinta cina
32
Prosedur :
1.
2.
3.
4.
5.
preparat.
6. Diambil secara aseptis suatu koloni dengan menggunakan jarum ose.
7. Tutup koloni tersebut dengan menggunakan kertas saring.
8. Teteskan 2-3 tetes malachite green.
9. Difiksasi diatas lampu bunsen.
10. Diamkan selama 1 menit, setelah itu lepas kertas saring.
11. Bilas dengan akuades selama 30 detik.
12. Teteskan safranin selama 30 detik.
13. Keringkan.
14. Amati dengan mikroskop dan catat hasil.
2.7
33
Di dalam inti terdapat nukleoplasma atau getah inti yang berbentuk gel.
Nukleoplasma mengandung berbagai substansi kimia, seperti ion-ion, protein,
34
enzim, dan nukleotid. Kromatin tersusun atas untaian DNA yang terikat pada
protein dasar. Kromatin berarti materi berwarna, karena sifatnya yang mudah
menyerap warna agar bisa dilihat di bawah mikroskop.
Pada proses pembelahan sel, kromatin menyerap zat pewarna secara intensif
sehingga lebih mudah dilihat. Benang kromatin mengerut (memendek)
menyerupai benang terpilin yang disebut kromosom.
35
36
37
38
39
- Jarigan ditutup dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan Canada balsam
terlebih dahulu.
40
pada struktur padat dan bersifat metakromatik. Terdapat dalam 2 bentuk ,yaitu :
monomer (merah) dan dimer (orange merah).
Hasil pewarnaannya , yaitu : sitoplasma akan berwarna merah, eritrosit akan
berwarna orange merah, nukleus piknotik akan berwarna ungu, dan nukleolus
akan berwarna merah.
Komposisi Eosin
Eosin-alkohol Stock 1%
Eosin y ws 1 gr
aquades 20 ml
Larutkan dan tambahkan alkohol 95% .. 80 ml
Cara kerja :
41
Gambar Menutup kaca benda dengan cover glass (kiri). Hasil pewarnaan HE
pada kulit tebal (kanan).
Hasil
Nukleus berwarna biru.
Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada
42
komponen tertentu.
Gambar irisan jaringan yang telah diwarnai dan ditutupi dengan cover glass
diletakkan di atas slide tray hingga entellan mengering.
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena
banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2007) . Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan.
Pewarnaan gram adalah salah satu teknik pewarnaan diferensial yang
paling penting dan paling luas digunakan untuk bakteri.
Pewarnaan GRAM, bakteri diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kelompok
besar yaitu : Bakteri Gram Positif dan Negatif.
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar.
3.2 Saran
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah mikrobiologi dan parasitologi . Makalah ini jauh dari kesempurnaan.
44
Untuk itu penulis berharap bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan
masukan.
DAFTAR PUSTAKA
45
46
LAMPIRAN
RANGKUMAN HASIL DISKUSI
Tanggal
Moderator
Observer
: Poppy Apriani
Notulen
: Ayu Andira
1. P {Tetry Rahayu Pratama (5)} : Apa perbedaan bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif ?
J {Desi Ratna Sari} :
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.
Sifat
Bakteri garam (+)
Bakteri gram negatif(-)
Komposisi dinding sel
Kandungan lipid rendah (1Kandungan lipid tinggi
4%)
Ketahanan terhadap
Lebih sensitif
Lebih tahan
penisilin
Penghambatan oleh
Lebih dihambat
Kurang dihambat
pewarna basa (VK)
Kebutuhan nutrisi
Kebanyakan spesies relatif
Relatif sederhana
kompleks
Ketahanaa terhadap
Lebih tahan
Kurang tahan
perlakuan fisik
2. P {Fitri Yanti (2) } : Apa kekurangan dan kelebihan pewarnaan spora ?
J {Afrilita Putri Yuza} :
o Kekurangannya yaitu : beberapa spesies dapat kehilangan kemampuanya
untuk membentuk spora-spora dapat tumbuh lagi menjadi bakteri apabila
keadaan di luar menguntungkan.
o Kelebihannya yaitu : dapat mengenal dasar-dasar kimiawi pada
pewarnaan spora dan kinerja dari prosedur untuk membedakan spora
bakteri dan bentuk vegetatif.
3. P {Izzi Wahyuni (2) } : Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan
bakteri?
J { Angelia Yolanda } :
47
a) Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna
merekatkan sel bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan
granula (butiran) protein menjadi gugusan reaktif (NH3+) membuat selsel lebih kuat, mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah avinitas,
fiksasi dapat dilakukan secara fisik atau dengan bahan kimia.
b) Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik
pada bayangan mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai
akan lebih mudah pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang
sukar diwarnai akan lebih sukar dilunturkan warnanya.
c) Substrata
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawasenyawa tertentu. Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti
protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat akan mempengaruhi
pewarnaan. Berdasarkan jenis zat warna yang diserap oleh sel, maka
dapat dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill dan
sudanofil.
d) Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan,
yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai
lebih intensif karena zat warna terikat lebih kuat daripada jaringan sel.
Mordan dibagi atas dua macam, yaitu mordan asam dan mordan basa.
Mordan asam adalah mordan yang bereaksi dengan zat-zat warna basa.
Sedangkan mordan basa adalah mordan yang bereaksi dengan anion zat
warna asam.
e) Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya
dengan zat warna mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk
memberikan warna pada sel-sel yang berbeda warnanya dengan zat
warna mula-mula. Zat warna penutup diberikan pada akhir pewarnaan
dengan tujuan untuk memberikan kontras pada sel-sel yang tidak
menyerap zat warna utama (Sutedjo, 1991).
4. P {Riska (4) }: Apa tujuan dari pewarnaan bakteri gram positif dan negatif ?
J {Dian Agusti Tanjung }:
a. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupun fungi.
b. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
c. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
d. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat
fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.
48
49