Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum

Dosen pembimbing : Hermien Nugraheni Prajoga, SKM, M.Kes

Disusun oleh :

Ayu Wahyu Qomariyah (P1337425117023)

Arni Marliana (P1337425117026)

Reka Suci Anggraini (P1337425117027)

Perisa Lispriandani (P1337425117034)

Denintya Indar Paraswati (P1337425117035)

Febrian Melinda Listyan Safitri (P1337425117041)

Fanny Nurul Rahmawati (P1337425117043)

DIII KEPERAWATAN GIGI SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah

ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih

atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik

materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun

menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan penegakan hukum akhir-akhir ini menjadi perhatian

masyarakat luas yang mulai menunjukkan sikap prihatin karena penegakan hukum

yang terjadi selama ini belum memberikan arah penegakan hukum yang benar

sesuai dengan harapan masyarakat dalam penyelenggaraan Negara hukum

Indonesia.

Masyarakat telah sepakata meletakkan dasar reformasi pada tiga pilar, yaitu

pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang ketiganya bertumpu

kepada hukum dan penegakan hukum. Reformasi di bidang hukum dimulai dengan

melakukan perubahan atau amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD RI 1945) dan dilanjutkan dengan serangkaian

perubahan undang-undang yang berkaitan dengan penyelenggaraan demokrasi dan

undang-undang yang esensinya melanjutkan sikap yang anti KKN dalam lapangan

hukum administrasi dan hukum pidana.

Dalam perjalannya selama kurang lebih 13 tahun, reformasi di bidang hukum

dan penegakan hukum menunjukkan indikasi yang tidak menggembirakan yang

ditandai dengan kecemasan masyarakat terhadap praktek penegakan hukum,

terutama ditujukan kepada tindak pidana korupsi dan tindak pidana dalam

penyelenggaraan Negara.

Pada dua sektor yang terakhir ini (tindak pidana korupsi dan tindak pidana

dalam penyelenggaraan Negara) dalam perkembangannya menunjukkan gelagat

yang tidak menggembirakan dan masyarakat mulai curiga dan meulai tidak percaya

karena ada dugaan terjadinya permainan politik dalam praktek penegakan hukum.

Permainan politik ini tidak sama dengan intervensi politik terhadap aparat penegak
hukum, tetapi lebih jauh lagi terjadi konspirasi antara pemegang kendali

politik/kekuasaan, pembentuk hukum dan dengan aparat penegak hukum dan hakim.

Problem hukum dan penegakan hukum tersebut tercermin dari adanya

indikasi rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap praktek penegakan hukum mulai

merembet naik dan adanya gejala masyarakat cenderung menyelesaikan sendiri di

luar pengadilan meskipun perbuatan tersebut melanggar hukum (melakukan

penghakiman sendiri) dan sekarang mulai ada gerakan untuk menuntut secara resmi

dan pengesahan mengenai penyelesaian perkara di luar pengadilan untuk perkara

pidana serta dibentuknya berbagai komisi independen yang diberi wewenang di

bidang penegakan hukum sebagai bentuk lain dari ketidak percayaan masyarakat

terhadap hukum dan penegakan hukum yang terjadi selama ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penegak hukum?

2. Bagaimana problematika penegakan hukum tindak pidana korupsi di Indonesia

saat ini?

3. Apa saja dampak tindak pidana korupsi bagi penegakan hukum?

4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan supaya penegakan hukum kembali

C. Tujuan

1. Agar mengetahui tentang penegakan hukum

2. Untuk memberi pemahaman serta gambaran problematika penegakan hukum

tindak pidana korupsi

3. Untuk mengetahui dampak tindak pidana korupsi bagi pengakan hukum

4. Untuk mengetahui bagaimana cara agar tidak terjadi tindak pidana korupsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian penegak hukum

Ruang lingkup istilah “penegak hukum” adalah luas sekali, karena mencakup

mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung berkecimpung di bidang

penegakan hukum. Penegak hukum merupakan warga masyarakat, yang mempunyai

hak dan kewajiban tertentu, yakni menegakan (dalam arti memperlancar hukum).

Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. para penegak hukum dapat dilihat pertama-

tama sebagai orang atau unsur manusia dengan kualitas, kualifikasi, dan kultur kerjanya

masing-masing. Kedua, penegak hukum dapat pula dilihat sebagai institusi, badan atau

organisasi dengan kualitas birokrasinya sendiri-sendiri. Penegak hukum merupakan

salah satu komponen sistem hukum sebagaimana yang dikemukakan oleh Friedmann,

yaitu struktural hukum. Adapun mengenai struktural hukum menurut Fredmann

sebagaimana di kutip oleh Abdurrahman.yaitu:

“The moving parts, so to speak of the machine courts are simple and obvious….”

Jika diterjemahkan secara bebas adalah: unsur penggerak, agar lembaga hukum dapat

bekerja secara mudah dan jelas.

Dengan kata lain, Friedmann menggambarkan struktural hukum merupakan

“motor penggerak” yang memungkinkan sistem hukum dapat bekerja secara nyata

dalam masyarakat.

Struktur adalah kerangka atau rangkanya, bagian yang tetap bertahan, bagian

yang memberi semacam bentuk dan batasan secara keseluruhan. Dengan demikian,

struktur hukum pada dasarnya menunjuk pada lembaga-lembaga (hukum) dan lembaga-

lembaga itu meliputi lembaga pembuat undang-undang, pengadilan, polisi, advokat,

termasuk jaksa (kejaksaan), dan lembaga penegak hukum yang secara khusus diatur

oleh undang-undang seperti KPK. Lembaga-lembaga hukum tersebut mengemban tugas

untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum. Tujuan tersebut sering dirumuskan sebagai


menciptakan tata tertib di dalam masyarakat. Dengan demikian, maka apa yang disebut

sebagai lembaga itu adalah pengorganisasian kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-

tujuan hukum tersebut. Pengadilan merupakan salah satu organisasi yang mengemban

tugas sedemikian itu.

Aparat penegak hukum memiliki fungsi yang sangat strategis dan signifikan

dalam menegakan hukum. Hal ini tercermin dari para aparat penegak hukum itu

merupakan salah satu unsur yang paling berpengaruh dalam penegakan hukum.

Bahkan menurut Daniel S. Lev, sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto

Yang menjadi hukum itu ialah praktik sehari-hari oleh pejabat hukum. Kalau

pejabat-pejabat hukum termasuk hakim-hakim, jaksa-jaksa, advokat-advokat, pokrol

bambu, polisi-polisi dan pegawai-pegawai pemerintah pada umumnya berubah ini berarti

bahwa hukum sudah berubah, walaupun undang-undangnya sama saja seperti dulu.

Jadi, menurut penulis wajar jika pada dekade baru-baru ini berkembang asumsi

dan spekulasi negatif di tengah masyarakat yang mengatakan bahwa hukum sekarang

sudah berubah dan keluar dari koridor sebagaimana yang telah diatur undang-undang.

Mungkin inilah salah satu penyebabnya, sebagaimana disebutkan oleh Daniel S. Lev di

atas.

B. Problematika penegakan hukum tindak korupsi di Indonesia saat ini

Negara Indonesia adalah negara modern yang terlahir berdampingan erat

dengan hukum. Hukum sebenarnya digunakan sebagai penegak keadilan bagi

masyarakat yang memang masih belum tercapai. Namun tentu saja, melihat ada

banyaknya parktik negatif penegakan hukum belakangan ini, penegakan hukum di

negara hukum Indonesia ini akan terlihat lemah dan statusnya akan terancam. Sehingga

menyebabkan banyaknya kritik terhadap hukum Indonesia dibanding pujian.

Banyak dari kalangan masyarakat menilai bahwa hukum itu bisa dibeli. Sehingga

bagi mereka yang memiliki kekuasaan, bagi mereka yang memiliki banyak uang bisa
berada di posisi aman walaupun melanggar aturan negara. Apakah pemikiran mereka ini

ada benarnya?

Kemungkinan adanya campur tangan politik/politisi menjadikan robohnya negara

hukum Indonesia. Ada tiga hal penyakit politik, yaitu politik uang, poitik kekerasan, dan

politik yang tidak mencerdaskan. Banyak kasus-kasus yang dibuat rumit. Keadaan

hukum justru diputar balikkan dengan strategi politik.

Semakin banyaknya kasus korupsi memperlihatkan bagaimana perkembangan

hukum pada saat ini. Kalau dilihat dengan seksama, pada masa pemerintahan

terdahulu, korupsi itu minimalis sekali, adapun yang korupsi berkisar jutaan saja, namun

berapa angka nominal para koruptor saat ini, milyaran, triliyunan, alangkah besar-

berlipat ganda, dan bukan satu dua koruptor, tetapi lebih dari itu.

Baru pada masa pemerintahan kali ini, banyak dari kalangan masyarakat secara

umum menilai bahwa penegakan hukum di Indonesia sangatlah buruk. Begitu juga

publik menilai bahwa kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi juga begitu buruk.

Padahal sebelum pemerintahan masa kini, ada penilaian positif terhadap

pemberantasan korupsi.

Tingkat kejahatan terus meninggi, korupsi pun tinggi, kepastian hukum yang

lemah dan rendah, penyelesaian yang tidak berkualitas serta tidak efisiennya

penyelenggaraan negara, jika hal ini terus berlanjut, kepercayaan masyarakat publik

terhadap pemberantasan korupsi dan penegak hukum, khususnya, akan merosot.

Apa yang salah dari sini? Banyak kesalahan yang terjadi, salah satu faktornya

adalah ketidak tegasan hukum di Indonesia. Adanya suap menyuap bagi pihak A

terhadap B, bahkan kasus-kasus penyuapan juga banyak terjadi pada kehidupan sehari-

hari yang juga banyak dilakukan oleh pihak instansi pemerintahan.

Para pengamen-pengamen di jalanan membuat syair berikut “Maling-maling kecil

dipersulit, maling-maling besar dilindungi”. Bisa dilihat kembali dari beberapa kasus

maling sendal, maling buah “maling-maling kecil” yang ditangkap dan begitu dipersulit.
Sedangkan koruptor bisa ‘bernafas lega’ sepuasnya. Diskriminasi mulai terjadi dalam

hukum Indonesia saat ini.

Penegakan hukum yang terjadi saat ini, yang benar bisa menjadi salah yang

salah bisa menjadi benar. Praktik mafia hukum di Indonesia saat ini justru semakin

merajalela. Namun penegakan hukum saat ini sangat lamban, banyaknya kasus

kejahatan-kejahatan yang disikapi secara lamban akan menggerus hukum semakin

rendah.

Kondisi yang demikian atau katakanlah kualitas dari penegakan hukum yang

buruk seperti itu akan sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan dan kekuatan

demokrasi Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang memperjualbelikan

hukum sama artinya dengan mencederai keadilan. Mencederai keadilan atau bertindak

tidak adil tentu saja merupakan tindakan gegabah melawan kehendak rakyat.

Di Indonesia, tujuan hukum adalah untuk membentuk suatu pembentukan negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa serta ikut melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Jika hukum tidak lagi dapat bekerja sesuai

tujuan dan sebagaimana fungsinya maka itu menandakan upaya-upaya reformasi

hukum sudah waktunya dilakukan.

Harus diingat bahwa hukum senantiasa tertuju pada tiga tujuan utama yaitu

kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan atau kegunaan. Ketiga tujuan hukum

tersebut harus termanisfestasi dalam peraturan perundang-undangan hingga

pelaksanaan dalam praktek hukum. Oleh sebab itu, maka bagian kepemerintah dan

aparat penegak hukum harus menyadari hal itu sehingga mampu mewujudkan ketiga

tujuan hukum itu dengan baik dan sungguh-sungguh.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu hukum yang

memang sudah tertera dalam undang-undang, pihak-pihak yang menegakan hukum itu

sendiri, sarana atau fasilitas dalam penegakan hukum, hukum yang tertera dalam
lingkungan masyarakat, dan kebudayaannya sendiri (nilai-nilai yang tertera).

Keefektivitasannya hukum di Indonesia juga bergantung dari faktor-faktor ini.

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka

masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

Pengawasan terhadap kewenangan hakim perlu dilakukan dalam rangka

membatasi kekuasaannya agar tidak bertindak sewenang-wenang. Salah satu caranya

adalah dengan menunjukkan keteladanan dan menekankan pada rasa malu untuk

membuat kesalahan. Dari sinilah akan terlihat martabat seorang hakim.

Namun ada beberapa yang harus dipikirkan dan pertimbangkan lagi, negara ini

akan maju dan baik juga karena adanya kepercayaan masyarakat publik, ketika

keputusan hakim terus dianggap salah, masih adanya ketidak percayaan terhadap

pengadilan dan hukum, maka penegakan hukum secara umum akan selalu dianggap

buruk.

Ada kalanya masyarakat kurang mengetahui alasan-alasan dari pengambilan

keputusan hakim, sehingga hukuman yang tidak sebanding pun dianggap masyarakat

tidak adil. Biarkan keputusan hakim berjalan, adanya opini-opini negatif ataupun kritik

mengenai hukum Indonesia sangatlah wajar, hal ini terkait perkembangan penegakan

hukum itu sendiri. Dari pihak hakim pun harus menunjukkan kepada publik bahwa

penegakan hukum beserta hakim yang terlibat memutuskan hukum memiliki martabat

dan menunjukkan adanya keadilan. Dari situlah penegakan hukum negara Indonesia ini

akan kembali bernilai positif.

Pentingnya menata dan memperbaiki tatanan penegakan hukum negara

Indonesia saat ini perlu dilaksanakan. Konsistensi dalam hukum juga sangat diperlukan

untuk kebaikan penegakan hukum dan keadilan.

Oleh karena itu, bagian terpenting disini, tantangan terberat bagi penegak hukum adalah

mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia saat

ini.
C. Dampak tindak pidana korupsi bagi penegakan hukum

Korupsi adalah penyakit moral dan kecenderungan semakin berkembang dengan

penyebab multifactor, lemahnya penegak hukum mendorong masyarakat lebih berani

melakukan tindakan korupsi, sebab hukuman yang diperoleh lebih ringan dibadingkan

nilai perolehan korupsi.

Pihak yudikatif, eksekutif, dan legislative, yang seharusnya banyak berperan dalam

mendorong gerakan pemberantasan korupsi malah banyak terlibat dan ikut berperan

dalam KKN, sebagai dampak dari penegakan hukum yang lemah :

1. Pelemahan Terhadap Institusi Penegak Hukum

Hukum pada dasarnya dibuat sebagai pedoman dan aturan yang berfungsi

melindungi kepentingan masyarakat dan sebagai alat untuk mengatur ketertiban dan

keteraturan, serta menjamin terwujudnya keadilan sosial dalam masyarakat. Namun,

adanya kepentingan-kepentingan pribadi dari para pemegang kekuasaan sering kali

hukum yang dibuat tidak sebenar-benarnya untuk mewujudkan keadilan sosial dalam

masyarakat. Salah satu fungsi Pemerintah adalah membuat Undang-Undang dan

peraturan- peraturan lainnya. Pelaksanaan terhadap fungsi tersebut dapat

disalahgunakan oleh oknum-oknum pembuat kebijakan yang memiliki kepentingan untuk

melemahkan institusi penegak hukum. Bukan tidak mungkin sebuah pemerintahan yang

korup membentuk suatu aturan hukum yang lemah, sehingga saat dia melakukan

pelanggaran bisa lepas dari jeratan hukum dengan mudah.

2. Merusak Moral Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum adalah ujung tombak dalam mewujudkan masyarakat

yang berkeadilan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya aparatur penegak hukum harus

bertindak adil dan sepenuh hati menjunjung tinggi penegakan keadilan dalam

masyarakat. Perilaku korup yang mencemari institusi hukum dapat merusak moral para
aparatur penegak hukum. Hal ini tentu saja berpengaruh besar terhadap proses

penegakan hukum secara menyeluruh. Adanya tebang pilih dalam proses peradilan, dan

suap menyuap dalam menentukan tuntutan hukum maupun putusan hakim hanya

sebagian hal yang mungkin terjadi apabila moral penegak hukum sudah dirusak oleh

perilaku korup. Apabila penyelenggara hukum dapat disuap, maka akan menyebakan

suatu ketidakadilan yang akan menyebabkan proses hukum menjadi tidak adil. Hal ini

dapat memberi akibat yang buruk terhadap hukum di negara tersebut. Penegakan

hukum di negara tersebut akan dinilai lemah karena dapat diintervensi oleh pihak ketiga.

Hal tersebut tentu saja menjadikan hukum bagaikan harimau tanpa taring, yang tidak

dapat melakukan tugasnya menghukum para pelaku kejahatan sebagaimana ditetapkan

dalam peraturan yang ada. Sebaik apapun undang-undang dan peraturan yang dibuat,

jika aparatur yang melaksanakannya tidak memiliki moral dan kompetensi yang baik

maka sistem peradilan tidak akan berjalan optimal.

3. Masyarakat Kehilangan Kepercayaan Terhadap Institusi Hukum.

Dampak utama korupsi yang terjadi dalam penegakan hukum adalah hilangnya

kepercayaan masyarakat terhadap sistem dan institusi penegakan hukum, yang

dikhawatirkan dengan meningkatnya korupsi maka angka kejahatan yang terjadi juga

meningkat karena masyarakat sudah tidak percaya terhadap kemampuan institusi

penegak hukum dalam melakukan tugas-tugas mereka. Fungsi hukum sebagai

pelindung kepentingan masyarakat, mengatur ketertiban dan keteraturan, serta

menjamin terwujudnya keadilan sosial yang tidak dapat direalisasikan oleh Pemerintah,

membuat masyarakat kecewa dan tidak lagi percaya terhadap proses hukum dan

institusi hukum yang menjalankannya. Hal ini berdampak sangat buruk terhadap

kestabilan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Lemahnya sistem hukum

dalam masyarakat akan memancing setiap orang untuk ikut melanggar aturan, karena

mereka menganggap hukuman-hukuman yang diberikan sangat ringan apabila


dibandingkan dengan keuntungan yang mereka peroleh apabila mereka melanggar

hukum mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

4. Masyaratkat Kecil menjadi Semakin Tersisih Dimata Hukum

Contoh kasus :

Misalkan ada salah satu anggota masyarakat yang membuat kasus kriminal

seperti, Seorang nenek yang ,mencuri singkong disekitar wilayah tanah salah sebuah

perusahaan, dengan alasan ia mencuri untuk mengambil beberapa buah singkong yang

akan ia masak dan nantinya akan ia makan bersama dengan seorang cucunya, nenek

ini adalah rakyat kecil dengan kedaan ekonomi yang sangat memprihatinkan. Ketika

perbuatannya itu diketahui oleh menejer dari perusahaan tersebut, ia merasa marah dan

menginginkan masalah ini diproses pada jalur hukum, maka sang nenek pun terseret

dalam jerat hukum karena menejer tersebut melaporkan sang nenek dengan tindakan

pencurian maka nenek tersebut harus menanggung perbuatannya itu sendiri di meja

hijau, ia di kenakan beberapa pasal dan dijatuhkan hukuman sesuai dengan

perbuatannya dan dikenakan denda pula.

Coba dipikirkan kembali nasib dari pada rakyat kecil yang untuk makan saja

sangat susah, tetapi saat mengalami proses di meja hukum sangat dipersulit, jika

dibandingkan dengan masyarakat dengan ekonomi tinggi yang mampu menyuap aparat

– aparat hukum untuk mendapat kelancaran dari proses hukum, dan tidak perlu diproses

lebih lanjut lagi. Penyuapan dalam kasus hukum telah menjadi realita yang kita ketahui

dizaman sekarang, pejabat – pejabat yang terseret dalam kasus korupsi masih mampu

mendapat keringanan dalam menjalani hukumannya, bagaimana dengan nasib rakyat

kecil.

Maka dampak dari korupsi akan membuat masyarakat kecil semakin tersisi

dimata hukum.

5. Penegakan Hukum tang tidak Merata di Masyarakat


Banyak Masyarakat melihat penegakkan hukum hanya dari sudut pandang yang

tinggi dan besar saja. Maksudnya penegakkan hukum seharusnya tidak hanya terfokus

pada kasus – kasus yang sudah sangat rumit saja, tetapi juga harus diawali pada yang

lebih sederhana contoh kecil dari pada penegakan hukum yakni masyarakat yang usil

dan tidak memperhatikan “Kawasan Bebas Sampah” atau “Dilarang Membuang

Sampah”, penegakan hukum harusnya diterapkan secara ketat agar tidak ada lagi

masyarakat yang melanggar dan membuang sampah, contoh korupsi kecil lain pula

aturan rambu – rambu lalu lintas yang dilanggar, merupakan hal – hal yang sangat kecil

tetapi memiliki dampak yang sangat besar, maka dari itu jika korupsi mampu dilakukan

mulai pada masalah – masalah yang kecil, maka itupun akan terbawa sampai pada

masalah – masalah yang ada dalam lingkup ruang lebih besar / luas. Peneggakan

hukum harus merata disemua kalangan masyarakat, masyakat yang melanggar

peraturan harus diberikan sanksi yang mampu memberikan efek jerah.

6. Merusak Moral

Dampak dari penegakan hukum yang tidak dilaksanakan dengan baik sesuai

dengan hukum akan menjadi kebiasaan masyarakat / warga Negara, merusak moral

karena penegakan hukum yang tidak adekuat sehingga mudah dikendalikan oleh hal –

hal yang mengarah pada sikap korupsi, penegakan hukum yang bisa dibeli, kerjasama

dalam usaha membenarkan yang salah dalam penegakan hukum, akan membuat moral

setiap orang menjadi rusak karena pemahaman – pemahan yang demikian.

D. Bagaimana cara mengatasi masalah penegakan hukum di indonesia

Korupsi bisa terjadi dimana saja dan kepada siapa saja salah satunya kepada penegak

hukum. Korupsi seringkali terjadi disebabkan rendahnya mental seseorang.

Ada berbagai macam cara untuk mengatasi masalah penegakan hukum di Indonesia

yaitu :
1. Didalam rangka penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan

agar lebih memperhatikan rasa keadilan pada masyarakat dan kepentingan nasional

sehingga mendorong adanya kesadaran hukum masyarakat untuk mematuhinya.

2. Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tapi menimbang

serta melihat latar belakang peristiwa, alasan terjadinya kejadian, unsur

kemanusiaan dan juga menimbang rasa keadilan dalam memberikan keputusan.

3. Hakim diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materil yang menyangkut

nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian,

hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencari dan menemukan

kebenaran materil untuk mewujudkan keadilan materiil. Dengan ini diharapkan tidak

ada keputusan yang kontroversial dan memberikan keputusan yang seadil-adilnya

sehigga yang terjadi pada nenek minah tidak terjadi lagi.

4. Hukum seharusnya tidak ditegakkan dalam bentuknya yang paling kaku, arogan,

hitam putih. Tapi harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya mengikuti

hukum dalam konteks perundang-undangan hitam putih semata. Karena hukum

yang ditegakkan yang hanya berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan

menghasilkan putusan-putusan yang kontoversial dan tidak memenuhi rasa keadilan

yang sebenarnya.

5. Hakim sebagai pemberi putusan seharusnya tidak menjadi corong undang-undang

yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan semata tanpa memperdulikan

rasa keadilan. Tapi hakim seharusnya mengikuti perundang-undangan dengan

mementingkan rasa keadilan yang seadil-adilnya. Sehingga keputusannya dapat

memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.

6. Komisi Yudisial sebagai komisi yang dibentuk untuk mengawasi perilaku haki

seharusnya memberi peringatan dan sanksi yang tegas kepada hakim yang

memberikan putusan yang kontroversial dan tidak memenuhi rasa keadilan, juga

yang melanggar kode etik. Hal ini dikarenakan tahun ini saja ada 968 putusan yang
dilaporkan pada Komisi Yudisial dan sekitar 69 persen dilaporkan masyarakt karena

diduga tidak memberikan rasa keadilan.

7. Meningkatkan pembinaan integritas, kemampuan atau ketrampilan dan ketertiban

serta kesadaran hukum dari pelaksana penegak hukum tentang tugas dan

tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan tugasnya penegak hukum benar-benar

melaksanakan asas persamaan hak di dalam hukum bagi setiap anggota

masyarakat.

8. Mencukupi kebutuhan personal, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan

penegakan hukum. Meningkatkan kesejahteraan penegak hukum. Sehingga tidak

ada hakim yang terlibat kasus korupsi.

9. Memberikan pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal secara

berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya penegakan hukum

diIndonesiasehingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan yang berlaku.

10. Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum.

11. Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan di semua tingkat

peradilan.

12. Pemberian sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak

menjalankan tugas dengan semestinya.

13. Harus ada reformasi institusional didalam tubuh lembaga penegak hukum. Bukan

hanya reformasi didalam tubuh Polri dan KejaksaanRItapi juga pada lembaga

penegak hukum lain Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) dan Lembaga

Perlindungan Saksi dan korban ( LPSK ). Hal ini dikarenakan carut – marutnya

hukum yang ada di Indonesiajuga disebabkan karena adanya oknum – oknum yang

tidak bertanggungjawab didalam tubuh lembaga penegak hukum. Kejaksaan sudah

mencanangkan adanya pembaruan didalam tubuh Kejaksaan yakni terkait tentang

perekrutan jaksa, kode perilaku, standar minimum profesi, dan pengawasan sanksi

disiplin. Selain itu saat Kejaksaan juga merencanakan pemangkasan tiga ribu

jabatan jaksa, pengektifan peran pengawasan dan pembinaan, bidang intelejen


ditugasi mencegah perbuatan tercela jaksa, pemberian reward and punishment.

Kepolisian juga telah merencakan meminta setiap jajaran merancang target dalam

waktu tertentu, mengadakan kontrak kerja dan pakta integritas, mengevaluasi secara

rutin kinerja jajaran, transparansi sistem rekrutmen anggota polisi dan proses

pelayanan administarasi.

14. Adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang memberikan terobosan

– terobosan dalam penegakan hukum diIndonesia. Dengan adanya penghargaan ini

diharapkan setiap jaksa maupun hakim berlomba untuk memberikan terobosan yang

bermanfaat bagi penegakan hukum diIndonesia.

15. Perlunya Kapolri dan Jaksa Agung yang berwibawa, yang mempunyai kredibilitas

tinggi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta

orang – orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber dari

kelemahan – kelemahan yang terdaoat pada system politik, penegakan hukum dan

system administrasi Negara dengan birokrasi sebagai perangkat pokoknya.

Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti halnya

delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia

masih begitu rentan terhadap upaya pejabat – pejabat tertentu untuk membelokkan

hukum menurut kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk

menangani tindak pidana korupsi yang sudah diperkarakan bahkan terdakwapun

sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari hukuman. Itulah sebabnya kalau

hukuman yang diterapkan tidak drastis, upaya pemberantasan korupsi dapat

dipastikan gagal.

Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menjadi “jalan tak ada ujung”,

melainkan “jalan itu harus lebih dekat dengan ke ujung tujuan”. Upaya – upaya utnuk

mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur atau system social, dari segi

yuridis, maupun segi etika atau akhlak manusia.


DAFTAR PUSTAKA

didiklaw.blogspot.co.id/2013/10/makalah-tentang-problematika-penegakan.html?m=1

forester-untad.blogspot.co.id/2014/05/makalah-dampak-tindakan-korupsi.html?m=1

https://ilmupemerintahandeden.blogspot.co.id/2016/11/dampak-korupsi-terhadap-
penegakan-hukum.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai