Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HIPOLIPIDEMIK
Mata Kuliah: Farmakologi I
Dosen Pengampu: Ganjar Taufik Patu Rohman, S.Farm.,Apt

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
Eka Taufik Hidayat 33178K19044
Herlina 33178K19019
Putri Riantikasari 33178K19002
Shindy Marila 33178K19030
Syfa Yuniar 33178K19042

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan taufiq serta hidayahnya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Farmakologi I mengenai HIPOLIPIDEMIK yang Insya Allah dengan baik dan tepat
waktu.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi I
dan agar kami juga dapat memahami lebih jelas tentang makalah yang kami buat. Dengan
dibuatnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan kita semua, bagi pembaca pada
umumnya dan kami sebagai penyusun pada khususnya. Makalah yang kami buat memang jauh
dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

Kuningan, 15 Desember 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian hipolipidemik dan hiperlipidemik................................................................2

2.2 Pengobatan Hiperlipoproteinemia.................................................................................2

2.3 Obat Hipolipidemik.......................................................................................................3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................6

3.2 Saran .............................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................6

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan IPTEK menyebabkan perubahan di berbagai


faktor seperti faktor ekonomi dan sosial. Perkembangan tersebut juga menyebabkan perubahan
pada pola hidup manusia. Kebanyakan masyarakat saat ini lebih memilih makanan cepat saji
yang sebenarnya makanan tersebut kurang baik untuk kesehatan, karena banyak mengandung
lemak dengan sedikit serat. Disamping itu, cara hidup yang sibuk menyebabkan tidak adanya
kesempatan untuk melakukan aktifitas fisik yaitu berolahraga. Salah satu perubahan pada pola
hidup  yang seperti ini mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh misalnya
hiperlipidemia.
Survei terkini di 8 negara Asia melaporkan, 50 penduduk Asia gagal menurunkan kadar
kolesterol jahat mereka sesuai target yang disarankan dalam panduan pengobatan. Di Indonesia,
kegagalan ini bahkan mencapai 70%. Jumlah yang sangat besar, tidak mengherankan jika
penyakit-penyakit seperti jantung koroner dan stroke masih menjadi salah satu faktor terbesar
terjadinya kematian di Indonesia dengan angka kematian 17 juta orang pertahun. Prediksi ini
seharusnya membuat kita sadar untuk selalu menjaga kondisi kolesterol dalam keadaan normal.
Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta
kematian akibat hiperlipidemia atau sebesar 7,9% dari jumlah kematian terjadi pada usia muda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipolipidemik & hiperlipidemia ?
2. Pengobatan apa yang dilakukan untuk hiperlipoproteinemia?
3. Apa saja contoh obat hipolipidemik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian dari hipolipidemik dan hiperlipidemik.
2. Pengobatan hiperlipoproteinemia.
3. Untuk mengetahui contoh obat hipolipidemik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hipolipidemik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid. (Farmakologi
dan terapi edisi 5, 2007). Hiperlipidemia adalah suatu kondisi  kadar lipid darah yang melebihi
kadar normalnya. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak dalam darah dan karena sering
disertai peningkatan beberapa fraksi lipoprotein, disebut juga hiperlipoproteinemia.
Hiperlipidemik dapat berupa hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia (Kumalasari, 2005).

2.2 Pengobatan Hiperlipoproteinemia


a. Pengaturan diet
Prinsip utama pengobatan hiperlipoproteinnemia ialah mengatur diet yang
mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma. Individu
dengan berat badan berlebih sebaiknya segera mulai makanan dengan diet penurun berat
badan. Dianjurkan makan makanan rendah kolesterol  (>300 mg/hari), rendah lemak total
(<30% dari kalori) dan rendah lemak jenuh (<10%).  
b. Menghilangkan faktor resiko
Bila individu dengan hiperlipoproteinemia di pacu oleh beberapa penyakit lain  seperti
diabetes melitus, pecandu alkohol atau hipotiroidisme maka  penyakit tersebut harus
diobati. Individu dianjurkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan
pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati hipertensi, olahraga
yang cukup dan pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes.
c. Pemberian obat
Pengobatan hiperlipoproteinemia didasarkan adanya hubungan hiperlipidimia dengan
aterosklerosis (koroner dan perifer), pankreatis akut (dengan hipergliseridemia) dan
tendinitis serta xantoma (kosmetik).
Pengobatan hiperkolesterolemia terutama ditunjukan bagi pasien dengan riwayat
aterosklerosis prematur dalam keluarga dan dengan adanya faktor resiko lain seperti
diabetes melitus, hipertensi, dan merokok.

2
2.3 Obat Hipolipidemik
Beberapa kelas obat hipolipidemik mungkin berbeda dalam dampaknya terhadap profil
kolesterol dan efek samping. Sebagai contoh, beberapa dapat menurunkan "kolesterol jahat"
lipoprotein densitas rendah (LDL) lebih dari yang lain, sementara yang lain mungkin lebih suka
meningkatkan lipoprotein densitas tinggi (HDL), "kolesterol baik". Secara klinis, pilihan agen
tergantung pada profil kolesterol pasien, risiko kardiovaskular, dan fungsi hati dan ginjal pasien,
dievaluasi terhadap penyeimbangan risiko dan manfaat obat. Di Amerika Serikat, ini dipandu
oleh pedoman berbasis bukti yang paling baru diperbarui pada tahun 2018 oleh American
College of Cardiology & American Heart Association.

Statin sangat cocok untuk menurunkan LDL, kolesterol dengan hubungan terkuat dengan
penyakit pembuluh darah. Dalam penelitian yang menggunakan dosis standar, statin telah
ditemukan menurunkan LDL-C sebesar 18% hingga 55%, tergantung pada statin spesifik yang
digunakan. Ada risiko kerusakan otot yang parah (miopati dan rhabdomiolisis) dengan statin.
Hiperkolesterolemia bukan merupakan faktor risiko kematian pada orang yang lebih tua dari 70
tahun dan risiko dari obat statin lebih meningkat setelah usia 85 tahun.

Statin (atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, rosuvastatin dan simvastatin) menghambat


secara kompetitif koenzim 3-hidroksi-3-metilglutaril (HMG CoA) reduktase, yakni enzim yang
berperan pada sintesis kolesterol, terutama dalam hati. Obat-obat ini lebih efektif dibandingkan
obat-obat hipolipidemia lainnya dalam menurunkan kolesterol-LDL tetapi kurang efektif
dibanding fibrat dalam menurunkan trigliserida. Statin dapat mengurangi serangan penyakit
kardiovaskular dan angka kematian pada orang dewasa, berapapun kadar kolesterol awal. Statin
harus dipertimbangkan untuk semua pasien, termasuk untuk orangtua, dengan gejala penyakit
kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner (termasuk riwayat angina atau infark miokard
akut), penyakit arteri oklusif (termasuk penyakit vaskuler perifer, stroke tanpa perdarahan, atau
serangan iskemik transien). Pada pasien diabetes mellitus, risiko peningkatan penyakit
kardiovaskular tergantung pada lamanya dan komplikasi diabetes, usia dan faktor risiko yang
menyertai. Terapi statin harus dipertimbangkan untuk semua pasien usia di atas 40 tahun dengan
diabetes melitus tipe 1 dan 2. Pada pasien berusia muda dengan diabetes, pengobatan dengan
statin harus dipertimbangkan jika terdapat kerusakan organ target, kontrol glikemi yang buruk
(HbA C lebih besar dari 9%), kolesterol HDL yang rendah, peningkatan kadar trigliserida,

3
hipertensi atau riwayat penyakit kardiovaskular dini dalam keluarga. Statin juga digunakan untuk
pencegahan serangan penyakit kardiovaskular pada individu dengan peningkatan risiko tanpa
gejala. Individu dengan risiko penyakit kardiovaskular pada 10 tahun mendatang sebesar 20%
atau lebih, akan mendapat manfaat dari pengobatan statin berapapun kadar kolesterolnya,
penggunaan statin harus dikombinasikan dengan perubahan gaya hidup dan terapi lain untuk
mengurangi risiko kardiovaskuler. Pengobatan dengan statin juga harus dipertimbangkan jika
rasio kadar kolesterol total terhadap kolesterol HDL lebih dari 6.

Peringatan: Statin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit hati
atau peminum alkohol (hindari penggunaan pada penyakit hati yang aktif). Hipotiroidisme harus
diatasi secara memadai sebelum memulai pengobatan dengan statin. Fungsi hati harus diukur
sebelum dan selang 1-3 bulan sejak dimulainya pengobatan dan setelah pengobatan dengan
selang 6 bulan sampai 1 tahun kecuali jika diindikasikan segera karena adanya gejala
hepatotoksisitas. Obat harus dihentikan bila kadar transaminase serum meningkat hingga, dan
bertahan pada 3 kali batas atas nilai normal. Statin harus digunakan hati-hati pada pasien dengan
faktor risiko miopati atau rabdomiolisis. Pasien harus dinasehati untuk melaporkan nyeri  otot
yang tidak dapat diketahui penyebabnya (lihat efek pada otot di bawah). Statin harus dihindari
pada porfiria tapi rosuvastatin dianggap aman.

Kontraindikasi: Pasien dengan penyakit hati yang aktif dan pada kehamilan (karena itu
diperlukan kontrasepsi yang memadai selama pengobatan dan selama 1 bulan setelahnya) dan
menyusui (lihat lampiran 4 dan 5).

Efek Samping: Miositis yang bersifat sementara merupakan efek samping yang jarang tapi
bermakna (lihat juga efek pada otot). Statin juga menyebabkan sakit kepala, perubahan fungsi
ginjal dan efek saluran cerna (nyeri lambung, mual dan muntah). Statin juga menyebabkan sakit
kepala, perubahan uji fungsi hati (hepatitis namun jarang terjadi), parestesia, dan efek pada
saluran cerna meliputi nyeri abdomen, flatulens, konstipasi, diare, mual dan muntah. Ruam kulit
dan reaksi hipersensitivitas (meliputi angioedema dan anafilaksis) telah dilaporkan namun jarang
terjadi.

Efek pada otot: Bila diduga terjadi miopati dan terjadi peningkatan kadar kreatin kinase yang
sangat tajam (lebih dari 5 kali batas atas nilai normal), atau terjadi gejala gangguan otot yang

4
parah, maka statin harus dihentikan. Pada pasien dengan risiko tinggi mengalami efek terhadap
otot, statin tidak boleh mulai diberikan jika kadar kreatin kinase meningkat.

Insiden miopati meningkat bila statin diberikan pada dosis tinggi atau diberikan bersama fibrat,
atau asam nikotinat pada dosis hipolipidemiknya, atau imunosupresan seperti siklosporin.
Diperlukan monitoring yang intensif terhadap fungsi hati dan jika ada gejala, pemantauan kadar
kreatin kinase juga diperlukan pada pasien yang menerima obat ini. Telah dilaporkan pula
rabdomiolisis dengan gangguan fungsi ginjal akut akibat mioglobinuria. Pasien disarankan agar
melaporkan dengan segera apabila terjadi gejala nyeri otot, rasa kaku, atau rasa lemah otot yang
tidak diketahui pasti penyebabnya.

SIMVASTATIN

Indikasi: 

Hiperkolesterolemia primer (hiperlipidemia tipe Ila) pada pasien yang tidak cukup memberikan
respons terhadap diet dan tindakan-tindakan lain yang sesuai; untuk mengurangi insiden kejadian
koroner klinis dan memperlambat progresi aterosklerosis koroner pada pasien dengan penyakit
jantung koroner dan kadar kolesterol 5,5 mmol/l atau lebih.

Efek Samping: 

Ruam kulit, alopesia, anemia, pusing, depresi, parestesia, neuropati perifer, hepatitis, sakit
kuning, pankreatitis; sindrom hipersensitivitas (termasuk angioedema) jarang dilaporkan.

Dosis: 

Hiperkolesterolemia, 10 mg sehari malam hari, disesuaikan dengan interval tidak kurang dari 4
minggu; kisaran lazim 10-40 mg sekali sehari malam hari. Penyakit jantung koroner, awalnya 20
mg sekali sehari malam hari.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Setelah mengetahui dari segi pengertian jadi hipolipidemik adalah obat yang digunakan
untuk menurunkan kadar lipid, sedangkan hiperlipidemia adalah suatu kondisi  kadar lipid darah
yang melebihi kadar normalnya. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak dalam darah
dan karena sering disertai peningkatan beberapa fraksi lipoprotein, disebut juga
hiperlipoproteinemia. Hiperlipidemik dapat berupa hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia.
Dan cara pengobatannya yaitu dengan cara selalu mengatur diet, selain itu memberi obat dan
menghilangkan faktor-faktor resiko yang memacu terjadinya penyakit hiperlipidemia.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini semoga bisa menjadi menambah ilmu kita semua.
Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkam
kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan yang lebih baik kedepannya.

3.3 Daftar Pustaka

1. Titin karisma. 2014. Makalah hipolipidemik.


https://www.scribd.com/document/359307220/makalah-hipolipidemik
[Diakses 15 Desember 2020]
2. Nurmiati ramli. 2013. Hipolipidemik.y MIA.
https://www.academia.edu/35915803/Hipolipidemik_y_MIA
[Diakses 15 Desember 2020]
3. Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015.
Hipolipidemik.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/210-hipolipidemik
[Diaksees 15 Desember 2020]
4. Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Statin.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/210-hipolipidemik/2104-
statin
[Diakses 15 Desember 2020]

Anda mungkin juga menyukai