Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

Percobaan I
Pemilihan Hewan Percobaan

Mata Kuliah : Praktikum Farmakologi II


Dosen Pengampu : Apt. Ahmad Wildan Wisnu Wardaya, M.Farm

Disusun oleh :
Anis Khoirunnisa 33178K19007
Anggi Anggraeni 33178K19018
Putri Riantikasari 33178K19002
Shindy Marila 33178K19030
Maulidina Ambermasha 33178K19075

Program Studi D3 Farmasi


STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2020
A. BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktikum


Seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan, sebagai mahasiswa farmasi sudah seharusnya mengetahui hal-
hal yang berkaitan dengan obat baik dari segi farmasetik, farmakodinamik,
farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya.
Farmakologi sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada
keterkaitan yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit
mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia, dan
ilmu kedokteran klinik. Jadi, farmakologi adalah ilmu yang mengintegrasikan
ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik dan klinik.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu cara
membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat (Sudjadi Bagad,
2007).
Keandalan pengamatan manusia terhadap suatu subyek dalam suatu
pengamatan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukannya suatu alat atau obyek
tertentu untuk dapat membantunya dan yang dapat pula dipergunakan sebagai
subyek dalam penelitian, di antaranya adalah dengan mempergunakan hewan-
hewan percobaan.
Penggunaan hewan percobaan terus berkembang hingga kini. Kegunaan
hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari subyek yang
diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan
sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum
diberikan kepada manusia.
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus
dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan
dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan
lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis,
mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip
kejadiannya pada manusia. Oleh karena itu, kita dapat dan lebih mudah
menggunakan hewan coba sebagai hewan percobaan.
Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah
berjalan sejak puluhan tahun lalu. Agar mengetahui bagaimana cara kita sebagai
mahasiswa maupun sebagai seorang peneliti dalam hal ini mengetahui tentang
kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan efek
toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita membutuhkan hewan uji atau
hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk
keperluan penelitian biologis.Hewan laboratorium tersebut di gunakan sebagai
uji praktik untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia.dalam praktikum kali ini menggunakan mencit sebagai hewan
percobaan. Mencit merupakan hewan yang mudah ditangani dan bersifat
penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi.
Sehingga hewan tersebut sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium
farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan.

1.2. Tujuan Praktikum


Mahasiswa mampu mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (mus
musculus) dengan metode BCS ( Body Condition Scoring).

1.3. Prinsip Percobaan


Pengukuran kesehatan mencit dengan meraba bagian tulang sacroiliac
(tulang anatar tulang belakang hingga ke tulang kemaluan) dengan
menggunakan jari dan mencocokannya dengan nilai BCS.

B. BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Body Condition Scoring (BCS)
Komite Penanganan Hewan Universitas McGill (UACC) merekomendasikan
penggunaan Penilaian Kondisi Tubuh (BCS) untuk menilai endpoint klinis hewan.
BCS merupakan penilaian yang cepat, non invasif dan efektif dalam menilai kondisi
fisik hewan. Dalam banyak kasus, BCS adalah titik akhir klinis yang lebh baik
daripada berat badan. Penggunaan berat badan saja tidak dapat membedakan antara
lemak tubuh atau simpanan otot. Berat badan hewan yang kurang dapat tertutupi oleh
kondisi abnormal ( misalkan pertumbuhan tumor, amulasi cairan ascetic, dan
pembesaran organ) atau pada kondisi normal (misalkan kehamilan). Selain itu jika
suatu hewan telah kehilangan berat badan lebih dari 20% namun berdasarkan
penilaian BCS kondisinya masih dinilai 3 (BCS 3) maka mungkin belum perlu
dilakukan euthanasia segera. Dengan demikian, BCS adalah penanda yang lebih
komprehensif dan akurat untuk kesehatan hewan dibandingkan kehilangan berat
badan. Nilai BCS yang kurang dari 2 biasanya akan dianggap sebagai titik akhir
klinis. Endpoint klinis lain juga dapat dilaporkan seperti penurunan perilaku
eksplorasi, keengganan untuk bergerak (penurunan penggerakk/ mobilitas), postur
membungkuk, piloereksi (rambut berdiri), dehidrasi sedang hingga berat (mata
cekung, lesu), nyeri tak henti – hentinya (misalnya distress vokalisasi).

C. BAB III ALAT dan BAHAN


1. Sarung Tangan
2. Kandang Mencit
3. Alat Pelindung diri
4. Mencit, galur local dengan berat badan 19 gram – 24 gram.

D. BAB IV METODE KERJA


1. Siapkan 6 ekor mencit
2. Letakkan satu ekor mencit diatas kandang yang terbuat dari kawat.
3. Biarkan mencit dalam posisi istirahat.
4. Amatilah kondisi tulang belakang mencit hingga ketulang dekat kemaluan
(bokong).
5. Secara perlahan – lahan sentuhlah (rabalah) bagian tulang belakang hingga ke
tulang bokong. Catatlah hasil pengamatan dan perabaan serta ulangi untuk 4
mencit yang lain.

E. BAB V HASIL PERCOBAAN dan PEMBAHASAN


5.1 Hasil Percobaan
Data Pengamatan dan Hasil Perabaan Pada Mencit
No Hasil Keterangan
Berat Badan
Mencit Pengamatan Perabaan Hamil
1. 24,56 gram Lincah BCS 3 -
2. 23,76 gram Sangat lincah BCS 3 -
3. 20, 37 gram Lincah BCS 2 -
4. 19,89 gram Lincah BCS 2 -
5. 21,72 gram Lincah BCS 3 -
6. 21,91 gram Lincah BCS 3 Hamil

5.2 Pembahasan
Kali ini kami melakukan praktikum farmakologi 2 mengenai pemilihan hewan
percobaan dimana pada praktikum kali ini kami hanya mengamati kondisi tulang
belakang mencit hingga ke tulang dekat kemaluan dengan perabaan secara
perlahan-lahan untuk menentukan dari ke 6 mencit tersebut termasuk kedalam
BCS nilai 1-mencit kurus, BCS nilai-2 mencit dibawah kondisi standart, BCS
nilai 3- mencit dalam kondisi baik, BCS 4- mencit diatas kondisi standart, atau
BCS nilai 4- mencit obese dimana BCS (body condition scoring) ini dilakukan
untuk menilai kondisi tubuh atau menilai endpoint klinis hewan. Setelah kami
amati kami catat pada tabel data pengamatan dan hasil perubahan pada mencit
untuk mencit pertama memiliki berat badan 24,56 gr hasil pengamatan nya
mencit tersebut lincah dan termasuk BCS nilai 3- mencit itu juga kondisinya
sedang hamil,mencit dalam kondisi baik. Mencit ke 2 memiliki berat badan 23,76
gr hasil pengamatan nya mencit tersebut sangat lincah dan termasuk BCS 3-
mencit dalam kondisi baik. Pada mencit ke 3 memiliki berat badan 20,37 gr hasil
pengamatan nya mencit tersebut lincah dan termasuk BCS 2- mencit dibawah
kondisi standart. Selanjutnya mencit ke 4 memiliki berat badan 19,89 gr hasil
pengamatan nya mencit tersebut lincah dan termasuk BCS 2- mencit dibawah
kondisi standart. Mencit ke 5 memiliki berat badan 21,72 gr hasil pengamatan nya
mencit tersebut lincah dan termasuk BCS 3- mencit dalam kondisi baik, dan
mencit ke 6 memiliki berat badam 21,91 gr hasil pengamatan nya mencit tersebut
sangat lincah dan termasuk BCS 3- mencit dalam kondisi baik. Setelah itu
kami ,menghitung rata-rata BCS nya dengan cara jumlah BSC dibagi jumlah
mencit. 16/ 6 hasil yang didapat adalah 2,7. Karena hasilnya kurang dari 3 jadi
hasil dari pengamatan dan percobaan BCS mencit rata-rata mencit dibawah
kondisi standart.
F. BAB VI KESIMPULAN
Dapat kami simpulkan dari praktikum kali ini bahwa setiap mencit memiliki berat
badan, nilai body condition scoring yang berbeda-beda. Dan dilihat dari tabel data
pengamatan hasil perabaan rata-rata memiliki nilai BCS 3 -mencit dibawah kondisi
standart.
G. BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Kusuma,Dewi Shintia. 2017. Laporan Praktikum Farmakologi [Online]. Diakses
Sabtu.
https://www.academia.edu/32220261/Penanganan_Hewan_Percobaan
Modul Praktikum Farmakologi II

H. BAB VIII LAMPIRAN – LAMPIRAN

Mencit 1 Mencit 2
Mencit 3 Mencit 4

Mencit 5 Menict 6

Perabaan pada mencit Penandaan pada mencit yang sudah


diamati

Anda mungkin juga menyukai