KELOMPOK 1 / 2-C
NAMA NIM
CHLARA ELYANA MELATUNAN 17111101185
NUR AFNI HUSAIN 17111101221
GRACIA STEFANI MOTO 17111101184
PUTRI NURAFIAH LENDA 17111101215
SWEETA PONGANTUNG 17111101198
VICTORIA I. KONDOJ 17111101220
1
PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik serta saran yang membangun dari anda demi
Semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih (Almatsier, 2006 yang
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi
seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun
subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia. Pada prinsipnya,
penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian status gizi pada periode kehidupan yang
lain. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung meliputi (1) Antropometri, (2) Klinis, (3) Biokimia, (4)
Biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi (1) Survei konsumsi
4
1.4 Manfaat Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara tepat (rapid clinical
surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis uum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaiatu
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Penilaian status gizi dengan
biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain:
darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
6
2.1.3 Pemeriksaan Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik ada metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
Penggunaan dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemic (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi
gelap.
Tanda-tanda klinis malnutrition (gizi kurang) tidak spesifik, hal itu karena ada beberapa
penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu
pemeriksaan klinis ini harus dipadukan dengan pemeriksaan lain, seperti antropometri,
laboratorium, dan survey konsumsi makanan, sehingga kesimpulan dalam penilaian status
Pemeriksaan klinis (assessment clinic) secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu :
2. Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan gizi baik sign
(gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati, tetapi
Dalam riwayat medis, kita mencatat semua kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
gejala yang timbul pada penderita beserta faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
7
1. Identitas penderita : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku, dan sebagainya.
2. Lingkungan fisik dan sosial budaya yang berkaitan dengan timbulnya penyakit tersebut
(malnutrisi), antara lain lingkungan fisik (keadaan kesuburan tanah dan kandungan
mineral tanah) dan lingkungan sosial dan budaya (adat-istiadat, kepercayaan, dan
3. Sejarah timbulnya gejala penyakit. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah: kapan berat
badan mulai turun, kapan ada gejala anoreksia atau nafsu makanan menurun, kapan ada
gejala muntah, apakah ada mencret atau tidak, kalau ada kapan mulai terjadi.
Data-data tersebut dapat dikumpulkan dengan cara wawancara dengan penderita dan
keluarganya, atau dengan observasi langsung pada rumah dan lingkungan penderita. Semua
informasi tersebut perlu dikumpulkan untuk mengetahui lebih lanjut apakah gizi kurang
disebabkan oleh penyebab primer, yaitu konsumsi makanan atau sebab lain seperti penyakit
menahun, obat-obatan yang lama, keturunan (dalam hal ini mungkin disebabkan tidak
makanan.
8
2.2.2 PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik kita melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik, yaitu
semua perubahan yang ada kaitannya dengan kekurangan gizi. Perubahan-perubahan tersebut
dapat dilihat pada kulit atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang membungkus permukaan
tubuh kita seperti rambut, mata, muka, mulut, lidah, gigi dan lain-lain serta kelenjar tiroid.
Komisi ahli WHO yang dikutip oleh Jelliffe (1966) dan Jelliffe (1989), menggelompokkan
gizi bisa karena kekurangan salah satu zat gizi atau kebih yang
dibutuhkan tubuh.
lanjut. Tanda-tanda ini mungkin karena gizi salah atau mungkin oleh
dan lain-lain.
c. Kelompok 3 : Tanda-tanda (sign) yang tidak berkaitan dengan gizi salah walaupun
Rambut
9
4. Kekurangan pigmen rambut (dispigmentation) : berkilat terang, terang pada ujung.
KEP serta pengobatan yang telah diberikan. Mudah rontok (easy pluckability) : dengan
kekuatan sedang dan tidak sakit bila dicabut dan selalu diiringi oleh perubahan rambut
lainnya.
Wajah
disertai anemia
2. Wajah seperti bulan (moon face), wajah menonjol ke luar, lipatan naso labial
3. Pengeringan selaput mata (conjunctival xerosis). WHO memberi kode X1A dan selalu
terjadi pada bagian mata bilateral yang ditandai dengan kekeringan. Tedapat pula
kekurangan cahaya dan transparansi dari bulbal conjunctiva, khususnya pada sebagian
4. Bintik Bitot (Bitot’s spot). WHO memberi kode X1B yaitu, gumpalan kecil putih pada
putaran yang tidak teratur, lebih sering membatasi daerah lateral pada kornea.
5. Pengeringan kornea (cornea xerosis). WHO memberi kode X2, yaitu keadaan kornea
1. Perinasal veins : suatu keadaaan yang mungkin disebabkaan konsumsi alcohol berlebihan.
10
Mata
1. Selaput mata pucat (pale conjunctiva). Tanda-tandanya: muka pucat. Hal tersebut dapat
2. Keratomalasia. Keadaan permukaan halus lembut dari keseluruhan bagian tebal atau
keseluruhan kornea, terutama kebocoran {perforation} dan prolapse selaput iris (selaput
pelangi), yang biasanya mempengaruhi kedua mata. Jika kondisinya buruk, kornea
1. Corneal vascularization. Keadaan ini akibat dari serangan pada keseluruhan sisi kornea
pada pembuluh kapiler. Penyebabnya adalah penyempitan plexus limbal normal dan
3. Corneal arcus. Ini ditunjukkan dengan lingkaran berwarna terang mengelilingi sisi
sebelah luaar kedua selaput iris dan biasanya terjadi pada usia remaja dan pada
4. Xanthomata. Ditandai dengan warna putih kekuningan sering membentuk plak pada kulit
5. Corneal scars (WHO memberi kode XS). Keadaan ini kornea yang sifatnya tebal, dalam,
atau posisinya kurang lebih ¼ bagian kornea yang harus diperhatikan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kekurangan gizi khusunya kekurangan vitamin A atau mungkin juga oleh
penyakit infeksi
11
Kelompok 3. Tidak Berhubungan dengan kekurangan gizi..
1. Pterygium. Luka ini disebabkan oleh sesuatu berbentuk sayap yang dihasilkan oleh
lipatan-lipatan ganda yang berdaging dari konjungtiva, tumbuh cepat dan biasanya
Bibir
1. Angular stomatitis. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan celahan pada sudut-sudut
mulut. Celahan ini bisa dangkal atau dalam, membentuk daerah kecil pada sudut mulut
atau menyebar beberapa millimeter pada kulit di luarnya. Sedikit luka terlihat lebih
mudah dengan mulut setengah terbuka. Tanda ini harus dilihat positif jika terjadi pada
2. Jaringan parut angular.. Angular stomatitis yang telah sembuh mungkin mengakibtakan
bekas luka menjadi merah muda atau memutih padaa susut-sudut mulut, tergantung pada
interval akutnya..
3. Cheilosis. Luka ini dicirikan dengan celahan vertical, yang lebih lanjut terkomplikasi
menjadi merah, membengkak, dan terjadi ulcerasi pada bibir, selain pada sudutnya.
Bagian tengah bibir bawah sering terpengaruh. Faktor iklim, seperti dingin dan angina,
12
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi.
Lidah
1. Gejala pada mulut yang mempengaruhi lidah atau gusi harus dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan trauma local, seperti dari makanan pedas dan gigi palsu, serta
kekurangan gizi.
1. Edema dari lidah. Ini dapat dideteksi dengan cara menekan gigi sepanjang tepi lidah.
2. Lidah mentah atau scarlet. Lidah berwarna meraah cerah, biasanya berukuan normal atau
3. Lidah magenta. Lidah berwarna merah keunguan; mungkin bisa diikuti dengan perubahan
morfologi. Uji coba telah dibuat untuk mengukur perubahan warna pada lidah dengan
perbandingan pada pelat-pelat di Reinhold colour atlas ( Friedman and Hodges, 1977).
4. Atrofi papila (papilla atrophic). Papilla filiform yang telah hilang membuat lidah tampak
1. Papilla hiperamic dan hypertrophic. Papila ini hypertrophic dan berwarna merah atau
2. Fissures. Keadaan pecah-pecah pada permukaan lidah tanpa papilla pada pinggirnnya
atau permukaan bawahnya. Ini jangan sampai terkecoh dengan congenital ridging dan
penampakan yang dikenal dengan scrotal tongue yang tidak ada hubungannya dengan
keprluan nutrisi.
13
Kelompok 3. Tak berhubungan dengan kekurangan gizi.
1. Geographic tongue. Keadaan lidah dengan daerah bitnik yang berdistribusi tidak teratur
2. Pigmented tongue. Adanya daerah berbintik dengan pigmentasi berlendir biru hitam,
Gigi
1. Mottled enamel. Pada gigi terdapat bitnik putih dan kecoklatan, dengan atau tanpa erosi
pada enamel, biasanya paling baik terlihat pada gigi seri atas.
2. Karies gigi. Keadaan gigi yang rusak, tanggal dan terganti (decayed, missing, fiolled)
3. Pengikisan (attrition). Pengikisan terjadi pada tepi gigi seri dan taring.
4. Hipolasia email ( enamel hypoplasia). Formasi tidak sempurna pada permukaan gigi,
5. Erosi email (enamel erosion). Istilah ini menggambarkan area sangat terbatas, biasanya di
Gusi
1. Spongy, bleeding gums. Bunga karang keunguan atau merah yang membengkak pada
papilla gigi bagian dalam dana tau tepi gusi, yang biasanya mudah berdarah pada tekanan
kecil.
14
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi.
1. Recession of gums. Kerusakan dan atrofi gusi yang menampakkan akar-akar gigi.
1. Pyorrhoea (infeksi periodontal). Infeksi tepi gusi, yang menyebabkan merah dan pada
Kelenjar
1. Pembesaran tiroid.
Selanjutnya menurut Gibson, S.R (1990) menyatakan bahwa untuk membedakan gejala
fisik yang diduga ada kaitan dengan malnutrisi dengan keadaan normal, dapat dilihat pada
Tabel 5-2.
Tabel 5-2. Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan Malnutrisi
DENGAN MALNUTRISI
15
Berkilat, tak mudah lepas tipis, tanda bendera (signoda bendera), mudah
lepas
Warna sama, halus, tampak sehat, tidak membengkak, pembesaran kelenjar parotis,
Bercahaya, bersih, tak ada luka, kelembaban bercak bitot, palpebritis angularis, konjungtiva
tak tampak, pembuluh darah sclera kering, kornea kering, keratomalasia, jaringan
bercahaya
ada pembengkakan
Bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada gambaran dermatosis pellagra, despigmentasi,
berkurang/hilang
16
Kuku : Koilanika, rapuh
Kemerahan, keras
Tonus otot baik, dapat lari dan jalan tanpa fontanel tetap membuka, blew-legs,
dengan baik
Ritme dan denyut jantung normal, taka da normal, kenaikan tekanan darah
Stabil, refleksi normal tidak bisa berjalan, refleksi lutut dan tumit
menurun/hilang
Sumber : Gibson SR., 1990. Principles Of Nutritional Assessment. Oxford University Press
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya
nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi
1999).
17
a. Tanda-Tanda Klinis
berikut :
Marasmus
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada
- Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit kronik
18
Kwashiorkor
- Oedem umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis)
- Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk,
- Pembesaran hati
- Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
19
Marasmus-Kwashiorkor
20
b. Metode Penentuan
Untuk mendeteksi Kurang Energi Protein (KEP), maka perlu dilakukan pemeriksaan
- Otot-otot
- Rambut
- Mata
- Hati
- Muka
- Gerakan motorik
21
c. Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami perubahan
sesuai dengan tanda-tanda klinis yang Kurang Energi Protein (KEP), maka ada petunjuk
bahwa anak tersebut kemungkinan besar menderita KEP. Meskipun demikian perlu
dicermati bahwa penilaian KEP masih memerlukan pengamatan lebih lanjut apakah
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang daripada harga
normal.
a. Tanda-Tanda Klinis
- Napas pendek
- Lidah licin
- Kadang-kadang pusing
- Mudah mengantuk
b. Metode Penentuan
Untuk mendeteksi Anemia Gizi Zat Besi maka perlu dilakukan pemeriksaan
22
- Mata
- Kuku
- Bibir
- Lidah
c. Interpretasi
- Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami
perubahan sesuai dengan tanda-tanda klinis anemia gizi besi, maka ada petunjuk
1. Keunggulan Pemeriksaan
2. Keterbatasan Pemeriksaan
a. Beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi, sehingga perlu orang-orang yang
ahli dalam menentukan gejala klinik tersebut. Namun demikian, para tenaga medis
b. Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita KEP ringan dan
sedang. Hal ini dikarenakan ada gejala klinik penyakit yang disebabkan oleh
23
kekurangan gizi lebih dari satu zat gizi. Gejala klinis yang sama adakalanya
disebabkan bukan hanya disebabkan oleh satu macam zat gizi saja, contoh :
- glossitis (luka pada lidah) bisa disebabkan oleh karena kekurangan riboflavin,
- Nasolabial seboroik dapat disebabkan karena defisiensi Vitamin B6, B2, atau
niasin.
Beberapa gejala klinis adakalanya disebabkan bukan karena faktor gizi, seperti
bercak bitot yang dapat pula disebabkan karena udara, atau heriditer.
c. Adanya gejala klinis yang bersifat multiple. Penyakit kulit akibat defisiensi atau
macam vitamin biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian defisiensi
d. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat
juga terjadi pada keadaan malnutrisi awal dan terjadi juga pada masa
penyembuhannya.
e. Adanya variasi dalam gejala klinis yang timbul. Hal ini karena satu gejala klinis
dan lain-lain.
Gangguan akibat kurang yodium tidak hanya menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
tetapi juga berbagai macam gangguan lain. Kekurangan yodium pada ibu yang sedang
hamil dapat berakibat abortus , lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya
angka kematian prenatal, melahirkan bayi kretin. Kekurangan yodium yang diderita anak-
24
perkembangan fisik. Pada orang dewasa berakibat pada pembesaran kelenjar gondok,
Kekurangan yodium pada tingkat berat dapat mengakibatkan cacat fisik dan mental,
seperti tuli, bisu tuli, pertumbuhan badan terganggu, badan lemah, kecerdasan dan
perkembangan mrntal terganggu. Akibat yang sangat merugikan adalah lahirnya anak
kretin. Kretin adalah keadaan seseorang yang lahir di daerah endemic dan memiliki dua
c. Perkembangan saraf penggerak terlambat, bila berjalan langkahnya khas, mata juling,
Istilah gondok endemic digunakan jika di suatu daerah ditemukan banyak penduduk yang
Kretin endemic terdapat di daerah gondok endemic. Kelainan kretin terjadi pada waktu
bayidalam usia kandungan atau tidak lama setelah diantarkan dan terdiri atas kerusakan
pada saraf pusat dan hipotiroidisme. Kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan
a. Retardasi mental
c. Hipotiroidi
1. Tanda-tanda Klinis
Metode inspeksi digunakan sebagai alat untuk menduga apakah ada pembesaran atau
25
kelenjar gondok, maka perlu dilakkam palpasi, sehinga palpasi, disebut juga sebagai
alat konfirmasi.
a. Orang (sampel) yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap pemeriksa
d. Kalau bukan, sampel disuruh menengadah dan telan ludah. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui apakah yang ditemukan adalah kelenjar gondok atau bukan
dua jari telunjuk dan dua jari tengahnya pada masing-masing lobus kelenjar
gondok. Kemudian lakukan palpasi dengan meraba dengan kedua jari telunjuk dan
Apabila salah satu atau kedua lobus kelenjar lebih kecil dari ruas terakhir ibu jari
orang yang diperiksa , berarti orang tersebut normal. Apabila salah satu atau
kedua lobus ternyata lebih besar dari ruas terakhir ibu jari orang yang diperiksa
2. Klasifikasi
1. Grade 0: normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan dengan
26
2. Grade IA
Kelenjar gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal,
dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3. Grade IB
Kelenjar gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan
tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari grade !A.
4. Grade II
Kelenjar gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi
5. Grade III
Kelenjar gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih.
Grade (IA+IB+II+III)
Prevalensi Total Goiter Rate (TGR) = banyaknya yng diperiksa × 100%
Grade (IB+II+III)
Prevalensi Visible Goiter Rate (VGR) = banyaknya yng diperiksa × 100%
4. Kekurangan Vitamin
ini merupakan penyebab kebutaan yang palin sering terjadi pada anak-anak di Indonesia
yang umumnya terjadi pada usia 2-3 tahun. Hal ini karena setelah disapih, anak tidak
diberikan makanan yang memenuhi syarat gizi, sementara anak itu belum bisa mengambil
makanan sendiri.
27
Buta senja (hemerolopia)
Xerosis conjunctiva
Xerosis kornea
Bercak bitot
Ulserasi kornea
Keratomalasia
Klasifikasi yang ditetapkan pada pertemuan bersama WHO, UNICEF, Helen Keller
Internasional dan IVACG di Jakarta pada tahun 1981 merupakan modifikasi klasifikasi,
yaitu :
1. XN :
2. XIA :
Yaitu terdapatnya satu atau lebih bintik-bintik konjungtiva yang kering dan tidak
dapat dibasahi. Keadaan ini bisa dijelaskan sebagai munculnya segundukan pasir pada
3. XIB :
sabun, yaitu keadaan yang bergelembung atau seperti kejuyangteridiri dari sel-sel
28
4. X2 :
bertambah padat dan tersebar keatas dan mungkin meliputi seluruh kornea. Kornea
pada kondisi ini memiliki rupa yang kering berkabut jika di uji dengan lampu tangan .
5. X3A :
Keadaan kekurangan vitamin A yang lebih parah lagi dari korne mengering yang
mengakibatkan kehilangan frank epithealial dan ulserasi stroma yang baik dengan
6. X3B :
Keratomalasia
Semua kornea dan konjungtifa menjadi satu menebal sehingga kadang-kadang bola
mata menjadi rusak bentuknya . Keadaan perlukan limbus to limbus cornea . Biasanya
7. XS :
8. XF :
Xeroptalmia fundus
Untuk mendeteksi kekurangan vitamin A kurang energi protein (KEP) maka perlu di
refersibel yang memiliki kemungkinan di obati hingga sembuh, sedangkan X3A sampai
dengan tahap selanjutnya bersifat irrefersible yang tidak dapat di obati hingga sembuh.
29
INDIKATOR KESEHATAN MASYARAKAT
Masalah anaemia merupakan masalah gizi utama yang masih di hadapi oleh pemerintah
Indonesia hal ini terbukti dengan masih tingginya prefalensi anemia . Menurut data 1992 ,
Kelompok Prevalensi
Kurang Vitamin A
Criteria kurang vitamin A sebagai masalah kesehatan masyarakat menurut IVACG adalah
sebagai berikut:
Suatu daerah di klasifikasni sebagai daerah endemis gondok apabila memilik prevalensi total
30
Prevalensi TGR: <5% = normal
Keunggulan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan klinis relative murah tidak memerlukaan biaya yang terlalu besar
Keterbatasan Pemeriksaan
1. Beberapa gejala klinis tidak mudah di deteksi, sehingga perlu orang-orang yang ahli
dalam menentukan gejala klinik tersebut.Namun demikian, para tenaga medis dapat
2. Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita KEP ringan dan sedang.
Hal ini di karenakan ada gejala klinik penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi
lebih dari satu zat gizi. Gejala klinis yang sama ada kalanya disebabkan bukan hanya
Glossitis atau luka pada lidah bisa di sebabkan oleh karena kekurangan
31
Nasolabial seboroik dapat disebabkan karena defisiensivitamin b6 , b2 atau
niasin.
Beberapa gejala klinis adanya kalanya disebabkan bukan karena faktor gizi, seperti
bercak bitot yang dapat pula disebabkan karena udara , atau heriditer
3. Adanya gejala klinis yang bersifat multiple. Penyakit kulit akibat defisiensi satu
macam vitamin biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian defisiensi
4. Gejala kliniz dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat juga
terjadi pada saat akan sembuh. Hepatomegali (pembesaran hati), sebagai contoh dapat
terjadi pada keadaan mal nutrisi awal dan terjadi juga pada masa penyembuhannya.
5. Adanya variasi dalam gejala klinis yang timbul. Hal ini karena satu gejala klinis bisa
5. Obesitas
Batasan Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak
seimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan pemakaian energi (energy
expenditure).
Patofisiologi Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor
eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas
sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).
yaitu :
32
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan
adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan
rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik
(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal
pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan,
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.
Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang
dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin
agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu
makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi,
maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
GEJALA KLINIS
- apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan
pinggang)
33
- pear shape body/gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul
dan paha)
Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain :
- pubertas dini
- genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling
CARA PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti
melitus tipe II
34
2. Pemeriksaan fisik : - Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas
4. Pemeriksaan antropometri :
- Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat
badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal.
- Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat
dan objektif dari pada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan
biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi
dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan
dengan standar normal yang telah ditetapkan. Adanya parasite dapat diketahui melalui
pemeriksaan feses, urine, dan darah, karena kurang gizi sering berkaitan dengan
prevalensi penyakit kerena parasit. Dalam berbagai hal, pemeriksan biokimia hanya
dapat diperoleh di ruah sakit atau pusat kesehatan. Keadaan ini, memberi gambaran
bahwa sarana yang tersedia tidak dapat dijangkau oleh penduduk yang tinggal di daerah
yang jauh dari sarana tertentu. Meskipun demikian, pemeriksaan dapat di lakukan dengan
carah memeriksa contoh darah, urine, dan feses yang dikumpulkan oleh keluarga di
35
daerah tersebut, perawat, atau petugas kesehatan lain dan dibawa ke laboratorium untuk
di analisis.
Hemoglobin (Hb)
Hematokrit
Besi serum
1. Hemoglobin (Hb)
prevalensi anemia. Garby et al, menyatakan bahwa penentuan status anemia yang
Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat
diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan
hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3%. Metode yang lebih dulu dikenal adalah
36
akhir secara visual terhadap standar gelas warna. Ini memberi 2-3 kali kesalahan rata-
Nilai normal yang sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100 ml untuk pria dan 12-16
gm/100 ml untuk wanita (gram/100 ml sering disingkat dengan gm% atau gm/dl).
Beberapa literature lain menunjukan nialai yang lebih rendah, terutama pada wanita,
sehingga mungkin pasien tidak di anggap menderita anemia sampai Hb kurang dari
Metode
sederhana adalah metode Sahli, dab yang lebih canggih adalah matode
cyanmethemoglobin.
ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme
disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini
memudahkan perbandingan, warna standar di buat konstan, yang diubah adalah warna
hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikan rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
Disamping factor mata, factor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya
peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan
bila pemeriksaannya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih
37
canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin di oksidasi
oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion
warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang
fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium
memilikinya.
Mengingat hal diatas, percobaan dengan metode Sahli masi digunakan di samping
Reagensia :
- HCL 0.1 N
- Aquadest
- Pipet hemoglobin
- Alat Sahli
- Pipet pastur
- Pengaduk
Prosedur Kerja
Bersihkan ujung jari yang akan di ambil darahnya dengan larutan desinfektan
(alkohol 70%, betadin dan sebagainya), kemudian tusuk dengan lancet atau
alat lain.
38
Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet,
Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin, sampai ujung
pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelan-pelan. Usahakan agar
tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah yang menempel pada dinding
pipet dengan cara mengisap HCl dan meniupnya lagi sebnyak 3-4 kali.
tetes sampai warna larutan (seteah di aduk sampai homogen) sama dengan
warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca kadar hemoglobin
Regenensia :
Alat/Sarana:
- Pipet darah
- Tabung cuvet
- Kolorimeter
Prosedur Kerja:
Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan
39
Baca dengan kolorimeter pada lambda 546.
Perhitungan:
atau
2. Hematokrit (HCT)
Hematokrit adalah volume erotrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara
memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%).
Setelah sentrifungsi, tinggi kolom sel merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi
darah penuh yang asli. Presentase massa sel merah pada volume darah yang asli
khusus. Karena darah penuh dibentuk pada intinya oleh sel darah merah (SDM) dan
jumlah SDM/100 ml dari darh penuh (dan demikian pada gilirannya merupakan
bergantung sebagian besar pada jumlah SDm, tapi ada beberapa efek ( dalam hal jauh
lebih sedikit) dari ukuran rata-rata SDM. Nilai normal adalah 40-54% untuk pria dan
37-47% untuk wanita. HTC biasanya hamper 3 kali nilai hemoglobin (dengan
kapiler atau darah vena yang diantikogulasikan dengan EDTA. Pada saat
40
menggunakan proses dengan EDTA ini, akan digunakan tabung kapiler bluebanded
1. Letakkan satu ujung tabung kapiler dalam setetes darah yang akan diuji, sehingga
darah ditarik masuk ke tabung dengan aksi kapilaritas. Isi tabung dengan 10 mm
pada ujung seberang. Hapus bagian luar tabung ini dengan penghapus. (catatan:
2. Segel ujung tabung yang kosong tersebut dengan penutup kecil atau sealer dengan
vertical.
3. Tempatkan ujung yang ditutup pada tabung kapiler terhadap sisi kepala
sentrifugasu, dan tabung dalam celah radial. Catat nomor posisi dari specimen ini
5. Tutup erat penutup santrifugasi pada bagian atas tabung kapiler dengan aman.
dengan kecepatan 10000-15000 rpm. Catat bahwa tabung kapiler balans harus
juga dimuat ke dalam kepala sentrifugasi jika hanya satu tes yang dilakukan.
7. Ukur tinggi sel darah merah dengan pembaca hematocrit. Jangan memasukkan
buffy coat dalam pembacaan bila kolom eritrosit terbungkus. Jika kurang nyaman,
tegakkan tabung kapiler. Ulangi penentuan jika duplikat berbeda dengan nilai
Perhitungan hasil
Nyatakan hasil dari presentase darah penuh (panjang sel terbungkus/panjang total).
41
tinggi volume eritrosit yang dimampatkan
Hm = × 100% = ⋯ %
tinggi total volume darah
Contoh:
Jadi:
4,5
Hm = 10 × 100 % = 45%
Interpretasinya:
a. Nilai normal
Wanita : 40-48 %
Wanita : 23-34 %
b. Nilai abnormal
3. Serum Besi
bebas elemen tembusan. Hanya air terdeionisasi terdistilasi yang harus digunakan.
Berilah label tabung uji dengan blangko, standar, referensi, pool, dan subjek
tes masing-masing.
tambahkan 0,5 ml bahan referensi besi serum. Pada pool tambahkan 0,5 ml
42
Campurkan pada masing-masing tabung uji secara merata dengan vortex
mixer.
Baca dan catat penyerapan awal sampel blangko, standar, referensi, dan
masing-masing tabung dan biarkan berdiri selama kira-kira 10 menit dalam air
pada 37°C.
Baca lagi dan catat penyerapan sampel blangko, standar, referensi, pool dan
Perhitungan hasil
Jika sandar besi berisi 500µg/dl, konsentrasi besi serum (µg/dl) dari sampel dihitung
500 x
43
4. Transferrin saturation (TS)
Penentuan kadar zat besi pada serum merupakan satu cara menentukan status besi.
Salah satu indikator lainnya adalah Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum.
Kadar TIBC ini meningkat pada penderita anemia karena kadar besi di dalam serum
menurun dan TIBC ini meningkat pada keadaan defisiensi besi pada rasio dari
Apa bila TS > 16% , pembentukan sel-sel darah merah dalam sumsum tulang
Apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel-sel darah
merah di sumsum tulang maka sirkulasi FEP di darah menigkat walalupun belum
lebih cepat digunakan. Satuan untuk FEP dalam µg/dl darah atau µg/dl darah merah.
Dalam keadaan normal kadar FEP berkisar 35± 50µg/dl RBC tetapi apabila kadar
FEP dalam darah lebih besar dari 100µg/dl RBC menunjukkan individu ini menderita
kekurangan besi.
1. Tekan tombol “ON” pada hematofluormeter dan sisipkan blank glass cover slip
44
2. Tekan tombol “ MEASURE” dab catat pembacaan pada blank glass cover slip.
3. Gunakan piper pasteur plastic untuk menempatkan setetes darah penuh (kira-kira
6. Untuk control darah, ambil setetes darah (sekitar 35µ𝐿) di atas glass cover slip
yang bersih dengan menekan botol. Campurkan tetesan darah dengan ujung botol.
slip.
8. Periksa control-kontrol darah pada permulaan dan akhir setiap jari, atau setelah 50
pengujian yang bisa ditetapkan. Nilai control rendah, medium, dan tinggi harus
Perhitungan hasil
Konsentrasi zink protoporphyrin yang dinyatakan dengan µmol/L RPC’s dapat dihitung
menggunakan dengan rumus berikut, yang dalam hal ini hematokrit dinyatakan sebaagai
45
Konsentrasi zink protoporphyn juga dapat dinyatakan dalam µg/dL darah penuh : factor
Untuk menilai status besi dalam hati perlu mengukur kadar ferritin. Menurut cook (dalam
Mahdin Anwar Husain, 1989) banyaknya ferriyin yang dikeluarkan ke dalam darah secara
diidapatkan serum ferritin sebesar 30 mg/dl RBC berarti di dalam hati terdapat 30 X 10
mg = 300 mg ferritin. Untuk menentukan kadar ferritin dlam darah dapat dilakukamn
dengan beberapa metode, yaitu dengan cara immunoradiometric assay (IRMA) atau
dengan cara radio immune assay (RIA) atau dengan cara enzyme-linked immunno assays
(ELISA) yang tidak menggunakan isotope, tetapi enzim. Dalam keadaan normal rata-rata
SF untuk laki-laki dewasa adalah 90 µg/l dan wanita dewasa adalah 30 µg/l.. perbedaan
kadar serum ferritin ini menggbarkan banyak perbedaan zat besi pada tubuh dengan zat
besi pada laki-laki tiga kali lebih besar dari wanita. Apabila seseorang mempunyai kadaar
SF kurang dari 12 orang yang bersangkutan dinyatakan sebagai kekurangan zat besi.
Banyak orang yang sebenarnya yang menderita kekurangan zat besi, tetapi tidak dapat
terdeteksi dengan ferritin karena kadar ferritin yang dikeluarkan dari hati menaik dalam
darah apabila yang bersangkutan menderita penyakit kronis, infeksi dan sakit hati.
Namun, apabila penyakit infeksi tidak umum terjadi di masyarakat, penemuan ferritin
46
Catatan: serum standar, pool, referensi dan uji semua harus di analisa secara ganda.
Biarkan tracer dab standar untuk menyelesaikan dengan temperature sebelum pengguna.
1. Berilah table pada tabung-tabung: background, blangko, 5.10, 10.0, 25.0, 100, 250,
2. Tambahkan 50mL pada masing-masing serum standard pool, referensi, dan tes pada
tabung-tabung yang bersangkutan, mulai pertama kali dengan larutan paling encer.
4. Kocok rak tabung-tabung agar tercampur isinya (vortex tidak perlu) inkubasi selama
5. Tambahkan 3,0 mL salin pada semua tabung (mixing tidaklah diperlukan pada tahap
ini.
6. Sentrifugasikan tabung selama 10 menit pada kecepatan 5000 x gr/dl pada 4°C, untuk
hisap khusus.
counter gaumma.
47
Perhitungan Hasil
1. Catat perhitungan rata-rata per menit (CPM) untuk masing-masing sampel standar,
2. Subtrasksikan harga rata-rata CPM pada standar nol CPM tiap-tiap sampel standar,
3. Plotkan net CPM masing-masing standar pada Y-axis kartas semilog 4 siklus dan
4. Baca dari kurva standar konsentrasi ferritin (ng/ml) sampel uji dan sampek kontrol
1. Berilah label pada tabung uji dengan blangko, standar, referensi, pool, dan subjek tes
untuk masing-masing.
3. Pada yang blangko tambahkan 1,0 ml air bebas besi. Pada yang standar tambahkan
0,5 ml standar besi plus 0,5 ml air bebas besi. Pada yang referensi tambahkan 0,5 ml
bahan referensi serum plus 0,5 ml standar. Untuk masing-masing subjek uji,
tambahkan 0,5 ml serum pada tabung yang sesuai plus 0,5 ml standar.
48
7. Baca dan catat penyerapan awal sampel blangko, standar, referensi, dan uji coba.
pembacaan. Ini merupakan penyerapan awal (Ainitial), yang diukur agar dilakukan
8. Tambahkan 0,05 ml reagen warna besi pada masing-masing tabung. Campur tiap-tiap
tabung dan biarkan berdiri selama kira-kira selama 10 menit dalam air pada 37°C.
10. Bacalah lagi dan catat penyerapan sampel blangko, standar, referensi, pool, dan uji,
akhir dan penerapan awal mungkin sangat kecil karena ketidakjenuhan transferrin
dengan besi. Jika ini terjadi, sampel harus diencerkan (1 bagian serum dan 1 bagian
air bebas besi) dan tes ulang. Hasilnya, yang dihitung menggunakan persamaan di
Perhitungan hasil
Jika standar besi berisi 500 mg/dl, kapasitas pengikat besi tidak jenuh dari serum (mg/dl)
sama dengan :
Kapasitas pengikat besi total (TIBC) (µg/dl) = besi total pada serum (µg/dl) + kapasitas
pengikat besi tidak jenuh dari serum (µg/dl). Faktor konversi pada satuan SI (µmol/L) = x
0.179.
49
8. Kadar lemak dalam darah
Uji kolesterol atau disebut juga panel lipid atau profil lipid, mengukur kadar lemak (lipid)
dalam darah. Pemeriksaan ini memerlukan persiapan puasa mulai 12 jam sebelumnya
(tidak makan atau minum, kecuali air putih). Setelah serangan jantung, pembedahan,
infeksi, cedera atau kecelakaan, sebaiknya menunggu sedikitnya 2 bulan agar hasilnya
lebih akurat.
Kolesterol Total. Ini adalah jumlah total kandungan kolesterol darah anda. Kolesterol
diproduksi oleh tubuh sendiri dan juga datang dari asupan makanan yang kita konsumsi
tetapi level yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko sakit jantung. Idealnya total
kolesterol harus <200 mg/dL atau <5.2 mmol/L. Kedua ukuran tersebut setara, hanya
mg/dL. Faktor genetik juga berperan sebagai penentu kadar kolesterol, selain dari
Low-density lipoprotein (LDL) alias si kolesterol “jahat”. Terlalu banyak LDL dalam
darah menyebabkan akumulasi endapan lemak (plak) dalam arteri (proses aterosklerosis),
sehingga aliran darah menyempit. Plak ini kadang-kadang bisa pecah dan menimbulkan
masalah besar untuk jantung dan pembuluh darah. LDL ini adalah target utama dari
1. <70 mg/dL untuk individu yang sudah memiliki penyakit kardiovaskular atau pasien
2. 100 mg/dL untuk pasien risiko tinggi (misalnya : pasien dengan beberapa faktor risiko
sekaligus)
50
4. High-density lipoprotein (HDL) seringkali disebut kolesterol “baik” karena membantu
membawa pergi LDL dari aliran darah untuk disimpan sebagai cadangan di dalam sel,
menjaga pembuluh darah tetap terbuka dan lancar. Idealnya level HDL harus diatas
40 mg/dL. Umumnya wanita memiliki level yang lebih tinggi daripada pria. Olahraga
5. Trigliserida (TG). Trigliserida adalah tipe lemak lain dalam darah.Level TG yang
tinggi umumnya menunjukkan bahwa anda makan lebih banyak kalori daripada kalori
yang dibakar untuk aktivitas, karena itu level TG biasanya tinggi pada pasien yang
gemuk atau pasien diabetes. Makanan tinggi karbohidrat (gula sederhana) atau
bahwa level TG untuk kesehatan jantung “optimal” adalah 100 mg/dL (1.1 mmol/L).
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang
dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal produksi 100 – 200 gram / hari.
Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan
patologis, Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan
feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar
51
akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Berdasarkan gejala
klinis dan dari pemeriksaan umum dan khusus. Dilakukan juga pemeriksaan feses dan
pemeriksaan darah untuk mendukung hasil diagnosis. Pemeriksaan feses dapat dilakukan
dengan metode natif, metode sentrifuse, metode Parfitt and Banks, atau metode
McMaster.
1. Metode Natif
Pemeriksaan feses dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Salah
satu metode kualitatif adalah metode natif. Metode natif dipergunakan untuk
pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit
ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan lugol atau eosin
2%. Penggunaan eosin dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing
dengan kotoran di sekitarnya. Kelebihan metode ini adalah mudah dan cepat dalam
pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit, serta peralatan
yang digunakan juga sedikit. Sedangkan kekurangan metode ini adalah dilakukannya
hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi. Metode natif dilakukan
dengan cara mencampur feses dengan sedikit air dan meletakkannya di atas gelas
2. Metode sentrifus
Metode sentrifus dilakukan dengan cara 2 gram feses yang akan diperiksa ditaruh
dalam mortir, dan ditambahkan sedikit air ke dalamnya kemudian diaduk sampai
larut. Larutan ini dituangkan ke dalam tabung sampai ¾ tabung dan disentrifuse
selama 5 menit. Hasil dari proses sentrifuse adalah cairan jernih dan endapan. Cairan
jernih diatas endapan tersebut dibuang dan sebagai gantinya dituangkan NaCl jenuh di
atas endapan sampai ¾ tabung. Larutan ini diaduk sampai merata dan disentrifuse lagi
52
selama 5 menit. Setelah disentrifuse tabung tersebut diletakkan diatas rak dengan
posisi tegak dan ditambahkan lagi NaCl jenuh sampai permukaan cairan menjadi
cembung, diamkan selama 3 menit. Untuk mendapatkan telur cacing, obyek gelas
diletakkan pada permukaan yang cembung dan dibalik dengan hati-hati, kemudian
ditutup dengan deckglass dan periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10×10.
3. Metode Mc.Master
Penghitungan jumlah telur cacing dan oosista yang dieliminasikan per gram tinja
campuran tadi, dobel obyek gelas disiapkan dan diisi dengan larutan gula jenuh
sebanyak 0,3 ml menggunakan spuit ukuran 1 cc. Dalam keadaan teraduk larutan tinja
diambil sebanyak 0,3 ml dan dimasukkan dalam dobel obyek gelas yang telah berisi
larutan gula jenuh tadi. Campuran tinja dan gula jenuh ini diaduk dengan jarum
sampai merata dan didiamkan selama 3 menit. Dobel obyek gelas ini diperiksa
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10×10 dan telur cacing serta oosista yang
Metode ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing pada feses (tinja)
feses (tinja) dan digerus dengan morir. Lalu campuran tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sampai setinggi 1 cm dari mulut tabung dan didiamkan selama 10 menit
sampai terlihat endapan. Cairan diambil dengan pipt tetes sehingga tinggal endapan
53
saja. Kemudian ditambahkan air pada endapan tadi setinggi 1 cm dari mulut tabung
dan dikocok. Lalu didiamkan lagi selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan
jernih dibuang, lalu diteteskan NaOH 10% sebanyak 3 tetes dan ditambah aquadest
setinggi 1 cm dari mulut tabung, dikocok dan didiamkan selama 10 menit sampai
terlihat endapan. Cairan jernih dibuang lagi. Kemudian diteteskan methylen blue
sebanyak 3 tetes dan diaduk. Lalu diambil endapan yang paling bawah dan diletakkan
di atas gelas objek dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop (10 x 10).
Cara pemeriksaan
Hasil:
- Prinsip: glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis → terjadi
- Persiapan px:
Dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin → memberi hasil positif palsu
54
Alat yang digunakan:
1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Lampu spiritus
4. Penjepit tabung
5. Reagen
6. Fehling
7. Benedict
3. Panaskan dalam air mendidih 5 menit atau dengan api spiritus 2 menit, jaga jangansampai
mendidih
Hasil:
55
PENILAIAN STATUS PROTEIN
Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh antara lain:
1. Untuk mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
7. Pemeriksaan biokimia terhadap status protein dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu
penilaian terhadap somatic protein dan visceral protein. Perbandingan somatic dan
visceral dalam tubuh antara 75% dan 25%. Somatic protein terdapat pada otot skeletal,
sedangkan visceral protein terdapat di dalam organ/visceral tubuh yaitu hati, ginjal,
Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein. Penggunaan
pengukuran status protein ini didasarkan pada asumsi bahwa penurunan serum protein
disebabkan oleh penurunan produksi dalam hati. Penentuan serum protein dalam tubuh
meliputi: albumin, transferin, prealbumin, (yang dikenal juga dengan transthyertin dan
dan fibronectin .
56
Penentuan Serum Protein
1. Ion kupri (Cu2+) dalam reagen biuret bereaksi dengan peptida (-CONH) dan
proporsional dengan warna peptida pada pengukuran dengan kisaran yang luas. Senyawa
ini dibentuk hanya jika paling sedikit ada cua gabungan peptida (-CONH). Akibatnya
protein bereaksi dengan reagen biuret, sedangkan asam amino, ammonia, urea, dan
senyawa lain berisi nitrogen sederhana tidak bereaksi. (Peters dan Biamente, 1982).
2. Berilah label setiap tabung uji, yaitu standar, referensi, pool, dan setiap objek uji.
4. Pada tabung standar, tambahkan 50 µll larutan standar; pada tabung referensi tambahkan
50 µL serum referensi; pada tabung pool tambahkan 50 µL serum pool; pada masing–
5. Campurkan setiap tabung secara merata, danbiarkan dalam lemari gelap pada posissi
6. Tempatkan spectrophotometer pada panjjang gelombang 555 nm. Aturlah pda titik nol
1. Albumin merupakan komponen utama dari serum protein total dalam individu yang sehat.
Serum albumin diuji dam sebagian besar laborat klinik melalui metode penguat warna
1927). Serum albumin berikatan secara spesifik dengan berocresol green untuk
membentuk senyawa BCG albumin biru yang menyerap secara maksimal pada 600 nm.
57
2. Berilah label setiap tabung uji, yaitu kosong, standar, referensi, pool, dan setiap subjek
uji.
4. Pada tabung kosong tambahkan 20 µl air destilasi terionisasi. Pada tabung standar
referensi. Pada tabung pool tambahkan 20 µL serum pool. Untuk masing-masing subjek
5. Campurkan masing-masing tabung secara merata, dan biarkan pada posisi berdiri selama
2 menit.
9. Warnaa akhir yang berkembanng menjadi stabil selama 1 jam. Sampel yang mempunyai
1. Perhatikan bahwa bak penampung harus dijaga agar tidak meluap. Pelat harus diletakan
pada posisi horisontal pada tingkat permukaan dan suhu kamar meliputi seluruh prosedur
uji ini.
2. Siapkan, seoerti yang di jelaskan di bawah, tiga konsentrasi berbeda serum standar
(manusia) yang dikenal dengan konsentrasi TTR (yaitu 25 mg/dL); ini digunakan untuk
kurva standar.
3. Encerkan satu bagian serum standar tersebut dengan tiga bagian 0,9% NaCL yang yang
58
4. Encerkan satu bagian serum standar tersebut dengan satu bagian 0,9% NaCL yang
6. Isikan bak 1 ke 3 dengan 5 µL masing-masing dari tiga konsentrasi serum standar dengan
10. Setelah pengisian, biarkan pelat pada posisi terbuka berdiri selama 10-20 menit, lalu tutup
pelat tersebut dengan tutup plastik agar terlindungi dari pengeringan selama inkubasi.
11. Tinggalkan pelat ini tetap berdiri pada posisi horisontal pada permukaan level, suhu
kamar, selama 48 jam. Periode inkubasi ini menyebabkan difusi untuk mencapay titik
akhir (yaitu semua antigen yang tersedia telah bergabung dengan antibodi)
12. Setelah 48 jam, ukur diameter dari cincin presipitan (sampai ketelitian 0,1 mm) yang
diillumunasikan dengan lampu sorot kecil terhadap latar belakang gelap dengan
1. Vitamin A
Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang berlangsung lama, dimulai
dengan habisnya persediaan vitamin A dalam hati, kemudian menurunnya kadar vitamin
A plasma, dan baru kemudian timbul disfungsi retina, disusul dengan perubahan jaringan
epitel.
Pada umumnya konsentrasi vitamin A penderita KEP rendah yaitu <15 µg/gram jaringan
59
Tabel 6-1. Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar vitamin A dalam darah
Prosedur:
1. Seratus mikroliter plasma dimasukan ke dalam tabung mikro ditambah 100 mikroliter
etanol yang berisi standar retinil acetat (konsentrasi setara dengan 20 µ retinil/dl) dan 200
mikroliter heksan.
3. Setelah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit lapisan heksana yang
4. Ekstrak ini kemudian di uaokan dengan pertolongan gas nitrogen sampai kering.
5. Ekstrak yang sudah kering kemudian di tambah 100 mikroliter isoprepanol, kemudian
Catatan:
2. Setiap 4-5 kali penyuntikan pada HPCL kolom perlu dicuci dengan dialiri buffer tanpa
3. Bila ada dugaan kadar vitamin A dalam serum terlalu timnggi (misalnya serum orang
dewasa normal, anak yang baru saja diberi vitamin A dosis tinggi)
60
2. VITAMIN D
tetani. Apabila kekurangan terjadi pada masa pertumbuhan akan timbul osteomalasia.
Sangat jarang ditemukan rakitis bawaan, insiden tertinggi terdapat pada umur 18 tahun.
Kekurangan vitamin D timbul klasifikasi tulang yang tidak normal disebabkan oleh
rendahnya saturasi kalsium dan fosfor dalam cairan tubuh. Keadaan resorpsi tulang akan
berakibat menjadi lunaknya tulang-tulang serta deformitas torax, tulang punggung, pelvis,
2. Vitamin D3 (kolekalsiferol) yang dihasilkan oleh radiasi pada kulit manusia dengan
komponen ultraviolet sinar matahari dan juga terdapat secara alamiah pada sumber
makanan hewani. Kolekalsiferol dikonversi didalam hati dan mungkin usus menjadi
25 (OH) kolekalsiferol.
61
3. VITAMIN E
mengandung cukup E. Namun demikian kita harus tetap waspada adanya kemungkinan
subklinis, misalnya pada bayi berat badan lahir rendah dimana transfer vitamin E melalui
Gangguan yang dapat dilihat karena kekurangan vitamin E adalah hemolisis dan
mengurangnya umur hidup eritrosit penelitian pada binatang percobaan didapatkan bahwa
defiensi vitamin E menyebabkan kemandulan baik pada jantan dan betina. Gangguan lain
adalah distrofi otot dan kelainan saraf pusat (ensefalomalasia). Pada pemerikasaan
biokimia seorang anak dikatakan memiliki nilai normal, vitamin E apabila didalam serum
0,7 mg.
4. VITAMIN C
Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan
pematangan eritrosit dan pada pembentukan tulang dan dentin. Vitamin C mempunyai
Pada skurvy (kekurangan vitamin C) pertumbuhan anak terganggu dan timbu pendarahan
kapiler dimana-mana, terutama di daerah periostium dekat ujung tulang panjang. Kadang-
Pada waktu anak dilahirkan persediaan vitamin C dalam tubuh cukup banyak, maka
kejadian infantile scurvy kebanyakan terjadi pada umur 6-12 bulan. Pada umur 1 tahun
umumnya anak sudah dapat diet yang lebih bervariasi hingga kejadian menurun.
62
Gejala-gejala yang menonjol adalah :
1. Cengeng/mudah marah,
Kelainan Radiologis
Kelainan radiologis terdapat terutama pada bagian-bgian tulang yang sedang aktif
tumbuh, seperti ujung sternum tulang rusuk. Ujung distal femur, ujung proximal, humurus,
kedua ujung tibia dan fibula, dan ujung distal radius dan ulna.
Gambaran radiologis menunjukkan adanya garis epifis yang agak kabur dan tidak rata
seperti biasa, osteoporosis ringan,pembengkakkan pada ujung tulang panjang, terutama pada
5. TIAMIN (B1)
Kekurangan tiamin merupakan penyebab penyakit beri-beri. Bilamana diet wanita yang
sedang hamil tidak cukup mengandung vitamin B, maka anak yang dilahirkan dapat
menderita beri-beri bawaan atau gejala beri-beri dapat timbul pada anak dengan gastro-
enteritis menahun.
Gejala beri-beri pada bayi, anak dan orang dewasa pada umumnya sama. Manifestasi
penting berupa kelainan saraf, mental, dan jantung. Kadang-kadang ditemukan kasus
beri-beri bawaan dan jika ada gejala klinisnya timbul pada umur triwulan pertama.
ringan saja atau tidak tampak sama sekali. Anak yang kelihatan sehat selama 1 atau 2
63
minggu tidak menunjukan kenaikan berat badan, tampak kadang-kadang gelisah,
2. kasus menahun sering ditemukan pada anak yang lebih besar. Penderita demikian
umumnya lebih kecil dibandingkan anak sehat, gizinya kurang dan terdapat edema.
Sering-sering gejala yang menarik adanya afonia disebabkan oleh edema pita suara,
6. RIBOFLAVIN (B2)
Vitamin B, terdapat dimana-mana dalam alam. Daging, hati, ragi, keju, telur dan sayur-
mayur berupa daun merupakan sumber vitamin B2 yang baik. Kekurangan vitamin B2,
hamil yang sedang menyusui, penderita hipertiroidisme, suhu tubuh yang tinggi.
7. NIASIN
dalam makanan dan menyebabkan suatu penyakit pellagra (kulit kasar). Gejala-gejala
64
8. VITAMIN B6
Vitamin B6 bentuk aktifnya adalah 2 macam yaitu pyridoxal dan prydoxamine phosphat.
Fungsi Vitamin B6 :
3. Penting untuk fungsi normal dari susunan terdapat di berbagai tempat di kepala.
Pemeriksaan zat gizi spesifik bertujuan untuk menilai status gizi keempat masalah Gizi di
Indonesia yang dikaitkan dengan pemeriksaan laboratorium. Masalah gizi yang akan
dinilai secara laboratorium meliputi Kurang Energi Protein (KEP). Anemia Gizi Besi
dalam kaitannya dengan Kurang Energi Protein, maka analisis biokimia yang banyak
diperhatikan adalah yang menyangkut nilai protein tertentu dalam darah atau hasil
metabolit dari protein yang beredar dalam darah dan yang dikeluarkan bersama-sama
urin. Jenis protein yang nilainya menggambarkan status gizi seseorang mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Nilai prealbumin dalam kaitannya dengan status gizi
65
Tabel 6-6. Nilai prealbumin dalam Kaitannya Daya Status Gizi
µg/dl
Tabel 6-7. Batasan dan Interpretasi Kadar Serum Protein dan Serum Albumin
Margin
66
1-5 - <5,0 5,5 +
Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar serum protein dan serum albumin dapat dilihat
Anemia gizi adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Anemia gizi
besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi paling
tinggi pada kelompok ibu hamil (sekitar 70%) dan pekerja berpenghasilan rendah (40%).
Prevalensi Anemia pada usia sekolah sekitar 30% dan pada anak balita sekitar 40%. Nilai
ambang batas (cut off point) penentuan Status Anemia menurut WHO seperti Tabel 6-9.
Batasan anemia yang dikeluarkan Departemen Kesehatan, 1995, dalam buku Pedoman
67
Tabel 6-9. Batasan Hemoglobin darah (Sumber: WHO, 1975)
Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian kekurangan yodium pada tumbuh
kembang manusia. Spectrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium,
kretin endemic yang ditandai terutama oleh gangguan mental, ganggungan pendengaran,
gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, sering dengan kadar hormon
rendah, angka lahir dan kematian bayi meningkat. Beberapa cara untuk mengetahui
besarnya masalah GAKY pada masyarakat cukup dilakukan survei pada usia anak
68
sekolah yaitu usia 6-12 tahun. Disamping itu ada cara lain yaitu dengan melakukan
pemeriksaan kadar tyroid stimulating hormone (TSH dalam darah) dan mengukur
ekskresi yodium dalam urine (Depkes, Petunjuk Teknis Petugas Palpasi, 1997, hal. 1).
iodium dalam urine (µg/gr kreatinin) tahapan daripada keparahan tersebut adalah :
Tahap 1 : gondok endemik dengan rata-rata lebih dari 50µg/gr kreatinin di dalam urine.
Pada keadaan ini suplai hormone tyroid cukup untuk perkembangan fisik dan
Tahap 2 : gondok endemik dengan ekskresi yodium dalam urine rata-rata 25-50 µg/gr
kreatinim pada kondisi ini sekresi hormone tiroid boleh jadi tidak cukup,
kreatinisme.
Tahap 3 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi yodium dalam urine kurang dari 25
Nilai normal hasil pemeriksaan laboratorium secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 18.
Keunggulan Pemeriksaan
69
Keterbatasan Pemeriksaan
Beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi, sehingga perlu orang-orang yang ahli
dalam menentukan gejala klinik tersebut. Namun demikian, para tenaga medis dapat
Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita KEP ringan dan sedang.
Hal ini dikarenakan ada gejala klinik penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi
lebih dari satu zat gizi. Gejala klinis yang sama adakalanya disebabkan bukan hanya
Penilaian secara biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu uji radiologi, tes
A. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Metode ini umumnya jarang dilakukan di lapangan. Metode ini dilakukan dengan
osteomalasia, fluorosis dan beri-beri. Penggunaan metode ini adalah pada survei
yang sifatnya retrospektif dari pengukurankurang gizi seperti riketsia dan KEP
dini.
70
Sariawan (bayi) Menurunnya keadaan tulang, proses pengapuran (calcification)
tulang belakang
Tujuan utama dari tes biofisik adalah untuk mengukur perubahan fungsi yang
Ketajaman penglihatan
Penampilan fisik
Diantara tes tersebut di atas, yang paling sering digunakan adalah tes adaptasi pada
ruangan gelap. Tes ini untuk mengukur kelainan buta senja yang diakibatkan oleh
8. Tidak spesifik untuk mengukur kekurangan vitamin A, karena ada faktor lain yang ikut
mempengaruhinya
9. Sulit dilakukan
Metode ini akan lebih berguna apabila dilakukan di daerah epidemis kekurangan vitamin
A (buta senja)
71
C. TES SITOLOGI
Tes ini digunakan untuk menilai keadaan KEP berat. Seperti yang disarankan oleh
Sguires (1965), pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada epitel (stained
epithelial smears) dari mukosa oral. Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP
menunjukkan bahwa persentase perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini.
72
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah tentang “Pemeriksaan klinis, biokimia,
dan biofisik” yaitu bahwa sangat penting mengetahui tentang macam-macam pemeriksaan,
sehingga nantinya bila mengalami penyakit atau gangguan akibat kekurangan atau kelebihan
gizi, maka bisa diketahui jenis pemeriksaan mana yang harus dipakai untuk memeriksa
penyakit tersebut.
3.2 SARAN
Sebaiknya pemeriksaan klinis, biokimia, dan biofisik bisa terus ditingkatkan lagi metode
dan cara pemeriksaannya, sehingga ke depannya bisa lebih optimal dan banyak penyakit yang
73
DAFTAR PUSTAKA
Supariasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Pakar Gizi Indonesia. 2016. Ilmu Gizi: Teori & Aplikasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
74