Anda di halaman 1dari 6

PERAN AHLI GIZI SEBAGAI SUATU

PROFESI DALAM HAL PENELITIAN DAN


PENGEMBANGAN ILMU GIZI

OLEH :
WIDYA ADRIANINGTIAS
105070301111006

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVRSITAS BRAWIJAYA
2012
llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang
mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan
kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang
handal dan profesional serta tanggap dalam mengantisipasi

perkembangan masalah gizi baik nasional maupun internasional. Oleh


karena itu diperlukan pengembangan sumberdaya manusia sebagai
ahli gizi professional di Indonesia yang berkesinambungan dan
mempunyai daya saing internasional
Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian
merupakan salah satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi,
seperti yang tertulis didalam kepmenkes nomer 347 tahun 2007, maka
seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-penelitian gizi guna
untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang
baru untuk kepentingan bersama, dan melalui penelitiannya
diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat, serta
memecahkan masalah gizi di masyarakat.
Kompetensi program studi ilmu gizi dilakukan berdasarkan dari
peran dan fungsi sarjana gizi/ahli gizi (S.GZ) di masyarakat dan
sistem pelayanan gizi dalam aspek promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif serta mengacu kepada tujuan pendidikan
sebagai berikut :

Menjelaskan secara benar dasar-dasar ilmu gizi dan kaitannya


dengan kesehatan dan pangan;

Mengkaji secara menyeluruh keterkaitan gizi, kesehatan, dan


pangan dalam suatu sistem;

Mengkaji, menilai, dan mengidentifikasi keadaan gizi individu,


kelompok, atau masyarakat;

Membuat perencanaan intervensi dan pelayanan gizi yang


sesuai dengan kebutuhan;

Melaksanakan intervensi dan pelayanan gizi sesuai dengan


rencana intervensi;

Melaksanakan kegiatan monitoring pelaksanaan intervensi dan


pelayanan gizi;

Melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan intervensi dan


pelayanan gizi;

Melakukan promosi gizi dan melakukan mobilisasi sosial untuk


pencegahan dan penanganan masalah gizi;

Memahami pentingnya kerjasama lintas sektor, lintas disiplin


dan lintas profesi dalam menangani masalah gizi;

Melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk kegiatan


advokasi dalam menangani masalah gizi;

Merancang dan melaksanakan penelitian dibawah bimbingan


seorang ahli atau kelompok ahli;

Menerapkan hasil-hasil penelitian terbaru pada intervensi dan


pelayanan gizi;

Memutakhirkan diri dalam perkembangan ilmu dan teknologi


bidang gizi..

Perkembangan Ilmu Gizi.


Titik tolak perkembangan ilmu gizi dimulai pada masa manusia purba
dan pada abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu
pengetahuan pada abad ke-19 dan ke-20. Pada masa manusia purba
ilmu gizi dinyatakan sebagai suatu evolusi. Disini para peneliti
menggambarkan manusia sebagai pemburu makanan dan dikenal
sebagai Todhunter, perkembangan ilmu gizi sebagai suatu evolusi.

Perkembangan Ilmu Gizi di Indonesia, berikut beberapa hasil penelitian


dalam sejarah perkembangan Ilmu Gizi di Indonesia.
1.
Belanda mendirikan Laboratorium Kesehatan (15-1-1888) di
Jakarta. Tujuannya Menanggulangi Penyakit Beri-Beri di Indonesia dan
Asia
2.
Tahun 1934 = Lembaga Makanan Rakyat
3.
Tahun 1938, bermula dari Tahun 1919, Jansen dan Donath
meneliti masalah Gondok di wonosobo, kemudian oleh pemerintah
Hindia Belanda menfaslitasi pembentukan Lembaga Eijkman. Beberapa
Kegiatannya berupa survai gizi di tahun 1927-1942, oleh Jansen dan
Kawan-kawan pada 7 lokasi bertempat di jawa, seram dan lampung
yang bertujuan Mengamati Pola Makan, Keadaan Gizi, Pertanian dan
perekonomian. Lembaga ini juga berhasil melakukan Analisis Bahan

Makanan yang sekarang dikenal sebagai Daftar Komposisi Bahan


Makanan disingkat atau dikenal dengan DKBM
4.
Tahun 1930, De Hass dkk menemukan defisiensi Vitamin A,
(1935) meneliti tentang KEP (Kurang Energi Protein)
5.
Tahun 1950, Lembaga Makanan Rakyat berada dibawah
Kementerian Kesehatan RI ( diketuai Prof. Poerwo Soedarmo Pendiri
PERSAGI atau dikenal juga sebagai Bapak Gizi Indonesia. Bapak
Poerwo Soedarmo juga berhasil memperkenalkan promosi gizi yang
baik dengan istilah Empat Sehat Lima Sempurna yang begitu populer
pada waktu itu sampai pada pemerintahan Orde Baru.
Penelitian-Penelitian di Indonesia ini yang kemudian menarik
perhatian WHO dan dijadikan sebagai rekomendasinya adalah
1.
Domen (1952-1955) penelitian tentang kwashiorkor (istilah gizi
buruk karena kekuranagn protein) dan Xeropthalmia (Istilah Kebutaan
Akibat kekurangan Vitamin A)
2.
Klerk (1956) penelitian tentang Tinggi Badan (TB) dan Berat
Badan (BB) anak Sekolah yang dapat memberikan gambaran Status
Gizi Anak SD pada masa balitanya.
3.
Gailey ( 1957 1958 ) tentang Kelaparan di Gunung Kidul
menghasilkan teori Kelaparan

KELAPARAN
(Hunger)
menurut E.Kennedy,
(2002) sebagai kutipan dari penelitian Prof Soekirman Ph.D
Guru Besar Ilmu Gizi IPB Bogor tentang kelaparan adalah
Rasa tidak enak dan sakit, akibat kurang /tidak makan,baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak
dan terjadi berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu
menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan kesehatan.
Prof. Poerwo Soedarmao Mencetak Tenaga Ahli Gizi ( AKZI dan

4.
FKUI)
5.
Dan tahun 1950-2010 perkembangan ilmu gizi di Indonesia
sangat pesat, sampai sampai teori-teori gizi yang baru ditemukan
belum sampai diterapkan muncul lagi ilmu yang terbaru dari hasil
penelitian terbaru dari ilmu gizi.
Dari Perkembangan Ilmu Gizi tersebut diatas baik di Indonesia
maupun di Luar Negeri, Penjelasan mengenai makanan dan
hubungannya dengan kesehatan semakin jelas yaitu makanan atau
unsur-unsur (zat-zat) gizi essensial yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan meliputi Vitamin,
Mineral, Asam amino, Asam lemak Dan sejumlah Karbohidart sebagai
energy. Dan unsur-unsur (zat-zat) gizi non essensial dapat disistesis
oleh tubuh dari senyawa atau zat gizi tertentu. Unsur-unsur gizi ini
dikelompokkan atau digolongkan dalam 6 golongan besar yaitu (1)
Karbohidrat, (2). Protein, (3).Lemak, (4) Vitamin, (5) Mineral dan (6) air.
Melihat perkembangan yang begitu pesat baik di Indonesia maupun di
Dunia Badan Dunia WHO membagi ruang lingkup ilmu gizi ke dalam
tiga
kelompok
besar. Pertama, kelompok
gizi
biologi
dan

metabolik. Kedua, kelompok gizi perorangan, sepanjang siklus


hidup. Ketiga, kelompok gizi masyarakat, baik bersifat lokal, nasional,
regional dan global
Ilmu Gizi Kemudian dibagi menurut Ruang Lingkupnya yaitu Ilmu
gizi dibagi dalam dua bidang keilmuan yang dilihat dari segi sifatnya
yakni :
1.
Ilmu Gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan
disebut Gizi kesehatan perorangan(Clinical Nutrition) yaitu Gizi Klinik
lebih menitikberatkan pada kuratif daripada preventif dan promotifnya.
Dengan pendekatan kuratif prosesnya dimulai dari Anamnesis dan
pengkajian status nutrisi pasien, Pemeriksaan antropomotri beserta
tindak lanjut terhadap gangguannya, Pemeriksaan radiologi dan tes
laboratoium yang bertalian dengan status nutrisi pasien, Suplementasi
Oral, enteral dan parenteral, Interaksi timbal balik antara nutrien dan
obat-obatan
2.
Ilmu Gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang
disebut Gizi kesehatan masyarakat (Public Health Nutrition) Yaitu Gizi
Masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok
masyarakat, oleh sebab itu sifatnya lebih ditekankan pada pencegahan
(preventif) dan peningkatan (promotif) . Termasuk juga tentang Bahan
Tambahan makanan ( Pewarna, penyedap dan bahan-bahan
kontaminan lainnya
Khusus untuk perkembangan ilmu Gizi di Kabupaten Polewali Mandar
Propinsi Sulawesi Barat, tidak terlepas dari perkembangan ilmu gizi di
Indonesia. Perkembangan ilmu Gizi di Polewali Mandar, lebih terlihat
pada perkembangan dari Pelaksanaan Program Gizi atau program
perbaikan gizi masyarakat dan beberapa penyakit pada masyarakat
yang berhubungan dengan makanan yaitu
1.
Ilmu gizi dalam pelaksanaannya dituangkan dalam program gizi
pada struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar (19922000) sebagai sub seksi gizi dibawah seksi Kesehatan ibu dan anak,
yang di Jabat oleh Ibu Kamariah Rostuti. Pada periode ini kegiatan
utamanya adalah Kegiatan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga). Pada
periode ini ada keberhasilan dalam pelaksanaan program gizi dan juga
ada kegagalan yang tragis yaitu pada masa krisis ekonomi ditahun
1998 -2004, ditemukan melonjaknya kasus GAKI yang mencapai 34
% (status pembesaran kelenjar gondok dengan status endemik
berat), dalam waktu yang bersamaan ditemukan juga meningkatnya
kasus GIZI BURUK yang mencapai 8%. Ibu Kamariah langsung
dimutasi dan digantikan oleh Pejabat yang mempunyai kompetensi,
(Sdr. Arsad Rahim Ali) dalam jangka waktu tiga tahun kedua kasus ini
turun sampai batas ambang yang tidak dinyatakan sebagai masalah
gizi masyarakat.
2.
Setelah periode desentraslisasi perkembangan program gizi
bukan lagi ditempat sebagai struktur dalam organisasi Dinas
Kesehatan tetapi hanya ditempat sebagai Program Bina Gizi dengan
beberapa sub program SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi),
Program Pencegahan dan penanggulangan Kurang Vitamin A, Kurang
Anemia Gizi, GAKI dan Program Pencegahan dan penanggulangan KEK

serta Program Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di


Posyandu.
3.
Selain ilmu gizi yang dilihat dari perkembangan program gizi,
Ilmu gizi di Polewali Mandar juga ditemukan beberapa istilah ilmu gizi
yang dilihat dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
makanan pada masyarakat Polewali Mandar diantaranya Sawangan
(Gizi Buruk) istilah yang menunjukkan bahwa penyakit yang terjadi
sebagai refleksi dari nenek-moyang masyarakat Polewali Mandar
tempo doelue yang menderita kelaparan. Istilah lainnya yang cukup
populer adalah Buta Rarang yaitu suatu penyakit yang tidak dapat
melihat pada sore harinya atau kesulitan melihat anak-anak ketika
masuk dalam rumah. Penyakit ini pada masyarakat cenderung
menghubungkannya dengan kurang nafsu makan pada anak. Penyakit
ini dalam istilah medisnya dikenal sebagai xeropthalmia.

Daftar pustaka :
http://www.persagi.org/index.php?hal=fi1&keyIdHead=44 ,diakses
pada tanggal 27 maret 2012, pukul 11.00 WIB
http://www.peduligizi.com/index.php/berita/133-mengenalperkembangan-profesi-gizi-di-indonesia ,diakses pada tanggal 27 maret
2012, pukul 11.00 WIB
http://arali2008.wordpress.com/2010/10/19/sejarah-perkembanganilmu-gizi/,diakses pada tanggal 27 maret 2012, pukul 11.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai