Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBUTUHAN MAKANAN KELOMPOK KHUSUS TEMPAT KERJA

OLEH :

KELOMPOK II

Indriani (21803014)
Harvy Arens Tutuhatunewa (21803012)
Sudarni
Ikbal julianhar (21803013)
Yenny Yolanda Beay
Muliyana
Musliyati
Muh. Tauhid Tasrie (21803020)
Yulianti
Karmila Uyara
Indah Al Mutmainnah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dan sebagai tugas
kelompok III, tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu, A, Sani
Silwana, SKM, M.Kes. selaku Dosen Mata Gizi kerja yang telah memberikan
tugas makalah yang berjudul Kebutuhan Makanan Kelompok Khusus Tempat
Kerja, kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu
dan berpengetahuan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki untuk itu,
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat
pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan
keterbelakangan.
Gizi di tempat kerja merupakan salah satu faktor penting yang
memengaruhi kesejahteraan dan produktivitas kerja. Pemenuhan gizi
ditempat kerja tidak hanya terkait dengan penyediaan makanan hal itu juga
terkait dengan upaya, kesejahteraan, kesehatan dan kepercayaan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari produksi bersih sebagai berikut :
1. Apa Pengertian makanan
2. Bagaimana Kebutuhan Makanan Kelompok Khusus menurut Agama
dan kepercayaan ditempat kerja.
3. Bagaimana Kecukupan gizi pekerja wanita menurut kondisi khusus
tempat kerja
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut
1. Mengetahui Pengertian makanan
2. Mengetahui Bagaimana Kebutuhan Makanan Kelompok Khusus
menurut Agama dan kepercayaan ditempat kerja.
3. Mengetahui Bagaimana Kecukupan gizi pekerja wanita menurut
kondisi khusus tempat kerja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makan
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
keberlangsungan hidup dan sebagai sumber energi untuk menjalankan
aktifitas fisik maupun biologis dalam kehidupan sehari-hari. Makanan
yang dikonsumsi oleh tubuh harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi
yang optimal dan lengkap. Selain itu makanan yang akan dimasukan ke
dalam tubuh kita harus murni, bersih dan utuh dalam arti tidak
mengandung bahan pencemar serta harus memenuhi syarat higiene dan
sanitasinya (Wulansari, 2013).
Kebutuhan konsumen khususnya pada karyawan yang bekerja pada
suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan karena tenaga kerja
menghabiskan waktunya lebih dari 35% setiap harinya di tempat kerja,
oleh sebab itu untuk menunjang produktivitas dan efiesiensi dalam
pekerjaannya perlu mendapatkan asupan gizi yang optimal. Dalam tusaha
dalam mengatasi masalah gizi pekerja yaitu dengan memperbaiki keadaan
kesehatan dan meningkatkan keadaan gizi pekerja, dengan cara
menyediakan penyelenggaraan makanan bagi pekerja (karyawan)
(Kurniah, 2010).

B. Kebutuhan Makanan Kelompok Khusus menurut Agama dan


kepercayaan ditempat kerja.
Kebiasaan makan dalam kaitannya dengan kepercayaan, dalam hal ini
agama, bisa kita lihat pada beberapa agama besar di dunia dan beberapa
aliran kepercayaan lainnya. Agama mempunyai aturan sedemikian rupa
untuk keteraturan bagi umatnya, termasuk tentang aturan tentang
kebutuhan dasar ini. Hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
(pantangan/tabu (taboo) dan bukan pantang) dalam kegiatan produksi,
persiapan, dan konsumsi makanan. Dalam Islam kita mengenal prinsip
halal, aturan yang menetapkan diizinkan mengolah, mengkonsumsi
makanan setelah diperlakukan dan dibolehkan.
1. Dalam Islam
kita mengenal prinsip halal, aturan yang menetapkan diizinkan
mengolah, mengkonsumsi makanan setelah diperlakukan dan
dibolehkan menurut aturan hukum Islam atau syari’ah. Misalnya
daging sapi disebut halal bila mati setelah disembelih, tidak mati
dengan sendirinya (bangkai), disembelih dengan menyebut nama
Allah, didapatkan dengan cara yang baik, bukan curian, tidak
mengandung alkohol, dan lain sebagainya. Kemudian juga tidak
dibolehkan memakan sejumlah bahan makanan seperti babi, ular,
kalelawar, katak beserta unsur-unsurnya, dan sejumlah bahan
makanan lainnya yang mungkin pada kebudayaan lain, dianggap
mempunyai nilai gizi dan bahkan sakral.
2. Aturan agama Hindu,
dengan prinsip ahimsa (bahasa sansekerta), yang berarti anti
kekerasan, melarang memotong hewan untuk dijadikan makanan,
dalam hal ini sapi, mereka menerapkan prinsip ini berlandaskan pada
kitab Hindu dan buku-buku hukum agama Hindu, seperti mahabrata
dan darmasastra, bahwa perlakuan terhadap binatang dihubungkan
dengan tujuan untuk menghindari karma yang mempengaruhi hasil
dari kekerasan karena memotong atau menyembelih hewan.
Penderitaan semua makhluk diyakini timbul dari keinginan (nafsu),
disebabkan oleh karma dari tindakan manusia.
Kekerasan pemotongan hewan untuk dijadikan makanan, akan
medapatkan akibat dari karma tersebut, semua yang terlibat, baik yang
menyembelih hewan, yang membeli atau menjual daging, yang
memasak, yang melayani, juga tentu saja yang memakan hewan
tersebut. Lebih jauh, semua ini dianggap sebagai pembunuh hewan.
Karena itu juga, 20-30 persen penganut agama Hindu memilih hanya
memakan bahan pangan nabati sebagai dietnya atau dikenal juga
dengan diet vegetarian.
Dalam beberapa tradisi, mereka yang menyembah Wisnu atau
Krishna, hanya memberikan persembahan atau sesajian berupa
makanan vegetarian kepada Dewa dan menurut perintah kitab suci
mereka hanya makanan vegetarian yang dapat diterima sebagai
sesajian atau dalam bahasa sansekerta disebut juga prasad. Lebih jauh,
mereka meyakini bahwa makanan membentuk kepribadian, suasana
hati dan pikiran. Diet nabati diangap mampu mengantarkan seseorang
pada kondisi kemajuan spiritualitas yang baik atau dikenal juga
dengan istilah sattvic.
Agama Buddha menekankan bahwa membunuh dan memakan hewan
merupakan perilaku tidak bermoral yang mampu memadamkan kasih
sayang. Dalam MahaparinirvanaSutra Mahayana, salah satu kitab
moral Buddha menyatakan bahwa segala jenis daging dan ikan
konsumsi (bahkan hewan yang sudah ditemukan mati) dilarang. Sang
Buddha menekankan bahwa daging tidak dapat disandingkan dengan
belas kasihan. Buddha mengajarkan vegetarianisme untuk umatnya.
Namun dalam prakteknya, dalam dunia modern Buddha, sikap
terhadap vegetarianisme setiap lokasi berbeda. Di Cina dan Vietnam,
para biksu biasanya tidak makan daging. Di Jepang dan Korea
kebanyakan sekolah tidak lagi mengajarkan diet vegetarian, beberapa
sekolah saja yang mengajarkan untuk tidak makan daging. Aliran
Theravada di Sri Lanka dan Asia Selatan-timur tidak berlatih
vegetarianisme. Namun semua umat Buddha, termasuk para biksu,
diperbolehkan untuk berlatih vegetarianisme jika mereka ingin
melakukannya. Para ahli telah memperkirakan bahwa di seluruh dunia
sekitar separuh dari semua umat Buddha adalah vegetarian.
Dalam masyarakat Cina juga dikenal dengan diet Su Shi, diet yang
berasal dari kebiasaan makan Tiongkok Kuno dari ajaran Tao, yaitu
diet terbatas tertentu untuk biarawan, didasarkan pada keseimbangan
Yin-Yang. Dalam diet ini disarankan mengkonsumsi makanan yang
mengandung Yin-Yang seimbang, seperti buah, sayuran, kacang-
kacangan, biji-bijian, aneka rumput laut, padi-padian berkulit ari, serta
lauk hasil laut, dan membatasi mengkonsumsi makanan yang terlalu
Yin (seperti nasi putih, minyak goreng, susu, gula, kopi, kue-kue, dan
makanan berpengawet) serta makanan yang terlalu Yang (seperti
daging, telur, ayam, keju, dan garam). Kebiasaan ini juga telah
dilakukan oleh anggota masyarakat umum terutama selama festival
Tao. Namun, meskipun menolak daging, telur, dan susu, diet ini tidak
termasuk kerang dan produk tiram. Kebiasaan ini lebih dikenal dengan
diet makrobiotik.
3. Agama Yahudi
mengenal istilah kosher (khashrut dalam bahasa Ibrani), adalah
hukum Yahudi tentang makanan. Dalam bahasa Inggris kata ini
digunakan untuk mengartikan sesuatu yang sah, asli, atau otentik.
Secara harfiah kosher berarti ‘layak’, sebaliknya makanan yang tidak
sesuai dengan hukum Yahudi atau
tidak layak disebut treifah atau treif (tercabik), misalnya sapi atau
domba yang disembelih dengan cara keliru atau dilukai hingga mati
oleh binatang buas. Terkait dengan kebiasaan makan, sebagian umat
Yahudi menerapkan diet vegetary sebagai kebiasaan makannya.
Meskipun tidak diperintahkan secara implisit dalam ajaran Yahudi
namun mereka menggunakan argumen etika moral Yahudi sebagai
landasan perilaku ini. Yakni, dikenal dengan tiga etika mitzvah: Tsaar
Baalei Haim, Pikkuah Nefesh, dan Bal Tashchit. Tsaar Baalei Haim
adalah perintah untuk tidak menimbulkan ‘rasa sakit untuk makhluk
hidup’. Pikkuah Nefesh menghindari efek yang ditimbulkan secara
tidak langsung bagi kehidupan manusia, seperti sakit karena
mengkonsumsi makanan tersebut. Bal Tashchit adalah hukum yang
melarang limbah. Pendapat lain, di era Mesianik (masa kenabian Isa
AS), tid ak makan daging adalah kebiasaan yang
dicontohkan oleh nabi Isa. Tradisi Yahudi menegaskan bahwa
salah satu cara untuk mempercepat kedatangan Mesias adalah dengan
mulai berlatih cara-cara yang akan berlaku di masa Mesias.
C. Kecukupan gizi pekerja wanita menurut kondisi khusus tempat kerja
1. Kodisi Fisiologi
a. Ibu hamil
Selama kehamilan untuk perkembangan janin, pekerja
perempuan yang hamil membutuhkan tambahan energi dan zat
gizi lainnya seperti zat besi dan asam folat. Perempuan yang
berstatus gizi yang baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang
membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari pada trimester 1,
sedangkan pada trimester 2 dan 3 dibutuhkan tambahan 300
kkal/hari.
Selama menyusui untuk produktivitas asi, pekerja perempuan
yang hamil membutuhkan tambaha energi dan zat gizi lainnya
selama enam bulan pertama, seorang ibu menyusui
membutuhkan energi tambahan 500 kkal/hari pada 6 bulan
berikutnya.
b. Selama menyusui
untuk produktivitas asi, pekerja perempuan yang hamil
membutuhkan tambaha energi dan zat gizi lainnya selama enam
bulan pertama, seorang ibu menyusui membutuhkan energi
tambahan 500 kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.
2. Kondisi Tertentu
a. Anemia besi
Untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi
dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi.
Selain itu, pekerja dianjurkan mengkonsumsi makan bergizi
seimbang yang kaya zat besi seperti : hati, daging, ikan, ayam,
telur dan sayuran hijau. Khusus bagi pekerja perempuan, untuk
mencegah anemia dianjurkan pemberian tablet besi dengan
dosis 60 mg per minggu selam 16 minggu setiap tahun. Selama
masa haid diberikan 60 mg zat besi setiap hari.
b. Kelebihan berat badan
Perlu memerlukan perencanaan makan atau diet rendah kalori
seimbang pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan
menggurangi asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan
makanan dengan metode gizi seimbang, yaitu cukup sumber
karbohidrat, protein, dan lemak serta cukup vitamin dan
mineral. Porsi kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan
siang hari. Konsumsi sayuran dan buah-buahan, susu yang
dikonsumsi sebaiknya adalah susu rendah lemak. Olah raga
secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olahraga apapun baik
namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena
dapat membakar lemak, sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali
seminggu selama 20-30 menit karena dengan durasi tersebut
pembakaran kalori baru dapat terjadi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk keberlangsungan
hidup dan sebagai sumber energi untuk menjalankan aktifitas fisik maupun
biologis dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan konsumen khususnya
pada karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan sangat penting untuk
diperhatikan karena tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari 35%
setiap harinya di tempat kerja, oleh sebab itu untuk menunjang
produktivitas dan efiesiensi dalam pekerjaannya perlu mendapatkan
asupan gizi yang optimal.
B. Saran
Peningkatan asupan gizi perusahan yang baik bagi pekerja wanita maupun
pria dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga makin baik status
gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/38062/3/PDF%20%28BAB%201%29.pdf

https://id.scribd.com/document/370248616/Muhammad-Andi-Gizi-kerja-k3

https://dokumen.tips/documents/makalah-kelompok-9-gizi-kerja.html

Susanto, Luciana S. Diet. http//:www.nova.com. Diakses pada 2010

Artikel, Diet Hukum Hindu. www.wikipedia.com. Diakses pada 2010

Susanto, Luciana S. Diet. http//:www.nova.com. Diakses pada

http//:www.wikipedia.com/yahudi-kosher. (diakses pada 2010)

Anda mungkin juga menyukai