Oleh :
Kelompok 6
4E
MANADO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, akal, pikiran, serta karunianya sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan, tugas makalah yang berjudul “Penentuan Status
Gizi Secara Langsung : Pemeriksaan Klinis ” dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penentuan
Status Gizi di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Makalah ini dapat selesai tersusun berkat hasil kerja dari berbagai pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat
dalam pembuatan makalah ini dan telah membantu kami menyelesaikannya. Kami
juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen mata
kuliah.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca akan kami terima dengan senang hati. Kami sangat
mengharapkan semoga dari makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan dapat menginspirasi para pembaca.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemeriksaan Klinis.......................................................................3
2.2 Riwayat Medis................................................................................................7
2.3 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................9
2.4 Indikator Kesehatan Masyarakat..................................................................15
2.5 Keunggulan Dan Keterbatasan Pemeriksaan Klinis.....................................23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
1. Mengetahui pengertian dari pemeriksaan klinis
2. Mengetahui tentang riwayat medis
3. Mengetahui tentang pemeriksaan fisik
4. Mengetahui indikator kesehatan masyarakat
5. Mengetahui keunggulan dan keterbatasan pemeriksaan klinis
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan klinis adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
klinis mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon
terhadap terapi tersebut. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh
data yang sistematis dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil
anamnesa, menetukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang
tepat bagi klien.
Penilaian klinis yang dimaksud di sini adalah penilaian fisik berfokus gizi
(nutrition focused physical findings) yang biasa dilakukan oleh tenaga medis,
tetapi menurut jenjang kompetensinya sebagian dapat dilakukan oleh tenaga gizi
3
terlatih atau berpengalaman untuk menjadi bahan komunikasi dengan tim medis,
paramedis, dan non-medis. Penilaian klinis mempunyai dua komponen utama,
yaitu riwayat medis berupa catatan perkembangan penyakit sebelumnya dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui tanda (sign) serta gejala (symptom).
1. Glositis
Mulut
Defisiensi riboflavin, niasin, biotin, vitamin B6, vitamin B12, folat, zat
besi dan zink
4
2. Xeroptalmia, buta senja, fotofobia, xerosis, bitos’spot, ulserasi kornea dan scar
Mata
Defisiensi vitamin A
5
3. Depigmentasi
Kulit
Kurang Energi Protein (KEP)
6
4. Kulit kekuningan/orange
Kulit
Kelebihan karoten
Kuku
Defisiensi zat besi
7
menegakkan diagnosis gizi, apakah pasien ini adalah pasien Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) atau bukan GAKY. Hal ini disebabkan oleh
berbagai kelainan kelenjar gondok mempunyai manifestasi pembesaran kelenjar
gondok. Apabila pasien itu berasal dari daerah endemik GAKY, kemungkinan
besar dia adalah pasien GAKY. Apabila pasien mengeluh tidak tahan panas, cepat
lelah, lemah, gugup, tremor, jantung berdetak dengan cepat, berat badan turun dan
gangguan menstruasi, jelas ini adalah kasus hipertiroid dan bukan GAKY, apalagi
jika pasien bukan datang dari daerah endemik GAKY. Jadi, menggali informasi
dari pasien sangat penting untuk ketepatan penentuan akar permasalahan dan
menghindari salah diagnosis.
8
Data-data tambahan yang juga perlu diketahui antara lain: Apakah
penderita juga menderita anemia; pernah operasi usus; pernah menderita
penyakit infeksi; pernah menderita penyakit kronis, seperti Luka pada
lambung (ulcus gaster) dan Luka pada duodenum; ada kelainan bawaan
(genetik). Data-data tersebut dapat dikumpulkan dengan cara wawancara
dengan penderita dan keluarganya, atau dengan observasi langsung pada
rumah dan lingkungan penderita. Semua informasi tersebut perlu
dikumpulkan untuk mengetahui lebih lanjut apakah gizi kurang
disebabkan oleh penyebab primer, yaitu konsumsi makanan atau sebab
lain seperti penyakit menahun, obat-obatan yang lama, keturunan ( dalam
hal ini mungkin disebabkan tidak terbentuknya enzim pencemaan)
sehingga menyebabkan terganggunya proses pencernaan makanan.
Tenaga gizi melihat dan mengamati gejala gizi kurang meliputi sign
(tanda yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati, tetapi
dirasakan oleh penderita). Saat melakukan pemeriksaan fisik ini, biasakan dimulai
dengan inspeksi umum saat pertama kali bertemu klien atau pasien untuk
mendapat gambaran umum kesehatan pasien. Setelah itu, dilanjutkan dengan
inspeksi lokal yang berfokus pada suatu sistem. Pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan terhadap semua perubahan fisik yang ada kaitannya dengan kondisi
ketidakcukupan/ke lebihan gizi yang dapat dilihat atau dirasakan pada jaringan
9
epitel superfisiai, terutama kulit, rambut, mata, mukosa pipi, lidah, gigi, dan organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid dan parotid. Fokus
inspeksi pada beberapa aspek ini meliputi ukuran, warna, bentuk, posisi, simetris,
lesi, dan penonjolan atau bengkak.
10
Identifikasi Tanda Klinis :
11
4. Rambut dicabut tidak terasa sakit
Defisiensi Vitamin C
1. Scorbutic Rosary
12
2. Perdarahan difus dari gusi
13
6+ tahun laki- Tanda 2 + 3 Tanda 2 atau 3 Tanpa tanda
laki, perempuan
2. Craniotabes
3. Bowed legs
14
Kategori Umur Kategori Resiko
Dan Jenis
Berat Sedang Ringan
Kelamin
a. Tanda-Tanda Klinis
15
Pada pemeriksaan klinis, penderita KEP akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut:
Marasmus
Kwashiorkor
1. Pada umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis)
2. Wajah membulat dan sembab, Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila
diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus-menerus
3. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis, Anak sering
menolak segala jenis makanan ( anoreksia)
4. Pembesaran hati, Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/ mencret,
Rambut berwarna
5. kusam dan mudah dicabut
6. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi
hitam terkelupas (crazy pavement dennatosis).
7. Pandangan mata anak nampak sayu
b. Metode penentuan
16
c. Interpretasi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin darah kurang daripada
kadar normal.
Gejala-gejala/ tanda-tanda yang dapat dilihat adalah Lelah, lesu, lemah, letih, lalai
(SL); Bibir Tampak pucat; Nafas pendek; Lidah licin; Denyut Jantung meningkat;
Susah buang air besar; Nafsu Makan berkurang; Kadang-kadang pusing; Mudah
Mengantuk
b.Metode Penentuan
Untuk mendeteksi Anemia Gizi Zat Besi (AGB) Maka perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ yang meliputi: Mata, Kuku, Bibir
dan Lidah.
c.Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami
perubahan sesuai dengan tanda-tanda klinis anemia gizi besi, maka ada petunjuk
bahwa kemungkinan besar anak tersebut menderita Anemia Gizi Besi.
Masalah anemia merupakan masalah gizi utama yang masih dihadapi oleh
pemerintahani Indonesia, hal ini terbukti dengan masih tingginya prevalensi
anemia. Prevalensi Anemia kelompok rawan masih cukup tinggi. Menurut Data
17
tahun 1992, anemia merupakan masalah kesehatan Masyarakat apabila melebihi
prevalensi seperti pada Tabel
18
3. Perkembangan saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya khas,
mata juling, gangguan bicara sampai bisu dan refleks fisiologi yang
meninggi.
a. Retardasi mental.
a. Tanda-tanda Klinis
1) Orang (sampel) yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap pemeriksa.
19
3) Amatilah apakah ada pembesaran kelenjar gondok (tennasuk tingkat II atau
III).
4) Kalau bukan, sampel disuruh menengadah dan menelan ludah. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah yang ditemukan adalah kelenjar gondok atau
bukan. Pada gerakan menelan, kelenjar gondok akan ikut terangkat ke atas.
b. Klasifikasi
1) Grade 0: Normal Dengan Inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadali
maksimal, dan dengan palpasi tidak teraba
2) Grade IA Kelenjar gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah
maksi-mal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3) Grade IB Kelenjar gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat
dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari grade IA.
4) Grade II Kelenjar gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan
dengan palpasi teraba lebih besar dari grade IB.
5) Grade III Kelenjar gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau
Iebih.
20
Dalam rangka penentuan prevalensi gondok endemik, maka diperlukan rumus
perhitungan TGR dan VGR
4. Kekurangan Vitamin A
1) Keadaan yang reversibel yaitu yang dapat sembuh seperti Buta senja
(hemerolopia); Xerosis conjunctiva; Xerosis kornea dan Bercak bitot.
2) Keadaan yang ireversibel, yaitu keadaan yang agak sulit sembuh Ulserasi
kornea dan Keratomalasia.
21
Klasifikasi yang ditetapkan pada pertemuan bersama WHO, UNICEF, Helen
Keller Internasional dan IV ACG di Jakarta pada tahun 1981 merupakan
modifikasi klasifikasi, yaitu: K1asifikasi kekurangan vitamin A:
h) XF yaitu Xerophtalmiafundus
22
Untuk mendeteksi Kekurangan Vitamin A Kurang Energi Protein (KEP) maka
perlu dilakukan pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ yaitu mata.
Tingkatan XIA sampai X2 sifatnya reversible, yang memiliki kemungkinan
diobati hingga sembuh, sedangkan X3A sampai dengan tahap selanjumya bersifat
irreversible yang tidak dapat diobati hingga sembuh.
Penggunaan metode klinis untuk menilai status gizi mempunyai kelebihan dan
kelemahan, seperti akan diuraikan berikut.
23
Kelemahan metode klinis :
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Mardalena, Ida. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Ilmu Gizi.
Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Ilmu-Gizi-Keperawatan-Komprehensif.pdf
(diakses 20 Maret 2022)
Pakar Gizi Indonesia. 2016. Ilmu Gizi : Teori dan Aplikasi. Cetakan 2017. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Par’i, H., M. Sugeng, W. & Titus P., H. 2017. Bahan Ajar Gizi : Penilaian Status
Gizi. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf
(diakses 20 Maret 2022)
Setyawati, V., A., Veria & Eko Hartini. 2018. Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi
Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : CV Budi Utama
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Dasar_Ilmu_Gizi_Ke
sehatan_Masy/YACDDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pengertian+peme
riksaan+klinis+gizi&pg=PA67&printsec=frontcover (diakses 20 Maret
2022)
26