Anda di halaman 1dari 20

DASAR GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

Penilaian Status Gizi Dengan Menggunakan Metode Pemeriksaan Klinis,


Penilaian Tanda Biokimia dan Biofisik

Dosen Pengajar :

Prof. dr. Nova H. Kapantow, DAN, MSc, SpGK


dr. Nancy S. H. Malonda, MPH
Maureen I. Punuh, SKM, MSi
dr. Marsella D. Amisi, M.Gizi
Yulianty Sanggelorang, SKM, MPH

Di Susun Oleh :
Kelompok 3
Kelas 02 – D

Finna Novi Anantya 19111101164


Immanuel Ch. Tumengkol 19111101157
Ferika Sumerah 19111101163
Tiara Pongoh 19111101160
Regina B.Muaja 17111101038
Toar Luntungan 16111101133

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadiran Tuhan yang maha Esa karena berkat anugerahnya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Penilaian Status Gizi dengan
Menggunakan Metode Pemeriksaan Klinis, Penilaian Tanda Biokimia dan
Biofisik”.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada

1. Prof. dr. Nova H. Kapantow, DAN, MSC

2. dr. Nancy S. H. Malonda, MPH

3. Maureen I. Punuh, SKM, Msi

4. dr. Marsella D. Amisi, M.Gizi

5. Yulianty Sanggelorang, SKM, MPH

Selaku dosen matakuliah gizi yang telah memberikan tugas ini sehingga kami
mendapatkan ilmu pengetahuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kriktik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Manado, 18 Februari 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian ini
memberikan makna, bahwa keadaan sehat akan memungkinkan setiap orang hidup
sejahtera. Kesehatan merupakan salah satu unsur bagi kesejahteraan manusia. Oleh
karena itu, kesehatan harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita dan martabat manusia.
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya bebas
dari penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang
baik, dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status gizi baik tidak mudah
terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif. Status gizi
merupakan salah satu factor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Namun pada masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan gizi.
Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila
asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam
makanan, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya
berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai
akibat dari asupan gizi sehari-hari.
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian
hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian
status gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian
status gizi menjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan
kematian terkait dengan status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi,
dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pemeriksaan Klinis ?
2. Apa itu Pemeriksaan Biokimia ?
3. Apa itu Pemeriksaan Biofisik ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan Pemeriksaan Klinis
2. Menjelaskan Pemeriksaan Biokimia
3. Menjelaskan Pemeriksaan Biofisik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Klinis


Penilaian klinis adalah evaluasi fisik dan prognosis kondisi pasien berdasarkan
informasi yang dikumpulkan dari riwayat pasien sebelumnya, hasil pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan menunjang. Penilaian klinis merupakan metode penilaian status gizi
secara langsung yang penting untuk menilai status gizi masyarakat maupun pasien
yang dirawat. Beberapa tanda-tanda klinis malnutrisi tidak spesifik karena ada
beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi mempunyai dasar
penyebab yang berbeda. Oleh sebab itu, sebaiknya pemeriksaan klinis dipadukan
dengan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan antropometri, biokimia, dan survey
konsumsi sehingga diperoleh kesimpulan lebih luas dan tepat (Pakar Gizi Indonesia,
2016).
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).
Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang
berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat
pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Syafiq, dkk., 2010).
Pemeriksaan klinis secara umum terdiri dari dua bagian yaitu 1) riwayat
medis/riwayat kesehatan merupakan catatan mengenai perkembangan penyakit, 2)
pemeriksaan fisik, yaitu melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki
untuk melihat tanda-tanda dan gejala adanya masalah gizi.( Mardalena, I. 2017)
1) Riwayat medis.
Dalam riwayat medis kita mencatat semua kejadian yang berhubungan dengan
gejala yang timbul pada penderita beserta faktor-faktor yang
memengaruhinya. Catatan kita haruslah meliputi identitas penderita secara
lengkap, riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu yang
berkaitan dengan penyakit saat ini, riwayat kesehatan keluarga yang berkaitan,
data lingkungan fisik dan sosial budaya yang berhubungan dengan gizi, data-
data tambahan yang diperlukan misalnya adalah riwayat alergi terhadap
makanan, jenis diet dan pengobatan yang sedang atau pernah dijalani
pasien,dll. Data-data tersebut dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan
penderita dan keluarga.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui teknik inspeksi atau periksa
pandang, palpasi atau periksa raba, perkusi atau periksa ketuk dan auskultasi
atau pemeriksaan menggunakan stateskop. Semua perubahan pada rambut,
kulit, mata, mulut, lidah, gigi, kelenjar tiroid, dll.

Menurut Jelliffe, tanda-tanda klinis dapat dikelompokkan dalam tiga


kelompok besar yaitu:
 Kelompok 1 , tanda-tanda yang memang benar berhubungan dengan
malnutrisi. Baik itu karena kekurangan salah satu zat gizi atau kelebihan dari
yang dibutuhkan tubuh.
 Kelompok 2, tanda-tanda yang membutuhkan investigasi atau penyelidikan
lebih lanjut. Hal ini karena tanda yang ada mungkin saja merupakan tanda gizi
salah atau mungkin disebabkan faktor lain.
 Tanda-tanda yang tidak berkaitan dengan gizi salah walaupun hampir mirip,
sehingga menentukannya diperlukan keahlian khusus. Untuk dapat
mengelompokan tanda-tanda yang ada pada pasien, pemeriksa harus
mengetahui tanda-tanda dan gejala akibat kekurangan atau kelebihan setiap
zat gizi.
Ada empat masalah gizi kekeurangan gizi yaitu Kurang Energi Protein, Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium, Anemia Gizi dan Kurang Vitamin A.

Seperti pada metode penilaian status gizi yang lain, pemeriksaan klinis juga memiliki
kekurangan dan kelebihan
- Kelebihan dari penilaian klinis sebagai berikut:
Bahwa pemeriksaan klinis disamping murah juga memungkinkan dilakukan
oleh siapa saja yang terlatih. Dengan pelatihan yang baik dan supervisi yang
rutin maka seseorang yang dapat dilatih untuk mengenali secara dini tanda-
tanda klinis gangguan gizi (terutama yang bersifat spesifik, seperti
avitaminosis A). Beberapa tanda dan gejala misalnya xerophtalmia, Bitot pot
dan rabun senja dapat dikenali.
- Sedangkan kekurangan dari pemeriksaan klinis adalah:
1) Tidak spesifik, hal ini merupakan keterbatasan utama, khususnya pada kasus
kurang gizi ringan atau sedang. Beberapa tanda klinis kemungkinan
disebabkan oleh kekurangan lebih dari zat gizi. Misalnya, cheilosis dan
angular stomatitis yang berhubungan dengan kekurangan masukan riboflavin
dan masin; glositis disebabkan oleh kurangnya masukan riboflavin, masin,
asam flat dan vitamin B12. Di samping itu masih ada beberapa faktor non gizi
yang kadang-kadang memberikan gejala yang hampir sama. Contohnya,
gambaran klinis karena kurangnya masukan riboflavin juga bisa disebabkan
oleh infeksi jamur monilia.
2) Tanda klinis yang ganda, seorang dengan masukan berbagai zat gizi yang
rendah (misalnya defisiensi protein dan zink, riboflavin, masin dan vitamin C)
mungkin menunjukkan gejala klinis yang ganda.
3) Satu tanda dengan dua kemungkinan diartikan bahwa suatu tanda klinis bias
timbul pada masa perjalanan penyakit atau pada masa pertumbuhan.
Contohnya pada penderita Kurang Energi Protein pembesaran hati bisa terjadi
pada saat sakit maupun saat penyembuhan.
4) Karena faktor manusia (pemeriksa). Kesalahan atau perbedaan dalam
penilaian oleh pemeriksa satu dengan lainnya bisa terjadi karena perbedaan
penanganan, keterampilan dan rasa bosan terutama bila pemeriksaan satu
dengan lainnya, bias terjadi karena perbedaan pengalaman, keterampilan dan
rasa bosan terutama pemeriksaan dilakukan secara massal (pada waktu
survei). Di samping itu masih belum adanya batasan atau kriteria diagnosis
yang dapat mengakibatkan kesalahan atau perbedaan dalam diagnosis.
5) Tanda-tanda klinis dengan gambaran yang bervariasi. Tidak ada tanda atau
gejala klinis berlaku untuk semua golongan usia dan seluruh negara. Beberapa
tanda klinis dapat bervariasi tergantung dari usia, etnis, riwayat gangguan gizi
sebelumnya, tingkat aktivitas, pola makan dan sebagainya.

2.2 Pemeriksaan Biokimia


Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2002).
Penilaian Biokimia merupakan salah satu metode dalam penilaian status gizi
yang bersifat langsung. Pada umumnya yang dinilai dalam penilaian status gizi secara
biokimia antara lain, yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan mineral. Contoh sampel
berupa serum darah, urine, rambut (untuk melihat Zn), serta feces. Plasma darah
dapat menghasilkan komponen darah yang didapatkan dari darah yang di-centrifuge
menjadi serum yang lebih sensitif dibanding plasma dan sel-sel darah. Pemeriksaan
biokimia digunakan untuk menilai status gizi sehingga hasilnya memberikan
gambaran lebih tepat, objektif, dan hanya dilakukan orang yang terlatih. Hasil
pemeriksaan biokimia tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah
ditetapkan. Pemeriksaan biokimia dilakukan terutama untuk mendekteksi keadaan
defisiensi zat gizi sub-klinikal, artinya sudah mengalami kelainan biokimia namun
tanpa tanda-tanda atau gejala klinis, sehingga sering digunakan untuk
menggambarkan tahap awal dari suatu penyakit atau kondisi, sebelum gejala
terdeteksi oleh pemeriksaan klinis atau pemeriksaan laboratorium.Dalam penilaian
status gizi dengan cara pemeriksaan secara biokimia sering memerlukan peralatan
yang hanya ada di rumah sakit atau puskemas, sehingga sulit terjangkau oleh
penduduk yang tinggal jauh dari sarana kesehatan. Namun kemudian dapat
diupayakan oleh anggota keluarganya atau kerabat untuk mengumpulkan urin dan
feces; atau darah oleh petugas kesehatan yang bertugas di daerah tersebut untuk
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis selanjutnya oleh tenaga analis
kesehatan. Umumnya pemeriksaan biokimia digunakan untuk melengkapi metode
lain dalam penilaian status gizi, misalnya data penilaian konsumsi pangan, klinis dan
antropometri telah terkumpul tetapi dengan adanya data biokimia masalah gizi yang
spesifik agar dapat lebih mudah diidentifikasi (Kemenkes, 2017).

a. Penilaian Biokimia Zat Gizi Makro


1) Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh manusia. Hal tersebut
dikarenakan protein bukan hanya berfungsi sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai
pembangun jaringan dan sel. Selain air, protein adalah zat gizi yang paling
berlimpah di dalam tubuh manusia. Bagian - bagian oenting dalam tubuh juga terbuat
dari pritein. Fungsi penting lai dari protein juga ialah membentuk sel darah dan
membuat antibodi untuk melindungi tubuh dari penyakit dan infeksi.
Status protein tubuh dinilai dengan mengevaluasi kedua status protein somatik
dan viseral. Suatu protein somatik dapat diketahui dengan cara pengukuran
pengeluaran kreatinin urine dan pengeluaran 3-metilhistidin. Sedangkan protein
viseral diketahui dengan cara menghitung total protein serum, albumin serum,
transferin serum, psrotein pengikat retinol (retinol binding protein,RBP) serum, serta
prealbumin pengikat troksin (thorixine binding prealbumin) atau transtiretin serum.
2) Lemak
Lemak seperti kolesterol dan trigliseridan merupakan salah satu zat gizi yang tidak
larut dalam plasma. Mereka larut dengan cara menempel pada sirkulasi lipoprotein
yang mengangkut lemak ke berbagai macam jaringan untuk kepentingan energi
tubuh, produksi hormon, steroid, dan pembentukan asam empedu.
Profil lemak digunakan sebagai bagian dari penilaian risiko jantung untuk
membantu menentukan risiko seseorang dari penyakit jantung dan untuk membantu
dalam keputusan tentang jenis pengobatan atau intervensi gizi yang tepat. Profil
lemak terdiri atas kolesterol dalam semua partikel lipoprotein. High density
lipoprotein choleaterol (HDL-C), yang merupakan tes untuk mengukur kolesterol
dalam partikel HDL yang sering disebut "kolesterol baik" karena menghilangkan
kelebihan kolesterol dan membawanya ke hati. Low density lipoprotein cholesterol
(LDL-C), yaitu tes untuk menghitung kolesterol dalam partikel LDL yang sering
disebut "kolesterol jahat" karena menyimpan kelebihan kolesterol di dinding
pembuluh darah, yang dapat berkontribusi terhadap aterosklerosis. Biasanya, jumlah
LDL-C dihitung dengan menggunakan hasil dari kolesterol total, HDL-C, dan
trigliserida. Trigliserida, yang merupakan tes untuk mengukur semua trigliserida yang
terdapat di semua partikel lipoprotein, umumnya berbentuk kilomikron dan VLDL
(very low density lipoprotein).

b. Penilaian Biokimia Zat Gizi Mikro


1) Vitamin A
Vitamin A adalah zat gizi penting yang dibutuhkan dalam tubuh untuk penglihatan,
pembentukan tulang, fungsi kekebalan tubuh, dan berkembangan embrio. Tes status
Vitamin A dalam darah merupakan tes yang bertujuan untuk mengukur tingkat retinol
di dalam darah. Retinol merupakan bentuk utama Vitamin A. Penurunan Vitamin A
plasma dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Antara lain, stres, penyakit hati, infeksi,
parasit, dan defifiensi zink. Selain itu, asupan makanan yang rendah lemak dapat
menggangu penyerapan vitamin A karena lemak dibutuhkan untuk penyerapan
vitamin A.
2) Vitamin C
Aktifitas biologis asam askorbat diwujudkan dalam bentuk vitamin C. Kadar asam
askorbat plasma sangat dipengaruhi oleh asupan makanan yang kaya akan vitamin C
pada saat tes. Kadar asam askorbat plasma menigkat dengan menigkatnya asupan
makanan sampai asupan di atas 200 mg/hari, dengan kadar normal o,4 - 1,5 mg/dl,
defisiensi di bawah 0,2 mg/dl.
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kadar asam askorbat antara
lain stres akut, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit inflamasi (peradangan),
penggunaan pil kontrasepsi oral, dan merokok.
3) Vitamin D
Vitamin D merupakan salah satu zat gizi yang larut lemak dan di produksi di kulit
saat terkena radiasi dari matahari. Vitamin D juga bertanggung jawab meningkatkan
penyerapan kalsium di usus, zat besi, magnesium, fosfat, dan zink. Pada manusia,
senyawa yang paling penting adalah vitmin D, (juga dikenal sebagai kolekalsiferol)
dan vitamin D, (ergokalsiferol). Kadar serum 25-hidroksvitamin D merupakan
gambaran total suplai vitamin D yang berasal dari asupan makanan dan dari kulit.
Konsentrasi normal 20-150 nmol/L. Konsentrasi kurang dari 25 nmol/L, dianggap
defisit, sedangkan toksisitas berada di level yang lebih besar dari 375 nmol/L.
4) Vitamin E
Vitamin E juga merupakan vitamin larut lemak dengan aktivitas antioksidan yang
khas. Vitamin E memiliki delapan bentuk, yaitu alfa, gama, dan delta-tokoferol, serta
alfa, beta, gama, dan delta-tokotrienol, yang memiliki berbagai tingkat aktivitas
biologis. Alfa tokoferol merupakan satu-satunya bentuk yang diakui untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Pengukuran serum alfa-tokoferol cukup sederhana dan sering dijadikan sebagai
indikator biomarker tubuh.
5) Zat Besi
Zat besi merupakan salah satu zat mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Terdapat empat model analisis yang dapat dijadikan alternatif untuk mengetahui
defisiensi zat besi di dalam tubuh, yaitu:
a) Model Feritin. Menganalisis serum feritin, kejenuhan transferin, dan eritrosit
protoporfirin.
b) Model MCV (mean call volume). Menganalisis MCV, kejenuhan transferin, dan
eritrosit protoporfirin.
c) Model empat variabel. Menganalisis MCV atau serum feritin, serum reseptor
transferin, dan hemoglobin.
d) Model persentil Hb. Menganalisis hemobglobin, kejenuhan transferin, dan
eritrosit protoporfirin.
6) Zink
Indikator biokimia merupakan salah satu cara pengukuran kuantitatif yang
objektif untuk menilai status gizi zink sebuah populisi. Indikator tersebut bermanfaat
untuk mengidentifikasi populasi dan subkelompok tertentu berisiko tinggi
kekurangan zink dan dapat digunakan untuk menargetkan intervensi pada kelompok
berisiko tinggi.
WHO,UNICEF,IAEA dan IZiNCG bersama-sama merekomendasikan
penggunaan konsentrasi serum untuk penilaian status gizi populasi. Dalam
menggunakan serum zink sebagai indikator status zink, terdapat beberapa masalah
teknis yang harus di perhatikan, antara lain pengumpulan sampel, analisis
laboratorium, dan interpretasi data. (Hardinsyah, 2016).
Keunggulan penilaian biokimiawi antara lain :
a.         Dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini
b.        Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih objektif, hal ini karena menggunakan peralatan yang
selalu ditera dan dilakukan oleh tenaga ahli
c.         Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam penilaian status gizi

Kelemahan penilaian biokimiawi antara lain :


a.         Hanya bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan metabolisme
b.        Membutuhkan biaya yang mahal
c.         Diperlukan tenaga ahli dalam pemeriksaan
d.        Kurang praktis di lapangan
e.         Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit di dapat
f.         Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak
g.        Belum ada keseragaman dalam memilih reference (nilai normal)
h.        Dalam beberapa hal memerlukan peralatan yang ada di laboratorium pusat

2.3 Pemeriksaan Biofisik


Pemeriksaan status gizi dengan biofisik adalah pemeriksaan yang melihat dari
kamampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Tes kemampuan fungsi jaringan
meliputi kemampuan kerja dan energi ekspediture seta adaptasi sikap. Tes perubahan
struktur dapat dilihat secara klinis (misalnya pengerasan kuku, pertumbuhan rambut,
dll) atau non klinis (misalnya radiologi). (Mardalena, I. 2017)
Penilaian secara biofisik dapat dilkaukan dengan 3 cara yaitu : 1) uji radiologi
2) tes fungsi fisik (misalnya tes adaptasi pada ruang gelap), dan 3) sitologi (misalnya
pada KEP dengan melihat noda pada epital dari mukosa oral). Penilaian biofsik ini
memerlukan biaya yang besar.( Mardalena, I. 2017)
2.2.1 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada umumnya jarang dilakukan di lapangan
atau pada penelitian epidemiologi. Metode ini dilakukan dengan melihat
tanda-tanda fisik dan keadaan-keadaan tertentu seperti riketsia,
osteomalasia, fluorosis dan beri-beri. Metode ini jarang dilakukan di dalam
masyarakat atau penelitian epidemiologi tetapi sesuai digunakan pada
survei yang bersifat retrospektif dari pengukuran kurang gizi seperti
riketsia dan KEP dini (Ningtyias, 2010). Adapun contoh tanda khas dari
berbagai jenis penyakit gizi adalah sebagai berikut :

Jenis Penyakit Tanda – tanda Khas


Riketsia Pelebaran tulang lengan dan pinggul
Osteomalasia Kelainan bentuk dan merapuhnya tulang,
khususnya tulang pinggul
Sariawan (bayi) Menurunnya keadaan tulang, proses
pengapuran terutama di lutut.
Beri – beri Pembesaran jantung
Fluorosis Peningkatan pengerasan tulang,
pengapuran, dan perubahan bentuk
tulang belakang

Sumber : Supariasa et al, 2001

Pemeriksaan ini pada dasarnya merupakan pemeriksaan penunjang


bagi pemeriksaan lain dalam menentukan adanya penyakit malnutrisi,
misalnya pemeriksaan radiologi dengan melakukan foto thorax
bronchopnemonia pada penderita KEP. Pada penderita KEP dengan
menurunnya daya tahan tubuh merupakan faaktir lain yang mempengaruhi
timbulnya bronchopneumonia. Bronchopneumonia merupakan infeksi
sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi
bronkus ditandai dengan adanya penumpukan sekret yang menyebabkan
demam, batuk produktif, bronchi positif dan mual. Jika virus tersebut
menyebar hingga ke alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Pemeriksaan penyakit ini dapat
diperkuat dengan memeriksa leukosit darah, yang biasanya ditemukan
leukositosis biasa 15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran LED tinggi.
Pada pemeriksaan radiologi penderita KEP yang juga mengalami
Bronchopnemonia, terlihat adanya bercak-bercak infiltrasi pada satu atau
beberapa lobus, sedangkan pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Contoh lain adalah pada kasus
fluorosis. Fluorosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
berlebihnya intake fluoride oleh tubuh. Kelebihan intake fluoride tersebut
dapat terjadi melalui konsumsi air minum, makanan, pasta gigi, peyegar
mulut dan produk perawatan gigi lainnya, obat-obatan dan berbagai
sumber lainnya. Fluorosis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa
baik laki-laki maupun wanita. Adapun tanda khas pada fluorosis adalah
peningkatan pengerasan tulang, pengapuran dan perubahan bentuk tulang
belakang.

2.2.2 Tes Fungsi Fisik


Tes Fungsi Fisik (Test Of Physical Function) adalah tes uji kemampuan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Tujuan untuk mengukur perubahan fungsi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Beberapa tes yang digunakkan
adalah ketajaman pengelihatan, adaptasi mata pada suasana gelap, penampilan
fisik, koordinasi otot dan lain-lain. Diantara tes tersebut yang paling sering
digunakan adalah adaptasi ruangan gelap. Tes ini digunakan untuk mengukur
kelainan buta senja yang diakibatkan oleh kekurangan vitamin A. Namun,
metode ini memiliki beberapa kelemahan yaitu :

1. Tidak spesifik untuk mengukur kekurangan vitamin A, karena ada


faktor lain yang mempengaruhinya
2. Sulit dilakukan
3. Tidak objektif
Metode ini tidak praktis dilakukan dilapangan. Hanya saja metode
ini akan berguna bila dilakukan didaerah epidemis kekurangan vitamin A
(buta senja).
Tes adaptasi terang gelap merupakan tes fisik yang menggunakan
respon spontan in vivo selain kerapuran kapiler. Kemampuan adaptadi
gelap yang berakibat pada rabun senja pertama kali dihubungkan dengan
defisiensi vitamin A dan selanjutnya dihubungkan dengan kekurangan
zinc.
Tes lain yang menggunakan respon spontan fisik in vivo adalah
pengukuran karakteristik kontraksi dan relaksasi dan daya tahan otot.
Penurunan cadangan protein dan katabolisme otot akan terjadi pada
kurang energi protein yang akan mengubah kemampuan kontraksi otot,
rata-rata relaksasi dan daya tahan otot juga dapat dilihat dari nilai status
protein. (Russel dan JeeJeebhoy, 1983 dalam Gibson, 1990).
2.2.3 Tes Sitologi
Pemeriksaan sitologi adalah pemeriksaan dari cairan tubuh manusia yang
kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian
dilakukan pembacaan dengan mikroskop (id.wikipedia.com). Sitologi, lebih
dikenal sebagai biologi sel, mempelajari struktur sel, komposisi seluler, dan
interaksi sel dengan sel lain dan lingkungan yang lebih besar di mana mereka
ada. Istilah “sitologi” juga dapat merujuk kepada Sitopatologi, yang menganalisis
struktur sel untuk mendiagnosa penyakit.
Pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada cairan tubuh (contoh adalah
darah, urine, dan cairan serebrospinal) atau bahan yang disedot (ditarik keluar
melalui hisap ke jarum suntik) dari tubuh. Sitologi dapat juga melibatkan
pemeriksaan persiapan dengan menggores atau mencuci dari daerah tertentu
dari tubuh. Misalnya, contoh umum sitologi diagnostik adalah evaluasi Pap
serviks (disebut sebagai tes Papanicolaou atau Pap smear). Agar evaluasi sitologi
dapat dilaksanakan, bahan bahan yang akan diperiksa disebar ke slide kaca dan
diwarnai. Seorang ahli patologi kemudian menggunakan mikroskop untuk
memeriksa sel-sel individu dalam sampel.
Aspek penting lainnya dalam disiplin sitologi adalah memeriksa interaksi
seluler. Dengan mempelajari bagaimana sel berhubungan dengan sel lain atau
dengan lingkungan, ahli sitologi dapat memprediksi masalah atau memeriksa
bahaya lingkungan sel, seperti zat beracun atau penyebab kanker. Pada manusia
dan struktur multi-selular lainnya, sitologi dapat memeriksa kehadiran terlalu
banyak dari satu jenis seluler, atau kurang cukupnya sel dari jenis tertentu.
Dalam sebuah tes sederhana seperti hitung darah lengkap, laboratorium dapat
melihat sel darah putih dan mengidentifikasi adanya infeksi, atau mungkin
memeriksa tingkat rendah beberapa jenis sel darah merah dan mendiagnosa
anemia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
- Penilaian klinis adalah evaluasi fisik dan prognosis kondisi pasien
berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari riwayat pasien sebelumnya,
hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan menunjang. Penilaian klinis
merupakan metode penilaian status gizi secara langsung yang penting untuk
menilai status gizi masyarakat maupun pasien yang dirawat. Beberapa tanda-
tanda klinis malnutrisi tidak spesifik karena ada beberapa penyakit yang
mempunyai gejala yang sama, tetapi mempunyai dasar penyebab yang
berbeda
- Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
- Pemeriksaan status gizi dengan biofisik adalah pemeriksaan yang melihat dari
kamampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur.

3.2 Saran
Penilaian status gizi merupakan hal yang sangat penting untuk itu, kita harus menjaga
pola makan yang baik dengan memenuhi asupan gizi yang seimbang agar hidup tetap
sehat dan terhindar dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2014. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Par’i, M,H. 2014. Penilaian Status Gizi : Dilengkapi Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sediaoetama Ahmad. 2012. Ilmu Gizi 1. Dian Rakyat, Jakarta.

Supariasa, N. Bakri, B. Fajar I. 2014. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Mardalena, I. 2017. Dasar-dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.
Ningtyias, F. W. (2010). Penentuan Status Gizi Secara Langsung. Jember : Jember University
Press

Supariasa I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Hardiansyah,. Supariasa. 2016 Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri


kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Supariasa, I.D.N. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC:Jakarta.
Supariasa, dkk. 2002. “Penilaian Status Gizi”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Syafiq, Ahmad dkk. 2013. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada.
Pakar Gizi Indonesia. Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC; 2016.

Anda mungkin juga menyukai