Anda di halaman 1dari 6

Jaring-Jaring Sebab Akibat

Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu


sebab yang berdiri sendiri, melainkan merupakan serangkaian proses
sebab dan akibat. Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan
mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertamba atau
berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Dengan demikian, timbulnya
penyakit dapat dicegah atau diatasi dengan memotong rantai pada
berbagai titik.
Misalnya, berdasarkan metode itu, dalam usaha memerangi
masalah gizi, kita harus melakukan intervensi berdasarkan penyebab
utama dari masalah gizi (root causes of malnutrition). Contohnya di
negara berkembang umumnya Filipina dan Indonesia masalah gizi
disebabkan oleh faktor sosial ekonomi yang rendah, di samping faktorlain.
Konsep jaring-jaring sebab akibat. Model ini banyak jaga dikembangkan
oleh ahli gizi. Dalam Widya Karya Nasional Parian dan Gizi (1979),
digambarkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi
serta kaitan satu faktor dengan faktor yang lain. Seperti bagan dibawah
ini :
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan suatu penyakit :
Pencemaran makanan
1. Sisa-sisa pestisida dan pupuk pada buah-buahan, sayur-sayuran-sayuran
makanan lainnya
2. Bahan tambahan. zat pewarna. dan penyedap rasa pada makanan
dibekukan;
3. Zat penawar racun. hormon, dsb., pada makanan hewan;
4. Kerusakan bahan gizi selama proses memasak.
Pencemaran lingkungan dan udara
1. Gas limbah industri;
2. Pencemaran rumah tempat tinggal sebagai akibat dan berbagai interior;
Pencemaran sumber air
1. Air limbah industri;
2. Penimbunan mikro organisme dalam air: Pupuk. pestisida, sampah putih
3. Pencemaran pada proses pemanasan air ledeng : Air minum yang tidak
diproses menurut aturan.
Pencemaran yang disebabkan oleh fasilitas modern
Televisi, radio. kabel tegangan tinggi, microwave. komputer, pemantul
cahaya yang kuat, dan radiasi frekuensi rendah, semua berpengaruh.
Polusi suara
Suara yang ditimbulkan oleh mobil, mesin, sepeda motor. suara orang
seseorang menjadi cepat marah dan sukar untuk berkonsentrasi.
Standar Kesehatan
Kesehatan memerlukan diet yang seimbang. tidur yang cukup, latihan
memiliki jiwa yang sehat. Orang sehat memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Berbadan yang kuat, memiliki kemampuan untuk dengan mudah
menangani tekanan dan kehidupan sehari-hari tanpa mengalami stress,
dan mampu untuk melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan.
2. Memiliki rasa optimis dengan sikap yang positif, kebersediaan untuk
bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan, bersikap ketat
terhadap din sendiri namun lembut terhadap orang lain.
3. Kemampuan untuk menangani berbagai keadaan yang bersifat darurat
dan mampu untuk beradaptasi terhadap adanya perubahan.
4. Kemampuan untuk bertahan terhadap cuaca dingin yang normal dan
penyakit menular.
5. Memiliki berat badan yang normal dan bentuk tubuh yang sebanding
terhadap semua bagian dan tubuh ketika berada pada posisi berdiri yang
layak.
6. Mata bersinar, cekatan dalam bertindak, dan tanpa adanya iritasi
7. Memiliki rambut yang bercahaya dengan sedikit atau tanpa adanya
ketombe.
8. Memiliki gigi yang bersih tanpa adanya gigi berlubang atau yang terasa
sakit, dan dengan gusi yang sehat.
9. Kondisi otot dan kulit yang elastis. bila berjalan dengan langkah yang
gesit.
10. Memiliki kemampuan untuk beristirahat dan tidur dengan baik.

Konsep dasar mengenai gizi


Gizi: dengan gizi, tubuh melakukan proses asimilasi dan mengambil
manfaat dan makanan atau bahan gizi, dan juga proses fisiologi dengan
memanfaatkan makanan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi dan organisme.
Gizi yang layak: dengan melakukan diet yang wajar dan memasak serta
memproses makanan secara sehat dapat memberikan jumlah yang cukup
berkenaan dengan tenaga panas dan berbagai bahan gizi untuk tubuh manusia,
sambil menjaga keseimbangan antara semua bahan gizi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan fisiologi yang normal dan tubuh dan menjaga badan tetap sehat.
Bahan gizi: Untuk menjaga fungsi phisiologi yang normal dan dapat
memenuhi kebutuhan tubuh untuk keperluan pertumbuhan, metabolisme dan
bekerja. orang harus mengkonsumsi bahan-bahan gizi yang diperlukan sehari-hari.
Bahan gizi ini dapat dibagi menjadi tujuh kategori : protein. vitamin, mineral.
lemak. gula. air. dan selulosa (senyawa karbon. hidrogen dan oksigen).
Gizi dan kesehatan
Orang menganggap bahwa makanan adalah sebagai kepentingan yang
sangat vital. Pada sepanjang kehidupan kita, gizi adalah sebagai unsur dasar yang
dapat mempertahankan kehidupan dan menyediakan tenaga yang dibutuhkan oleh
sel-sel sehingga berbagai jaringan dan organ-organ tubuh dapat melakukan
berbagai tindakan yang terkoordinasi. Kehidupan manusia dapat diibaratkan
sebagai sebuah pohon kayu yang kecil yang memerlukan siraman air secara terus
menerus. pemupukan dan pemeliharaan agar menjadi mampu untuk melakukan
pertumbuhan secara kuat. Demikianlah pentingnya gizi untuk kehidupan manusia.
Selama masa penambahan gizi, hanya ii yang seimbang yang dapat mencegah
tubuh dan keadaan yang tidak seimbang antara Yin dan Yang selanjutnya dapat
mengarah kepada timbulnya penyakit Pemberian tambahan gizi hendaklah secara
wajar dan menurut ilmu pengetahuan ilmiah. Bila seseorang jatuh sakit, maka
diperlukan untuk memperoleh pengobatan ;bila seseorang berada dalam keadaan
sehat. maka perlu untuk melakukan penjagaan terhadap penyakit. Oleh sebab itu,
dilakukan pencegahan terhadap penyakit adalah sebagai masalah yang sangat
mendasar dalam huhungannya dengan pemeliharaan kesehatan. Gizi yang sehat
dan seimbang dan gaya hidup yang diperbaiki akan dapat mengatur dan
meningkatkan ketubuh Buatlah hidup ini menjadi bahagia dengan memelihara
kesehatan dengan melakukan diet secara aktif untuk perawatan kesehatan dalam
rangka melakukan pencegahan terhadap penyakit maka akan dapat diperoleh
kondisi kesehatan dan gizi.
SEBAB MAJEMUK
Telah banyak bukti empirik dan keyakinan teoritik bahwa pada umumnya
penyakit memiliki Lebih dan satu penyebab atau multifaktorial, bukan bersifat
tunggal. Faktor-faktor penyebab mi dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu :
1. Faktor Predisposisi, seperti: umur, jenis kelamin, Riwayat penyakit
terdahulu, dlL
2. Faktor Pencetus, seperti: pemaparan oleh agen penyakit yang spesifiK,
3. Faktor Pendorong, seperti: paparan yang berulang, beban kerja yang
berat,
4. Faktor Pemberat, seperti: pendapatan rendah, status gizi, kondisi
perumahan, dlL.
Peran faktor-faktor penyebab dalam model kualitas majemuk dicontohkan
pada penyakit TBC bersifat kumulatif, di mana keadaan yang mencukupi
terjadinya TBC klinik hanya bisa diciptakan secara bersama-sama. jadi, masing-
masing faktor merupakan necessary couse, tetapi tidak sufficient (keadaan yang
dibutuhkan untuk terjadinya penyakit di sebut necessary condition sedangkan
keadaan yang cukup membuat terjadinya penyakit di sebut sufficient condition).
Manfaat riwayat alamiah dari penyakit diperoleh beberapa informasi
penting yaitu :
1. Masa inkubasi atau masa latent, masa atau waktu yang diperlukan
selama perjalanan suatu penyakit untuk menyebabkan seseorang jatuh
sakit.
2. Kelengkapan keluhan (symptom) yang menjadi bahan informasi
dalam menegakkan diagnosis.
3. Lamanya dan beratnya keluhan dialami oleh penderita.
4. Kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu Lebih
frekuan kejadiannya.
5. Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat
dengan mudah di deteksi lokasi kejadian penyakit.
6. Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi
untuk pencegahan penyakit, khususnya untuk pembunuhan kuman
penyebab.

Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit merupakan langkah awal


yang perlu dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek lain yang terkait dengan
penyakit. Dengan mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat
seperti:
1. Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman
penentuan jenis penyakit, misalnya jika terjadi KLB (Kejadian Luar
Biasa).
2. Untuk pencegahan : dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan
rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang
penting dalam upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui
riwayat penyakit dapat terlihat apakah penyakit itu perlangsungannya
akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya pencegahan yang diperlukan
untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik.
3. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke
fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat
sudah perlu diberikan. Lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang
diharapkan. Keterlambatan diagnosa akan berkaitan dengan
keterlambatan terapi.

Heru subaris dkk,2004,manajemen epidemiologi,Media


presindo,Yogyakarta.Hal.12-13.

Bustam,2006,Pengantar epidemiologi,Rineka Cipta,Jakarta.Hal.41-42

Anda mungkin juga menyukai