Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EDUKASI NUTRISI PADA HIV AIDS

Disusun Oleh :
Kelompok 13

1. Hanif Wahyu Erifiana (16.02.01.2135)


2. Nur Hikmah (16.02.01.2154)
3. Rafitri Nur Hidayah (16.02.01.2160)
4. Siti Khoiriyah (16.02.01.2165)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Dengan Mengucap Syukur Kehadirat Allah Swt Yang Hanya Dengan Rahmat Serta
Petunjuk-Nya, Penulis Berhasil Menyelesaikan Makalah Yang Berjudul ” EDUKASI
NUTRISI PADA HIV AIDS ”. Dalam Penulisan Ini Tidak Lepas Dari Pantauan
Bimbingan Saran Dan Nasehat Dari Berbagai Pihak. Untuk Itu Pada Kesempatan Ini Penulis
Mengucapkan Terima Kasih Kapada Yang Terhormat :
1. Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, Selaku Ketua Universitas Muhammadiyah
Lamongan.
2. Arifal Aris, S. Kep. Ns, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan
3. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Lamongan.

4. Mar’atus Sholihah,. .Kep., Ns., M.Kep, Selaku Dosen Pengajar Dan Dosen Mata
Kuliah Keperawatan HIV
Karena Keterbatasan Ilmu Dan Pengalaman, Penulis Sadar Masih Banyak Kekurangan
Dalam Penyusunan Makalah  Ini. Oleh Karena Itu Kritik Dan Saran Yang Berkaitan Dengan
Penyusunan Makalah Ini Akan Penulis Terima Dengan Senang Hati Untuk Menyempurnakan
Penyusunan Makalah Tersebut. Semoga Makalah Yang Berjudul “ DONOR ORGAN " Ini
Dapat Bermanfaat Bagi Semua Pembaca.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Lamongan, 12 Maret 2020

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM)
yang mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli
menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu hak
dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari
paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.HIV adalah
singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan
melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya.Semenjak ditemukan pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara
signifikan.Kelompok usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya
kasus HIV dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya kasus
HIV dan AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan
penyakit HIV & AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan
tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary
Conseling and Test) maupun PICT (Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi.
Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan
penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare,
dan gangguan metabolisme.Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat
menurun.Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum
meninggal.Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi
HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan
tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS. Asuhan gizi dan terapi
gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-
obat antiretroviral.Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obatinfeksi
oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.Beberapa
jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak.
Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.Segera
hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan
memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien
dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga Promotif yaitu yaitu melakukan
penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan meningkatkan kesehatan pasien agar tidak terjadi
komplikasi atau akibat lanjut dari HIV.Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu mencegah agar
pasien tersebut tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien tersebut dengan tepat.Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu memberikan tindakan
pengobatan terhadap pasien HIV.Pengobatan ini dilakukan secara kolaboratif dengan dokter, ahli
gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif yaitu sebagai pusat tenaga rehabilitasi
terhadap pasien, yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pentingnya Nutrisi Pada Pasien HIV AIDS?
1.2.2 Penyebab Malnutrsi Pada HIV AIDS?
1.2.3 Penilaian Status Gizi Pada Pasien HIV AIDS?
1.2.4 Prinsip Pemberian Asupan Nutrisi Pada Pasien HIV AIDS?
1.2.5 Apa Saja Keamanan Bahan Makanan Dan Minuman Bagi Pasien HIV AIDS?
1.2.6 Apa Saja Suplemen Zat Ngizi Mikro Yang Dianjurkan Dikonsumsi Paisen HIV AIDS?
1.2.7 Apa Saja Jenis Buah Dan Sayur Yang Dianjurkan Dengan HIV AIDS?
1.2.8 Monitoring dan evaluasi
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pentingnya Asuhan Nutrisi Pada Pasien HIV AIDS.
1.3.2 Mengetahui penyebab malnutrisi pada pasien HIV AIDS.
1.3.3 Mengetahui penilaian status gizi pada pasien HIV AIDS.
1.3.4 Mengetahui Prinsip Pemberian Asupan Nutrisi pada pasien HIV AIDS.
1.3.5 Mengetahui Keamanan Bahan Makanan dan Minuman bagi pasien HIV AIDS.
1.3.6 Mengetahui Bahan Makanan yang dianjurkan dikonsumsi Paisen HIV AIDS
1.3.7 Mengetahui Gejala klinis dan keterkaitannya dengan HIV AIDS.
1.3.8 Mengetahui monitoring dan evaluasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pentingnya Asuhan Nutrisi Pada Pasien HIV AIDS


Asuhan nutrisi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang
gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan,
gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah
dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat
menurun.Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum
meninggal.Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi
HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan
tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan nutrisi dan terapi gizi medis sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-
obat antiretroviral.Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi
oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.Beberapa
jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya
tidak.Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Status gizi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang
tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat
kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut
penatalaksanaan gizi yang baik amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang
dengan HIV/AIDS.
2.2 Tujuan Asuhan Nutrisi
Tujuan asuhan nutrisi bagi Odha secara umum adalah:
a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh
b.Mencapai dan mempertahankan berat badan normalMemberi asupan zat gizi makro dan
mikro sesuai dengan kebutuhan
c. Meningkatkan kualitas hidup
d.Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal
2.3 Paket Asuhan Gizi
Asuhan gizi dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang terdiri dari :
1) Pemantauan status gizi
Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai
status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:
(a)Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari
sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui
kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.
(b)Pengukuran antropometri
Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa
Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa
jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.
(c)Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan
prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi mikro dalam darah
misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dll.
2. Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita anemia.
3. Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan penyakit ginjal
dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin.
4. Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati, kadar
besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat, vitamin B12 dan vitamin A (retinol)
dilakukan untuk mengetahui profil Lipid, fungsi hati kekurangan vitamin serta mineral
dalam tubuh. Kadar serum Ferritin akan meningkat pada fase akut infeksi HIV.
2) Intervensi gizi
Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait dengan pelayanan
Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan lainnya
serta di keluarga.Di rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.
Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk menyebarluaskan
informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal agar orang yang
terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.
Yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi
pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan gizi dan
status gizi mereka.
3) Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai
dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan
masyarakat.
Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat
lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup, aman,
terjangkau.
Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV pada status
gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta penyusunan diet, termasuk
pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan dan
minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu
makan
2.4 Prinsip Pemberian Asupan Nutrisi
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar untuk mempersiapkan makanan bagi penderita
HIV-positif:
1. Konsumsi diet tinggi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan Pilihlah
makanan rendah lemak sebagai sumber protein.
2. Kurangi gula, minuman ringan dan makanan mengandung gula.
Untuk mempertahankan berat badan namun tanpa menambah lemak, maka seorang
penderita HIV-positif perlu meningkatkan jumlah kalori. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Konsumsi 17 kalori per pon berat tubuh untuk 
mempertahankan berat badan.
2. Konsumsi 20 kalori per pon berat tubuh jika mengalami
infeksi.
3. Konsumsi 25 kalori per pon berat tubuh jika berat tubuh
menurun.

Berikut ini adalah sumber kalori, sebagai berikut :


1. Protein membantu membangun otot, organ dan sistem kekebalan tubuh. Untuk itu
jika penderita adalah seorang pria, dia membutuhkan 100-150 gram protein setiap
harinya, sedangkan jika wanita butuh 80-100 gram perhari. Namun jika penderita
HIV/AIDS mengalami masalah dengan ginjalnya, dia harus mengurangi 15%-20%
dari jumlah protein yang dikonsumsinya.
2. Karbohidrat, penderita HIV/AIDS perlu mendapatkan jumlah yang tepat. Setiap hari
disarankan untuk mengkonsumsi lima sampai enam porsi (sekitar 3 cangkir) buah dan
sayuran. Pilihlah kacang-kacangan dan biji-bijian seperti beras merah dan quinoa.
Jika tidak memiliki alergi bisa mengkonsumsi gandum utuh atau barley. Untuk yang
menderita diabetes, maka sebagian besar karbohidrat disarankan berasal dari sayuran.
3. Lemak yang baik dapat memberikan energi ekstra yang dibutuhkan tubuh. Daparkan
30% kalori harian yang dibutuhkan tubuh dari lemak. 10 persen diantaranya bisa
diambil dari lemak tak jenuh tunggal yang bisa di dapat dari kacang-kacangan,
alpukat, ikan, canola dan minyak zaitun. 10 persen lagi adalah lemak tak jenuh ganda
yang berasal dari ikan, walnut, biji rami, jagung, bunga matahari kedelai dan minyak
safflower. Sedangkan 10% sisanya Anda bisa dapatkan dari daging berlemak, unggas,
mentega, makanan mengandung susu, kelapa dan juga minyak kelapa.
4. Selain itu penderita HIV-positif perlu mendapatkan vitamin dan mineral yang
dibutuhkan tubuh untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
Berikut adalah vitamin yang dibutuhkan dan sumber makanan yang mengandung
vitamin tersebut :
a. Vitamin A dan beta-karoten: hijau tua, kuning, sayuran berwarna oranye, atau
merah dan buah, hati, telur utuh, susu
b. Vitamin B: daging, ikan, ayam, biji-bijian, kacang-kacangan, kacang putih,
alpukat, brokoli, dan sayuran berdaun hijauVitamin C: buah jeruk
c. Vitamin E: sayuran berdaun hijau, kacang, dan minyak nabati
d. Selenium: biji-bijian, kacang-kacangan, unggas, ikan, telur, dan selai kacang
e. Zinc: produk susu daging, unggas, ikan, kacang-kacangan, kacang, dan susu, dan
lainnya

2.5 Keamanan Bahan Makanan dan Minuman


Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan
risiko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu diperhatikan hal-hal:
1) Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng untuk
mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa tanggal
kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa
2) Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk unggas
lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan benar
3) Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan
4) Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan pestisida
dan bakteri
5) Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
6) Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan
7) Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
8) Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang sudah
dimasak
9) Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan
10) Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol
11) Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
12) Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri
karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin
2.6 Bahan Makanan yang dianjurkan dikonsumsi Paisen
1) Tempe
Tempe adalah salah satu sumber protein yang harganya tergolong terjangkau.Tempe dan
olahannya direkomendasikan kepada ODHA karena mengandung protein & vitamin B12,
yang membantu menguatkan sistem imun.
2) Kelapa
Kelapa dan olahannya juga sangat bermanfaat untuk ODHA karena dapat memenuhi
kebutuhan lemak dan membantu menaikkan berat badan.Kelapa juga bisa menjadi sumber
energi dan mengandung medium chain triglycerides (MCT) sehingga mudah diserap tubuh.
3) Wortel
Wortel berguna karena mengandung beta-karoten yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh dna membentuk CD4 (sel kekebalan tubuh) baru. Wortel juga mengandung vitamin
E, yang melindungi sel, dan vitamin C, yang melindungi tubuh dari infeksi dan membantu
proses pemulihan.
4) Kembang Kol
Kembang kol dapat membantu mencegah anemia dan memperkuat sistem imun tubuh
karena tinggi akan zat besi, zink, dan mangan. Kembang kol juga dapat mencegah kekurangan
zat gizi mikro dan membantu pembentukan CD4 (sel kekebalan tubuh).
5) Alpukat
Alpukat juga sangat bermanfaat untuk kesehatan ODHA. Alpukat mengandung lemak
tak jenuh yang tinggi dan anti oksidan yang dapat menurunkan kolesterol serta menghambat
replikasi HIV (gluthation). 
2.7 Gejala klinis dan keterkaitannya dengan HIV AIDS
1) Anoreksi dan disfagia
Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan.Hal ini dapat disebabkan
oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum.Di samping itu pasien AIDS sering
mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur pada mulut. Keadaan tersebut
memerlukan terapi diet khusus dengan memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien dan
cara pemberiannya.
2) Diare
Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti
vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutama yang
mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Dianjurkan
untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan magnesium
seperti jus pisang, jus alpukat.
Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti
vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutama yang
mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Dianjurkan
untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan magnesium
seperti jus pisang, jus alpukat.
3) Sesak nafas
Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi CO2,
dengan porsi kecil tetapi sering.Bila asupan makan dalam sehari tidak mencukupi kebutuhan
kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi lemah, perlu diberikan makanan
tambahan dalam bentuk formula (makanan suplemen).Pemberian makanan dapat dilakukan
pada pasien dalam posisi setengah tidur agar aliran O2 ke paru lebih optimal.
4) Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)
Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak.Dianjurkan
menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung asam lemak tak jenuh, seperti
minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit.Perlu tambahan vitamin yang larut dalam
lemak (A, D, E dan K).
5) Demam
Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan
cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering dengan jumlah lebih
dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2 liter atau 8 gelas/hari.
6) Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya.Pastikan
apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis.Bila pasien tidak dapat makan secara
oral maka diberikan secara enteral.Makanan yang dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi
protein secara bertahap dengan porsi kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah serat.
7) Kebutuhan zat gizi makro
Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya
mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi
zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena peningkatan
proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.
Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2 gram/kgBB/hari.
Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan memberikan
makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari.
Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori
sehari, khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar
penyerapan lebih baik dan mencegah diare.Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus
dipenuhi untuk mencegah penurunan berat badan yang drastis.
8) Suplementasi zat gizi mikro
Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-sel dalam
tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga terjadi suatu
persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh
terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat.
Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro,
oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin B12,
B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha dengan
anemia.Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe dilakukan 2 minggu
setelah pengobatan infeksi.Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet multivitamin
dan mineral setiap hari.
Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar
berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan imunitas
tubuh.
Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling
sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang
demam.Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung
kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing.Diare
kronis, mual dan muntah, keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan
penambahan cairan sehingga minum perlu diperbanyak untuk menganti kehilangan cairan
tersebut.
e.
BAB 3
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan
yaitu : pemantauan status gizi, intervensi gizi, konseling gizi. Terapi gizi medis merupakan terapi
dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status
HIV diketahui. Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat
infeksi retrovirus yang dikenal dengan nama virus HIV. Penularan virus ini terjadi lelwat
pertukaran cairan tubuh atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat
sanggama atau pemakaian jarum suntik dan tranfusi produk darah yang terinfeksi AIDS, atau
terjadi dari ibu kepada anaknya saat hamil, melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang
nyata baru terlihat setelah terjadi infeksi oportunistik dan kanker yang berkaitan dengan AIDS
seperti sarcoma Kaposi.
2.2 Saran
1.  Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti tentang pelajaran GIZI dan DIET terutama pada pemberian
nutrisi pada pasien HIV.
2.  Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung
tercapainya makalah yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andry. 2006. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Jakarta : EGC

Jurnal :
Abby H, Shevitz, Knox TA. “Nutrition in the era of highly active antiretroviral therapy.” Clin
Infect Dis 2001;321:1769-75.

Wanke CA, Silva M, Knox T, et al. “Weight loss and wasting remain common complications in
individuals infected with Human Immunodeficiency Virus in the era of highly active
antiretroviral therapy.” Clin Infect Dis, 2000; 31:803-5.

Internet :
Zubairidjoerban.org/nutrisi-dan-diet-untuk-odha/ tanggal 21 November 2018 jam 18:15

Anda mungkin juga menyukai