Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN GIZI PADA ODHA

1. Tujuan asuhan gizi


2. Paket asuhan gizi
3. Terapi gizi medis
4. Prinsip gizi medis pada Odha
5. Syarat diet
6. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi
7. Kebutuhan zat gizi makro
8. Suplementasi zat gizi mikro
9. Keamanan makanan dan minuman
10. Asuhan gizi pada ibu hamil dengan HIV
11. Asuhan gizi pada bayi dari ibu dengan HIV
12. Bahan makanan Indonesia yang dianjurkan dikonsumsi Odha

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi.
Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan
penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare,
dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun.
Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat
badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan
infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga
memperlambat memasuki tahap AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi
obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat
infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.
Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya
tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Status gizi Odha sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang
tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat
kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut
penatalaksanaan gizi yang baik untuk Odha amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup
seseorang dengan HIV/AIDS.

1. Tujuan asuhan gizi

Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi
serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.

2. Paket asuhan gizi

Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang
terdiri dari:

1. Pemantauan status gizi


2. Intervensi gizi
3. Konseling gizi

(1) Pemantauan status gizi

o Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah


mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan
dengan cara:

a. Anamnesis diet

 Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2


atau 3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi
serta mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.
o b. Pengukuran antropometri
 Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
Indeks Massa Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
untuk mengetahui seberapa jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti
Kurang Energi Protein.
o c. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb,
albumin dan prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar
zat gizi mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit
B12, vit A, dll.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah
menderita anemia.
 Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha
dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan atau penurunan kadar albumin.
 Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida,
enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium dan apabila mungkin
asam folat, vitamin B12 dan vitamin A (retinol) dilakukan untuk
mengetahui profil Lipid, fungsi hati kekurangan vitamin serta
mineral dalam tubuh. Kadar serum Ferritin akan meningkat pada
fase akut infeksi HIV.

(2) Intervensi gizi

o Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang
terkait dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit,
dan institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit,
pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.
Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk
menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang
optimal agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.

Pada Odha yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI
terhadap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat
mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.

(3) Konseling gizi

o Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi
yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga,
pendamping Odha dan masyarakat.

Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan


masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan
asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.

Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV


pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta
penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak
dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan
efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.

3. Terapi gizi medis

Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis
perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui.

Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan
berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta
mengandung vitamin dan mineral yang cukup.

Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:


a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
d. Meningkatkan kualitas hidup
e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal

4. Prinsip gizi medis pada Odha

Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral (melalui mulut). Kaya
vitamin dan mineral, dan cukup air.

5. Syarat diet

Syarat diet pada orang dengan HIV:

a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu


b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging,
telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-
buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi
d. Minum susu setiap hari
e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan
jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat
lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
i. Menghindari rokok, kafein dan alkohol

Syarat diet pada pasien AIDS:

a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan


b. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
c. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya
d. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak
dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
h. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
i. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan
jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat
lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
j. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
k. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan
l. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
m. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma, oral
kandidiasis)
o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso
Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

6. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi

 Anoreksi dan disfagia

Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini dapat
disebabkan oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di samping itu pasien AIDS
sering mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur pada mulut. Keadaan tersebut
memerlukan terapi diet khusus dengan memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien dan
cara pemberiannya.

 Diare

Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti
vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutama yang
mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan
magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

 Sesak nafas

Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi CO2,
dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak mencukupi
kebutuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi lemah, perlu diberikan
makanan tambahan dalam bentuk formula (makanan suplemen). Pemberian makanan
dapat dilakukan pada pasien dalam posisi setengah tidur agar aliran O2 ke paru lebih
optimal.

Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)

Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak. Dianjurkan
menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung asam lemak tak jenuh,
seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit. Perlu tambahan vitamin yang larut
dalam lemak (A, D, E dan K).

 Demam

Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan
cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering dengan jumlah
lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2 liter atau 8 gelas/hari.

 Penurunan berat badan

Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya. Pastikan
apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien tidak dapat makan
secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang dianjurkan adalah tinggi kalori
tinggi protein secara bertahap dengan porsi kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah
serat.
7. Kebutuhan zat gizi makro

Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya mengkonsumsi
70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi zat gizi yang
demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena peningkatan proses
metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.

Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2 gram/kgBB/hari. Untuk
mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan memberikan makanan lengkap
3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari.

Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori sehari,
khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar penyerapan
lebih baik dan mencegah diare.

Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegah penurunan berat
badan yang drastis.

8. Suplementasi zat gizi mikro

Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-sel dalam tubuh.
Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga terjadi suatu persaingan
dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh terdapat pula
kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat.

Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro, oleh
karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin B12, B6, A,
E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha dengan anemia. Pada Odha
yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan
infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari.

Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar berkonsultasi ke
dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan imunitas tubuh.
Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8
gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang demam.
Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein dan
alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing. Diare kronis, mual
dan muntah, keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan penambahan cairan
sehingga minum perlu diperbanyak untuk menganti kehilangan cairan tersebut.

9. Keamanan makanan dan minuman

Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan risiko
keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu diperhatikan hal-hal sbb:

 Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng untuk
mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa tanggal
kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa
 Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk unggas
lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan benar
 Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan
 Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan pestisida
dan bakteri
 Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
 Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan
 Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
 Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang sudah
dimasak
 Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan
 Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol
 Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
 Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri
karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin

10. Asuhan gizi pada ibu hamil dengan HIV


Pada prinsipnya pemberian asupan makanan pada ibu hamil dengan HIV sama dengan ibu
dengan HIV tidak hamil dengan menambah kalori dan protein sekitar 300-400 Kkal/hari dan
protein 15 gr/hari

11. Asuhan gizi pada bayi dari ibu dengan HIV

Pada prinsipnya ibu dengan HIV dianjurakn untuk tidak menyusui bayinya, untuk mencegah
penularan HIV kepada bayinya melalui ASI. Oleh karena itu bayi diberikan Pengganti Air Susu
Ibu sesuai dengan anjuran dokter.

Namun dalam keadaan tertentu di mana pemberian PASI tidak memungkinkan dan bayi akan
jatuh ke dalam keadaan kurang gizi, ASI masih dapat diberikan dengan cara diperas dan
dihangatkan terlebih dahulu pada suhu di atas 66°C untuk membunuh virus HIV.

Rekomendasi terkait menyusui untuk ibu dengan HIV adalah sebagai berikut:

a. Menyusui bayinya secara eksklusif selama 4-6 bulan untuk semua ibu yang tidak
terinfeksi atau ibu yang tidak diketahui status HIV-nya.
b. Ibu dengan HIV-positif dianjurakn untuk tidak memberikan ASI dan sebaiknya
memberikan susu formula (PASI) atau susu sapi atau kambing yang diencerkan.
c. Bila PASI tidak memungkinkan disarankan pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan
kemudian segera dihentikan untuk diganti dengan PASI.

12. Bahan makanan Indonesia yang dianjurkan dikonsumsi Odha

Berbagai bahan makanan yang banyak didpatakan di Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel,
kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan gizi pada
Odha.

a. Tempe atau produknya mengandung protein dan Vitamin B12 untuk mencukupi
kebutuhan Odha dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.
b. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber
energi karena mengandung MCT (medium chain trigliseride) yang mudah diserap dan
tidak menyebabkan diare. MCT merupakan enersi yang dapat digunakan untuk
pembentukan sel.
c. Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan
tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan
beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh
HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas
d. Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah
defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4
e. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan
zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia
f. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan
tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid) 63%
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga
mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang
mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju
keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu hak dasar
masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit
menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan.

Kelompok usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus HIV
dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya kasus HIV dan
AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV &
AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga
diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling
and Test) maupun PICT (Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi.
Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan
penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare,
dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun.
Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat
badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan
infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga
memperlambat memasuki tahap AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi
obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan
obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.
Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya
tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah
parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu
pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga Promotif yaitu yaitu
melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan meningkatkan kesehatan pasien agar
tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu
mencegah agar pasien tersebut tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu
memberikan tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara
kolaboratif dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif yaitu
sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara memberikan pendidikan
kesehatan tentang HIV.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b. Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi klinis HIV dan AIDS
c. Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
d. Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b. Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asupan gizi terhadap
pasien HIV dan AIDS
c. Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS

C. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1. Bab I : Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2. Bab II : Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3. Bab III : Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4. Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang
mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju
keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu hak dasar
masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit
menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan.

Kelompok usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus HIV
dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya kasus HIV dan
AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV &
AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga
diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling
and Test) maupun PICT (Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi.
Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan
penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare,
dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun.
Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat
badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan
infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga
memperlambat memasuki tahap AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi
obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan
obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.
Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya
tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah
parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu
pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga Promotif yaitu yaitu
melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan meningkatkan kesehatan pasien agar
tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu
mencegah agar pasien tersebut tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu
memberikan tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara
kolaboratif dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif yaitu
sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara memberikan pendidikan
kesehatan tentang HIV.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b. Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi klinis HIV dan AIDS
c. Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
d. Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b. Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asupan gizi terhadap
pasien HIV dan AIDS
c. Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS

C. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1. Bab I : Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2. Bab II : Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3. Bab III : Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4. Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang
mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju
keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu hak dasar
masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit
menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan.

Kelompok usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus HIV
dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya kasus HIV dan
AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV &
AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga
diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling
and Test) maupun PICT (Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi.
Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan
penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare,
dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun.
Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat
badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan
infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga
memperlambat memasuki tahap AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi
obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan
obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.
Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya
tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah
parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu
pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga Promotif yaitu yaitu
melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan meningkatkan kesehatan pasien agar
tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu
mencegah agar pasien tersebut tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu
memberikan tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara
kolaboratif dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif yaitu
sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara memberikan pendidikan
kesehatan tentang HIV.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b. Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi klinis HIV dan AIDS
c. Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
d. Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b. Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asupan gizi terhadap
pasien HIV dan AIDS
c. Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS

C. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1. Bab I : Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2. Bab II : Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3. Bab III : Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4. Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV
termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan
rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi
DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian
melakukan replikasi.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome atau sindrom runtuhnya
kekebalan tubuh. AIDS adalah kumpulan gejala akibat menurunnya system kekebalan tubuh
yang terjadi karena infeksi virus HIV.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak
dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV
baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit
maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat
terkena pilek biasa.

B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-
kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli
merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel
target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus
HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus
yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus
dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat
ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar
yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop).

Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim
reverce transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan
glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang
rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk
virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah
dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan
sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam
darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel
monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluartubuh.HIV dapat
juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia j aringan otak.

C. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit HIV/AIDS tidak selalu muncul ketika terinfeksi AIDS, beberapa orang
menderita sakit mirip flu dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terpapar
virus. Mereka mengeluh deman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening membesar di
leher. Gejala HIV AIDS bias jadi salah satu/lebih dari ini semua biasanya hilang dalam beberapa
minggu. Perkembangan penyakit sangat bervariasi setiap orangnya. Kondisi ini dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai lebih dari 10 tahun. Selama periode ini virus terus
berkembang secara aktif menginfeksi dan memebunuh sel-sel kekebalan tubuh . Sistem
kekebalan memungkinkan kita untuk melawan bakteri, virus, dan peyebab infeksi lainnya. Virus
HIV menghancurkan sel-sel yang berfungsi sebagai “pejuang” infeksi primer, yang disebut
sebagai CD4 + atau sel T4. Setelah system kekebalan melemah gejala HIV/AIDS akan muncul.
Gejala AIDS adalah tahap yang paling maju dalam infeksi HIV. Definisi AIDS termasuk semua
orang yang terinfeksi HIV yang memeiliki kurang 200 CD4 + sel per mikroliter darah. Adapun
tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

D. Tujuan Asuhan Gizi


Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi
serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
E. Paket Asuhan Gizi
Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang
terdiri dari:
1. Pemantauan status gizi
Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai status gizi
normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:
a. Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari
sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui kemungkinan
potensi kekurangan zat gizi.
b. Pengukuran antropometri

Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh
(IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa jauh terjadi
kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan
prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi mikro dalam darah misalnya:
zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dan lain-lain.

1. Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita anemia.

2. Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan penyakit ginjal dan hati,
untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin.

3. Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati, kadar besi,
magnesium dan apabila mungkin asam folat,vitamin B12 dan vitamin A (retinol) dilakukan
untuk mengetahui profilLipid, fungsi hati kekurangan vitamin serta mineral dalam tubuh.
Kadarserum Ferritin akan meningkat pada fase akut infeksi HIV.

2. Intervensi gizi

Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait dengan pelayanan Odha.
Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di
keluarga. Di rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.

Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk menyebarluaskan
informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal agar orang yang
terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.

Pada Odha yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap
fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan
gizi dan status gizi mereka.

3. Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai
dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan
masyarakat.

Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat
lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup, aman,
terjangkau.

Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV pada status gizi.
Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta penyusunan diet, termasuk
pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan dan
minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu
makan.

F. Terapi Gizi Medis


Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis
perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui.
Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan
berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta
mengandung vitamin dan mineral yang cukup.

Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:


a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
d. Meningkatkan kualitas hidup
e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal

G. Syarat Diet pasien HIV

a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu


b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging,
telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-
buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi
d. Minum susu setiap hari
e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan
jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat
lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
i. Menghindari rokok, kafein dan alcohol

H. Syarat diet pada pasien AIDS:

1. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan


2. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
3. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya
4. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
5. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
6. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak
dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
7. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
8. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
9. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan
jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat
lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
10. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
11. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan
12. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
13. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
14. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma,
oralkandidiasis)
15. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso
Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

I. Jenis diet: tinggi kalori tinggi protein (TKTP)


Penyakit AIDS akan menimbulkan keadaan imunodefiensi (penurunan kekebalan tubuh).
Sementara itu, status gizi dan imunitas atau kekebalan berhubungan dengan erat. Keadaan
dimana malnutrisi akan mengganggu fungsi kekebalan sehingga tubuh tidak dapat melawan
infeksi. Sebaliknya infeksi akan meningkat risiko malnutrisi. Karena itulah, status gizi yang
optimal sangat diperlukan kendati hubungan antara malnutrisi dan perkembangannya penyakit
AIDS masih belum dipahami sepenuhnmya.

Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat infeksi retrovirus
yang dikenal dengan nama virus HIV. Penularan virus ini terjadi lelwat pertukaran cairan tubuh
atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat sanggama atau pemakaian jarum
suntik dan tranfusi produk darah yang terinfeksi AIDS, atau terjadi dari ibu kepada anaknya saat
hamil, melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang nyata baru terlihat setelah terjadi
infeksi oportunistik dan kanker yang berkaitan dengan AIDS seperti sarcoma Kaposi.

Pada penyakit AIDS akan terjadi peningkatan laju metabolism akibat demam, infeksi, kanker,
dan /reaksi yang ditimbulkan oleh obat-obatan yang diberikan. Sementara itu, gangguan
penyerapan nutrient akan terjadi sekunder karena infeksi usus, pemakaian obat, kadar albumin
yang rendah, kanker saluran cerna dan enteropati AIDS. Semua ini bila tidak ditangfani akan
dengan cepat menimbulkan malnutrisi, pelisutan otot dan penurunan kualitas hidup. Keadaan
mudah lelah, luka-luka pada mulut dan kerongkongan, depresi, kecemasan, mual, muntah,
gangguan menelan, gangguan indra pengecap serta sesak napas menambah buruk asupan
nutrient. Asupan nutien yang tidak adekuat, khususnya protein dan kalori, akan menurunkan
berat badan pasien AIDS dengan cepat. Untuk mencegah semua terjadi diatas, upaya berikut ini
harus dilaksanakan:
1. Penilaian status gizi yang lengkap setelah diagnosis penyakit AIDS ditegakkan.
2. Pengkajian terhadap pengetahuan mengenai keamanan makanan.
3. Pengkajian terjadap kebiasaan diet, termasuk penggunaan terapi diet alternative dan atau
sumplemen nutrient.
4. Pemantauan berat badan yang ketat, intervensi gizi harus segera dilaksanakan jika terjadi
penurunan berat badan.
5. Terapi nutrisi untuk anemia gizi (khusunya defiensi folat dan vitamin B12) harus sering
dilakukan pada pasien-pasien HIV positif yang asimtomatik.
6. Jika terdapat anemia, atasi defisensi folat dengan pemberian 400 mcg tablet asam folat perhari
dan atasi defisensi vitamin b12 dengan 100 mcg b12 yang disuntikkan IM per bulan.
7. Terapi suplementasi nutrient dimulai dengan pemberian multivitamin/mineral setiap hari
dengan takaran yang menyamai 100% AKG, yaitu 30mg betakaroten dan 250-500 mg vitamin C.
8. Suplmentasi dengan produk enteral yang memodulasi kekebalan (produk ini tersedia di
Indonesia dengan nama Neomune)

J. Prinsip Nutrisi
Pada HIV-positif perlu lebih memperhatikan tentang nutrisi bagi tubuhnya, karena masalah
dengan daya tahan tubuh dan juga proses pengobatan, maka tubuh akan mengalami prubahan
yang cukup ekstrim. Perubahan yang terjadi bisa berupa penurunan berat badan, diare atau
bahkan mengalami infeksi.

Perubahan lain yang umum dialami penderita HIV-positif adalah lipodistrofi (sindrom distribusi
lemak) yang membuat bentuk tubuh berubah dan meningkatnya kadar kolesterol. Untuk itu
sangat penting bagi penderita HIV/AIDS untuk memperhatikan asupan makanannya.
1. Intervensi gizi yang agresif bagi pasien-pasien dengan penurunan berat badan yang bermakna.
2. Jika kadar albumin turun hingga di bawah 2,8 mg/dL, dukung dengan preparat suplemen
nutrisi enteral harus dipertimbangkan dengan asupan kalori yang cukup (35-40kcal/hari) akan
membantu menaikkan kadar albumin atau paling tidak mencegah penurunan lebih lanjut.
3. Pasien-pasien yang dirawat dengan infeksi oportunistik harus mendapatkan semua vitamin dan
mineral dengan takaran yang menyamai 100-200% AKG.
4. Pasien-pasien diare (ekskresi feses lebih dari 500 ml/hari) harus mendapat preparat suplemen
vitamin larut air dengan takaram 200-300 AKG disamping sulfat dan magnesium serta kalium
untuk mempertahankan kadar yang normal dalam serum.
5. Suplemen gizi dapat diberikan untuk meningkatkan asupan kalori dengan mempertimbangkan
penerimaan pasien yang mungkin terbatas.
6. Nutrisi parenteral total hanya diberikan pada pasien-pasien yang tidak bisa menerima nutrisi
enternal akbita melabsorpsi yang signifikan.

K. Asupan Nutrisi
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar untuk mempersiapkan makanan bagi penderita HIV-
positif:
1. Konsumsi diet tinggi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
2. Pilihlah makanan rendah lemak sebagai sumber protein.
3. Kurangi gula, minuman ringan dan makanan mengandung gula.
Untuk mempertahankan berat badan namun tanpa menambah lemak, maka seorang penderita
HIV-positif perlu meningkatkan jumlah kalori. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Konsumsi 17 kalori per pon berat tubuh untuk mempertahankan berat badan.
2. Konsumsi 20 kalori per pon berat tubuh jika mengalami infeksi.
3. Konsumsi 25 kalori per pon berat tubuh jika berat tubuh menurun.

Berikut ini adalah sumber kalori, sebagai berikut :

1. Protein membantu membangun otot, organ dan sistem kekebalan tubuh. Untuk itu jika
penderita adalah seorang pria, dia membutuhkan 100-150 gram protein setiap harinya, sedangkan
jika wanita butuh 80-100 gram perhari. Namun jika penderita HIV/AIDS mengalami masalah
dengan ginjalnya, dia harus mengurangi 15%-20% dari jumlah protein yang dikonsumsinya.
2. Karbohidrat, penderita HIV/AIDS perlu mendapatkan jumlah yang tepat. Setiap hari
disarankan untuk mengkonsumsi lima sampai enam porsi (sekitar 3 cangkir) buah dan sayuran.
Pilihlah kacang-kacangan dan biji-bijian seperti beras merah dan quinoa. Jika tidak memiliki
alergi bisa mengkonsumsi gandum utuh atau barley. Untuk yang menderita diabetes, maka
sebagian besar karbohidrat disarankan berasal dari sayuran.
3. Lemak yang baik dapat memberikan energi ekstra yang dibutuhkan tubuh. Daparkan 30%
kalori harian yang dibutuhkan tubuh dari lemak. 10 persen diantaranya bisa diambil dari lemak
tak jenuh tunggal yang bisa di dapat dari kacang-kacangan, alpukat, ikan, canola dan minyak
zaitun. 10 persen lagi adalah lemak tak jenuh ganda yang berasal dari ikan, walnut, biji rami,
jagung, bunga matahari kedelai dan minyak safflower. Sedangkan 10% sisanya Anda bisa
dapatkan dari daging berlemak, unggas, mentega, makanan mengandung susu, kelapa dan juga
minyak kelapa.
4. Selain itu penderita HIV-positif perlu mendapatkan vitamin dan mineral yang dibutuhkan
tubuh untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Berikut adalah vitamin yang
dibutuhkan dan sumber makanan yang mengandung vitamin tersebut :
a) Vitamin A dan beta-karoten: hijau tua, kuning, sayuran berwarna oranye, atau merah dan
buah, hati, telur utuh, susu
b) Vitamin B: daging, ikan, ayam, biji-bijian, kacang-kacangan, kacang putih, alpukat, brokoli,
dan sayuran berdaun hijauVitamin C: buah jeruk
c) Vitamin E: sayuran berdaun hijau, kacang, dan minyak nabati
d) Selenium: biji-bijian, kacang-kacangan, unggas, ikan, telur, dan selai kacang
e) Zinc: produk susu daging, unggas, ikan, kacang-kacangan, kacang, dan susu, dan lainnya

L. Preskripsi Diet
1. Makan sedikitnya 4 kali sehari.
2. Kalau makan direstaurant, pastikan agar makanan yang dihidangkan benar-benar makanan
alami yang segar dan baru dibuat (bukan makanan kaleng atau makanan yang diawetkan).
3. Masaklah semua daging, ikan dan ayam hingga matang.
4. Jangan makan telur mentah mengandung avidin yang mengikat biotin, yaitu salah satu anggota
kelompok vitamin B kompleks. Disamping itu, telur yang mentah sulit dicerna dan dapat
mengandung parasite seperti salmonella.
5. Jaga agar makanan dingin tetap dingin dan makanan panas tetap panas.
6. Perhatikan tanggal kadaluarsa pada setiap makanan kemasan.
7. Tingkatkan asupan serat dengan memakan sereal berserat tinggi (25 mg/hari) setiap pagi.
8. Usahakan untuk memakan sedikitnya 5kali sehari buah segar dan sayuran. Sebaiknya sayuran
berupa lalapan/rebusan (misalnya dalam bentuk salad atau gado-gado) atau sayuran yang
dimasak/ditumis sebentar (misalnya capcay) mengingat bahan pangan nabati memiliki
kandungan antioksidan yang tinggi dalam bentuk vitamin dan mineral. Sayuran yang dimasak
lama seperti gudeg atau lodeh tidak lagi mengandung vitamin peka terhadap pemanasan.
9. Minum suplemen multivitamin/mineral setiap hari bersama makan yang bergizi.
10. Perhatikan berat badan dengan cermat. Timbang berat badan setiap 3-4 hari sekali dan segera
laporkan setiap penurunan berat badan pada dokter atau ahli gizi dan diet.
11. Berolahraga. Olahraga jalan kaki selama 30 menit setiap hari akan membantu mempertahankan
massa protein otot skeletal.

Pasien-pasien yang mengalami gangguan kekebalan harus mematuhi anjuran keamanan makanan
seperti tercantum untuk mengurangi risiko terkena penyakit yang ditularkan lewat makanan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV
termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan
rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi
DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian
melakukan replikasi. Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala
penyakit HIV/AIDS tidak selalu muncul ketika terinfeksi AIDS, beberapa orang menderita sakit
mirip flu dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terpapar virus. Mereka
mengeluh deman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening membesar di leher. Asuhan
gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yaitu :
pemantauan status gizi, intervensi gizi, konseling gizi. Terapi gizi medis merupakan terapi dasar
selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV
diketahui. Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat infeksi
retrovirus yang dikenal dengan nama virus HIV. Penularan virus ini terjadi lelwat pertukaran
cairan tubuh atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat sanggama atau
pemakaian jarum suntik dan tranfusi produk darah yang terinfeksi AIDS, atau terjadi dari ibu
kepada anaknya saat hamil, melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang nyata baru
terlihat setelah terjadi infeksi oportunistik dan kanker yang berkaitan dengan AIDS seperti
sarcoma Kaposi.

B. Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti tentang pelajaran GIZI dan DIET terutama pada pemberian nutrisi
pada pasien HIV.
2. Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung
tercapainya makalah yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andry. 2006. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Jakarta : EGC

Jurnal :
Abby H, Shevitz, Knox TA. “Nutrition in the era of highly active antiretroviral therapy.” Clin
Infect Dis 2001;321:1769-75.

Wanke CA, Silva M, Knox T, et al. “Weight loss and wasting remain common complications in
individuals infected with Human Immunodeficiency Virus in the era of highly active
antiretroviral therapy.” Clin Infect Dis, 2000; 31:803-5.

Anda mungkin juga menyukai