Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Zainuddin Kelas : 21 Bil

NIM : 2114201310151

Pemenuhan Nutrisi dan Gizi pada ODHA

ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah bahwa
orang tersebut sudah terinfeksi HIV/AIDS. Di Indonesia sendiri istilah ODHA sudah
disepakati bersama sebagai istilah yang mengartikan seseorang tersebut sudah postif
HIV/AIDS. sebagian besar ODHA akan mengalami kekurangan vitamin sehingga
memerlukan makanan tambahan. Salah satu dampak dari HIV menyebabkan penderita
kehilangan nafsu makan dan gangguan penyerapan nutrisi. Hal ini berhubungan dengan
menurunnya cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Sedangkan nutrisi merupakan suatu
proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap
organ. Nutrisi untuk ODHA adalah ikatan zat kimia yang dibutuhkan oleh tubuh, khususnya
ODHA atau orang yang didiagnosis mengidap HIV AIDS. Yang fungsinya untuk pemenuhan
kebutuhan gizi, menghasilkan energi, dan membangun jaringan serta membantu proses
kehidupan.

Perlu kita ketahui Sampai saat ini, secara global terdapat 400 anak terinfeksi HIV setiap hari,
dan 3,5 persen penularan infeksi HIV terjadi dari ibu ke anak. Di Indonesia jumlah kumulatif
kasus HIV/AIDS tembus angka 500.000 yaitu 511.955. Sebagian besar anak terinfeksi HIV
mengalami malnutrisi disertai dengan keterlambatan perkembangan dan gangguan kejang.

Apa yang terjadi jika ODHA mengalami malnutrisi? kesehatan umum pada ODHA akan
cepat menurun dan dapat mempercepat perkembangan penyakit HIV menjadi AIDS. Selain
itu, malnutrisi juga dapat menghambat pengobatan. Nutrisi berperan penting dalam
mempertahankan sistem imun bagi penderita HIV/AIDS. Nutrisi yang buruk bagi penderita
HIV AIDS akan meningkatkan kerentanan dan memperparah penyakit infeksi oportunistik.
Infeksi oportunistik sendiri adalah infeksi yang dapat menyerang pada manusia yang
memiliki imun yang rendah, karena pada penderita HIV AIDS imun cenderung menurun.
Akibat infeksi ini akan menimbulkan kehilangan berat badan dan rusaknya sel bagian pada
organ tubuh, tahap akhir dari keadaan malnutrisi ini adalah HIV wasting syndrome dimana
penderita akan mengalami 10% penurunan berat badan disertai dengan diare dan demam.
Penurunan berat badan yang drastis menjadi salah satu faktor penyebab kematian awal
HIV/AIDS yang meningkat dan penurunan waktu harapan hidup.

Nutrisi yang adekuat dapat memperbaiki kondisi kesehatan bagi ODHA. Selain itu, nutrisi
yang baik juga dapat membantu tubuh dalam memproses obat-obatan yang dikonsumsi
ODHA dan mempertahankan tingkat aktivitas fisik serta meminimalkan penyakit-penyakit
yang terkait dengan HIV/AIDS sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA. Asupan
makanan yang cukup juga dapat mencegah terjadinya malnutrisi dan dapat mengembalikan
serta mempertahankan berat badan ideal. Nutrisi pada ODHA juga sangat dipengaruhi oleh
pola konsumsi. Pola konsumsi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV dapat
menyebabkan kekurangan gizi yang lebih parah pada stadium AIDS sehingga lebih rentan
terhadap infeksi lainnya.

Zat gizi yang mengandung makronutrient dan mikronutrient menjadi salah satu makanan
penting untuk penderita HIV/AIDS. Makronutrient adalah makanan yang mengandung zat
gizi protein, lemak, dan karbohidrat sedangkan mikronutrient adalah makanan yang
menagndung vitamin dan mineral. Mikronutrien penting untuk kekebalan, pertumbuhan, dan
perkembangan kerja otot dan fisik, karena mereka dapat mempercepat banyak proses dalam
tubuh dan merupakan komponen penting dari organ tubuh tertentu. Karena peran penting
mikronutrien dalam menunjang fungsi tubuh, maka orang yang terinfeksi HIV status
mikronutrient yang memadai sangat dibutuhkan. Konsumsi vitamin A dosis tinggi secara
berkala terbukti mengurangi morbiditas atau kematian karena diare pada anak yang lahir dari
ibu yang terinfeksi HIV. Pemberian vitamin E, 800 mg / hari, ditambah vitamin C, 1 g / hari,
dapat mengurangi kelebihan zat radikal bebas dalam tubuh dan beban HIV pada orang
dewasa yang terinfeksi HIV.

Akibat asupan zat gizi yang kurang dari kebutuhan penderita HIV yang terinfeksi akan
mengalami pemecahan protein yang lebih cepat di dalam tubuhnya. Disini protein dari
makronutrient dibutuhkan. Pada pasien HIV simtomatik (HIV tahap 3) dapat dicapai dengan
asupan protein antara 1,2-1,8 g/kgBB/hari. Sebuah penelitian dan rujukan lain telah
menyebutkan protein juga dapat diberikan sebesar 1–1,4 g/kgBB/hari Rekomendasi
pemberian lemak pada pasien HIV tidak berbeda dengan orang sehat pada umumnya. Pada
pasien HIV dengan diare, pemberian salah satu produk lemak unggulan yaitu lemak yang
tedapat pada minyak kelapa dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki penyerapan berlebih
lemak, pergerakan usus dan gejala lain pada sistem pencernaan. Minyak ikan yang diberikan
bersama dengan minyak kelapa diketahui dapat memperbaiki fungsi imun oleh karena
kombinasinya dapat mengurangi peradangan.

Asuhan nutrisi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang
gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan,
gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat
muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum
mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum
meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi
HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan
tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS. Asuhan nutrisi dan
terapi gizi medis sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-obat antiretroviral.
Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik
dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis
ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak.
Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI. Status gizi
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi
kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan
pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut penatalaksanaan
gizi yang baik amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan
HIV/AIDS.

Cara untuk memenuhi asuhan nutrisi dan gizi pada penderita ODHA dengan dilakukannya
konseling nutrisi. Konseling nutrisi menjadi peran penting saat melakukan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, Edukasi yang tepat akan menjadi prinsip dan faktor pendorong
terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada orang dengan HIV/AIDS. Konseling nutrisi harus
dilakukan dengan tepat, maka konseling nutrisi dapat menjadi salah satu pendekatan guna
meningkatkan status nutrisi orang dengan HIV/AIDS (Margareth, 2020). Aspek-aspek dalam
pendidikan kesehatan tentang pemenuhan nutrisi bagi ODHA antara lain, prinsip diet sehat,
manajemen interaksi obat dan makanan, manajemen gejala gastrointestinal yang
mempengaruhi asupan jumlah dan jenis makanan, menyikapi benar masalah suplemen herbal
dan suplemen nutrisi, nutrisi sewaktu ODHA hamil (Derose et al., 2017). Pemenuhan
kebutuhan nutrisi dengan seimbang mampu menjaga daya tahan ODHA tetap terjaga dan
membantu tubuh untuk memetabolisir obatobatan yang dikonsumsi. Maka dari itu, dengan
pemenuhan nutrisi yang baik maka akan mengurangi penyakit yang terkait dengan
HIV/AIDS. Sehingga, kualitas hidup ODHA pun akan meningkat (Yuniarti, 2017). Intervensi
konseling dan dukungan pemenuhan nutrisi bagi ODHA dilakukan sesuai status gizi dan
luasnya perkembangan penyakit ODHA.

Bahan makanan Indonesia yang dianjurkan dikonsumsi ODHA yaitu:

1. Tempe atau produknya mengandung protein & Vit. B12 untuk mencukupi kebutuhan
ODHA & mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.

2. Kelapa & produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber
energi karena mengandung MCT ( Medium Chain trigliserde ) yang mudah diserap &
tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat digunakan untuk
pembentukan sel.

3. Wortel mengandung beta karoten yg tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan
tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama vitamin C dan beta
karoten berfungi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh
HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas.

4. Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi & mencegah
defisiensi zat mikro dan pembentukan CD4.

5. Sayuran hijau & kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan
zat gizi mikro yg berguna untuk pembentukan CD4 & pencegahan anemia.

6. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan
tambahan. Lemak sebagai zat anti oksidan serta mengandung glutathion untuk
menghambat replikasi HIV.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, ND, Sutianingsih, IB, Faradilah, R., Yualiarti, R., Fahmi, SN, & Aken Larasati,
SQ KONSELING NUTRISI UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN NUTRISI PADA
PASIEN HIV/AIDS.

Yuniarti, Y., Purba, M. B. and Pangastuti, R. (2013) ‘Pengaruh konseling gizi dan
penambahan makanan terhadap asupan zat gizi dan status gizi pasien HIV/AIDS’, Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 9(3), p. 132. doi:10.22146/ijcn.15446.

Kevin Anderson, Setyo Gundi Pramudo& Muchlis Ashan (2016). Status Gizi dengan
Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS di Semarang. Jurnal Kedokteran Universitas
Dipenogoro. 6(2), 692-704.

Darastri, L., & Nandang M. (2015) Peran Pendamping Bagi Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA). Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Padjajaran, vol 2 no 3.

Anda mungkin juga menyukai