Anda di halaman 1dari 17

CURRENT ISSUE ILMU GIZI DAN KIA

Kelompok 4: Gizi Pria Usia Subur

Disusun Oleh:

Asti Haningtias Sari 2501011130241

Atika Tsurayya 25010114130283

Isnaina Maryam Ayesha 25010114130290

Maulina Susilaningtyas 25010114130293

Lilis Afriyani Mukadar 25010116183016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016
ABSTRAK

HIV AIDS membawa banyak implikasi kesehatan terhadap penderitanya. Salah satu hal
yang menjadi permasalahan adalah gizi. Dari data yang dikemukakan sebelumya dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa jumlah infeksi tertinggi bearada pada kelompok laki-laki
usia 20-49 tahun atau yang kemudian diketahui sebagai kelompok pria usia subur. Ketika
pria dewasa terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat
yang lebih parah bahkan terjadi penurunan status gizi. Berdasarkan permasalahan gizi yang
muncul pada penderita HIV AIDS, maka penanganan khusus terkait gizi perlu dilakukan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit


yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang berbagai penyakit infeksi. Penyakit HIV/AIDS merupakan
masalah besar bagi kesehatan dan sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi
negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak
193.000 – 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS Depkes RI hingga September
2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni
2009 mencapai 28.260 orang. Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan
peningkatan kasus HIV/AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa
Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang dilaporkan
masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA , sebanyak 1 % berada pada
stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92 ). Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy
P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan
menemukan sekitar 80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB
(wasting), diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral kandidiasis.
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit oportunistik yang
menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang adekuat. Tenaga kesehatan seperti
dokter dan paramedis hanya 10% dari 67 responden pada penelitian tersebut yang
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada
ODHA.

B. Rumusan Masalah
Infeksi penyakit HIV/AIDS banyak menimbulkan masalah, baik fisik, sosial, psikologis
dan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat ODHA. Selain itu, stigma dan diskriminasi di
masyarakat termasuk keluarga ODHA, membuat kehidupan ODHA semakin terpuruk
dalam seluruh aspek kehidupannya. Keluarga merupakan komponen yang terpenting dalam
memberikan perawatan dan meningkatkan kualitas hidup ODHA karena merupakan orang
terdekat yang bisa memahami ODHA.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalahnya adalah ‘bagaimana pola asuh gizi
pada ODHA terutama pada pria usia subur”

C. TUJUAN
Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah :
1. mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh
sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
2. Mengetahui pola asuh gizi pada pria usia subur yang menderita HIV/AIDS
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 PRIA USIA SUBUR


Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan pasangan (laki-laki dan perempuan) berkisar
antara usia 20-45 tahun yang sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Untuk pria puncak kesuburan adalah usia 24-
25 tahun. Kesuburan pria sepertinya halnya wanita juga mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya usia mereka. Sebelum usia tersebut, kesuburan belum benar matang
dan setelahnya berangsur menurun. Secara umum, masa subur pria kian menurun saat
mencapai usia 40-an.

3.2 HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel
darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh, dan pada akhirnya menyebabkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang
dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa
menyebar melalui keringat atau urine. Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV
lainnya:
 Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau
menyusui.
 Melalui seks oral.
 Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
 Melalui 4epublic4 darah dari orang yang terinfeksi.
 Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah
terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.
Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi
untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Ada berbagai macam jenis
obat yang dikombinasikan untuk mengendalikan virus.

 Obat-obatan Darurat Awal HIV


Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3x24 jam,
obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure
prophylaxis (PEP) atau di Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis
adalah prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati. Pengobatan ini
harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya,
obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka
lebih baik.
Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini
serius dan tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP melibatkan obat-
obatan yang sama seperti pada orang yang sudah dites positif HIV.
 Hasil Tes Positif HIV
Jika hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini seharusnya
disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter. Mereka akan memberi tahu
dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat
itu.
Tes darah akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus
sebelum memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan
5epubl kekebalan tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel CD4 (sel
yang bertugas melawan infeksi) dalam darah.
Pengobatan biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah terjadi gejala atau
tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk melakukan pengobatan secepatnya.
Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga
untuk mencegah atau menunda penyakit yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk
menyebarkannya juga menjadi lebih kecil.
 Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi
HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV
bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi
golongan ARV akan diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:
a. NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors).
Jenis ARV ini akan bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus
HIV untuk menggandakan diri.
b. NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors).
Golongan ARV ini menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
c. Protease inhibitors.
ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga dibutuhkan
HIV untuk memperbanyak diri.
d. Entry inhibitors.
ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.
e. Integrase inhibitors.
Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk
memasukkan materi 6epubli ke dalam sel-sel CD4.
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART).
Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang
diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau
khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV
dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak
berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa
menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada
dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.
Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil
Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita
hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa
pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa
diturunkan kurang dari satu banding 100 jika diberi pengobatan sejak awal.
Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal
tidak meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan
operasi 7epubl.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI kepada
bayinya. Virus bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang
menderita HIV, bicarakan kepada dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa
berisiko tertular HIV.

Konsumsi Obat Secara Teratur


Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola
hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara teratur
(pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya
bisa meningkatkan risiko kegagalan.
Efek Samping Pengobatan HIV
Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan.
Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi
obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya
terjadi:
 Kelelahan
 Mual
 Ruam pada kulit
 Diare
 Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
 Perubahan suasana hati
Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara
aman, dan tidak pernah berbagi jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang
pernah berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko
untuk terinfeksi HIV.
3.3 Angka Kecukupan Gizi Pria Usia Subur
Angka kecukupan gizi (AKG) adalh angka rata-rata gizi sehari bagi setiap orang
sehat (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh fisik, genetic, dan
keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Beradasarkan pada
peraturan menteri kesehatan 8epublic Indonesia nomor 75 tahun 2013 maka angka
kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia serta khususnya pada pria usia subur
(20-45 tahun) adalah sebagai berikut
BAB III

PEMBAHASAN

HIV AIDS merupakan penyakit yang menjadi permasalahan baik di Indonesia


maupun dunia. Berdasarkan data kementerian kesehatan Indonesia terdapat 35 juta orang
hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan , 3,5 juta anak berusia kurang dari 15
tahun dan sisanya sebanyak 15,5 juta adalah kelompok pria. Tidak terkecuali adalah pria
pada usia subur yang disebutkan berada pada rentang usia 20- 45 tahun.
Sesuai dengan data yang dikemukakan oleh kemeterian kesehatan. Jika dibagi
dalam kategori kelompok usia maka jumlah infeksi tertinggi berada pada rentang usia 25-
49 tahun dan diikuti oleh kelompok usia 20-24 tahun atau sejalan dengan kelompok usia
produktif yang termasuk salah satunya adalah kelompok usia pria subur.

Sedangkan menurut kategori jenis kelamin maka infeksi pada kelompok pria terjadi
lebih tinggi dibanding pada kelopok wanita seperti yang ditunjukkan pada data berikut
Dari data yang dikemukakan sebelumya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
jumlah infeksi tertinggi bearada pada kelompok laki-laki usia 20-49 tahun atau yang
kemudian diketahui sebagai kelompok pria usia subur.

Kendati kelompok usia pria usia subur menempati pringkat teratas sebagai
kelompok dengan jumlah infeksi HIV tertinggi tetapi ketika dikategorikan dalam data
sesuai jenis pekerjaan, jumlah kumulatif AIDS tertinggi justru berada pada kelompok ibu
rumah tangga sesuai dengan data yang dikemukakan berikut ini

Jika dianalisis lebih lanjut, ibu rumah tangga yang merupakan seseorang yang
bekerja di rumah dan jarang melakukan mobilisasi seharusnya bukanlah kelompok yang
rentan untuk terjangkit HIV AIDS, akan tetapi ketika ibu rumah tangga kemudian menjadi
kelompok berisiko tinggi maka salah satu faktor yang menyebabakan penularan terjadi
adaah pada kelompok suami dari ibu rumah tangga tersebut. Pasangan suami istri yang
berada pada usia produktif dalam rentang 20-49 tahun merupakan usia yang masih dalam
rentang aktif melakukan hubungan seksual. Sesuai data yang dipaparkan sebelumnya
kelompok usia tertinggi jumlah infeksi HIV adalah pada kelompok pria usia subur yang
termasuk didalamnya adalah suami dari ibu rumah tangga. Sehinga ketika seorang pria usia
subur mengidap HIV AIDS, terlebih pria usia subur yang aktif melakukan kegiatan seksual
dan memiliki status sebagai suami maka implikasi dari penyakit HIV AIDS tidak hanya
mengancam kesehatan pria usia subur sendiri akan tetapi juga kesehatan keluarganya yang
dalam hal ini adalah ibu rumah tangga bahkan anak yang ada di keluarga tersebut.

HIV AIDS membawa banyak implikasi kesehatan terhadap penderitanya. Salah satu
hal yang menjadi permasalahan adalah gizi. Ketika pria dewasa terinfeksi HIV, terjadi
gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat yang lebih parah bahkan terjadi
penurunan status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan
karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan kebutuhan
zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan
makanan dan minuman.

Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan gizi yang disebabkan antara lain karena
stress metabolisme, demam, muntah diare, mal absorbsi, infeksi oportunistik. Hal ini dapat
menyebabkan vitamin, mineral, protein, lemak, kerugian karbohidrat dan penurunan asupan
oral. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya masa lemak
terutama pada otot.

Gambar 3.1. Gizi Dan Imunitas Pada HIV


Gizi memburuk
(BB turun, atrofi otot
Gizi memburuk (BB
mikronutien kurang) turun, atrofi otot
mikronutrien kurang)
Risiko terhadap penyakit
infeksi meningkat
(Infeksi saluran cerna, TB,
flu lebih cepat masuuk
dalam stadium AIDS)
Merusak sistem inumitas
(daya tahan terhadap HIV
dan infeksi lain berkuarang)
Kebutuhan zat gizi
Kebutuhan zat gizi
meningkat
meningkat (Karena
(karena HIV
malabsorbsi, asupan
malabsorpsi, gizi
asupan
berkurang)
gizi berkurnag
Merusak sostem
imunitas (daya tahan
terhadap HIV dan
infeksi lain berkurang
HIV Risiko terhadap penyakit
infeksi meningkat

Berdasarkan permasalahan gizi yang muncul pada penderita HIV AIDS, maka
penanganan khusus terkait gizi perlu dilakukan. Penanganan yang perlu dilakukan antara
lain adalah sebagai berikut:

Penanganan Gizi untuk ODHA

1. Untuk pasien stadium 1 dan 2


- Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur,
ayam, ikan, kacang – kacang dan produk olahannya.
- Banyak makan sayur dan buah – buahan secara teratur terutama sayuran dan
buah-buahan berwarna kaya vitamin A dan zat besi.
- Bila ODHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu sangat baik untuk
kesehatan .
- Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
- Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah
mual).
- Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,
termik maupun kimia
- Menghindari rokok, kafein dan alkohol
- Makanan bebas dari pestisida dan zat – zat kimia
- Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan disesuaikan
dengan jadwal minum obat saat lambung kosong
2. Untuk stadium 3 dan 4
- Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur,
ayam, ikan, kacang – kacang dan produk olahannya
- Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
- Sayur dan buah – buahan diberikan sesuai kebutuhan
- Rendah serat, makanan lunak / cair, jika ada gangguan saluran pencernaan
- Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
- Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak
dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
- Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk memenuhi kebutuhan
gizinya
- Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan penyakit lain yang
menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis oral)
- Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
- Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk mencegah mual) dan
makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun
kimia Menghindari rokok, kafein dan alkohol Makanan bebas dari pestisida dan
zat – zat kimia Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi pemberian
dosis besar (megadosis) harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh
- Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan disesuaikan
dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat lambung terisi, atau
diberikan bersama-sama dengan makanan.

Selain penanganan pada penderita HIV AIDS diperlukan pula pencegahan agar HIV
AIDS terutama pada kelopok pria usia subur dapat ditangani. Pencegahan tersebut dapat
diwujudkan dalam hal-hal berikut :
1. Pencegahan infeksi HIV melalui hubungan seksual
Tidak melakukan hubungan seksual atau melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang tetap atau setia. Selain itu perlu menghindari hubungan seksual pada
kelompok berisiko tinggi dan jikalau dengan kelompok berisiko tinggipun perlu ada
penggunaan kondom. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan tidak melakukan
hubungan anogenital.
2. Pencegahan infeksi HIV melalui darah
Penularan HIV AIDS melalui darah biasanya terjadi dengan transfusi, jarum
suntik, dan pisau cukur maupun gunting kuku. Sehingga pencegahan dapat
dilakukan dengan cara screening darah yang digunakan untuk transfusi,
menghimbanu kelompok risiko tinggi untuk tidak mendonorkan darah, serilisasi
jarum suntik, dan menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian.
3. Pencegahan infeksi HIV melalui ibu
Pencegahan penularan HIV melalui ibu adalah dengan himbauan untuk
mencegah kehamilan pada penderita. Jikalau ditahuinya terlambat diusahakan agar
ibu tidak berika ASI pada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

Anthony J. Garcia-Prats, Ann R. McMeans, George D. Ferry, William J.


Klish. 2010. Nutrition and HIV/AIDS. HIV Curriculum for the Health Professional.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2015. Pedoman Pelayanan Gizi bagi
ODHA. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementrian kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Infodatin: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, www.depkes.go.id, diakses pada September 2016
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
Siregar, Fazidah A, 2004, Pengenalan dan Pencegahan AIDS,
library.usu.ac.id, diakses pada September 2016
http://www.alodokter.com/kapan-sebenarnya-masa-subur-pria
http://www.alodokter.com/hiv-aids
Anna, Lusia Kus. 2011. “Adakah Batasan Usia Kesuburan Pria?”. Kompas,
28 Juli 2011.
RI. Kemenkes. 2014. InfoDATIN: Situasi dan Analisis HIV-AIDS. Jakarta
Selatan: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Suparyanto. 2012. Konsep PUS dan KB. http://dr-
suparyanto.blogspot.co.id/2012/02/konsep-pus-dan-kb.html , diakses 9 September
2016.
http://www.alodokter.com/kapan-sebenarnya-masa-subur-pria
http://www.alodokter.com/hiv-aids
Anna, Lusia Kus. 2011. “Adakah Batasan Usia Kesuburan Pria?”. Kompas,
28 Juli 2011.
RI. Kemenkes. 2014. InfoDATIN: Situasi dan Analisis HIV-AIDS. Jakarta
Selatan: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Suparyanto. 2012. Konsep PUS dan KB. http://dr-
suparyanto.blogspot.co.id/2012/02/konsep-pus-dan-kb.html , diakses 9 September
2016.

Anda mungkin juga menyukai