Disusun Oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
ABSTRAK
HIV AIDS membawa banyak implikasi kesehatan terhadap penderitanya. Salah satu hal
yang menjadi permasalahan adalah gizi. Dari data yang dikemukakan sebelumya dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa jumlah infeksi tertinggi bearada pada kelompok laki-laki
usia 20-49 tahun atau yang kemudian diketahui sebagai kelompok pria usia subur. Ketika
pria dewasa terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat
yang lebih parah bahkan terjadi penurunan status gizi. Berdasarkan permasalahan gizi yang
muncul pada penderita HIV AIDS, maka penanganan khusus terkait gizi perlu dilakukan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
Infeksi penyakit HIV/AIDS banyak menimbulkan masalah, baik fisik, sosial, psikologis
dan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat ODHA. Selain itu, stigma dan diskriminasi di
masyarakat termasuk keluarga ODHA, membuat kehidupan ODHA semakin terpuruk
dalam seluruh aspek kehidupannya. Keluarga merupakan komponen yang terpenting dalam
memberikan perawatan dan meningkatkan kualitas hidup ODHA karena merupakan orang
terdekat yang bisa memahami ODHA.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalahnya adalah ‘bagaimana pola asuh gizi
pada ODHA terutama pada pria usia subur”
C. TUJUAN
Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah :
1. mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh
sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
2. Mengetahui pola asuh gizi pada pria usia subur yang menderita HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel
darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh, dan pada akhirnya menyebabkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang
dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa
menyebar melalui keringat atau urine. Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV
lainnya:
Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau
menyusui.
Melalui seks oral.
Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
Melalui 4epublic4 darah dari orang yang terinfeksi.
Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah
terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.
Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi
untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Ada berbagai macam jenis
obat yang dikombinasikan untuk mengendalikan virus.
PEMBAHASAN
Sedangkan menurut kategori jenis kelamin maka infeksi pada kelompok pria terjadi
lebih tinggi dibanding pada kelopok wanita seperti yang ditunjukkan pada data berikut
Dari data yang dikemukakan sebelumya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
jumlah infeksi tertinggi bearada pada kelompok laki-laki usia 20-49 tahun atau yang
kemudian diketahui sebagai kelompok pria usia subur.
Kendati kelompok usia pria usia subur menempati pringkat teratas sebagai
kelompok dengan jumlah infeksi HIV tertinggi tetapi ketika dikategorikan dalam data
sesuai jenis pekerjaan, jumlah kumulatif AIDS tertinggi justru berada pada kelompok ibu
rumah tangga sesuai dengan data yang dikemukakan berikut ini
Jika dianalisis lebih lanjut, ibu rumah tangga yang merupakan seseorang yang
bekerja di rumah dan jarang melakukan mobilisasi seharusnya bukanlah kelompok yang
rentan untuk terjangkit HIV AIDS, akan tetapi ketika ibu rumah tangga kemudian menjadi
kelompok berisiko tinggi maka salah satu faktor yang menyebabakan penularan terjadi
adaah pada kelompok suami dari ibu rumah tangga tersebut. Pasangan suami istri yang
berada pada usia produktif dalam rentang 20-49 tahun merupakan usia yang masih dalam
rentang aktif melakukan hubungan seksual. Sesuai data yang dipaparkan sebelumnya
kelompok usia tertinggi jumlah infeksi HIV adalah pada kelompok pria usia subur yang
termasuk didalamnya adalah suami dari ibu rumah tangga. Sehinga ketika seorang pria usia
subur mengidap HIV AIDS, terlebih pria usia subur yang aktif melakukan kegiatan seksual
dan memiliki status sebagai suami maka implikasi dari penyakit HIV AIDS tidak hanya
mengancam kesehatan pria usia subur sendiri akan tetapi juga kesehatan keluarganya yang
dalam hal ini adalah ibu rumah tangga bahkan anak yang ada di keluarga tersebut.
HIV AIDS membawa banyak implikasi kesehatan terhadap penderitanya. Salah satu
hal yang menjadi permasalahan adalah gizi. Ketika pria dewasa terinfeksi HIV, terjadi
gangguan sistim kekebalan tubuh sampai ke tingkat yang lebih parah bahkan terjadi
penurunan status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan
karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan kebutuhan
zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan
makanan dan minuman.
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan gizi yang disebabkan antara lain karena
stress metabolisme, demam, muntah diare, mal absorbsi, infeksi oportunistik. Hal ini dapat
menyebabkan vitamin, mineral, protein, lemak, kerugian karbohidrat dan penurunan asupan
oral. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya masa lemak
terutama pada otot.
Berdasarkan permasalahan gizi yang muncul pada penderita HIV AIDS, maka
penanganan khusus terkait gizi perlu dilakukan. Penanganan yang perlu dilakukan antara
lain adalah sebagai berikut:
Selain penanganan pada penderita HIV AIDS diperlukan pula pencegahan agar HIV
AIDS terutama pada kelopok pria usia subur dapat ditangani. Pencegahan tersebut dapat
diwujudkan dalam hal-hal berikut :
1. Pencegahan infeksi HIV melalui hubungan seksual
Tidak melakukan hubungan seksual atau melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang tetap atau setia. Selain itu perlu menghindari hubungan seksual pada
kelompok berisiko tinggi dan jikalau dengan kelompok berisiko tinggipun perlu ada
penggunaan kondom. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan tidak melakukan
hubungan anogenital.
2. Pencegahan infeksi HIV melalui darah
Penularan HIV AIDS melalui darah biasanya terjadi dengan transfusi, jarum
suntik, dan pisau cukur maupun gunting kuku. Sehingga pencegahan dapat
dilakukan dengan cara screening darah yang digunakan untuk transfusi,
menghimbanu kelompok risiko tinggi untuk tidak mendonorkan darah, serilisasi
jarum suntik, dan menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian.
3. Pencegahan infeksi HIV melalui ibu
Pencegahan penularan HIV melalui ibu adalah dengan himbauan untuk
mencegah kehamilan pada penderita. Jikalau ditahuinya terlambat diusahakan agar
ibu tidak berika ASI pada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA