Anda di halaman 1dari 3

PERTANYAAN

1. Bagaimana pengobatan jika seseorang terkena HIV/AIDS?


JAWABAN :
Jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini
disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang
dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV
menghancurkan sel CD4. Beberapa jenis obat ARV, antara lain:

 Efavirenz
 Etravirine
 Nevirapine
 Lamivudin
 Zidovudin

Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita HIV,


agar perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Menunda pengobatan hanya akan
membuat virus terus merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko
penderita HIV terserang AIDS. Selain itu, penting bagi pasien untuk mengonsumsi
ARV sesuai petunjuk dokter. Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV
berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pasien.

2. Apakah seseorang yg sudah dinyatakan positif terkena HIV/AIDS bisa sembuh


dengan meminum obat?
JAWABAN :
Secara medis penggunaan kata sembuh untuk penderita HIV adalah pemilihan
maksud kata yang salah. Penderita HIV hingga saat ini belum ditemukan cara untuk
menyembuhkannya, tetapi hingga saat ini baru tersedia obat untuk mengontrolkondisi
HIV tersebut.
Virus HIV hingga saat ini (jika sudah menginfeksi/masuk ke dalam tubuh
seseorang) belum dapat dimusnahkan dari tubuh. Hal ini berbeda dengan infeksi virus
lainnya, misalnya setelah kita terserang flu maka dalam beberapa hari kita akan
mengalami kesembuhan dan virus terbasmi dari tubuh secara total. Namun,pada HIV
tidak demikian. Virus HIV akan tetap berada di dalam tubuh. Kondisi ini disebut
dengan kronik. Hal yang perlu dilakukan adalah mengontrol aktivitas virus tersebut di
dalam tubuh.
Virus HIV akan terus menyerang sistem imun kita secara spesifik, dan yang
paling utama terpengaruh adalah sel yang disebut CD4. Sel tersebut sangat penting di
dalam tubuh dalam sistem imunitas/pertahan tubuh, bisa dikatakan sebagai salah satu
tentara utama sistem imun tubuh. Orang normal kadar CD4 akan dipertahankan di
atas 800 atau bahak di atas 1200. Pada orang dengan HIV biasanya kadar CD4 akan
turun di bawah 600 atau bahkan di bawah 200 atau bahkan sangat-sangat rendah
sekali. Hal ini akan berdampak terhadap sistem imunitas tubuhnya. Pertahanan tubuh
orang dengan HIV akan sangat buruk (jika tidak dikontrol dengan obat ARV) hingga
dalam perjalanan penyakitnya orang tersebut akan mengalami berbagai jenis infeksi
secara bersamaan, bahkan jenis-jenis infeksi yang berat yang pada orang normal
(orang tanpa HIV) akan sangat-sangat jarang sekali ditemukan. Misalnya orang HIV
cenderung untuk mengalami diare/mencret yang kronis > 4 minggu, penurunan berat
badan yang semakin memperparah kondisi, infeksi jamur di lidah, paru-paru, saluran
cerna, atau bahakn infeksi otak dan selaput pembungkus otak. Kondisi ini sangat
berbahaya dan mengancam nyawa. Untuk itu, sangat diperlukan kesadaran dari
penderita HIV untuk mau mengontrol penyakitnya dengan salah satunya
menggunakan ARV (tentunya obat diminum seumur hidup) dan menghentikan
perilaku berisiko yang menjadi sumber penularan HIV (karena dapat membuat dirinya
terinfeksi oleh varian virus HIV yang berbeda dan atau menulari orang lain).
Jadi ARV diminum seumur hidup dan diharapkan dengan diminumnya ARV
secara rutin maka kadar sel CD4 di dalam tubuh meningkat yang jumlahnya dapat
mendekati jumlah orang-orang tanpa HIV (orang normal). Dengan demikian,
penderita HIV akan dapat hidup lebih baik, seakan-akan seperti orang normal, bebas
dari infeksi-infeksi yang berbahaya, dan juga dengan meminum ARV maka
kemungkinan untuk menulari orang lain atau pasangan juga menurun. Jadi,
penggunaan ARV sangat banyak manfaat positifnya.
Untuk saat ini, penggunaan ARV memang sudah disubsidi oleh pemerintah.
Namun, untuk mendapatkannya harus dilakukan di rumah sakit pemerintah dan
dengan melakukan pemeriksaan HIV (pasien dibuktikan benar-benar mengidap HIV).
Obat-obatan untuk HIV tidak dapat dibeli dengan bebas atau ditemui di sembarangan
apotek. Umumnya obat-obatan ini hanya disediakan di pusat kesehatan yang cukup
besar, misalnya rumah sakit umum pusat daerahnya masing-masing (RSUP).
3. Apakah ibu hamil dapat menularkan HIV kepada bayinya?
JAWABAN :

Ibu dengan HIV yang tidak menjalani pengobatan sama sekali akan
menularkan pada bayinya sebesar 25 %. Angka ini akan semakin rendah hingga 5 %
jika ibu menjalani pengobatan sejak sebelum hamil. Pengobatan HIV pada ibu hamil
digunakan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Selama mengonsumsi
obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai
respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan.
Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap
3-4 bulan selama masa pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai