Anda di halaman 1dari 2

Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri.

Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja
terjadi atau tidak tertangani. 

Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan
perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap
terjadi.

 Tes resitensi (kekebalan) 

Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini
dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang
dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). 

ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan
diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai
varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4
untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6
bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan
tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu
didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika
pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. 

Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi
obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk
kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya.
Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. 

Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat
menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk
mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

Komplikasi HIV dan AIDS

Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih mungkin untuk
mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu. Komplikasi HIV dan AIDS yang bisa
terjadi adalah:
 Pneumocystis Pneumonia (PCP)

Infeksi jamur PCP dapat menyebabkan komplikasi pneumonia parah. 

 Kandidiasis (sariawan)

Kandidiasis adalah komplikasi dari HIV yang dapat menyebabkan peradangan dan memicu
pertumbuhan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan atau vagina.

 Tuberkulosis (TB)

TB adalah infeksi oportunistik umum yang terkait dengan HIV. Di seluruh dunia, TB adalah
penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. 

 Sitomegalovirus

Sistem kekebalan yang sehat dapat menonaktifkan virus, tetapi jika sistem kekebalan melemah,
virus bisa muncul kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-
paru, atau organ lainnya.

 Meningitis kriptokokus

Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum
tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokus adalah infeksi sistem saraf pusat umum
yang terkait dengan HIV, yang disebabkan oleh jamur yang ditemukan di tanah.

 Toksoplasmosis

Infeksi yang berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang
disebarkan terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan parasit di tinja mereka,
yang dapat menyebar ke hewan lain dan manusia. Toksoplasmosis dapat menyebabkan penyakit
jantung, dan kejang terjadi ketika menyebar ke otak.

Anda mungkin juga menyukai