Anda di halaman 1dari 20

PENYAKIT

INFEKSI
HIV/AIDS
OLEH KELOMPOK 5 REGULER 2
ANGGOTA KELOMPOK 5

1. Mesi Atika Musyarofah (P1337420121045)


2. Gatya Tri Wulandari (P1337420121035)
3. Alifah Nurul Hidayah (P1337420121103)
4. Nanda Putri Candra Kusuma (P1337420121111)
5. Mezza Afrista (P1337420121048)
6. Wenda Dwifanti (P1337420121034)
7. Devi Anggraini A. K. W (P1337420121050)
8. Jundi Laudza Abdullah (P1336420121030)
9. Zahra Anindya (P1337420121084)
10. Jihan Nabila Tsara (P1337420121041)
PENGERTIAN
HIV
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada
manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang
dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS,
sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang
muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena
penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV
HIV/AIDS MENURUT PARA AHLI
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1999)

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999)

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem


kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk, 1997
ETIOLOGI

Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human

immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada

tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986

di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.

HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan

dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.


PENULARAN
HIV
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang
telah terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana
penularan HIV dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah
dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan
jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama
masa kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusu
PENULARAN HIV
SECARA PERINATAL

Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi
yang dikandungnya.
Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses
melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung
antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat
menular pada bayi.
Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada
dalam kandungan atau juga melalui ASI
Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
MACAM-MACAM
INFEKSI HIV
FASE DINI (FASE AKUT) FASE MENENGAH (FASE KRONIK
Ditandai oleh viremia transien, masuk ke Berupa keadaan laten secara klinis dengan
dalam jaringan limfoid, terjadi penurunan replikasi. Tahap ini dapat mencapai beberapa
sementara dari CD4+ sel T diikuti tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam,
serokonversi dan pengaturan replikasi virus kemerahan kulit, kelelahan, dan viremia.Tahap
dengan dihasilkannya CD8+ sel T antivirus. kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.

FASE AKHIR (FASE KRISIS)


Ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh
penderita secara cepat berupa rendahnya
jumlah CD4+, penurunan berat badan, diare,
infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder.
Tahap ini umumnya dikenal sebagai AIDS.
PATOFISIOLOGI
HIV
HIV masuk kedalam darah dan mendekati
sel T–helper dengan melekatkan dirinya
pada protein CD4. Lalu DNA virus menyatu Enzim Protease mengatur viral kimia untuk
dengan DNA manusia membentuk virus–virus yang baru yang
kemudian menginfeksi sel sel lain. Ini
mengakibatkan menurunnya sistem imun

Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu


infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah
hilang. Respons tersebut mendorong virus
untuk menghasilkan kembali
dirinya.
PATOFISIOLOGI
HIV
Ketika seorang pengidap HIV yang sel–

sel CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia


menjadi semakin mudah

diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.

INFEKSI OPORTUNISTIK
Infeksi yang timbul saat kekebalan tubuh
tertekan akibat kekurangan sel CD4+ T
PERIODE PENULARAN HIV/AIDS PADA IBU HAMIL

1. Periode Prenatal
Periode perkembangan manusia yang berlangsung sejak
konsepsi hingga kelahiran. Kurang lebih, periode prenatal
berlangsung selama 9 bulan kalender atau 280 hari
sebelum lahir. Tes HIV sebaiknya ditawarkan kepada wanita
beresiko tinggi pada awal mereka memasuki perawatan
prenatal. Jika pada masa prenatal terdapat (kelelahan,
anoreksia, dan penurunan berat badan) menyiratkan tanda
dan gejala infeksi HIV
2. Periode Intrapartum
Periode selama proses persalinan hingga kelahiran. Pada
tahap ini, bayi dapat tertular darah atau cairan milik ibu
yang terinfeksi HIV. Umumnya cairan ini mungkin telah
terminum oleh bayi, sehingga virus yang terkandung di
dalamnya mulai menginfeksi tubuh bayi.
Ibu yang positif terinfeksi HIV biasanya ditemukan virus
pada cairan yang keluar dari sekitar area organ intim. Dan
besarnya paparan pada proses persalinan sangat
dipengaruhi dengan beberapa faktor lain.
3. Periode Postpartum

Periode yang dimulai setelah kelahiran kelahiran setelah


kelahiran dan berlangsung selama 8 minggu. Pada tahap ini
risiko penularan melalui ASI sangat memungkinkan.
Selain melalui ASI, beberapa kondisi ketika menyusui juga
bisa meningkatkan risiko penularan HIV. Seperti terjadinya
luka di sekitar puting susu, luka di mulut bayi, hingga
terganggunya fungsi kekebalan tubuh bayi.
GEJALA HIV/AIDS PADA ANAK

Gejala Mayor

1. Berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan


2. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis
4. Demensia/HIV Ensefalopati
GEJALA HIV/AIDS PADA ANAK

Gejala Minor
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalist
3. Adanya herpes zoster yang berulang
4. Kandidiasis orofaringeal
5. Herpes simplex kronik progresif
6. Limfadenopati generalist
7. Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita
8. Retinitis Cytomegalovirus
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

1. TES UNTUK DIAGNOSA


INFEKSI HIV

P24 ANTIGEN
WESTERN BLOT KULTUR HIV
TEST
2. TES UNTUK DETEKSI
GANGGUAN SISTEM IMUN

01 HEMATOKRIT 04 RASIO CD4/CD LIMFOSIT

02 LED 05 SERUM MIKROGLOBULIN B2

03 CD4 LIMFOSIT 06 HEMOGLOBULIN


PENGOBATAN Seno
1. Obat-obatan Antiretroviral (ARV)
Obat ini bukanlah suatu pengobatan tetapi cukup memperpanjang hidup
dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik

pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis

direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap

HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu

kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi.


Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
NUCLEOSIDE ANALOGUE REVERSE TRANSCRIPTASE

INHIBITORS (NRTI')
NON–NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITORS

(NNRTI'S)
PROTEASE INHIBITORS (PI).
Prita
2. Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak
Seorang wanita yang mengidap HIV(+) dapat menularkan HIV

kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan masa

menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan,

kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap

HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan


tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak,

antara lain:
Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian

panjang dari 14–28 minggu selama masa kehamilan


Nevirapine diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam

masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada

sekitar 2–3 hari.


KESIMPULAN
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam
jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS.
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). Cara penularan HIV yaitu melakukan
penetrasi seks, melalui darah yang terinfeksi, dengan
mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan secara
perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena
pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.

Anda mungkin juga menyukai