Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PATOFIOLOGI TERKAIT PASIEN ( HIV AIDS )

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1.Erwin Munazir ( 2022206203113P )

2. Angga Pratama ( 2022206203140P)

3. Junardi Brahma J. ( 2022206203132P )

4. Ircham Abdilah Lubiyati ( 2022206203176P)

5. Rosyadi ( 2022206203136P )

6. Melka Halaska ( 20222062003142P )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023


PATOFISIOLOGI HIV-AIDS

SINDROM IMUNODEFISIENSI DIDAPAT Sindrom imunodefisiensi didapat (acquired


immunodeficiency syndrome, AIDS) adalah suatu penyakit virus yang menyebabkan kolapsnya
sistem imun dan bagi kebanyakan penderita, kematian dalam 5 tahun setelah diagnosis. AIDS
disebabkan oleh infeksi virus imunodefisiensi manusia (human immunodeficiency virus, HIV).
Diketahui terdapat dua jenis virus HIV, HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 sering ditemukan di Amerika
Serikat, sedangkan HIV-2 ditemukan terutama di Afrika Barat. HIV-1 pertama kali diidentifikasi
pada awal 1980an. Virus ini adalah suatu retrovirus, yang berarti bahwa ia terdiri dari untai
tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan ditranskripsikan ke dalam DNA
pejamu. Transkripsi virus ke dalam DNA pejamu, berlangsung melalui kerja suatu enzim
spesifik yang disebut reverse transcriptase yang dibawa oleh virus ke dalam sel. Setelah menjadi
bagian dari DNA pejamu, virus bereplikasi dan bermutasi selama beberapa tahun dan secara
perlahan tetapi tetap menghancurkan sistem imun.

INFEKSI DAN KEMATIAN SEL Sel-sel yang terinfeksi HIV adalah: Sel T penolong (T4) dan
makrofag. Sel-sel imun di dalam darah, kulit, dan membran mukosa, yang disebut sel dendritik
atau sel Langerhans, juga terinfeksi oleh virus ini. Sebagian besar sel T4 dan sel-sel lain yang
terinfeksi terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa, dan sumsum tulang, dan menularkan virus ke
sel-sel lain yang melintasi tempat-tempat tersebut. HIV menginfeksi sel melalui pengikatan
dengan protein permukaan yang disebut protein CD4. Bagian virus yang bersesuaian dengan
protein CD4 dikenal sebagai antigen grup 120. Sewaktu sel T4 yang telah terinfeksi mengalami
pengaktivan untuk berpartisipasi dalam suatu respons imun, maka HIV mulai bereproduksi.

INFEKSI DAN KEMATIAN SEL (2) Seiring dengan reproduksinya, virus menghancurkan
membran sel pejamu, mungkin dengan mengganggu kemampuan sel untuk melindungi diri dari
radikal bebas atau dengan menghasilkan superantigen yang menghancurkan sel. Secara umum,
HIV hanya mematikan sel-sel T4. Dengan reproduksi HIV dan kematian sel T4, semakin banyak
virus baru yang masuk ke dalam sirkulasi. HIV ini kemudian menginfeksi sel lain. Yang ikut
berperan menyebabkan kematian sel T4 adalah respons imun yang dilakukan oleh sel-sel killer
pejamu, dalam usaha untuk mengeliminasi virus dan semua sel yang terinfeksi. Seiring dengan
penurunan jumlah sel T4, sistem imun selular menjadi semakin lemah secara progresif. Fungsi
sel B dan makrofag juga berkurang seiring dengan melemahnya fungsi sel T penolong.

PERJALANAN INFEKSI HIV Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan
gejala (asimtomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang
dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi menjadi sekitar 200 sampai 300 per ml darah
2-10 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi, misalnya
infeksi jamur oportunistik atau timbulnya herpes zoster (cacar ular), muncul. Jumlah T4
kemudian menurun karena timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seseorang didiagnosis mengidap AIDS apabila hitung sel
T4 jatuh di bawah 200 sel per ml, atau apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker, atau demensia
AIDS. Harus ditekankan bahwa infeksi HIV bukanlah AIDS, dan sebagian individu yang
terinfeksi virus bertahan hidup lebih dari 12 tahun tanpa tanda-tanda timbulnya AIDS. Namun,
infeksi virus berarti bahwa individu yang bersangkutan menular bagi orang lain, tanpa
memandang ada tidaknya gejala-gejala AIDS.

PENULARAN HIV Kerentanan terhadap infeksi HIV dipengaruhi status imunitas, gizi, dan
kesehatan umum individu yang bersangkutan serta jumlah virus yang masuk. HIV ditularkan dari
orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh, darah semen cairan vagina air susu Urin dan isi
saluran cerna tidak dianggap sebagai sumber penularan kecuali apabila jelas tampak
mengandung darah Air mata, air liur, dan keringat mungkin mengandung virus, tetapi jumlahnya
diperkirakan terlalu rendah untuk menimbulkan infeksi.

ORANG YANG BERISIKO TERJANGKIT HIV Mereka yang bertukar darah dengan orang
yang terinfeksi. Pajanan jarum suntik yang tercemar dapat terjadi secara tidak sengaja di fasilitas
pelayanan kesehatan Melalui tukar menukar jarum selama pemakaian obat intravena (IV). Risiko
terinfeksi dari transfusi darah tercemar sangat tinggi (hampir 100%), Keadaan yang
memungkinkan darah yang mengandung HIV lolos dari seleksi transfusi darah: Fase infeksi awal
di mana antibodi belum terbentuk Fase akhir AIDS sewaktu sistem imun sedemikian tertekan
sehingga hampir tidak dijumpai lagi antibodi dalam darah.

ORANG YANG BERISIKO TERJANGKIT HIV Mereka yang terpajan ke semen atau cairan
vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi. Di Amerika Serikat,
insidens infeksi pada pria homoseks lebih tinggi dibandingkan heteroseks (perlukaan pada anal-
rektal lebih mudah terjadi dibanding hubungan kelamin vaginal) Penularan virus melalui
hubungan heteroseks juga terjadi. Adanya penyakit kelamin pada salah satu pasangan akan
meningkatkan risiko penularan seksual dengan meningkatkan jumlah sel darah putih di daerah
tersebut dan dengan menyebabkan adanya luka kulit terbuka atau iritasi kulit.

PENYEBARAN KE WANITA DAN ANAK-ANAK Biasanya terjadi setelah hubungan seks


dengan pria biseksual atau pemakai obat HIV. Wanita lebih rentan terjangkit infeksi daripada
pria selama hubungan heteroseks karena: Perlukaan dan perdarahan mikroskopik di vagina
Semen yang tercemar juga berada dalam vagina wanita lebih lama daripada lama penis terpajan
ke sekret vagina. Wanita yang terjangkit HIV dapat menularkan infeksinya kepada janin melalui
plasenta, biasanya selama trimester ketiga, atau setelah bayi terpajan ke darah atau cairan amnion
yang tercemar sewaktu proses persalinan. Bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV memiliki
sekitar 25 % kemungkinan terinfeksi oleh virus tersebut. Penggunaan obat-obat anti-HIV selama
kehamilan oleh wanita yang diketahui terinfeksi virus dapat secara bermakna menurunkan
tingkat infeksi janin. Wanita juga dapat terjangkit virus setelah melahirkan dan menularkannya
kepada bayinya melalui air susu.

GAMBARAN KLINIS Gejala mirip-flu, termasuk demam ringan, nyeri badan, menggigil, dapat
muncul beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi. Gejala-gejala ini bersesuaian dengan
pembentukan awal antibodi terhadap virus. Gejala menghilang setelah respons imun awal
menurunkan jumlah partikel virus, walaupun virus tetap dapat bertahan pada sel-sel lain yang
terinfeksi Selama periode laten, orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperlihatkan
gejala, atau pada sebagian kasus mengalami limfadenopati (pembengkakkan kelenjar getah
bening) persisten Antara 2 sampai 10 tahun setelah infeksi HIV, sebagian besar pasien mulai
mengalami berbagai infeksi oportunistik. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan munculnya
AIDS dan berupa infeksi ragi pada vagina atau mulut, dan berbagai infeksi virus misalnya
varisela zoster (cacar air dan cacar ular), sitomegalovirus, atau herpes simpleks persisten. Wanita
dapat menderita infeksi ragi kronik atau penyakit radang panggul

GAMBARAN KLINIS (SETELAH TERJADI AIDS) Infeksi saluran napas Sering terjadi infeksi
saluran napas, oleh organisms oportunistik Pneumocytis carinii. Dapat timbul tuberkulosis yang
resisten terhadap bermacam-macam obat karena pasien AIDS tidak mampu melakukan respons
imun yang efektif untuk melawan bakteri, walaupun dibantu antibiotik. Pasien AIDS yang
mengidap tuberkulosis biasanya mengalami perjalanan penyakit yang cepat memburuk yang
menyebabkan kematian dalam beberapa bulan. Penyakit tuberkulosis biasanya cepat menyebar
ke luar paru termasuk otak dan tulang Gejala susunan saraf pusat: Defek motorik, kejang,
perubahan kepribadian, dan demensia. Pasien dapat menjadi buta dan akhirnya koma. Banyak
dari gejala tersebut timbul karena infeksi bakteri dan virus oportunistik pada SSP, yang
menyebabkan peradangan otak. HIV juga dapat secara langsung merusak sel-sel otak.

GAMBARAN KLINIS (SETELAH TERJADI AIDS) Pencernaan: Diare terjadi akibat infeksi
virus dan protozoa. Infeksi jamur (thrush) di mulut dan esofagus menyebabkan nyeri hebat
sewaktu menelan dan mengunyah Diare dan tidak adekuatnya asupan nutrisi berperan
menyebabkan berkurangnya lemak dan gangguan pertumbuhan Keganasan: Berbagai kanker
muncul pada pasien AIDS akibat tidak adanya respons imun selular terhadap sel-sel neoplastik.
Yang sering terjadi pada pasien AIDS adalah kanker yang sebenarnya jarang dijumpai, sarkoma
Kaposi (kanker sistem vaskular yang ditandai oleh lesi-lesi kulit berwarna merah)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Segera setelah infeksi, jumlah sel T4 dapat menurun, tetapi hal
ini segera pulih ke normal karena respons imun awal dapat menahan infeksi Antibodi terhadap
HIV biasanya muncul antara 4 dan 6 minggu setelah infeksi, tetapi pada beberapa kasus
memerlukan waktu lebih dari satu tahun. Apabila sampel serum teridentifikasi sebagai positif
HIV (memiliki titer antibodi positif), maka dilakukan uji Western blot untuk memastikan infeksi.
Bayi yang tidak terinfeksi yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat memperlihatkan hasil
pemeriksaan yang positif-HIV selama lebih dari setahun setelah lahir karena adanya antibodi ibu.
Hitung sel T4 menurun secara progresif selama periode laten infeksi. Sewaktu kadar mencapai
kurang dari 300 sel T4 per ml darah, timbul infeksi-infeksi oportunistik Hitung sel T4 terus
berkurang pada pasien AIDS. Perkembangan penyakit dan keberhasilan berbagai pengobatan
dapat diikuti dengan mengukur sel T4 pasien secara berkala

PENATALAKSANAAN Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi


HIV perlu dilakukan. Prinsip pencegahan berarti tidak berkontak dengan cairan tubuh yang
tercemar HIV. Karena mustahil diketahui sebelumnya apakah suatu cairan tubuh tercemar oleh
HIV, maka seseorang harus mengangggapnya tercemar sampai terbukti sebaliknya.

UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN Abstinensi seks atau hubungan kelamin monogami bersama


dengan pasangan yang tidak terinfeksi Diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya virus paling
sedikit 6 bulan setelah hubungan kelamin terakhir yang tidak terlindung Pembentukan antibodi
mungkin memerlukan waktu paling sedikit 6 bulan setelah pajanan ke virus Seks oral juga dapat
menularkan virus Menggunakan kondom lateks apabila terjadi hubungan kelamin dengan orang
yang status HIVnya tidak diketahui. Walaupun dapat secara bermakna mengurangi risiko
penularan HIV, kondom lateks tidak dapat menjamin perlindungan 100% terhadap penularan
virus. Tidak melakukan tukar menukar jarum dengan siapapun untuk alasan apapun Mencegah
infeksi ke janin atau bayi baru lahir. Seorang wanita harus mengetahui status HIVnya, dan
pasangannya sebelum hamil. Apabila wanita hamil positif-HIV, maka obat-obat atau antibodi
anti HIV dapat diberikan selama kehamilan dan kepada bayinya setelah lahir. Ibu yang terinfeksi
jangan menyusui bayinya. Pompa payudara jangan ditukarpakaikan.

PENGOBATAN Obat-obat anti-HIV Pendidikan Misalnya azidotimidin (AZT), menghambat


enzim reverse transcriptase dan tampaknya efektif untuk menurunkan jumlah infeksi yang diidap
pasien AIDS. Obat-obat ini tidak menyembuhkan AIDS, tetapi dapat memperlama waktu
kelangsungan hidup bagi sebagian orang. Efek samping obat-obat antiHIV adalah mual, nyeri
kepala, dan penekanan sumsum tulang, sehingga terjadi anemia dan kelelahan Pendidikan
Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang. Makanan yang sehat dan gaya hidup yang bebas
stres sangatlah penting. Stres, gizi yang kurang, alkohol, dan obat-obat lain diketahui
mengganggu fungsi imun. Merokok harus dihindari Menghindari infeksi lain, karena infeksi
tersebut dapat mengaktifkan sel T dan dapat mempercepat replikasi HIV. Untuk mencegah
infeksi, harus diberikan vaksin-vaksin yang ada sepanjang tidak digunakan vaksin virus hidup
Terapi untuk kanker dan infeksi spesifik apabila penyakit-penyakit tersebut muncul

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai