Anda di halaman 1dari 8

LKM 5 ILMU DASAR KEPERAWATAN II

1. Jelaskan tentang morfologi virus retrovirus


Merupakan salah satu golongan virus yang terdiri dari satu benang tunggal
RNA (bukannya DNA). Setelah menginfeksi sel, virus tersebut akan membentuk
replika DNA dari RNA-nya dengan menggunakan enzim reverse
transcriptase.Terdapat pada kera-kera kecil, atau kera besar macam gorila atau
simpanse yang ada di benua Afrika, serta orangutan yang ada di Sumatera dan
Kalimantan.

 Golongan Retrovirus yakni :


 Oncornaviruses
Ada empat jenis ornocavirus yang terdapat pada non human
primata(ordo) (NHP) yaitu Simian T-lymphotropic virus (STLV), Gibbon ape
leukemia virus (GaLV), Simian sarcoma virus, dan Simian retrovirus Type D
(SRV). Simian T-lymphotropic virus (STLV) sangat mirip dengan Human T-
cell leukemia virus (HTLV) yang banyak sekali terdapat di Asia, Afrika
maupun Amerika. Meskipun kasus kejadiannya tidak banyak, HTLV dapat
menyebabkan leukemia pada sel T dewasa atau lymphoma pada manusia yang
terinfeksi.
Selain itu, strain virus HTLV I juga berkaitan dengan tropical spastic
paraparesis yaitu suatu gangguan saraf yang langka. Hal yang amat
mengkhawatirkan, saat ini telah diketahui bahwa HTLV ternyata berasal dari
STLV purba yang menular antar spesies yang berbeda. Bahkan sebuah survei
yang dilakukan oleh Verschoor et al. (1998) terhadap 143 orangutan di
Kalimantan Tengah menunjukkan adanya dua ekor orangutan yang terinfeksi
oleh virus HTLV I.
 Lentivirus
Salah satu golongan lentivirus yang amat berbahaya adalah Simian
immunodeficiency virus (SIV). Virus ini berkerabat erat dengan HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Virus HIV 1 berasal dari strain SIV simpanse.
Sedangkan virus HIV 2 berasal dari SIV sooty mangabeys. Ada sejumlah
besar monyet Afrika baik yang liar maupun tangkapan yang terinfeksi oleh
SIV. Jenis strainnya berbeda-beda, sesuai dengan jenis spesiesnya.
Sebagian besar hewan yang terinfeksi oleh virus ini, tetap terlihat
sehat. Primata Asia bukanlah induk semang alami dari SIV. Dengan demikian,
apabila terkena SIV, primata Asia (termasuk orangutan) akan sangat mudah
mengalami penurunan kekebalan tubuh. Saat ini ada 0.06% (2 dari 3123)
manusia yang biasa bekerja dengan primata yang terinfeksi oleh virus ini.
 Spumaviruses
Spuma virus yang terdapat pada primata adalah Simian Foamy Virus
(SFV). Virus ini banyak ditemukan pada primata dunia baru maupun lama.
Ada 3,7% atau 11 dari 296 orang yang biasa berhubungan dengan primata
telah terinfeksi oleh virus ini.
2. Jelaskan tentang cara replikasi HIV
Replikasi hiv di dalam sel cd4
proses replikasi HIV meliputi 7 tahap sebagai berikut:
1. HIV menempelkan diri (fusi) ke sel inang yang dalam hal ini adalah Sel CD4
2. Setelah berfusi, selanjutnya RNA HIV, enzim reverse transkriptase dan
integrase serta protein-protein virus lainnya memasuki sel inang (CD4).
3. DNA Virus terbentuk dengan batuan enzim reverse transkriptase.
4. DNA Virus bergerak ke nucleus Sel CD4 dan dengan bantuan enzim integrase
berintegrasi dengan DNA sel inang (CD4).
5. Virus RNA baru digunakan sebagai genom (genetik informasi) RNA untuk
membuat protein virus.
6. Virus RNA baru dan protein bergerak ke permukaan sel dan terbentuklah virus
muda yang baru.
7. Virus HIV baru dimatangkan oleh enzim protease yang dilepas dari protein
HIV, dan siap memasuki sel CD4 lainnya.
3. Jelaskan tentang penyebab dan faktor risiko HIV
 HIV telah ada di dalam tubuh sebelum munculnya penyakit AIDS
 Jarum suntik dan prostitusi merupakan faktor terbesar
 Penggunaan alkohol dan obat bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan
adanya penyakit lain terutama penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin
merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan.
 Faktor yang lain adalah waktu. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
kesempatan untuk terkena AIDS meningkat, bukannya menurun dikarenakan
faktor waktu.
 Faktor resiko
 Melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit HIV AIDS.
 Melakukan hubungan seks bebas.
 Memiliki penyakit menular seksual lainnya seperti syphilis, herpes, gonore
atau bacterial vaginosis.
 Bergantian dalam memakai jarum suntik.
 Mendapat transfusi darah dari seornag pendonor yang positif mengidap HIV
AIDS.
 Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan infeksi HIV.
 Seorang ibu yang telah dinyatakan positif memiliki penyakit HIV, dan
berpotensi menularkan penyakitnya tersebut pada anak yang dilahirkannya.
4. Jelaskan tentang patogenesis dan temuan klinis HIV
Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser
yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limfosit T 4 merupakan pusat dan sel
utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi
fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi
karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi
pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4.
Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia
melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk
RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang
biak akan mengundang bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi
irreversibel dan berlangsung seumur hidup.
5. Jelaskan tentang stase penyakit HIV
a. Infeksi awal
Ketika infeksi HIV pada tahap awal ,bisa jadi si oenderita penyakit HIV itu
sendiri tidak merasakan suatu gejala atau tanda-tanda apapun,akan teteapi setelah
beberapa minggu kemudian penderita akan mengalami :
 Deman
 Sakit kepala
 Readng tenggorokan
 Pembengkakan kelenjar lipa
 Ruam
a. Infeksi lanjutan
Penyakit HIV ini menginfeksi dan berkembang seiring berjalannya waktu,
bahkan pada infeksi awal tidak akan menunjukan gejala yang mengindetifikasikan
bahwa seorang tersebut memiliki keluhan penyakit HIV setelah kurn waktu 8 sam
9 tahun, virus akan berkembang dan mneginfeksi serta merusak sistem immun
atau kekebalan tubuh dan gejalanya akan mengalami infeksi ringan atau gejala
kronis seprti dibawah ini :
 Pembengkakan node ipa,merupakan tanda gejala awal infeksi HIV.
 Diare
 Berat badan menurun dratis
 Demam
 Batuk dan nafas yang pendek
b. Infeksi tahap akhir
Dalam waktu sekitar 10 tahun atau lebih,setelah infeksi tehap
awal,masalahnya yang paling serius akan terjadi setelah virus HIV mnginfeksi
menjadi AIDS dan dapat terjadi yaitu. Infeksi yang terjadi ketika sistem imun
lemah,seperti pneumocystis carini pneumonia (PCP),adar CD4 lymphocyte 200
atau lebih rendah,normalnya adalah antara 800 sampai 1.200.
Penderita akan mengalami infeksi sebgai beriku :
 Berkeringat dimalam hari
 Menggigil datau demam lebih dari 38C untuk bebrapa minggu
 Batu kering dan nafas pendek
 Diare kronis
 Noda putih pada lidah atau mulut
 Sakit kepala
 Pandangan kabur
 Berat badan turun dratis dan rsa lelah tak kunjung hilang
6. Jelaskan tentang tanda gejala HIV
a. Demam
Salah satu tanda-tanda pertama ARS adalah demam ringan, sampai sekitar
39 derajat C (102 derajat F). Demam sering disertai dengan gejala ringan lainnya,
seperti kelelahan, pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan sakit
tenggorokan.
b. Kelelahan
Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh juga dapat
menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi tanda awal dan tanda
lanjutan dari HIV.
c. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening
ARS sering menyerupai gejala flu, mononucleosis, infeksi virus atau yang
lain, bahkan sifilis atau hepatitis. Hal tersebut memang tidak mengherankan.
Banyak gejala penyakit yang mirip bahkan sama, termasuk nyeri pada persendian
dan nyeri otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening.
d. Sakit tenggorokan dan sakit kepala
Seperti gejala penyakit lain, sakit tenggorokan, dan sakit kepala sering dapat
merupakan ARS," kata Dr. Horberg. Jika memiliki risiko tinggi HIV, maka
melakukan tes HIV adalah ide yang baik. Karena HIV paling menular pada tahap
awal.
e. Ruam kulit
Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam perkembangan
HIV/AIDS.
f. Mual, muntah dan diare
Sekitar 30 hingga 60 persen dari orang dengan HIV memiliki gejala jangka
pendek seperti mual, muntah, atau diare pada tahap awal HIV, kata Dr.
Malvestutto. Gejala tersebut juga dapat muncul sebagai akibat dari terapi
antiretroviral, biasanya sebagai akibat dari infeksi oportunistik.
g. Penurunan berat badan
Jika penderita HIV sudah kehilangan berat badan, berarti sistem kekebalan
tubuh biasanya sedang menurun," kata Dr. Malvestutto.
h. Batuk kering
Batuk kering dapat merupakan tanda pertama seseorang terkena infeksi HIV.
Batuk tersebut dapat berlangsung selama 1 tahun dan terus semakin parah.
i. Pneumonia
Batuk dan penurunan berat badan juga mungkin pertanda infeksi serius yang
disebabkan oleh kuman yang tidak akan mengganggu jika sistem kekebalan tubuh
bekerja dengan baik. "Ada banyak infeksi oportunistik yang berbeda dan masing-
masing dapat datang dengan waktu yang berbeda," kata Dr. Malvestutto.
7. Jelaskan tentang transmisi penyakit HIV
Transmisi HIV secara umum dapat terjadi melalui empat jalur, yaitu :
 Kontak seksual: HIV terdapat pada cairan mani dan sekret vagina yang akan
ditularkan virus ke sel, baik pada pasangan homoseksual atau heteroseksual.
Kerusakan pada mukosa genitalia akibat penyakit menular seksual seperti sifilis
dan chancroid akan memudahkan terjadinya infeksi HIV.
 Tranfusi: HIV ditularkan melalui tranfusi darah baik itu tranfusi whole blood,
plasma, trombosit, atau fraksi sel darah lainnya.
 Jarum yang terkontaminasi: transmisi dapat terjadi karena tusukan jarum yang
terinfeksi atau bertukar pakai jarum di antara sesama pengguna obat-obatan
psikotropika.
 Transmisi vertikal (perinatal): wanita yang teinfeksi HIV sebanyak 15-40%
berkemungkinan akan menularkan infeksi kepada bayi yang baru dilahirkannya
melalui plasenta atau saat proses persalinan atau melalui air susu ibu.
8. Jelaskan tentang prevensi penyakit HIV
Prevensi primer :
 Memberitahukan pentingnya arti pendidikan dini mengenai HIV.
 Mendekatkan diri pada keluarga.
 Menghindari pergaulan babas
 Percaya bahwa setiap emosi biasa diatasi dengan kasih sayang sebuah
keluarga.
 Memberitahukan akab bahaya apabila mencoba meninum obat-obatan
terlarang.
 Tidak melakukan hubungan seksual secra bebas.
9. Jelaskan tentang tahapan penyakit HIV
a. Tahap 1
 HIV masuk ke dalam tubuh
 Tidal ada tanda penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
 Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
b. Tahap 2
 Tidak ada tanda-tanda penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
 Test HIV seduah bisa mendetesksi keseradaa vitus ini
 Virus HIV berkembangbiak dalam tubuh
c. Tahap 3
 Sistem kekebalan tubuh semakin turun
 Mulai muncul gejala infeksi oportunistik misalnya : pembengkakan kelenjar
 Linfa diseluruh tubuh,diare terus menerus, dan flu yang tak kunjung sembuh
d. Tahap 4
 Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
 Berbagai macam penyakit menginfeksi tubuh,dan lama kelamaan akan
semakin parah dan tak kunjung sembuh
10. Jelaskan tentang infeksi oportunis pada HIV AIDS
Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit.
Disebut oportunistik karena infeksi ini akan mengambil keuntungan dari sistem
kekebalan tubuh seseorang yang lemah. Tidak hanya pengidap HIV saja yang bisa
terkena infeksi oportunistik ini.
Pasalnya, hampir semua penyakit dapat berkembang menjadi infeksi
oportunistik ketika sistem kekebalan tubuh lemah. Terdapat dua jenis infeksi
oportunistik (IO), yakni IO sistemik yang memengaruhi seluruh tubuh, dan IO lokal
yang cenderung hanya memengaruhi bagian tubuh.
Berikut adalah beberapa penyakit infeksi oportunistik umum yang kerap terjadi, di
antaranya:
1) Candidiasis
2) Infeksi Pneumonia
3) Kanker serviks invasif
4) Kriptokokosis
11. Diagnosis HIV AIDS pada dewasa dengan CD 4+ dan kategori klinik (A, B, C)
 Diagnosis CD4+
CD4+ adalah parameter terbaik untuk imunodfisiesni digunakan dengan
bersamaan penelitian klinis. CD4+ dapat menjadi petunjuk dini progresivitas
penyakit karne nilai CD4+ menurun lebih dulu dibandingkan kondisi klinis.
 Diagnosis kategori klinik A,B,C
 Kategori klinis A,meliputi infeksi HIV gejala (asimptomatik),limfa denopati
generalisata yang menetap,dan infeksi HIV akut primer disertai dengan
penyakit penyerta atau adanya riwat infeksi HIV akut.
 Kategori klinis B,meliputi kondisi dengan gejala (simptomatik) pada remaja
atau orang dewasa yang telah terinfeksi HIV yang tidak termasuk dalam
kategori C serta memenuhi criteria paling sedikit dari criteria berikut
a. Adanya kerusakan dengan pada kekeblan dengan perantara sel (cell
medialted imunity),atau kondisi yang dianggap oleh dokter perl
penannganan klinis atau penatalaksaan akibat komplikasi HIV.
 Kategori klinis C (tanda dan gejala lanjut HIV), merupakan gejala yang
ditemukan pada penderita AIDS,seseorang yang terinfeksi HIV mulai
menunjukan perkembangan infeksi yang mengancamkan kehidupan si
penderita,misalnya :
a. Kondidiasis bronki,trakea,dan paru-paru.
b. Kanodidiasis oesophagus.
c. Kanker leher rahim invasive.
d. Retinitis virus sitomogalo.
e. Sarkoma kaposi.
f. Bronkitis,oesofagitis,atau pneumonia.
g. histoplasmosis menyabar diluar paru.
12. Jelaskan tentang tes diagnostik (deteksi AB HIV, deteksi antigen HIV, rapid
HIV test,PCR)
 Deteksi AB HIV
Tes ini melipuri sebgaian besar tes HIV termasuk tes cepat dan sempel dari air
liur dan dasar,tes ini untuk mendeteksi adanya anti bodi yang dipakai tubuh
untuk melawan HIV setelah 3-12 minggu setelah terkena HIV.
 Deteksi antigem HIV
 Tes yang dilakukan melalui pengetesan darah yang bertujuan untuk
mendeteksi HIV yang menyerang ke tubuh melali antigen,tes ini telah cepat 20
hari dari tes standar lainnya.

 Rapid HIV test


Tes yang digunkan untuk melakukan screening awal sehingga bisa dilakukan
deteksi tes ini sangat bermanfaat untuk tempat yang keterbatasan alat untuk
melakukakn tes lainnya.
 PCR (polymerase chain reaction)
Untuk DNA dan RNA oada HIV sangat snsitif dan spesifik untuk infeksi
HIV,PCR,memeriksa langsung keberadaan virus HIV didalam darah. Dapat
dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV, tes
angat mahal dab memerlukan alat canggih. Biasnya hanya dilakukan jika uji
seblumnya tidak memberikan hasil yang pasti.
13. Jelaskan tentang terapi untuk HIV
Pengobatan yang ada saat ini, antiretroviral therapies (ART) juga memang
dapat memusnahkan sel-sel T yang telah disusupi virus. Akan tetapi pengobatan ini
tidak bisa membedakan mana sel T yang sudah disusupi HIV, terutama dalam
keadaan dormant (tidur).
Sebuah harapan baru muncul ketika tim peneliti gabungan dari lima kampus
terkemuka di Inggris menemukan terapi yang diklaim dapat menyembuhkan pasien
HIV sepenuhnya. Kelima kampus ini antara lain Oxford, Cambridge, Imperial
College London, University College London dan King's College London. Harapan itu
terlihat pada seorang pria berusia 44 tahun yang ambil bagian dalam percobaan
terapinya.
14. Jelaskan tentang transmisi virus HIV pada petugas kesehatan (standart
precoutions)
Perlindungan imunitas bagi staff dan pasien yang dicurigai dari penyakit yang
ditularkan melalui aibone dan dropiet seperti : meassies,mumps,chicken fox dan
rubella. Bagitu juga dengan imunitas hepatitis A dan B dan juga tetanus
toxoid,termasuk juga booternya. Juga merevisi tentang peraturan sebelum memasuki
kamar pasien atau perawatan pada pasien yang terinfeksi dengan penyakit yang
menyebar melali airbone (Lynch et al 1990).
BSI cepat sekali diterima dan diimplementasikan di Rumah Sakit dan Klinik
di Am,erika dikarenakan hal ini sederhana dan mudah dipelajari dan juga semua
pasien tidak hanya yang telah terdiagnosis mungkin terinfeksi. Kerugiannya adalah
biaya teambahan yang lebih mahal yang harus ditanggung oleh rumah sakit atau
pasien.
15. Jelaskan tentang penatalaksanaan post exposure pada petugas kesehatan
a. Konseling, Edukasi dan uji Darah Post Exposure
Tenaga medis, paramedis dan pekerja di bidang kesehatan lainnya merupakan
salah satukelompok risiko tinggi terinfeksi HIV akibat paparan produk ODHA.
Konseling dan edukasi post exposure penting, terutama berhubungan dengan
psikososial dan perilaku untuk mencegah penularan sekunder (seperti tidak
melakukan hubungan seksual, pemakaian kondom, mencegah kehamilan,
menghindari pemberian ASI) sampai terbukti sumber infeksi tidak mengandung
HIV.
Uji darah post exposure untuk menilai antibodi HIV atau RNA HIV dilakukan
segera setelahterpapar untuk mengetahui status infeksi HIV yang bersangkutan; 6
minggu, 12 minggu sampai 6 bulan kemudian, jika hasil uji darah negatif baru
disimpulkan tidakterinfeksi HIV
b. Antiretroviral (ARV)
Pencegahanpost exposure (PPE) HIV dengan ARV sebaiknya dimulai secepat
mungkin tanpakecuali (hamil atau tidak). Pada percobaan binatang, didapatkan
bahwa pemberian ARV setelah36 jam paparan tidak efektif mencegah infeksi
HIV, narnun pada manusia belum ada penelitianmengenai hal ini.
Saat ini, CDC dan USPHS menganjurkan pemberian kombinasi ARV untuk
PPE, walaupunZDV sendiri mampu menurunkan serokonversi sampai 79% pada
penelitian retrospektif.Kombinasi dasar ARV oral selama 4 minggu yang
diberikan terdiri dari ZDV 300 mg 2 kalisehari, lamivudin 150 mg 2 kali sehari
atau lamivudin 150 mg 2 kali sehari dengan stavudin 40mg 2 kali sehari atau
stavudin 40 mg 2 kali sehari dengan didanosin 400 mg sekali sehari.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Corwin,Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3.Jakarta:
Buku kedoteran EGC.
2. Dr.Nursalam.M.Ners.,Kurniawati,ND,S.kep.Ns. 2008,2007. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AID. Jakarta: Selemba Medika.
3. http://prodikedokteran.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/HIV-AIDS.pdf.

Anda mungkin juga menyukai