b. Tanda gejala
Tanda dan gejala infark miokard dapat mencakup :
Nyeri dada substernal yang mengencengkan serta persiten dan dapat
menjalan ke tlengan kiri,rahang,leher,atau skapula. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke dalam sel-sel miokard.
Nyeri tersebut dapat diungkapkan oleh pasien sebagai perasaan berat
mencengkam atau seperti tertindih barang berat.
c. Komplikasi
Komplikasi infark miokard meliputi :
Aritmia
Syok kardiogenik
Gagal jantung yang menyebabkan edema paru perikarditis
Ruptur septum atrium atau vertikel,dinding vertikel,atau katup jantung
Pembentukan trombus mural yang menyebabkan emboli serebral atau
emboli paru
Aneurisma ventrikel
Ruptur miokard
Peluasan infark semula
d. Diagnosis
Pemeriksaan elektrokardigrafi serial dengan 12 lead dapat
mengungkpkan perubahan yang khas,seperti depresi segmen ST pada
infark non-gelombang Q (daerah insufisiensi yang rusak lebih terbatas
untuk menimbulkan perubahan pada pola depolarisasi ventriksi) dan
elevasi segmen ST pada infark miokard gelombang Q .
Pengukuran serial kadar enzim dan protein jantung dapat
memperlihatkan kenaikan dan penurunan yang khas,khususnya bagi
CK-MB,protein troponin T serta I dan miglobin sehingga hasil ini
dipakai untuk memastikan diagnosis infark miokard.
Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan jumlah sel
darah putih,kadar C-reactive protein seta laju endap darah yang
disebabkan oleh inflamasi,dan kenaikan kadar glukosa setelah terjadi
pelepasan katekolamin.
Ekokardiografi dapat memperlihatkan kelainan pada gerakan dinding
ventrikel dan dapat mendeteksi ruptura septum atau muskulus
papilaris.
Foto rentagen toraks dapat menunjukan gagal jantung kiri atau
kardiomegali akibat dilatasi ventrikel.
Nuclear imaging scanning dengan sestamibi,thalium-201. Dan
technetium 99m dapat digunakan untuk mengindetifikasi daerah infark
dan sel otot jantung yang masih viabel.
e. Management
Pengkajian pasien yang menderita nyeri dada di bagian gawat darurat
selama 10 menit sejak awitan gejala karena sedikitnya 50% kematian
terjadi dalam waktu satu jam sejak awitan gejala.
Pemberian oksigen lewat kanula hidung selama dua hingga tiga jam
untuk meningkatkan oksigenasi darah.
Pemberian nitroglisirin sublingual atau IV untuk mengurangi nyeri
dada kecuali bila tekanan sistolik di bawah 90 mmHg atau frekuensi
jantung kurang dari 50 kali per menit atau melebihi 100 kali per menit.
Pemberian morfin atau meperidin (Demerol) sebagai terapi analgesia
karena rasa nyeri akan menstimulasi sistem saraf simpatik sehingga
dapat terjadi peningkatan frekuensi jantung dan vasokostriksi.
Pemberian aspirin seyiap hari tanpa batas waktu untuk menghambat
agregasi trombosit.
Pemantauan jantung yang terus-menerus untuk mendeteksi aritmia dan
iskemia.
Terapi fibrinolik IV kepada pasien yang mengalami nyeri dada selama
minimal 30 menit dan mencapai rumah sakit dalam waktu 12 jam sejak
awitan dan mencapai rumah sakit dalam waktu 12 jam sejak awitan
gejala (kecuali bila terdapat kontraindikasi) serta hasil EKG
memperlihatkan LBBB (left bundle branch block).
4. Jelaskan tentang penyekit angina pektoris meliputi
penyebab,patogenesis,hispatologi,patofisisologi,tanda
gejala,komplikasi,pemeriksaan diagnosis,managementnya
a. Penyebab
Umur (pria 45 tahun,wanita 55 tahun)
Kebisaan merokok
Dislipedemia
Riwayat keluarga
Takanan darah tinggi
Obesitas
Minu
m aktivitas fisik
Stress berlebihan
b. Patogenesis
Ada dua kelas luas angina pectoris, terkait dengan dua mekanisme
patogenetik yang berbeda secara fundamental: pada angina klasik,
penyempitan aterosklerotik membatasi kemampuan arteri koroner untuk
meningkatkan aliran darah miokard dalam menanggapi peningkatan
permintaan, dan pada angina varian, pengurangan primer.
Dalam aliran darah koroner terjadi, tidak terkait dengan perubahan
permintaan. Selama dekade terakhir, kemajuan besar telah dibuat dalam
pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mengontrol aliran darah koroner
dan bagaimana mereka berinteraksi di masing-masing kelas utama angina.
c. Hispatologi
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu endokardium, miokardium
dan epikardium. Endokardium, merupakan bagian dalam dari atrium dan
ventrikel. Endokarium homolog dengan tunika intima pada pembuluh darah.
Endokardium terdiri dari endotelium dan lapisan subendokardial. Endotelium
pada endokardium merupakan epitel selapis pipih dimana terdapat
tight/occluding junction dan gap junction.
d. Patofisiologi
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia
miokard,karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang
Biasanya di beri obat perda nyeri NTG (nitrogliserin)
e. Tanda gelaja
Nyeri di bagian dada, leher atau rahang
Seperti ada yang mencekik di dalam daa atau tiba-tiba
Kelelahan dan berkeringat
Kepala terasa ringan dan Pusing
Mual
Denyut jantung cepat dan dada terasa sesak
Gelisah
Muka pucat
f. Komplikasi
Infarksi miokardium yang akut (serangan jantung)
Kematian karena jantung secara mendadak
Aritmia kardiak
g. Pemeriksaan diagnosis
Angina pektoris tidak mudah untuk didiagnosa karena ada beberapa
penyakit yang memiliki gejala yang sama, contohnya penyakit asam lambung.
Selain melakukan tes fisik and menanyakan riwayat kesehatan pasien beserta
keluarga, tes berikut juga akan dilakukan:
Tes tekanan darah menggunakan tensimeter untuk mencari tahu jika
penderita mengalami hipertensi.
Mengukur berat badan dan ukuran pinggul untuk memeriksa jika
terdapat kecenderungan obesitas.
Tes darah untuk memantau potensi pemicu, seperti kadar kolestrol,
glukosa, protein C-reaktif (CRP), dan fungsi organ hati.
Tes urine untuk memeriksa fungsi ginjal penderita.
h. Managemen
Pencegahan : aspirin kadang diprogramkan untuk mencegah gejala
angina. Demikian juga untuk individu yang rentan angina di sarankan
untuk menghindari stresor yang diketahui memicu serangan angina
klasik,seperti bekerja dalam lingkungan dingin. Individu ini disarankan
tidak merokok.
Terknik invasif seperti percataneous transluminal coronary angloplasty
(PTCA) dan bedan pintas arteri koroner mampu menurunkan serngan
angina klasik.
DAFTAR PUSTAKA: