Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

HIV/AIDS

Oleh

WAHYU LATINAPA

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI NERS

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami


penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

B. ETIOLOGI

HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus
limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi
penyebab utama AIDS diseluruh dunia.

Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup
virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1,
Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr.
Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam
serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan
penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)

1. Cara Penularan

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a) Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b) Melalui darah, yaitu:
 Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
 Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
 Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
 Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

C. PATOFISIOLOGI

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan
gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat
AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus
HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan
ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor
CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas
dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap
selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-
1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus
di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi
dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi
antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.

Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum
titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah
itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila
diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan
gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya
26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

D. TANDA DAN GEJALA

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
AIDS :

 Panas lebih dari 1 bulan,


 Batuk-batuk,
 Sariawan dan nyeri menelan,
 Badan menjadi kurus sekali,
 Diare ,
 Sesak napas,
 Pembesaran kelenjar getah bening,
 Kesadaran menurun,
 Penurunan ketajaman penglihatan,
 Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan
gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan
penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka
dianjurkan ia tes darah HIV.

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi
1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

1.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)


Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.
2.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
3.Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

E. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut,
demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV
dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000 )

1. Infeksi retroviral akut

Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan
demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili,
ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami
gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom
ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.

2. Masa asimtomatik

Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum.
Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period).

3. Masa gejala dini

Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi
pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan
tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC)

4. Masa gejala lanjut

Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko
tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan

F. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :

1. Pneumonia pneumocystis (PCP)


2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma Kaposi
8. Kanker getah bening
9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah

1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan
AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait.
Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.

Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein
purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS,
hepatitis, dan pap smear.

Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka
pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6
bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi
INH tidak tergantung pada jumlah CD4.

Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat
antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau
flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :

a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,


nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan
kritis.

b. Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4
nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

c. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

o Didanosine
o Ribavirin
o Diedoxycytidine
o Recombinant CD 4 dapat larut

d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus


Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan
dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

2. Diet

Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah

a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:

 Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek


dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
 Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan,
terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
 Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
 Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.

b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:

 Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.


 Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat
membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan
kesulitan menelan.
 Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
 Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
 Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan
kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:

 Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas
fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan
Suhu 1°C.
 Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel
tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
 Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan
dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan
rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3)
diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
 Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di
anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan
Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus
dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.
 Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
 Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi
menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi
yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi
thick fluid) dan cair (thin fluid).
 Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium
dan klorida).
 Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan
dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien.
Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan
melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.
 Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
 Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun
kimia.

d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien
dengan:

a) Infeksi HIV positif tanpa gejala.


b) Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan,
sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
c) Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
d) Infeksi HIV dengan TBC.
e) Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.

Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara
rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai
tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.

1) Diet AIDS I

Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera
setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama
beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan
menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair
dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral
komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C.
bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).

2) Diet AIDS II

Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.
Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai
gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan
makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

3) Diet AIDS III

Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien
dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil
dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan
melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian
makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah

1. Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
2. Sirkulasi.
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
3. Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.
4. Elimiinasi.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal.
5. Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi
yang buruk, dan edema.
6. Neurosensori.
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.
7. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak,
dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.
8. Pernafasan.
Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

2. Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan.

Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah

1. Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan


ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan
gelisah.

Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur
atau beristirahat secara adekuat.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk


intensitas, frekuensi dan waktu. intervensi dan juga tanda-tanda
Tandai gejala nonverbal misalnya perkembangan komplikasi.
gelisah, takikardia, meringis.

Instruksikan pasien untuk Meningkatkan relaksasi dan perasaan


menggunakan visualisasi atau sehat.
imajinasi, relaksasi progresif, teknik
nafas dalam.

Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,


sehingga persepsi akan intensitas rasa
sakit.

Berikan analgesik atau antipiretik M,emberikan penurunan nyeri/tidak


narkotik. Gunakan ADP (analgesic nyaman, mengurangi demam. Obat yang
yang dikontrol pasien) untuk dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam
memberikan analgesia 24 jam. dapat mempertahankan kadar analgesia
darah tetap stabil, mencegah kekurangan
atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau menurunkan


pengubahan posisi, masase, rentang tegangan otot.
gerak pada sendi yang sakit.

2. Diagnosis keperawatan : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh


dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan
nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga
bukal.
Hasil yang harapkan : mempertahankan berat badan atau memperlihatkan
peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan
keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan
tingkat energy.

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok dan


perasakan dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.

Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal


umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam
memungkinakan sarankan makanan dari rencana member perasaan control
rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi lingkungan dan mungkin
sering berupa makanan padat nutrisi, tidak meningkatkan pemasukan.
bersifat asam dan juga minuman dengan Memenuhi kebutuhan akan
pilihan yang disukai pasien. Dorong makanan nonistitusional mungkin
konsumsi makanan berkalori tinggi yang juga meningkatkan pemasukan.
dapat merangsang nafsu makan

Batasi makanan yang menyebabkan mual Rasa sakit pada mulut atau
atau muntah. Hindari menghidangkan ketakutan akan mengiritasi lesi pada
makanan yang panas dan yang susah untuk mulut mungkin akan menyebabakan
ditelan pasien enggan untuk makan.
Tindakan ini akan berguna untuk
meningkatakan pemasukan
makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan


misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, fungsi organ, dan mengidentifikasi
elektrolit, protein, dan albumin. kebutuhan pengganti.

Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan


metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

3. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


diare berat

Hasil yang diharapkan : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane


mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL

Pantau pemasukan oral dan pemasukan Mempertahankan keseimbangan


cairan sedikitnya 2.500 ml/hari. cairan, mengurangi rasa haus dan
melembabkan membrane mukosa.

Buat cairan mudah diberikan pada Meningkatkan pemasukan cairan


pasien; gunakan cairan yang mudah tertentu mungkin terlalu menimbulkan
ditoleransi oleh pasien dan yang nyeri untuk dikomsumsi karena lesi
menggantikan elektrolit yang pada mulut.
dibutuhkan, misalnya Gatorade.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan Indicator tidak langsung dari status
rasa haus. cairan.

Hilangakan makanan yang potensial Mungkin dapat mengurangi diare


menyebabkan diare, yakni yang pedas,
berkadar lemak tinggi, kacang, kubis,
susu. Mengatur kecepatan atau
konsentrasi makanan yang diberikan
berselang jika dibutuhkan

Nerikan obat-obatan anti diare misalnya Menurunkan jumlah dan keenceran


ddifenoksilat (lomotil), loperamid feses, mungkin mengurangi kejang
Imodium, paregoric. usus dan peristaltis.

4. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah Memperkirakan adanya


paru yang mengalami penurunan, atau perkembangan komplikasi atau
kehilangan ventilasi, dan munculnya infeksi pernafasan, misalnya
bunyi adventisius. Misalnya krekels, pneumoni,
mengi, ronki.

Catat kecepatan pernafasan, sianosis, Takipnea, sianosis, tidak dapat


peningkatan kerja pernafasan dan beristirahat, dan peningkatan nafas,
munculnya dispnea, ansietas menuncukkan kesulitan pernafasan
dan adanya kebutuhan untuk
meningkatkan pengawasan atau
intervensi medis

Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan Meningkatkan fungsi pernafasan yang


pasien untuk berbalik, batuk, menarik optimal dan mengurangi aspirasi atau
nafas sesuai kebutuhan. infeksi yang ditimbulkan karena
atelektasis.

Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan Mempertahankan oksigenasi efektif


melalui cara yang sesuai misalnya untuk mencegah atau memperbaiki
kanula, masker, inkubasi atau ventilasi krisis pernafasan
mekanis

5. Diagnose keperawatan : Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan


produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan,
ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan
kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam


aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji pola tidur dan catat perunahan Berbagai factor dapat meningkatkan
dalam proses berpikir atau berperilaku kelelahan, termasuk kurang tidur,
tekanan emosi, dan efeksamping obat-
obatan

Rencanakan perawatan untuk Periode istirahat yang sering sangat


menyediakan fase istirahat. Atur yang dibutuhkan dalam memperbaiki
aktifitas pada waktu pasien sangat atau menghemat energi. Perencanaan
berenergi akan membuat pasien menjadi aktif
saat energy lebih tinggi, sehingga dapat
memperbaiki perasaan sehat dan
control diri.

Dorong pasien untuk melakukan apapun Memungkinkan penghematan energy,


yang mungkin, misalnya perawatan diri, peningkatan stamina, dan mengijinkan
duduk dikursi, berjalan, pergi makan pasien untuk lebih aktif tanpa
menyebabkan kepenatan dan rasa
frustasi.

Pantau respon psikologis terhadap Toleransi bervariasi tergantung pada


aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi status proses penyakit, status nutrisi,
pernafasan atau jantung keseimbangan cairan, dan tipe
penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan
aktifitas yang membantu pasien
mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan tonus otot

TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Data Biografi
a) Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Katholik
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Marital : Belum menikah
Suku / bangsa : Bugis / Indonesia
Tanggal masuk RS : 06 Januari 2006 Jam 08.10
Tanggal Pengkajian : 13 Januari 2006 Jam 09.50
No. Medrec : 06010150
Diagnosa Medik : Diare Akut pada ODHA
Alamat : Mamboro, Palu Utara
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Klien : Anak
Alamat : Mamboro, Palu Utara

2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan saat masuk RS
Dua minggu sebelum berobat ke RSU Ciremai Cirebon klien mengeluh pilek dan
mencret dan berat badan dirasakan menurun, tanggal 19 Desember klien berobat
ke RSU Ciremai dan dilakukan pemeriksaan laboratorium anti HIV dan klien
diduga AIDS tapi untuk memastikan diagnosa terebut dianjurkan dilakukan
pemeriksaan konfirmasi anti HIV Western Blot ke RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Dan klien disarankan dirawat di RSU Hasan Sadikin. 4 hari sebelum berobat ke
RSHS klien mengeluh mencret 5 x/ hari konsistensi cair tanpa disertai lendir dan
darah, perut klien dirasakan nyeri, badan klien terasa lemas. Tanggal 06 Januari
2006 klien berobat ke RSHS kemudian dirawat di ruang 10A.
(2) Keluhan saat pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 Januari 2006 pukul 09.50 WIB
klien mengeluh demam, dan mencret 6-7 kali sejak satu hari yang lalu, dengan
konsistensi cair (+), darah (-), lendir (-), mencret dirasakan bertambah ketika
mengkonsumsi makanan pedas, klien mengatakan mencret disertai sakit pada
daerah perut, klien mengeluh mual saat makan tanpa muntah dan klien juga
mengatakan sakit pada waktu menelan.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit mencret sampai
terjadi penurunan berat badan, nafsu makan berkurang dan timbul bercak-
bercak putih pada mulut, klien hanya berobat ke dokter praktek dan klien
mendapatkan obat anti diare dan vitamin, klien mengaku sering
mengkonsumsi zat-zat narkoba dan melakukan hubungan seks yang bebas
tanpa memakai pengaman.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Klien menyangkal dikeluarganya ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, penyakit turunan seperti kencing manis, dan
hypertensi / darah tinggi. Klien mengatakan penyakit yang saat ini diderita,
hanya dirinya di keluarga.
3) Pola aktivitas sehari hari
No Jenis aktivitas Di rumah Di Rumah Sakit

1 2 3 4
1 Nutrisi
a. Makan Klien makan dengan Makan dengan bubur,
nasi putih, sayur, dan sayur, dan lauk pauk
lauk pauk, buah kadang- dengan telur. Buah-
kadang. buahan: pisang, lemon,
Klien mengatakan tidak serta pepaya. Klien
mempunyai pantangan juga sempat makan
dalam mengkonsumsi makanan pedas yang
makanan. Klien makan dibawa adiknya.
sehari 3x, satu porsi Klien hanya dapat
habis. Tidak ada menghabiskan ½ porsi,
1 2 3 4
keluhan mual dan makan sehari 3x, klien
muntah. mengeluh mual saat
makan dan tidak
muntah.
Minum air putih sehari
Klien minum setiap kali
mencapai 4 botol aqua
merasa haus, dan setiap
500 ml
habis makan. Sehari
b. Minum rata-rata 10 gelas air
putih ( 1 gelas = 250 cc)
2 Eliminasi
a. BAB Klien mengatakan setiap Klien mengatakan
hari BAB 5x/hari, BAB 6-7 x/hari cair,
konsistensi cair, darah tidak berlendir dan
dan lendir (-), warna berdarah dalam faeces
faeces kuning. saat BAB
Klien BAK 3-4 x/hari Klien BAK 3x/hari
b. BAK
tidak ada keluhan warna kuning tidak
apapun saat berkemih merasakan keluhan
apapun saat berkemih.
3 Personal hygiene
a. Mandi Sehari 2-3 kali, Klien dapat mandi
memakai sabun sendiri 1x/hari dengan
memakai sabun.

b. Gosok gigi Sehari 2x memakai odol Klien mengaku

dan sikat gigi menggosok gigi 2 hari


sekali.
Klien keramas 1x pada
c. Keramas Klien keramas 2
saat awal masuk
kali/minggu memakai
RSHS dan membasahi
shampo
rambut tiap kali mandi
Klien mengunting
Klien senantiasa
d. Gunting kuku kuku sekali selama
menggunting kuku 1
dirawat
minggu 1 kali
4 Istirahat dan tidur
1 2 3 4
a. Siang Klien tidak pernah tidur Sering, sebentar-
siang karena kerja di sebentar antara ½ -1
bengkel dari pagi jam
sampai sore
Klien dapat tidur dengan Klien mengatakan
b. Malam
nyenyak mulai pukul sering terbangun dari
23.00 kadang pukul tidur dikarenakan
01.00 baru tidur sampai mencret yang terus
pukul 06.00 menerus.
5 Aktivitas Klien bekerja tiap hari Klien mengatakan
mengelola bengkel dari kegiatan di bangsal
pagi sampai sore. hanya tidur dan baca
koran serta mengisi
TTS

4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Pernafasan melalui hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung (pch).
Ukuran dan bentuk hidung simetris, tidak ada deviasi septum, hidung kokoh, tidak
ada sekret, terdapat bulu hidung (fibrise), Tidak terdapat polip, pola nafas reguler,
frekwensi 28x per menit, tes kepatenan kuat nostril kanan dan kiri.
Diameter dada antero posterior (AP) 2:1, Pergerakan dada simetris antara
kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, auskultasi bunyi nafas vesikuler pada
seluruh area paru serta tidak ditemukan ronchi dan wheezing. Perkusi suara vokal
premitus terdapat pada kedua paru. Ekspansi paru kanan dan kiri sama.
b) Sistem Kardiovaskuler
Konjunctiva warna merah muda (tidak pucat), bibir tidak cyanosis, Ictus
cordis terdapat pada line midklavikula inter costalis (ICS) V, tidak ada peninggian
jugular vena pressure (JVP), pada pemeriksaan auskultasi bunyi S1 pada daerah
katup trikuspidal dan mitral, bunyi S2 pada daerah katup aortik dan pulmonal di
sela iga II parasternal kiri dan sela iga II parasternal kanan. Bunyi jantung murni
reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada oedema tungkai, tidak ada clubing finger,
capilary refile time (CRT) < 3 detik, akral hangat. Burgeur tes negatif, Homan tes
negatif, tensi darah 90/60 mmHg, Nadi 104 x per / menit.
c) Sistem Pencernaan
Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut dan bibir agak kering, terdapat bercak-
bercak putih tipis di sisi lidah dan gusi, ukuran dan bentuk simetris, warna gigi
agak kuning, jumlah tidak lengkap, ditemukan nyeri menelan, uvula kaku dan
tampak kemerahan, bentuk abdomen agak cekung, lembut, tidak teraba massa,
tidak terdapat lesi / luka bekas operasi, turgor kulit lambat, auskultasi bising usus
34x per menit, pada perkusi terdapat bunyi tympani pada seluruh daerah
abdomen, kecuali pada kwadran kanan atas – hypocondriac kanan (organ hati),
pada palpasi terdapat nyeri tekan, ukuran hati tidak membesar, berat badan
sebelum sakit 55 kg dan sesudah sakit 45 kg, LILA 16cm.
d) Sistem Perkemihan
Tidak terlihat distensi kandung kemih, tidak teraba pembesaran ginjal,
tidak terdapat nyeri ketok costavertebra, tidak ada oedema palpebra, klien dapat
berkemih 3-4 x/hari + 100 cc warna kuning jernih tanpa ada keluhan
e) Sistem Reproduksi
Area genital tidak dapat dikaji karena klien merasa malu. Klien hanya
mengatakan penisnya tidak dapat ereksi.
f) Sistem Endokrin
Tidak ada gambaran moon face, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid,
tidak nampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada gerakan tremor / ektra
piramidal.
g) Sistem Muskuloskeletal
a. Atas
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada poli dan syndactyli, tidak
terdapat atropi, tidak terdapat gambaran tromboplebitis, gerakan bebas. Refleks
bisep +/+, trisep +/+, radiobrakhialis +/+. Kekuatan otot 5/5
b. Bawah
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada deformitas, pergerakan bebas,
Homan tes negatif, tidak ada oedema tungkai, kekuatan otot 5/5, refleks achiles
+/+, Refleks patela +/+, refleks babinski negatif. Sensasi tajam tumpul positif.
h) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit ekstremitas atas dan bawah kering dan
bersisik terdapat keropeng diektrremitas atas dan bawah, rambut panjang warna hitam
dan tampak kotor, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kuku pendek bersih, tidak
terdapat luka bekas operasi, badan klien teraba panas dengan temperatur: 38.2oC per
axila menggunakan termometer air raksa. Turgor kulit menurun.
i) Sistem Penglihatan, Pendengaran, Wicara
Tidak terdapat gangguan pada penglihatan, wicara dan pendengaran baik,
terbukti klien dapat membaca dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar,
tidak menggunakan alat bantu baca dan pendengaran.
j) Sistem Persyarafan
1. Fungsi serebral
(a) Status Mental
  Orientasi
Klien dapat membedakan, petugas dan sesama pasien. Klien dapat
menyebutkan tanggal, bulan, tahun, keberadaannya saat ini, dan di kota mana ia
berada.
  Daya Ingat
Tidak terdapat gangguan baik jangka panjang, dan pendek, Klien dapat
menyebutkan ulang 3 nama objek dengan jelas yang diperlihatkan perawat. Klien
dapat mengingat tahun kelahiran saat ditanya ia menjawab tahun 1978.
  Perhatian / Konsentrasi
Klien dapat meneruskan 5 angka kedepan dan kebelakang dari
pengurangan yang disebutkan perawat.
 Konsentrasi
Caranya perawat menyebutkan kata-kata yg tdk berhubungan kemudian
klien disuruh mengulang. Misal : Dan, Jika, Kalau, Apabila, Atau. & mobil,
makan, mandi, tidur, terbang. Bahasa dan Wicara Tidak mengalami gangguan
wicara, intonasi sesuai dengan keadaan emosi, klien menggunakan bahasa
Indonesia saat wawancara, vokal jelas dan dapat dimengerti, komunikasi non
verbal sesuai dengan emosi / afek (keadaan topik pembicaraan).
(b) Kesadaran
Kompos mentis
2. Fungsi syaraf kranial
(a) Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman tidak terganggu, klien dapat membedakan dan
mengenal antara bau kayu putih dan kopi dengan mata tertutup secara bergantian
pada kedua nostril.
(b) Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca koran pada jarak +30, lapang pandang tidak
mengalami penyempitan.
(c) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, trochlearis, abdusen)
Klien dapat menggerakan bola matanya ke arah yang diperintahkan
pengkaji (lateral,medial, oblique inferior dan superior), pupil isokor, bereaksi
terhadap cahaya.
(d) Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat merasakan pilinan kapas pada wajah, otot maseter kuat, reflek
kornea positif, fungsi mengunyah baik.
(e) Nervus VII (Facialis)
Klien dapat merasakan rasa manis, asin pada 2/3 anterior lidah, klien dapat
menyeringai, mengerutkan dahi, dan mengedepankan kedua bibir ke arah depan
(f) Nervus VIII ( Auditorius)
Klien dapat mendengar bisikan yang diberikan perawat dengan telinga
sebelah tertutup dan klien dapat mengulanginya dengan benar, tes tunjuk jari-
hidung dapat dilakukan klien.
(g) Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah
(h) Nervus X (Vagus)
Fungsi menelan terganggu, klien dapat membuka mulut, uvula kaku dan
tampak kemerahan saat klien mengatakan “ah”
(i) Nervus XI (Asesorius)
Klien dapat menggerakan leher ke kanan dan ke kiri tanpa hambatan, otot
sternokledomastoideus tegang saat klien melawan daya yang diberikan pada
mandibula oleh pengkaji. Klien dapat menahan beban yang diberikan pada
bahunya
(j) Nervus XII (Hypoglosus)
Klien dapat menjulurkan lidah, menggerakannya ke kanan dan ke kiri.
5) Data Psikologis
(a) Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah
tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan.
(b) Kecemasan
Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien bertanya
kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap HIV? serta menanyakan;

“Apakah penyakit saya bisa disembuhkan?”? ekspresi wajah klien tampak cemas dan

gelisah.
(c) Pola Koping
Klien mengatakan bila mempunyai masalah klien hanya mengatasinya sendiri
kemudian bergaul dengan teman-teman dan untuk mengalihkan masalahnya klien
minum-minuman beralkohol sampai mabuk dan melakukan hubungan sexual dengan
PSK (Pekerja Sex Komersial).
(d) Gaya Komunikasi
Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, vokal jelas, menggunakan
bahasa Indonesia saat wawancara, sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia.
6) Konsep Diri
(a) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa malu
dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak dapat ereksi.
(b) Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan klien
merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap HIV,
(c) Peran Diri
Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat
mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah adiknya..
(d) Identitas Diri
Klien mengaku dirinya adalah seorang bujangan, pendiam, tidak gampang marah.
(e) Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali menjalankan aktifitas
di bengkel yang dikelolanya.
7) Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu oleh
saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama dengan petugas dan
sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk pribadi yang kooperatif.
8) Data Spiritual
Klien beragama katholik, klien percaya penyakitnya dapat di sembuhkan, klien
mengatakan datangnya ke RS merupakan salah satu usaha yang harus ia jalani karena
penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhannya. Klien mengatakan jarang melakukan
peribadahan sesuai dengan agama yang di yakininya.
9) Data Penunjang
Laboratorium.
No Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

1 2 3 4 5 6
1 6/01/06 Hematologi
- Haemoglobin 10.7 13-18 gr / dl
- Leucosit 9.700 3.8-10.6rb /mm3
- Hematokrit 31,0 40-52 %
- Trombosit 372.000 150-440 rb / mm3

Kimia klinik
- Ureum 43 15-50 mg /dl
- Kreatinin 1.12 0.6-1.1 mg /dl
- GDS 123 < 140 mg / dl
- SGOT 60 sd. 37 U/L0 C
1 2 3 4 5 6
- SGPT 59 Sd. 40 U/L0 C
- Albumin 2,3 3,5-5,0 Gr/dl
- Globulin 1,9 3,1-3,7 Gr/dl

AGD
- Ph Arteri 7,410 7,35 – 7,45 mmHg
- PCO2 25,5 35 – 48 mmHg
- PO2 112,5 80 - 108 mmHg
- HCO3- 15,9 22 – 26 meq/L
- Total CO2 Arteri 16,7 22 – 29 mmHg
- Base Excess Arteri -7,0 (-2) – (+3) meq/L
- Saturasi O2 98,3 95 – 98 %
Urine
- Bj 1.005 .002-1.03
- Ph 7 4.8-7.5
- Protein Negatif Negatif
- Reduksi Negatif Negatif
- Billirubin Negatif Negatif
- Urobillin Negatif 0.2-1.0
- Nitrit Negatif Negatif
- Keton Ml / dl
Negatif Negatif
- Erytrosit 4-8 <1
- Leucosit Negatif <6
- Epitel 0-2 <6 / Lpg
Lpg
Faeces / Lpk
Kuning
- Warna Lembek
- Konsistensi Negatif
- Lendir Negatif
- Eritrocyt 0,1 Negatif
- Leukocyt Negatif 0,1 – 1
- Amoeba Negatif Negatif
- Telur cacing Negatif Negatif
Negatif
3 7/01/06 Kalium <1,5 3,6-5,5 Meq/L
4 8/01/06 Natrium 132 135-145 Meq/L
Kalium 1,6 3,6-5,5 Meq/L
5 9/01/06 Natrium 137 135-145 Meq/L
Kalsium 2,9 Meq/L
Ureum 32
Kreatinin 1,1
6 10/01/06 Kalsium 1,9
7 11/01/06 Kalsium 1,9

Pengobatan :
- IVFD RL 3000cc/24jam
- KCL 250 Eq dalam 500cc Dextrose 5%
- Aspar k 3x2 tablet
- Spasmal 3x1 tablet
- Kotrimoksazol 2x400mg
- OMZ 1x1 tablet
- Itrakonazol 2x200 mg
- Diet lunak rendah serat

b.Analisa Data
Kemungkinan penyebab dan
NO DATA Masalah
dampak

1 2 3 4
1. DS : Kekurangan
volume cairan
- Klien mengatakan BAB 6-7 Virus HIV
x/hari (Rotavirus) tubuh berlebih
- Klien mengatakan sakit pada 
daerah perut. Menurunkan jmlh & fungsi CD-4
- Klien mengatakan mencret
dirasakan bertambah ketika
mengkonsumsi makanan
pedas
- Klien mengatakan mual
Memudahkan Invasi MO melalui
Makanan & minuman
DO : 
- BAB 6-7x/hari Melepaskan enterotoxin
- Konsistensi feses cair (+), 
lendir (-), darah (-), warna Reaksi imflamasi
feces kuning. 
- Turgor kulit menurun Peningkatan motilitas sal- cerna
- Mukosa mulut dan bibir agak
kering
Diare tiap hari
- Kulit kering dan bersisik

- Tensi 90/60 mmHg,
Kehilangan cairan yang berlebihan
- Nadi 104 x / menit.

- Respirasi 28x/menit Kekurangan volume cairan tubuh
- Suhu 38,2 0C berlebih
1 2 3 4
2. DS : Infeksi Virus Invasi MO Perubahan
HIV
- Klien mengatakan berat kebutuhan nutrisi;

badan menurun Aktivasi kurang dari
Sitokin (IL-
- Klien mengatakan mual pada kebutuhan
1+TNF)
saat makan
- Klien mengatakan sakit pada
Penetrasi
waktu menelan kedalam
Demam Hipotal
DO :  amus usus
Hipermet  
- Uvula tampak kemerahan Merusak
abolik
- Berat badan turun dari 55 kg  Anorek vili-vili
sia usus
menjadi 45 kg 
Pemecah 
- Makan habis ½ porsi 1x an Asupan Malabsorp
Protein nutrisi si
makan Dan Otot kurang

Kehilangan len body mass



Perubahan kebutuhan nutrisi
3. DS: Invasi MO Virus HIV Gangguan
Saluran cerna 
- Klien mengeluh demam termoregulasi:
 Aktivasi Sitokin
- Klien mengatakan BAB 6- Masuk (IL-1+TNF) Hipertermi
komponen 
7x/hari Demam
dinding sel
DO: 
Reaksi
- Badan klien teraba panas inflamasi
- Klien diare 6-7x/hari 
Peningkatan
- Tensi: 90/60 metabolisme
- Nadi: 104x/mnt sel

- Respirasi: 28x/mnt Peningkatan
- Suhu: 38,2 0 C suhu tubuh

Gangguan Termoregulasi
4. DS : Infeksi Virus Resiko tinggi
HIV
- Klien mengatakan sakit pada perubahan
waktu menelan Menurunkan membran mukosa
- Klien mengaku menggosok jmlh & fungsi oral
Invasi MO CD-4
gigi 2 hari sekali.
- Klien mengatakan demam.
DO :
- Suhu 38,20c Resiko tinggi perubahan membran
1 2 3 4
- Terdapat bercak putih tipis mukosa oral
pada pinggir lidah dan gusi
- Uvula kaku dan tampak
kemerahan

5. DS : Didiagnosa AIDS Isolasi sosial


- Klien mengatakan merasa 
bersalah atas perbuatannya Persepsi AIDS Penyakit Aib
selama ini 
- Klien merasa malu dengan Persepsi tidak diterima dalam
keadaan dirinya yang diduga masyarakat
mengidap HIV 
Isolasi sosial
DO :
- Pada saat berkomunikasi
klien cenderung diam
- Ekspresi wajah klien tampak
cemas dan gelisah
- Klien bertanya kepada
perawat apakah benar dia
sudah positif mengidap HIV?
- Klien bertanya; “Apakah
penyakit saya bisa
disembuhkan?”

c. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


N Ditemukan
Diagnosa Keperawatan
O (tanggal)
1 Kekurangan volume cairan tubuh; berlebih
13-01-06
. berhubungan dengan diare tiap hari
2. Perubahan kebutuhan nutrisi; kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan asupan tidak 13-01-06
adekuat
3 Gangguan termoregulasi: hipertermi berhubungan 13-01-06
dengan invansi MO saluran cerna dan infeksi
virus HIV
4. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan defesit imunologis dan 13-01-06
invasi kuman patogen ke mulut
5. Isolasi sosial berhubungan dengan prsepsi tidak
13-01-06
diterima dalam masyarakat
2. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
<

1 2 3 4 5
1 Kekurangan volume cairan Jangka Panjang : 1. Anjurkan klien untuk1. Memepertahankan
tubuh berlebih berhubungan
Volume cairan tubuh minum sedikitnya 2500 keseimbangan cairan,
dengan diare tiap hari
DS: normal dipertahankan ml/hari mengurangi rasa haus
- Klien mengatakan BAB 6- Jangka Pendek : dan melembabkan
7x/hari Setelah dilakukan membran mukosa.
- Klien mengatakan sakit pada intervensi selama 1 2. Menunjukan perfusi
daerah perut hari tercapai rehidrasi ginjal dan status cairan
2. Ukur intake dan out
- Klien mengatakan mencret dengan kriteria : 3. Indikator tidak langsung
put
bertambah bila makan- Frekuensi BAB < 3 dari status cairan
makanan pedas kali 4. Indikator dari volume
- Klien mengatakan mual - Konsistensi lembek 3. Kaji turgor kulit, cairan sirkulasi

DO: - Turgor kulit baik membran mukosa, dan5. Mendukung


- BAB 6-7x/hari - Membran mukosa rasa haus berkurangnya diare
- Konsistensi feses cair (+), lembab 4. Observasi tanda-tanda6. Diperlukan untuk
lendir (-), darah (-), warna- Tanda vital stabil vital dan timbang BB. mendukung /
feses kuning. 5. Anjurkan klien untuk memperbesar volume
- Turgor kulit menurun menghidari makanan sirkulasi dan jika mual

- Mukosa mulut dan bibir agak pedas atau muntah terus


kering 6. Kolaborasi pemberian menerus
- Kulit kering dan bersisik cairan parenteral

- Tensi 90/60 mmHg, 7. Mengurangi kejang


usus dan peristaltik
- Nadi 104 x / menit.
- Respirasi 28x/menit
- Suhu 38,2 0C 7. Berikan anti
spasmodik dan terapi
lain sesuai order
- Spasmal 3x1 tab
Jam 13.00-21.00-05.00
- Aspar K 3x2 tablet
Jam 13.00-21.00-
05.00
- Kotrimoksazol
2x400mg Jam 16.00
1 2 3 4 5
dan jam 04.00
- OMZ 1x1 tablet
Jam 21.00
- Itrakonazol 2x200 mg
Jam 16.00 dan jam
04.00
2. Perubahan kebutuhan nutrisi; Tupan : 1. Hilangkan rangsang
1. Mengurangai stimulus
kurang dari kebutuhan tubuh Perbaikan status lingkungan yang pusat muntah di medula
berhubungan dengan asupan nutrisi berbahaya atau kondisi
tidak adekuat yang memperburuk
2. Meningkatkan selera
Ditandai : Tupen : refleks gag dan masukan makanan
DS : Setelah 2.
dilakukan Berikan makanan
- Klien mengatakan berat badan intervensi selama 3 dalam kondisi hangat
3. Makan yang
menurun hari berat badan dan menarik dan
mendatangkan mual
- Klien mengatakan mual pada dapat dipertahankan mudah ditelan
menyebabkan klien
saat makan dengan kriteria: 3. Anjurkan klien untuk
enggan untuk makan
- Klien mengatakan sakit pada- Berat badan tetap batasi makanan yang
4. Mengurangi
waktu menelan - Nafsu makan menyebabkan mual dan
kekenyangan
DO : membaik muntah
- Uvula tampak kemerahan - Tidak mual saat 4. Anjurkan klien untuk
- Berat badan turun dari 55 kg makan batasi cairan satu jam
menjadi 45 kg sebelum makan dan 5. Lambung penuh akan
- Porsi makan habis
- Makan habis ½ porsi dalam 1 pada saat makan mengurangai nafsu

x makan 5. Anjurkan klien untuk makan dan pemasukan

makan dengan porsi makanan


6.
kecil frekuensi sering Indikator kebutuhan

(6 kali /hari) nutrisi /pemasukan yang

6. Timbang berat badan adekuat

sesuai kebutuhan
3 Gangguan termoregulasi: Tupan: 1. Berikan kompres
1. Kompres dingin
hipertermi berhubungan Gangguan dingin membentuk menurunkan
dengan invansi MO saluran termoregulasi tidak panas tubuh dengan cara
cerna dan infeksi virus HIV, terjadi konduksi
ditandai dengan : Tupen: 2.
2. Anjurkan banyak
DS Setelah dilakukan 3. Memudahkan evaporasi
minum
- Klien mengeluh demam tindakan perawatan panas badan
3. Anjurkan klien
1 2 3 4 5
- Klien mengatakan BAB 6-7x/hari selama 1x 24 jam, mengenakan pakaian
DO: suhu badan klien tipis dan mudah
4. Antipiretik menurunkan
- Badan klien teraba panas turun dengan kriteria: menyerap keringat set poin suhu badan
- Mukosa mulut dan bibir agak- Klien mengatakan
4. Kolaborasi doker
kering “Badan tidak panas” untuk pemberian
- BAB 6-7x/hari - Badan klien tidak antipyretik
- Tensi: 90/60 mmHg teraba panas
- Nadi: 104x/menit - Bibir dan mulut
- Respirasi: 28x/menit lembab
0
- Suhu: 38,2 C - Tanda tanda vital
dalam keadaan
normal

4 Resiko tinggi perubahan Tupan : 1. Berikan perawatan


1. Mengurangi rasa tidak
membran mukosa oral Tidak terjadi oral setiap hari dan nyaman, meningkatkan
berhubungan dengan defesit perubahan membram setiap setelah makan, segar dan mencegah
imunologis dan invasi kuman mukosa oral gunakan sikat gigi pembentukan asam yang
patogen ke mulut halus, pasta gigi non dikaitakan dengan
Ditandai dengan : Tupen : abrasif, dan pelembab partikel makanan yang
DS : Setelah dilakukan bibir. tertinggal
- Klien mengatakan gogok gigi intervensi 2. Tindakan pengobatan
tiap dua hari sekali keperawatan selama2.2 Kolaborasi pemberian wewenang medis
- Klien mengatakan sakit pada hari tidak terjadi lesi obat pencuci mulut 3. Menghindarkan mukosa
waktu menelan di mukosa oral,
3. Cuci mulut klien mulut dari lesi akibat
- Klien mengatakan demam dengan kriteria : dengan larutan MO dan meningkatkan
DO :  Lidah dan gusi bersih hidrogen peroxida kenyamanan
- Terdapat bercak putih tipis dari bercak putih 4.
/salin atau larutan soda Membran mukosa oral
pada pinggir lidah dan gusi  Uvula tidak kue 2x/hari sesuai hasil yang terdapat selaput
- Uvula kaku dan tampak kemerahan kolaborsi putih dan uvula tampak
kemerahan  Klien tidak sakit
4. Kaji membran mukosa kemerahan beresiko

menelan saat makan oral setelah tindakan terjadinya lesi dan

 Klien dapat infeksi

membersihkan mulut
tanpa sakit
1 2 3 4 5

5 Isolasi sosial berhubungan Tupan : Persepsi


1. Batasi/hindari
1. Mengurangi perasaan
dengan persepsi tidak diterima tidak diterima dalam penggunaan masker, pasien akan isolasi fisik
dalam masyarakat masyarakat hilang baju dan sarung tangan, dan menciptakan
Ditandai dengan : jika memungkinkan. hubungan sosial yang
positif.

DS : 2. Tentukan 2.
persepsi Isolasi sebagian dapat
Tupen :
- Klien mengatakan merasa klien tentang situasi. mempengaruhi diri, saat
Setelah dilakukan
bersalah atas perbuatannya pasien takut penolakan /
intervensi
selama ini reaksi orang lain.
keperawatan selama
- Klien merasa malu dengan 3.
tiga hari, klien
3. Berikan waktu untuk
keadaan dirinya yang diduga Pasien akan mengalami
menunjukan bicara dengan klien
mengidap HIV isolasi fisik
peningkatan perasaan selama dan diantara
DO : harga diri, dengan aktivitas perawatan,
- Pada saat berkomunikasi klien kriteria : tetap memberi
cenderung diam  Klien dapat dukungan, perlakukan
- Ekspresi wajah klien tampak berinteraksi aktif dan dengan penuh
cemas dan gelisah terbuka dengan penghargaan dan
- Klien bertanya kepada petugas menghormati perasaan
perawat apakah benar
dia 4.
 Klien tampak tidak klien
sudah positif mengidap HIV? murung 4. Dorong adanya
- Klien bertanya; “Apakah
 Klien mau Membantu
hubungan yang aktif
penyakit saya bisa bersosialisasi dengan memantapkan partisipasi
dengan orang terdekat
disembuhkan?” lingkungannya pada hubungan sosial.
5.
5. Waspadai gejala-gejala
Indikasi bahwa putus asa
verbal/nonverbal,
dan ide untuk bunuh diri
misal: menarik diri,
sering muncul, ketika
putus asa perasaan
tanda-tanda ini diketahui
kesepian. Tanyakan
oleh pemberi perawatan,
kepasien: apakah
pasien pada umumnya
pernah berfikir untuk
ingin berbicara
bunuh diri ?
mengenai perasaan
bunuh diri, terisolasi dan
putus asa.
3. Pelaksanaan
No Tanggal D Waktu Implementasi dan Evaluasi Paraf
P &
Nama

1 2 3 4 5 6
1 13-1-06 3 10.50 I:
Berikan kompres dingin
E:
DS: Klien mengatakan: ”Merasa nyaman dengan
kompres dingin
DO:-

I:
2 13-1-06 3 10.55 Menganjurkan banyak minum
E:
DS:
DO: Klien mau minum ¾ gelas

I:
Menganjurkan klien mengenakan pakaian tipis dan
3 13-1-06 3 11.00 mudah menyerap keringat
DS:
DO: Klien mau mengganti dengan pakaian yang tipis

I:
Anjurkan klien untuk menghindari makanan pedas
E:
4 13-1-06 2 11.00
DS: Klien mengatakan; ”Mengerti dan tidak akan
mengkonsumsi makanan pedas
DO: -

I:
1. Menganjurkan klien untuk batasi makanan yang
menyebabkan mual dan muntah
2. E:

5 13-1-06 2 11.053. DS:-

1
4. DO: Klien tampak mengerti
I:
Menganjurkan klien untuk batasi cairan satu jam
sebelum makan dan pada saat makan
E:
6 13-1-06 3 11.10 DS:
DO: Klien mengerti

I:
Menganjurkan klien untuk makan dengan porsi
sedikit frekuensi sering
E:
DS:
7 13-1-06 3 11.15 DO: Klien mengerti

I:
Membatasi/menghindari penggunaan masker, baju
dan sarung tangan
E:
DS:
DO: Klien mau berkomunikasi dengan perawat
8 13-1-06 5 11.20

I:
Memberikan waktu untuk bicara dengan klien
selama dan diantara aktivitas perawatan, tetap
memberi dukungan, mengusahakan verbalisasi,
perlakukan dengan penuh penghargaan dan
menghormati perasaan klien
E:
9 13-1-06 5 11.20 DS:-
DO: Klien mau berkomunikasi dengan perawat secara aktif

I:
Mewaspadai gejala-gejala verbal / nonverbal, misal :
menarik diri, putusasa perasaan kesepian
E:

2
DS: Klien mengatakan “ Kesepian karena tidak ada yang
menunggu.
DO: -

I:
Mengobservasi tanda –tanda vital
10 13-1-06 5 11.35 E:
DS:-
DO:
- Tensi : 90/60 mmHg
- N: 98 x/mnt
- R: 26 x/mnt
- S: 37,7 0 C

I :
11 13-1-06 1 12.00 Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
E:
DS:
Klien mengatakan : ”Masih merasa haus”
DO:
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering,

12 13-1-06 1 12.05

3
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


HIV/AIDS”,(Online) ,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan.html, diakses 20 Oktober 2012)

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media


Sculapius

Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep


Klinis Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

UGI.2012.”Diet Penyakit HIV/AIDS”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia.


blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai