Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah
yangberjudul “KANKER PROSTAT “. Shalawat beriring salam kami sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian serta orang-orang
mukmin yang tetap istiqamah dijalan-Nya.
Adapun makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah ”SISTEM
PERKEMIHAN”. Dalam penulisan makalah sampai selesai, penulis banyak mendapat
bimbingan dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak – pihak yang membantu. Kami menyadari
dalam penyusunan masih banyak kekurangan, maka dari itu kami sangat mengharapkan
sumbangan pikiran serta masukan( saran ) dari berbagai pihak untuk penyempurnaan dimasa
yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 3

C. Tujuan.............................................................................................................................. 4

BAB II ISI.................................................................................................................................... 5

A. PENGERTIAN.................................................................................................................. 5

B. ETIOLOGI........................................................................................................................ 5

C. PATOFISIOLOGI.............................................................................................................5

D. TANDA DAN GEJALA......................................................................................................6

E. PATHWAY....................................................................................................................... 7

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................................8

G. PENATALAKSANAAN MEDIS.........................................................................................9

H. KOMPLIKASI................................................................................................................. 10

BAB III PROLOG KASUS........................................................................................................11

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................... 25

A. SIMPULAN..................................................................................................................... 25

B. SARAN........................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Para lanjut usia, dikhawatirkan akan menjadi persoalan besar bagi Indonesia. Sebab,
dilihat dari jumlahnya pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat sebesar 414 persen (Biro
Pusat Statistik, 2006). Padahal upaya penyejahteraan termasuk peningkatan kualitas kesehatan
kelompok ini masih belum memadai. Secara alamiah, proses menjadi tua mengakibatkan
kemunduran kemampuan fisik dan mental. Secara umum, lebih banyak gangguan organ tubuh
dikeluhkan oleh para warga senior baik pria maupun wanita, lebih banyak pula yang menderita
penyakit kronis (Astawan M, 2007).

Seiring dengan perjalanan usia, khususnya bagi pria usia lanjut harus meningkatkan
kewaspadaan pada kondisi kesehatan tubuhnya. Sebab, semakin bertambahnya usia, fungsi
organ-organ tubuh terus menurun. Salah satu gangguan kesehatan yang kerap dialami pria
berusia lanjut adalah gangguan prostat. Yang lebih parah adalah kanker prostat karena kanker
prostat merupakan kanker pembunuh nomor dua pada pria setelah kanker paru-paru (Jar,
2004). Baik gangguan prostat maupun kanker prostat harus sama-sama diwaspadai karena
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup mengerikan. Pria yang terkena gangguan prostat
misalnya, dapat mengalami gangguan seksual, sedangkan kanker prostat dapat menyebabkan
kematian (Siswono, 2003).

Risiko terjadinya kanker prostat ditentukan oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor risiko lain yang tidak kalah penting adalah usia di atas 50 tahun,
pembesaran prostat jinak, infeksi virus, riwayat kanker prostat dalam keluarga, pola hidup, dan
pola makan (Widjojo, 2007). Salah satu faktor risiko tersebut yaitu pola makan, menurut Umbas
Rainy (2002) diet tinggi lemak dan pola makan berkalsium tinggi (Notrou P, 2007) merupakan
faktor yang mempunyai kaitan erat dengan meningkatnya risiko kanker prostat.

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah
sebagai berikut
1. Definisi Kanker Prostat
2. Etiologi Penyakit Kanker Prostat
3. Gejala Penyakit Kanker Prostat
4. Epidemiologi Penyakit Kanker Prostat
5. Pencegahan / Penanggulangan Kanker Prostat

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prolog kanker prostat
2. Untuk mengetahui pencegahaan kanker prostat
3. Untuk mengetahui managemen Kanker Prostat
4. Untuk mengetahui pengelolaan askep kanker prostat
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN
Carsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan pembelahan sel
khususnya sel pada jaringan prostat  yang tidak normal/abnormal yang merupakan kelainan 
atau suatu keganasan pada saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer
sehingga timbul nodul-nodul yang dapat diraba.

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker prostat belum diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa hal yang
dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat, diantaranya faktor usia dan
riwayat keluarga. Faktor hormonal, diet tinggi lemak, dan toksin juga disebut-sebut sebagai
faktor risiko kanker prostat walaupun kaitannya belum jelas.

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa
menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang disuga sebagai
penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormon
testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasidan
proliferasi sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu
adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-
sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan
sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995)

Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan intraavesikal, untuk dapat
mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi
yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase penebalan ototdetrusor ini
disebut fase kompensasi (Purnomo,2000)
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran
kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan
gejal-gejal prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke
dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksisehingga terjadi
retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal
ginjal (Price, 1995).

Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung ke uretra,
leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat juga menyebar melalui jalur
hematogen yaitu tulang –tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ
adalah pada hati dan paru (Purnomo,2000)

Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot
polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel syaraf yang
mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca
fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot
detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu
urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. (Purnomo,2000)

D. TANDA DAN GEJALA


Kanker prostat stadium dini, tidak menunjukkan gejala. Setelah kanker berkembang,
baru muncul gejala tetapi tidak khas. Gejala yang muncul menyerupai gejala BPH (Benign
Prostatic Hyperplasia), yaitu penyakit pembesaran prostat jinak yang sering dijumpai pada pria
lanjut usia. Akibatnya, kedua penyakit ini sulit dibedakan sehingga diperlukan pemeriksaan
yang dapat mendeteksi dini sekaligus membedakan antara kanker prostat dan BPH.
Berikut ini beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat.
A. Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari.
B. Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni.
C. Aliran air seni lemah atau terganggu.
D. Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil.
E. Adanya darah pada air seni atau air mani.
F. Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi.
G. Sering nyeri atau kaku pada punggung bawah, pinggul, atau paha atas.
E. PATHWAY

F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dapat dilakukan sebagai berikut
1. Colok dubur.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa
rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui
colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak
konsistensinya kenyal), adakah asimetris  adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat
diraba .
Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan :
Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram.
Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram.
Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram.
2. Laboratorium.
a. Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum  penderita .
b. Gula darah dimak sudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus
militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen).
c. Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas .
d. Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih
e. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang
menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa
anti mikroba yang diujikan.
3. Radiologi.
a. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran
ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat
menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari
suatu retensi urine.
b. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan
hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula )
inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula.
c. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal
ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan
USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan
patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat
untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan
dengan USG suprapubik.
d. Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop.
Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih
atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu
radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besar
prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat
kedalam uretra.
Kateterisasi: Mengukur “rest urine “ Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah
miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya
dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah bagian prostat
yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut,
ada beberapa alternatif pembedahan meliputi :

1. Transsurethral resection of prostate (TURP)


Dimanan jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengan
sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra.
2. Suprapubic /open prostatektomi
Dengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat
diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih,pendekatan ini
lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu
kandung kemih.
3. Retropubic prostatektomi
Massa jairingan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi
abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih.
4. Perineal prosteatektomi
Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan
rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat  terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat
menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan
ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu
terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan
Pielonefritis.
BAB III
PROLOG KASUS

Tn. A datang ke IGD BRSD Setjonegoro Wonosobo tanpa surat pengantar. Tn. A
merasa nyeri saat BAK, Tn. A tidak dapat menerangkan nyeri akan, saat, atau setelah BAK. Tn.
A mengatakan BAK anyang-anyangan (sering, sedikit-sedikit, seperti ada yang tersisa dan tidak
puas). Harus mengejan jika BAK. Urin Tn. A berwarna kemerahan, tidak pernah keruh, tidak
pernah keluar batu. Jika malam kadang terbangun untuk BAK. Dalam semalam dapat BAK 4
kali. Hal ini dirasakan sudah lama, pasien tidak ingat.

Tn. A merasa nyeri perut sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Nyeri perut diasakan di
semua region abdomen dan menjalar sampai kedua pinggang. Sejak 2 hari sebelum masuk RS
nyeri semakin hebat dan tidak bisa BAB. Tn. A merasa tidak bisa BAB pagi hari sebelum masuk
RS. Tn. A pernah berobat ke dokter tapi keluhan hanya hilang sementara. Tn. A tidak tahu jenis
obat-obatan apa saja yang didapat dari dokter. Tn. A tidak merasa mual maupun muntah. Tn. A
tidak merasa panas.

a) PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn SH
Usia : 70 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Larangan ¾ Bomerto Wonosobo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk RS : 26 Juli 2009
Tanggal Keluar RS : 29 Juli 2009
Nomor CM : 440984
2. Anamnesa
a) Keluhan Utama :
Sulit buang air kecil (BAK)
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD BRSD Setjonegoro Wonosobo tanpa surat
pengantar. Pasien merasa nyeri saat BAK, pasien tidak dapat menerangkan nyeri
akan, saat, atau setelah BAK. Pasien mengatakan BAK anyang-anyangan (sering,
sedikit-sedikit, seperti ada yang tersisa dan tidak puas). Harus mengejan jika BAK.
Urin pasien berwarna kemerahan, tidak pernah keruh, tidak pernah keluar batu. Jika
malam kadang terbangun untuk BAK. Dalam semalam dapat BAK 4 kali. Hal ini
dirasakan sudah lama, pasien tidak ingat.
Pasien merasa nyeri perut sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Nyeri perut
diasakan di semua region abdomen dan menjalar sampai kedua pinggang. Sejak 2
hari sebelum masuk RS nyeri semakin hebat dan tidak bisa BAB. Pasien merasa
tidak bisa BAB pagi hari sebelum masuk RS. Pasien pernah berobat ke dokter tapi
keluhan hanya hilang sementara. Pasien tidak tahu jenis obat-obatan apa saja yang
didapat dari dokter. Pasien tidak merasa mual maupun muntah. Pasien tidak merasa
panas.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma pada abdomen dan alat genital sebelumnya disangkal
Riwayat sesak nafas dan bengkak di muka, perut, kaki dan tangan disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat minum jamua-jamuan disangkal
Riwayat penyakit serupa seperti ini sirasakan sejak lama (>1 tahun)
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang serupa
dengan pasien.
e) Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal : Tidak pusing, tidak demam
Sistem respirasi : Tidak batuk, tidak pilek, tidak sesak nafas
Sistem kardiovaskuler : Tidak berdebar-debar, tidak nyeri dada
Sistem digestivus : Tidak mual, tidak muntah, tidak kembung, tidak kentut sejak pagi
hari sebelum masuk RS, tidak bisa BAB sejak 2 hari sebelum masuk RS.
Sistem urogenital : BAK sedikit-sedikit, kemerahan, sering, tidak puas.
Sistem muskuloskeletal : Tidak ada hambatan dalam bergerak
Sistem integumentum : Suhu raba hangat

f) Ringkasan Anamnesis
Pasien RS karena merasa nyeri saat BAK. Pasien mengatakan BAK
anyang-anyangan (sering, sedikit-sedikit dan tidak puas). Urine pasien berwarna
kemerahan. Kadang harus mengejan jika BAK.
Pasien merasa nyeri perut sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Nyeri perut
diasakan di semua region abdomen dan menjalar sampai kedua pinggang. Sejak
2 hari sebelum masuk RS nyeri semakin hebat dan tidak bisa BAB.

3. PEMERIKSAAN FISIK

a) Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : Kurang
Vital Sign
Suhu : 36.7º C
Nadi : 60x/menit, teratur, kuat angkat
Pernafasan : 20x/menit, tipe thoracoabdominal
Tekanan darah : 140/80 mmHg

b) Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala : Mesochepal, tidak terdapat deformitas
Rambut : Dominan hitam dengan sedikit uban, tidak mudah dicabut

c) Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri terlihat anemis.
Sklera : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat ikterik
Pupil : Isokor kanan-kiri, diameter 2 mm, reflek cahaya ( + / + )
Palpebra : Tidak edema
Visus : Baik
d) Pemeriksaan Hidung
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Nafas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung

e) Pemeriksaan Mulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering
Lidah : Tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis
Gigi : 1 0 1 1 0 0
001101

f) Pemeriksaan Telinga
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Sekret : tidak ada
Fungsional : pendengaran kurang baik

g) PemeriksaanLeher
JVP : tidak meningkat (R+0 cmH2O)
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar limfonodi : tidak membesar

h) Pemeriksaan Thorak
1. Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan kirii, tidak ada retraksi, tidak ada sikatrik.
Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler
2. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordia tidak teraba
Perkusi : Batas jantung
Auskultasi : S1 lebih keras daripada S2, reguler,
i) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada sikatrik, tidak ada gambaran darm contour dan
darm steifung
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : tympani dan redup di regio kanan bawah. NKCV kanan dan kiri.
Palpasi : supel, terdapat nyeri tekan di semua lapang abdomen, teraba
adanya massa ukuran 10x5 cm, imobile, keras di region kanan bawah. Hepar
dan lien tidak teraba.

j) Pemeriksaan genital
Inspeksi : tidak tampak massa, tidak tampak pembesaran scrotum.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak ada pengerasan
pada ventral penis.

k) Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas dextra terpasang infus NS 20 TPM, pergerakan tidak
terbatas, pasien terlalu banyak bergerak di tempat tidur.
a) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:

Parameter Hasil Satuan


WBC 6640 /μl
LYM 1240 /μl
MID 320 /μl
GRA 5090 /μl
LY % 18,6 %
MI% 4,8 %
GR% 76,6 %
½ jam 35 mm/l
LED 1 jam 87 mm/l
Gol. Darah B
PENCEGAHAN

1. PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau
menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.

a. Mengkonsumsi makanan sehat yang kaya akan buah dan sayur. Selalu menghindari
makanan yang berlemak tinggi dan kurangi penggunaan suplemen. Sayuran dan buah-
buahan ini mempunyai banyak kandungan vitamin dan mineral yang sangat baik untuk
kesehatan. Salah satu nutrisi yang terkandung di dalamnya yaitu lycopene yang
bermanfaat untuk mencegah kanker prostat.
b. Selalu berolahraga secara teratur. Olahraga ini dapat mengembalikan atau memperbaiki
kesehatan anda serta dapat menjaga berat badan anda. Terdapat bukti yang
menjelaskan bahwa pria yang selalu berolahraga mempunyai kemungkinan kecil untuk
terkena kanker prostat daripada yang tidak berolahraga.
c. Menjaga berat badan anda. Jika saat ini anda sudah mempunyai berat badan yang
sudah ideal, perlu anda pertahankan dengan selalu melakukan olahraga secara teratur.
Bagi anda yang mempunyai berat badan lebih, usahakan mengurangi kalori yang ada
pada makanan anda dan selalu berolahraga dengan teratur.
d. Konsultasi dengan dokter ahli kanker prostat jika anda merasa adanya resiko kanker
prostat pada diri anda. Sebuah penelitian menemukan bahwa obat finasteride
(Propecia, Proscar) dapat menunda dan mencegah terbentuknya kanker prostat pada
pria berusia 55 tahun ke atas. Obat ini sudah sering digunakan untuk mengontrol
pembesaran kelenjar prostat serta kerontokan rambut pada pria. Hingga saat ini masih
belum ditemukan obat kanker prostat yang benar-benar paten, namun para ilmuwan
sedang mengembangkan obat kanker prostat yang baru dengan nama Abiraterone.
e. Stop merokok
PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini
adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini
mungkin pula.

1. Pemeriksaan colok dubur


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sarung tangan , kemudian
jari yang diberikan pelumas. Dokter biasanya akan memeriksakan kondisi dari
prostat anda, apakah mengalami pembesaran dan adanya suatu benjolan.
2. Tes PSA ( Prostate – specific Antigen Khusus Prostat )
tes darah yang dilakukan ini mempunyai tujuan untuk membantu mengukr
kadar protein yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Jika kadarnya semakin tinggi ,
mengindikasikan penyakit kanker prostat. Namun peningkatan yang terjadi pada
kadar PSA ini kadang juga bias disebabkan oleh terjadinya pembesaran prostat atau
juga akibat dari adanya suatu infeksi atau suatu peradangan prostat. Jika hasil dari
pemeriksaan PSA ini sedikit mengalami suatu peningkatan, maka selanjutnya
dengan melakukan pemriksaan Free-PSA untuk membantu menentukan nilai dari
rasio free-PSAsecara total.
3. Transrectal Ultrasound
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonic yang
merupakan salah satu bentuk cara lain untuk bias membantu mendeteksi terjadinya
penyakit kanker prostat.

PENCEGAHAN TERSIER
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus
dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta
keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat
terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien
dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau
penyulit.

4. Melakukan penkes kesehatan mengenai kanker prostat


5. Dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan padat gizi sesuai kebutuhan. Anda
dapat berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan pola makan dan komposisi
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan anda. Sesuaikan komposisi
makan dengan aktivitas dan kegiatan agar tidak berlebihan yang bisa memicu
kegemukan (menjadi faktor risiko berbagai penyakit) dan juga tidak kekurangan.
6. Pertahankan berat badan anda tetap ideal.
7. Tetap lakukan aktivitas fisik dan olahraga sesuai kemampuan, seperti berjalan, lari,
berenang, dansa, bersepeda atau senam.
8. Kurangi stres (tingkatkan rasa percaya diri, selalu berfikir positif, atur waktu anda
dengan baik, ketahui keterbatasan anda, hilangkan ketegangan, dan berbuatlah sesuatu
yang positif).
9. Untuk para wanita, konsultasikan dengan dokter anda terlebih dahulu untuk
menggunakan terapi hormon pengganti. Mintalah dokter anda menjelaskan keuntungan
dan risiko menggunakan hormon tersebut.
10. Bagi anda yang merokok, sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter untuk membuat
program dan strategi agar anda dapat berhenti merokok.

DIAGNOSA YANG TIMBUL

Dari analisa data diatas  dapat dirumuskan  suatu diagnosis keperawatan yang
dibagi  menjadi 2, yaitu diagnosa sebelum operasi dan diagnosa setelah operasi.
11. Diagnosa sebelum operasi
1. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi, retensi,
nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan obstruksi
mekanik : pembesaran prostat.
2. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap
pelebaran prostat.
3. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun sekunder
terhadap kerusakan eliminasi: retensi  disuria, frekuensi, nokturia.
12. Diagnosa setelah operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada
prostatektomi.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari
prostatektomi bekuan darah odema.
3. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang
informasi .

No
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasion
1. Perubahan eliminasi Tujuan: Pola eliminasi normal . 13. Jelaskan pada klien tentang 1 . Men
urine: frekuensi, urgensi, perubahan dari pola eliminasi  . klien 
hesistancy, inkontinensi, Kriteria hasil : koope
retensi, nokturia atau 14. Dorong klien untuk kepera
-  Klien dapat berkemih dalam
perasaan tidak puas berkemih tiap 2 – 4 jam dan bila
jumlah normal, tidak teraba
setelah miksi
dirasakan . 2 . Mem
berhubungan dengan distensi kandung kemih
disten
obstruksi mekanik :
-   Residu pasca berkemih 15. Anjurkan klien minum kandu
pembesaran prostat.
kurang dari 50 ml sampai 3000 ml sehari, dalam
toleransi jantung bila 3 . Pen
-   Klien dapat berkemih diindikasikan. memp
volunter ginjal
ginjal
pertum

2. Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Klien menunjukan  16. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, 1. Mem
penyumbatan saluran bebas dari ketidaknyamanan intensitas ( skala 1-10 ), dan memb
kencing sekunder terhadap lamanya. menen
Kriteria hasil :
pelebaran prostat. Interv
17. Beri tindakan kenyamanan,
-  Klien melaporkan nyeri contoh: membantu klien 2. Me
hilang / terkontrol melakukan posisi yang nyaman, memf
mendorong penggunaan perha
-  Ekspresi wajah klien rileks
relaksasi / latihan nafas dalam. menin
-  Klien mampu untuk istirahat koping
18. Beri kateter jika
dengan cukup
diinstruksikan untuk retensi urine 3. Reten
yang akut : mengeluh ingin infeks
-  Tanda-tanda vital dalam
kencing tapi tidak bisa. ureter
batas normal
19. Observasi tanda – tanda
vital. 4. Men
lebih l
3. Gangguan tidur dan Tujuan: Kebutuhan tidur dan 20. Jelaskan pada klien dan 23.
istirahat berhubungan istirahat terpenuhi. keluarga penyebab gangguan peng
dengan sering terbangun tidur / istirahat dan kemungkinan klien
Kriteria hasil:
sekunder terhadap cara untuk menghindarinya. terha
kerusakan eliminasi: kepe
-  Klien mampu istirahat / tidur 21. Ciptakan suasana yang
retensi  disuria, frekuensi, 24.
dengan waktu yang cukup. mendukung dengan mengurangi
nokturia. akan
kebisingan.
-  Klien mengungkapkan sudah klien
bisa tidur. 22. Batasi masukan minuman 25.
yang mengandung kafein. untu

4. Nyeri berhubungan dengan Tujuan: Nyeri berkurang atau 26. Jelaskan pada klien tentang 28.
spasme kandung kemih hilang. gejala dini spasmus kandung gajal
dan insisi sekunder pada kemih. kem
Kriteria hasil :
prostatektomi. 29.
27. Pemantauan klien pada
bisa
-   Klien mengatakan nyeri interval yang teratur selama 48
berkurang / hilang. jam, untuk mengenal gejala –
gejala dini dari spasmus kandung
-   Ekspresi wajah klien tenang.
kemih.

-   Klien akan menunjukkan


ketrampilan  relaksasi.
5. Perubahan eliminasi urine Tujuan: Eliminasi urine normal 30. Pertahankan irigasi kandung 33.
berhubungan dengan dan tidak terjadi retensi urine. kemih yang konstan selama 24 saat
obstruksi sekunder dari jam  pertama 34.
Kriteria hasil:
prostatektomi bekuan alira
31. Pertahankan posisi dower
darah odema . 35.
-  Klien akan berkemih dalam kateter dan irigasi kateter.
dara
jumlah normal tanpa
32. Anjurkan intake cairan 2500- urine
retensi.
3000 ml sesuai toleransi. 36.
-   Klien akan menunjukan urine
perilaku yang meningkatkan
kontrol kandung kemih.

6. Kurang pengetahuan: Tujuan: Klien dapat 37.  Beri penjelasan untuk 40.
tentang prostatektomi menguraikan pantangan mencegah aktifitas berat selama
sehubungan dengan kurang kegiatan serta kebutuhan 3-4 minggu. 41.
informasi . berobat lanjutan . 38. Pemasukan cairan
sekurang–kurangnya 2500-3000
Kriteria hasil:
ml/hari.

-  Klien akan melakukan 39. Kosongkan kandung kemih


perubahan perilaku. apabila kandung kemih sudah
42.
penuh .
-  Klien berpartisipasi dalam
program pengobatan.
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat. Beberapa
dokter mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan perubahan sangat kecil dalam
ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat.Kanker prostat merupakan penyebab kematian
akibat kanker no 3 pada pria dan merupakan penyebab utama kematin akibat kanker pada pria
diatas 74 tahun.Kanker prostat jarang ditemukan pada pria berusia kurang dari 40 tahun.

B. SARAN
Perlu informasi dan sosialisasi bagi masyarakat untuk mengkonsumsi kalsium dalam
jumlah aman dan tanda atau gejalah kanker prostat agar para usia lanjut bisa mengobati lebih
cepat. Untuk menghindarkan diri dari Kanker Prostat? Lakukan pemeriksaan PSA setiap tahun

mulai usia 45 tahun, bila terdapat riwayat kanker prostat pada keluarga . Waspada bila terjadi

peningkatan kadar diatas 25%, segera konsultasikan hasil test pada Dokter.Deteksi dini
memberikan keberhasilan terapi yang lebih besar

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan proses keperawatan.
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

2. Sjamsuhidayat, R ( et al ). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

3. Lap / UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Airlangga.

2. Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai