Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHICKEN POX

DOSEN:

Khoirul Latifin, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN:

Soraya Khairunnisa 04021381621053

Fidia Sucia Sari 04021381621070

Khailiana Apriani 04021381621074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul ” Asuhan Keperawatan Klien dengan Chicken Pox” telah disahkan dan
disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disusun oleh:

Dosen Pengampu

( Khoirul Latifin, S.Kep., Ns., M.Kep )


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Chicken Pox” tepat pada waktunya.
Makalah ini kelompok kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah Lanjut.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput darikekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangatmengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan penyusunan
makalah kami ini.Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Inderalaya, 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................1

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................................................2

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis .............................................................................................2

1.4.2 Manfaat Teoritis ............................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi .......................................................................................................................3

2.2 Etiologi .......................................................................................................................3

2.3 Tanda dan Gejala .......................................................................................................4

2.4 Patofisiologi ...............................................................................................................6

2.5 Pemeriksaan fisik dan Penunjang ..............................................................................8

2.6 Penatalaksanaan .........................................................................................................9

2.7 Web Of Caution (WOC) ............................................................................................10

BAB 3 TINJAUAN JURNAL

3.1 Problem ......................................................................................................................11

3.2 Intervensi....................................................................................................................11
3.3 Compare ....................................................................................................................11

3.4 Out Come ...................................................................................................................11

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian ..................................................................................................................16

4.2 Analisa Data ...............................................................................................................17

4.3 Diagnosis Keperawatan .............................................................................................17

4.4 Intervensi Keperawatan .............................................................................................18

4.5 Implementasi Keperawatan ........................................................................................21

4.6 Evaluasi Keperawatan ................................................................................................23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu penyebabnya
adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, (2013: 64)
menyebutkan bahwa secara umum ada dua jenis penyakit yaitu penyakit menular
(Infectious Diseases) dan penyakit tidak menular (Non Infectious Diseases). Penyebaran
penyakit menular menjadi keprihatinan dan ancaman bagi masyarakat karena penyakit
menular umumya bersifat mendadak dan bisa menyerang seluruh lapisan masyarakat
dalam waktu tertentu.
Penyakit Varicella disebut juga dengan Chickenpox, di Indonesia penyakit ini
biasa dikenal dengan cacar air. Cacar air merupakan salah satu penyakit yang umum
ditemui pada anak-anak namun dapat juga menyerang orang dewasa. Di Indonesia,
cacar air diduga sering terjadi pada saat pergantian musim hujan ke musim panas
ataupun sebaliknya. Zulkoni (2011: 223) menyebutkan bahwa penyakit Varicella
terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras ataupun jenis kelamin. Penyakit ini
disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Chicken Pox Atau Cacar Air?
2. Bagaimana Etiologi Chicken Pox Atau Cacar Air?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala Chicken Pox Atau Cacar Air?
4. Bagaimana Patofisiologi Chicken Pox Atau Cacar Air?
5. Bagaimana Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Chicken Pox Atau Cacar Air?
6. Bagaimana penatalaksanaan Chicken Pox Atau Cacar Air?
7. Bagaimana Web Of Caution (WOC) Chicken Pox Atau Cacar Air?

1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang penyakit Chicken Pox Atau Cacar Air dan
bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Chicken Pox.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi Chicken Pox Atau Cacar Air
2. Untuk mengetahui Etiologi Chicken Pox Atau Cacar Air
3. Untuk mengetahui Tanda dan Chicken Pox Atau Cacar Air
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Chicken Pox Atau Cacar Air
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Chicken Pox Atau
Cacar Air
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Chicken Pox Atau Cacar Air
7. Untuk mengetahui Web Of Caution (WOC) Chicken Pox Atau Cacar
Air.

1.4 Manfaat

1.4.1. Manfaat Praktis


Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena
Chicken Pox Atau Cacar Air dan mengetahui asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan sebagai perawat dalam merawat pasien dengan diagnose Chicken
Pox atau Cacar Air. Penulisan makalah ini juga berfungsi untuk mengetahui
antara teori dan kasus nyata yang terjadi sinkron atau tidak, karena dalam teori
yang sudah ada tidak selalu sama dengan kasus yang terjadi. Sehingga
disusunlah makalah ini.

1.4.2. Manfaat Teoritis


Manfaat penulisan makalah bagi pembaca yaitu menjadi sumber referensi
dan informasi bagi orang yang membaca makalah ini supaya mengetahui dan
lebih mendalami asuhan kepererawatan yang dapat diberikan pada pasien
Chicken Pox Atau Cacar Air
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Varisela disebabkan oleh virus herpers varicella atau disebut dnegan varicella-
zoster virus (VZV). Varisela terkenal dengan nama Chicken Pox atar atau u cacar air
adalah penyakit primer VZV, yang pada umum menyerang anak, sedangkan herpes zoster
shingles merupakan suatu reaktivitas infeksi endogen pada peide laten VZV, umumnya
menyerang orang dewasa atau anak yang menderita menular daripada perotitis, tetapi
menular bila dibandingkan dengan campak. (Sumarmo, 2002).

2.2. Etiolog
Varicella disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV) yang termasuk 8 jenis
herpes virus dari family herperviridae. Virus ini masuk tubuh melalui mukosa saluran
nafas bagian atas atau orofaring dan menyebar kepembuluh darah dan limfe (veremia
pertama). Satu minggu kemudian virus kembali menyebar melalui pembuluh darah
(veremia kedua) dan timbul gejala demam dan malaise. Penyebaran ke seluruh tubuh
terutama kulit dan mukosa. Lesi kulit yang muncul tidak bersamaan, sesuai dengan siklus
viremia. Pada keadaan normal sikulus ini berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan
hormonal dan selular spesifik.
2.3.Manifestasi klinis
1. Stadium prodromal
Gejala timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi dengan timbulnya ruam kulit
disertai demam, malaise. Pada anak lebih besar dan dewasa didahului oleh demam selama
2-3 hari sebelumnya, mengigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung dan
pada beberapa kasus nyeri tenggorokan dan batuk.
2. Stadium erupsi
Ruam kulit muncul dimuka dan kulit kepala, badan dan ekstremitas. Penyebaran
lesi varisela menjadi krusta 8-12 jam dan akan lepas dalam waktu 1-3 minggu tergantung
kepada dalamnya kelainan kulit.
Varicella pada anak muda, gejala prodromal jarang dan penyakitnya dimulai
setelah masa inkubasi 14-15 hari, dgn onset ruam. Ruam mungkin disertai oleh demam
derajat rendah dan malaise. Anak-anak lebih tua dan dewasa, ruam sering di dahului 2-3
hari setelah demam, malaise, sakit kepala, anoreksia, sakit punggung hebat dan beberapa
pasien sakit tenggorokan dan batuk kering. Skarlatiniformis singkat kadang diobservasi
bersamaan dgn erupsi vesikuler. Ruam varicella dimulai pada wajah dan skalp, kemudian
ke batang tubuh dan ke ekstremitas tapi distribusinya di pusat. Ruam lebih jelas di bagian
tubuh yg menyolok dan terbuka dan menebal pada medial bagian sisi tubuh, tdk biasanya
timbul lesi baru di telapak tangan dan kaki.
Vesikel sering terlihat lebih awal dan dalam jumlah yg besar di daerah inflamasi
seperti bentuk diaper rash, sengatan matahari atau ekzema. Makula merah jambu menjadi
papul, menjadi vesikel lalu pustul dan menjadi krusta (transisi seluruhnya terjadi dalam
8-12 jam). Vesikel yg khas berdinding tipis pada superfisial (teardrops), biasanya
diameternya 2 sampai 3 mm, bentuknya elips, dgn panjang sumbu pararel pada lipatan
kulit. Vesikel di kelilingi oleh warna eritem yg mirip dgn tetesan pada daun mawar. Bila
cairan vesikel menjadi keruh akan menjadi pustula (penonjolan pada kulit yg berisi
nanah).Bila mengering berawal dari pusatnya, menjadi pustul umbilikasi, kemudian
menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul vesikel-vesikel yg baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorf.
Lapisan ini mengering 1-3 minggu tergantung kedalaman kulit, kemudian menjadi
lesi yg berwarna merah jambu yg lama-lama menghilang. Bekas luka jarang di temukan
pada cacar air yg ringan. Vesikel juga berkembang di selaput lendir mulut, biasanya
sering muncul di atas langit-langit mulut.Vesikel mukosa pecah dgn capat sehingga tahap
vesikuler terlewatkan. Selain itu, satu daerah pembengkakan diameternya 2-3 mm.
Vesikel kemungkinan juga muncul di selaput lendir lainnya, termasuk hidung, faring
(tekak), laring, trakea, saluran gastrointestinal,saluran kencing, dan vagina, seperti halnya
saluran penghubung lainnya.
Pada umumnya, kasus teringan kebanyakan terjadi pada bayi dan yg berat terjadi
pada orang dewasa, infeksi yg tidak nyata muncul tetapi jarang. Demam biasanya rata-
rata 39derajat C (102 derajat F) dan naik menjadi 40,5 derajat C (105 derajat F) ini hanya
terjadi pada kasus-kasus berat. Pada kasus-kasus ringan tidak muncul demam muncul
kembali setelah defervescence dapat dilihat dari adanya bakteri ke-2 dan komplikasi
lain,sakit kepala,tidak enak badan,nyeri otot,gelisah biasanya disertai demam dan lebih
berat bagi anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Gejala yang paling berat adalah
gatal yang muncul sepanjang tahap vesikuler.

2.4. Patofisilogi
Masuknya virus biasanya melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas dan
oropharing. Penyebaran virus dapat melalui darah dan limfa (viremia primer). Virus ini di
pindahkan oleh sistem retikuloendotelial yg dapat terjadi replikasi virus selama masa
inkubasi terjadi. Masa inkubasi infeksi adalah masa dimana meliputi sebagian dari
pertahanan nonspesifik (interferon) dan peningkatan respon imun. Pada banyak individu,
replikasi virus biasanya melebihi pertahanan tubuh, jadi setelah 2 minggu setelah infeksi
dapat timbul viremia yg luas (viremia sekunder). Ini menyebabkan demam dan malese,
penyebaran virus ke dalam tubuh, terutama kulit dan membran mukosa.
Lesi pada kulit dapat terjadi atau timbul setelah sekitar 3 hari respon imun seluler
dan humoral spesifik VZV. Akhir dari piremia di pengaruhi oleh respon imun penderita.
Bila terjadi pneumonia dan komplikasi lain dari varicella berarti terjadi kegagalan
pertahanan terhadap replikasi virus dan rentannya fokal infeksi viseral dan kutaneus.
Frekuensi pada bayi yg baru lahir dan pada pasien kongenital, di dapat atau iatrogenik
defisiensi imun adalah hampir sama, di sebagian besar bagian, untuk menurunkan imun
seluler. Antibodi Ig G, Ig M dan Ig A terhadap VZV dapat terdeteksi 2 sampai 5 hari
setelah timbul gejala klinik varicella dan jumlahnya meningkat maksimum selama
minggu ke 2 atau 3. Setelah itu, antibodi G akan menurun perlahan, dan akan menetap.
Antibodi Ig M dan Ig A juga akan menurun lebih cepat dan biasanya tidak terdeteksi
setelah 1 tahun infeksi terjadi. Sel imun perantara juga meningkat selama varicella
berlangsung dan akan menetap untuk beberapa tahun. Ini juga melibatkan meningkatnya
lekosit darah untuk sintesis DNA dan respon proliferasi in vitro terhadap infeksi VZV,
tapi sel imun perantara juga dapat di buktikan dengan cara lain, meliputi tes kulit di mana
berhubungan dgn antibodi dan individu yg peka.
Hubungan penting antara imun humoral dan seluler dari varicella masih belum
jelas. Penyakit ini terutama tidak parah pada anak-anak dgn agamaglobulin, dan tidak ada
hubungan khusus antara respon antibodi endogen dan varicella. Respon imun seluler dan
mungkin interferon, terlihat lebih penting dalam membatasi penyebaran dan durasi
infeksi VZV; pada pasien kongenital, di dapat atau defek iatrogenik pada imun cell
mediated yg sakit hebat dan pengobatannya langsung terhadap varicella. Imunisasi pada
pasien dapat melindungi dari fatalnya varicella. Manusia dgn adanya serum antibodi tdk
biasanya menjadi penyakit setelah di dapat secara eksogen. Imun pasif dapat mencegah
varicella dalam keadaan penurunan imun yg rentan terhadap individu yg menderita
varicella.
Perkembangan cell-mediated dan imun humoral di dapat secara alamiah. Antibodi
Ig M dan Ig A meningkat pada ploriferaasi respon limfosit invitro terhadap antibodi
VZV. Infantil mendapat antibodi dari plasenta ibunya. Antibodi sendiri tdk akan
menjamin imun total varicella, setidak-tidaknya menghasilkan infeksi alamiah yg
sebelumnya tdk termodifikasi

2.5.Pemeriksaan fisik dan penunjang


1. Isolasi virus (3-5 hari)
2. PCR
3. ELISA
4. FAMA
2.6.Penatalaksanaan
1. Umum
Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan
pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis
yaitu :
a. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah
pecah
b. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan
salep antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
c. Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan
salosilat (aspirin) untuk menhindari terjadinya sindroma reye.
d. Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder akibat garukan
2. Obat antivirus
a. Pemberian obat antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan
waktu penyembuhan akan lebih singkat
b. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam
setelah erupsi dikulit muncul
c. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir valasiklovir dan
famasiklovir
d. Dosisi anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster
 Neonatus : asiklovir 500mg/m²IV setiap 8 jam selama 10 hari
 Anak (2-12 tahun) : asiklovir 5x 800 mg/hari oral selama 5 hari
 Pubertas dan dewasa : asiklovir 5x 800 mg/hari/ oral selama 7 hari
atau valasiklovir 3x1gr/hari/oral selama 7 hari atau famasiklovir
3x500 mg/hari/oral selama 7 hari.
2.7. Web Of Caution (WOC)
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
b. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda : ansietas,
menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
c. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
d. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok
listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
f. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.

4.2 Analisa Data

a. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
b. Data Objektif :
a) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada kulit yang
berisi cairan jernih.
b) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c) Psikologis : menarik diri.
d) GI : anoreksia.
e) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
4.3 Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox)


b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

4.4 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Kerusakan integritas NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure Management
kulit berhubungan and Mucous Membranes  Anjurkan pasien untuk
dengan lesi kulit yang Kriteria Hasil : menggunakan pakaian yang
ditandai dengan  Integritas kulit yang baik longgar
bisa dipertahankan  Hindari kerutan padaa
Definisi : Perubahan
(sensasi, elastisitas, tempat tidur
pada epidermis dan
dermis
temperatur, hidrasi,  Jaga kebersihan kulit agar
pigmentasi) tetap bersih dan kering
 Tidak ada luka/lesi pada  Mobilisasi pasien (ubah
Batasan karakteristik :
kulit posisi pasien) setiap dua jam
- Gangguan pada
bagian tubuh  Perfusi jaringan baik sekali
- Kerusakan lapisa  Menunjukkan pemahaman  Monitor kulit akan adanya
kulit (dermis) dalam proses perbaikan kemerahan
- Gangguan kulit dan mencegah  Oleskan lotion atau
permukaan kulit terjadinya sedera berulang minyak/baby oil pada derah
(epidermis)  Mampu melindungi kulit yang tertekan
dan mempertahankan  Monitor aktivitas dan
kelembaban kulit dan mobilisasi pasien
perawatan alami  Monitor status nutrisi pasien
 Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat

2. Nyeri akut NOC : Pain Management


berhubungan dengan  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
lesi kulit (chicken  Pain control, secara komprehensif
pox)  Comfort level termasuk lokasi,
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
- Laporan secara  Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
verbal atau non verbal (tahu penyebab nyeri, faktor presipitasi
- Fakta dari mampu menggunakan  Observasi reaksi nonverbal
observasi tehnik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
- Posisi antalgic untuk mengurangi nyeri,  Gunakan teknik komunikasi
untuk menghindari mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
nyeri
- Gerakan  Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
melindungi berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi
- Tingkah laku menggunakan manajemen nyeri
berhati-hati nyeri  Pilih dan lakukan
 Mampu mengenali nyeri penanganan nyeri
(skala, intensitas, (farmakologi, non
frekuensi dan tanda nyeri) farmakologi dan inter
 Menyatakan rasa nyaman personal)
setelah nyeri berkurang  Berikan analgetik untuk
 Tanda vital dalam rentang mengurangi nyeri
normal  Tingkatkan istirahat
L
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

3. Hipertermi NOC : Thermoregulation NIC :


berhubungan dengan Kriteria Hasil : Fever treatment
proses infeksi  Suhu tubuh dalam rentang  Monitor suhu sesering
normal mungkin
 Nadi dan RR dalam  Monitor IWL
rentang normal  Monitor warna dan suhu
 Tidak ada perubahan kulit
warna kulit dan tidak ada  Monitor tekanan darah, nadi
pusing, merasa nyaman dan RR
 Monitor penurunan tingkat
kesadaran
 Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Monitor intake dan output
 Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
 Selimuti pasien
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil

Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2
jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
Kesimpulan

Varicella adalah suatu kata dalam bahasa Latin yang mempunyai arti dalam
bahasa Indonesia yaitu cacar air . Sedangkan di luar negeri terkenal dengan istilah
chicken-pox. Cacar air adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus
Varicella zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Masalah keperawatan yang
didapat dari chicken pox ini yaitu nyeri akut, kerusakan integritas kulit, resiko infeksi,
hipertermi.

Anda mungkin juga menyukai