Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENANGANAN HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH :

APRILIA ADE HERVIANA

SN191012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENANGANAN HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan


Sub Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Hipertensi
Sasaran : Keluarga Tn. B
Hari/ Tanggal : Selasa, 16 Juni 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Tn. B

A. Latar Belakang
Pengukuran fungsi tubuh yang paling dasar untuk mengetahui tanda
klinis tubuh salah satunya yaitu pemeriksaan tekanan darah. Tekan darah
merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam sistem sirkulasi tubuh
karena peningkatan atau penurunan tekanan darah dapat mempengaruhi
homestasis didalam tubuh (Prayitno, 2013). Seiring dengan perubahan gaya
hidup yang modern dan berlebihan, gaya hidup yang tidak sehat, perubahan
lingkungan serta pola makan yang salah, dapat menjadi faktor pencetus
terjadinya perubahan tekanan darah (Triyanto, 2014). Perubahan tekanan
darah yang kurang dari normal disebut hipotensi sedangkan yang lebih dari
normal disebut hipertensi (Aspiani, 2015).
Hipertensi diartikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Aspiani,
2015). Hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer” karena orang
dengan hipertensi sering kali tidak menampakkan gejala dan tidak sadar akan
kondisi yang dirasakan. Hipertensi menjadi penyebab utama timbulnya
penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, dan stroke.
Oleh karena itu penurunan hipertensi perlu dideteksi sejak dini dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Kowalski, 2014).
Pemeriksaan yang tidak teratur dapat menimbulkan kerusakan organ
tubuh, baik secara tidak langsung maupun langsung. Kerusakan organ-organ
target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah pada hipertrofi
ventrikel kiri, infark miokardium ,gagal jantung, transient ischemic attack,
penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Kowalski, 2014).
Faktor pencetur hipertensi karena merokok, kolesterol tinggi, dan diabetes
sehingga perlu diterapkan kebiasan pola hidup sehat dan positif serta
perawatan tertentu untuk menormalkan kembali tekanan darah dan
menghindari efek buruk pada hipertensi (Jain, 2011 dalam Kenia dan
Taviyanda, 2013).
Triyanto (2014) menjelaskan bahwa pengobatan hipertensi dapat
dilakukan secara farmakologis dan non-farmakologis. Pengobatan
farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
seperti angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, angiotensin receptor
blocker (ARBs), beta-blocker, calcium chanel blocker, direct renin inhibitor,
diuretic vasodilator yang dapat membantu mengontrol tekanan darah.
Menurut Kristanti (2015), pengobatan farmakologis dengan menggunakan
obat-obatan medis yang tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan
tetapi juga memiliki efek samping seperti sering buang air kecil, tubuh terasa
lemas dan ingin pingsan serta adanya denyut jantung yang abnormal, sakit
kepala, pusing, lemas dan mual, gangguan pada lambung serta pembengkakan
pada kaki. Oleh karena itu, alternatif yang tepat untuk hipertensi tanpa
ketergantungan obat dan efek samping yaitu dengan pengobatan non-
farmakologis (Kowalski, 2014).
Pengobatan non-farmakologis merupakan pengobatan tanpa
menggunakan obat (Triyanto, 2014). Penanganan non farmakologis yang
dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah diantaranya yaitu:
akupreser, fisioterapi, yoga, teknik pernafasan alexander, psikoterapi
aromaterapi, massage, terapi musik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga dan
pasien mengerti serta memahami tentang hipertensi
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan peserta diharapkan mampu:
1) Menjelaskan tentang pengertian penyakit hipertensi dengan benar
2) Menyebutkan tentang faktor penyebab dari penyakit hipertensi
dengan benar
3) Menyebutkan tentang klasifikasi dari penyakit hipertensi dengan
benar
4) Menyebutkan tentang tanda dan gejala dari penyakit hipertensi
dengan benar
5) Menyebutkan penatalaksanaan dari penyakit hipertensi dengan
benar
6) Menyebutkan tentang patofisiologi dari penyakit hipertensi dengan
benar.
7) Menyebutkan komplikasi dari penyakit hipertensi dengan benar

C. Materi
1. Menjelaskan tentang pengertian penyakit hipertensi
2. Menyebutkan tentang faktor penyebab dari penyakit hipertensi
3. Menyebutkan tentang klasifikasi dari penyakit hipertensi
4. Menyebutkan tentang tanda dan gejala dari penyakit hipertensi
5. Menyebutkan penatalaksanaan dari hipertensi
6. Menyebutkan tentang pencegahan dari penyakit hipertensi
7. Menyebutkan tentang patofisiologi dari penyakit hipertensi
8. Menyebutkan komplikasi dari penyakit hipertensi

D. Metode
Ceramah dan tanya jawab

E. MEDIA
Poster
F. Setting Tempat
Keterangan:
: Penerima Manfaat
: Penyaji dan Fasilitator

G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Kegiatan Klien
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
(5 Menit) 2. Menjelaskan tujuan 2. Memperhatikan
penyuluhan yang penjelasan tentang
hendak dicapai tujuan penyuluhan
yang ingin dicapai
2. Kegiatan 1. Ceramah atau Memperhatikan
Inti penyampaian materi penjelaskan yang
(15 Menit) (peserta/ penerima telah diberikan
manfaat)
2. Menggali pengetahuan
peserta tentang
hipertensi
3. Pengertian hipertensi
4. Faktor penyebab
hipertensi
5. Klasifikasi hipertensi
6. Tanda dan gejala
hipertensi
7. Penatalaksanaan
hipertensi
8. Patofiologi hipertensi
9. Komplikasi hipertensi
3. Evaluasi 1. Memberikan 1. Mengajukan
(5 Menit) kesempatan kepada pertanyaan dari
peserta untuk bertanya materi yang
2. Menjawab pertanyaan disampaikan
yang diajukan peserta 2. Menjawab pertayaan
3. Memberikan
pertanyaan kepada
peserta
4. Penutup 1. Mengucapkan Peserta menjawab salam
(5 menit) terimakasih dan
meminta maaf apabila
ada kesalahan
2. Mengucapkan salam

H. Pengorganisasian
Penyaji dan Fasilitator : Aprilia Ade Herviana

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Membuat preplanning sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Membuat kontrak waktu dengan klien
c. Menyiapkan media dan perlengkapan
d. Mempersiapkan setting sesuai dengan preplanning.
2. Evaluasi Proses
a. 100% pasien hadir
b. Media dapat digunakan dengan baik
c. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu
d. Pasien yang hadir berpartisipasi aktif
e. 100% pasien dapat mengikuti sampai selesai
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat 100% menjelaskan definisi hipertensi dengan benar
b. Peserta dapat 100% menyebutkan minimal 2 tanda dan gejala
hipertensi dengan benar
c. Peserta dapat 100% menyebutkan 2 penyebab terjadinya hipertensi
dengan benar
d. Peserta dapat 100% menyebutkan pencegahan hipertensi
e. Peserta dapat 100% menyebutkan 3 penatalaksanaan untuk hipertensi
f. Peserta dapat 100% mempraktekkan terapi non farmakologi secara
mandiri
J. Referensi
Aspiani, Reny Yuli, S.Kep, Ns. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.
Kenia NM & Taviyanda, Dian. (2013). Influence Of Relaxation Therapy
(Rose Aromatherapy) Towards Blood Pressure Change Of The Elderly
With. Jurnal STIKES Volume 6, No. 1, diakses tanggal 11 Oktober
2017.
Kowalski, MT & Rosdahl, CB. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Edisi
10. Vol 4. Jakarta: EGC.
Kristanti, Putri. (2015). Effektifitas dan Efek Samping Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kalirungkut
Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 4
No 2.
Prayitno, Nanang & Anggra, FHD. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); 124-131.
Triyanto, Endang, S.Kep. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita
Hipertensi Secara Terpadu. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Lampiran Materi

A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal (Aspiani, 2015). Hipertensi atau
yang lebih dikenal darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang adalah > 140 mmHg (tekanan sistolik) dan/ atau > 90 mmHg
(tekanan diastolik). Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukkan fase darah
yang di pompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukkan
fase darah kembali ke dalam jantung (Masyitah, 2013).
Menurut Triyanto (2014) hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala yang sering terjadi pada usia lanjut, dimana tekanan yang abnormal
tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
diantaranya karena faktor usia, stress, etnik, jenis kelamin, variasi harian,
obat-obatan, aktivitas dan berat badan, serta kebiasaan merokok (Potter &
Perry, 2010).
Menurut Aspiani (2015) beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi diantaranya:
1. Genetik: Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transpor Na.
2. Obesitas: Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Pada usia lanjut, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan
pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Elastisitas
pembuluh darah menghilang karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi.

C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Dikutip dari Aspiani (2015) kalsifikasi hipertensi di bedakan menjadi 3
diantaranya yaitu:
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu, penelitian dan
pengobatan lebih ditujukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer
diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut ini:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang memengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan atau
makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum obat-
obatan (efedrin, prednison, epinefrin).
Tabel 2.1
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII, 2016
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal ≤120 ≤ 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah adalah hipertensi vaskular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital
atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah
ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorbsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat, tekanan darah akan kembali ke normal.
3. Hipertensi akibat kehamilan
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis
hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan
darah (> 140 mmHg pada sistolik; > 90 mmHg pada diastolik) terjadi
setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita non hipertensi dan
membaik dalam 12 minggu pascapartum. Hipertensi jenis ini tampaknya
terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah jantung dan peningkatan
total peripheral resistance (TPR). Jika hipertensi terjadi setelah 12
minggu, masuk kedalam kategori hipertensi kronik.
Pada preeklampsia, tekanan darah tinggi di sertai dengan
proteinuria (dari dalam urine setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam).
Preeklampsia biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan
dihubungkan dengan penurunan aliran darah plasenta dan pelepasan
mediator kimiawi yang dapat menyebabkan disfungsi sel endotel vaskular
di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius,
seperti halnya preeclampsia superimposed pada hipertensi kronis.

D. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI


Menurut Triyanto (2014) gejala klinik yang dialami oleh penderita hipertensi
diantaranya :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Sukar tidur
5. Sesak nafas
6. Rasa berat ditengkuk
7. Mudah lelah
8. Mata berkunang-kunang

E. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal
mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita.
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan:
1. Farmakologi
Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan
obat-obatan seperti angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor,
angiotensin receptor blocker (ARBs), beta-blocker, calcium chanel
blocker, direct renin inhibitor, diuretic vasodilator yang dapat membantu
mengontrol tekanan darah (Triyanto, 2014).
2. Nonfarmakologi
Menurut Triyanto (2014) penanganan hipertensi dengan nonfarmakologi
yaitu:
a. Penurunan berat badan
Pada senagian orang penurunan berat badan dapat mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mnegurangi beban kerja jantung
dan volume sekucupnya juga berkurang.
b. Olahraga
Oalahraga meningkatkan kadar HDL yang dapat mengurangi
terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi.
c. Teknik relaksasi
Dapat mengurangi denyut jantungcdan TPR dengan cara
menghambat respons stress saraf simpatis
d. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
e. Terapi musik
f. Senam aerobik dan yoga
g. Terapi diit dan herbal
Dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi garam, dengan
mengkonsumsi daun rosella, daun salam, mentimun, seledri dll.
h. Membatasi konsumsi alkohol

F. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan, inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah
akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem
saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi
ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan dara
meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah
ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi ruangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin icu pembentukan hormon angiotensi, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan
bagian penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera
pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem otonom yang untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-
flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkatkan kecepatan
dan kekuatan denyut jantung; dan juga mempersempit sebagian besar
arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka
yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi
pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume
darah dalam tubuh melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(moradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stress
merupakan satu factor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan
proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin (Triyanto, 2014).

G. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Dikutip dari Aspiani (2014) komplikasi hipertensi diantaranya yaitu:
1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah yang mengalami aterosklerosis dapat menebal
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi vertikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi fentrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hambatan listrikmelintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomelurus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran
darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar
melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering di jumpai pada hipertensi kronis.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mangalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta: EGC.
Masyitah, Dewi. (2013). Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Fredom
Technique (SEFT) Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Penderita
Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
Diakses tanggal 12 Oktober 2017.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing Fundamental Keperawatan
Buku 2, Edisi 7. Indonesia: Salemba Medika
Triyanto, Endang, S.Kep. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita
Hipertensi Secara Terpadu. Yogjakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai