Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN ASAM URAT DI ASRAMA 1 UPT

PESANGGRAHAN PMKS MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO

DISUSUN OLEH :

WAHYU DWI ANGGRAINI


201803086

PRODI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik di UPT PMKS Pesanggrahan


Mojopahit Mojokerto yang telah disusun oleh mahasiswa Profesi Keperawatan
STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto sebagai salah satu tugas individu praktik
gerontik yang telah disahkan dan disetujui oleh Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Lahan Praktik pada :

Hari :

Tanggal :

Mojokerto, Desember 2018


Mahasiswa

Wahyu dwi anggraini


201803086
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Praktik

Mengetahui,
Kepala UPT PMKS Pesanggrahan Mojopahit
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

ASAM URAT

A. KONSEP DASAR LANSIA


1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam
Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1) Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
4) Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5) Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,
dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4) Mempersiapkan kehidupan baru.
5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

B. Konsep Medis Gout Artritis


1. Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout adalah
bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol
kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu,
tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.

2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :

1. Suku bangsa /ras


Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang
paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan
konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi
asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari
metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan
laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).

3. Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

3. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis
riwayat kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas,
pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi
(Stanley,Mickey.2007)

a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,


agama, status perkawinan.

b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan


dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.

c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab


yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien
dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretic.

d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh
faktor genetic.

e. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu
program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.

f. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan dan
mual muntah.
g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
h. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
i. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada
sendi.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
c. Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah (Sarif, 2012)
C. Intervensi Keperawatan
Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
nyeri klien teratasi
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat
mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,
Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3

Rencana tindakan :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri ( 0-10 ).
2. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan.
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
4. Dorong untuk sering ubah posisi
5. Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
mennyentak.
7. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
8. Berikan masase yang lembut.
9. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
 Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu
berjalan dengan baik
- Tujuan jangka pendek:
- Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM
dengan kriteria
1. mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
2. dapat mempraktekan latihan ROM

Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita
gangguan mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat
bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
3. Resiko injury
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah cidera
klien tidak terjadi.
- Tujuan jangka pendek :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien

Rencana :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia
dan akibatnya
2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut
usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat
perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien
tidak jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan
peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
- Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam Pasien dan
keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan
dirumah.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan
oleh dokter atau perawat.
2. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
3. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang
teratur.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik.
5. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan.
6. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
7. Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY.S DENGAN ASAM URAT DI ASRAMA 5
UPT PESANGGRAHAN PMKS MOJOPAHIT MOJOKERTO

DISUSUN OLEH :

PUTRI VIA APRILIA


201803025

PRODI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2018

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik di UPT PMKS Pesanggrahan Mojopahit
Mojokerto yang telah disusun oleh mahasiswa Profesi Keperawatan STIKES Bina Sehat
PPNI Mojokerto sebagai salah satu tugas individu praktik gerontik yang telah disahkan dan
disetujui oleh Pembimbing Akademik dan Pembimbing Lahan Praktik pada :

Hari :

Tanggal :

Mojokerto, Desember 2018


Mahasiswa

PUTRI VIA APRILIA


201803025
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Praktik

Mengetahui,
Kepala UPT PMKS Pesanggrahan Mojopahit
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN ASAM URAT UPT
PESANGGRAHAN PMKS MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO

DISUSUN OLEH :

KHOLIQ AINUL HASAN


201803041

PRODI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik di UPT PMKS Pesanggrahan


Mojopahit Mojokerto yang telah disusun oleh mahasiswa Profesi Keperawatan
STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto sebagai salah satu tugas individu praktik
gerontik yang telah disahkan dan disetujui oleh Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Lahan Praktik pada :

Hari :

Tanggal :

Mojokerto, Desember 2018


Mahasiswa

KHOLIQ AINUL HASAN


201803041
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Praktik

Mengetahui,
Kepala UPT PMKS Pesanggrahan Mojopahit

Anda mungkin juga menyukai