BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan suatu proses yang alami yang tidak dapat
2016).
penduduk lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat. Pada tahun
2018, persentase lansia mencapai 9,27 persen atau sekitar 24,49 juta
tahun) sebesar 27,92 persen, dan lansia tua (kelompok umur 80+)
6
2
yang diderita.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Asma, Gagal ginjal kronis dan
diderita lansia.
lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastol lebih
dari atau sama dengan 90 mmHg. Atau secara singkat, hipertensi terjadi
dengan diet seimbang, terapi herbal, terapi pijat, dan olahraga atau
Gayatri, 2013)
intinya bisa melakukan jalan cepat selama dua puluh menit, dan untuk
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
hipertensi
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
3. Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
individu dimana dalam setiap proses ini terjadi perubahan fisik maupun
a. Pengertian
mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg (Brunner & Sudarth, 2001
sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau
lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda (JNC VI, 1997
b. Etiologi
hipertensi, yaitu :
perubahan pada:
dan volumenya.
11
c. Klasifikasi
a) Faktor keturunan
b) Ciri perseorangan
perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
12
c) Kebiasaan hidup
epineprin).
2) Hipertensi sekunder
Hipotiroidisme.
Association)
DIASTOLIK mm
Hg
KATEGORI SISTOLIK mm Hg (angka lebih
TEKANAN DARAH (angka atas) rendah)
KRISIS Lebih tinggi dari 180 dan / atau Lebih tinggi dari
HIPPERTENSIF 120
(segera
konsultasikan
dengan dokter Anda)
Sumber : AHA (American Heart Association). 2017. The Facts About High Blood
Pressure. (online). https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/the-
facts-about-high-blood-pressure
14
d. Pathofisiologi
Resiko penurunan curah jantung Norepineprine dilepaskan Gangguan perkusi jaringan cerebral
Penurunan aliran darah ke ginjal Tahanan perifer meningkat Respon GI tract meningkat
Sumber: Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC dan NOC-Jilid 1. Jakarta: Trans Info
Media.
17
e. Manifestasi klinis
1) Sakit kepala.
5) Telinga berdengung.
saraf pusat.
glomerolus.
tekanan kapiler.
18
f. Pemeriksaan Penunjang
hipertensi yaitu:
puasa).
3) Rontgen Foto : Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada
g. Penatalaksanaan
a) Pengaturan diet
vascular.
coroner.
c) Olahraga
hipertensi.
2) Penatalaksanaan medis
a) Terapi Oksigen.
b) Pemantauan Hemodinamik.
c) Pemantauan Jantung.
d) Obat-obatan:
a. Pengkajian Keperawatan
lansia adalah:
1) Identitas
2) Keluhan utama
beraktivitas.
23
pengkajian.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
24
Samnolen.
c) Tanda-tanda vital:
pernafasan.
kebersihannya.
warna.
penanganan kesehatan.
mual/muntah.
indeks KATZ.
seksualitas.
28
termasuk spiritual.
b. Diagnosa Keperawatan
merintih kesakitan.
ketika bangun.
toilet, duduk atau bangun dari toilet atau dari pispot, memenuhi
kebutuhan toileting
32
a. Rencana Keperawatan
Aspiani (2014) mengatakan bahwa rencana keperawatan hipertensi pada lansia adalah:
Tabel 2
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 2 3 4
1. Penurunan Cardiac Setelah dilakukan asuhan 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
Output berhubungan keperawatan klien menunjukkan lokasi, radiasi, durasi dan faktor yang
dengan perubahan curah jantung adekuat (cardiac pencetuskan nyeri).
denyut jantung/irama, pump effectiveness), dengan 2. Lakukan penilaian komprehensif terhadap
perubahan preload, kriteria: sirkulasi perifer (misalnya: cek nadi perifer,
perubahan afterload, a. Tekanan darah dalam rentang edema, pengisian kapiler, dan suhu
perubahan kontraktilitas normal ekstremitas).
ditandai dengan: adanya b. Denyut jantung dalam batas 3. Catat adanya disritmia jantung.
perubahan irama denyut normal 4. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
jantung c. Hipotensi ortostastik tidak ada curah jantung.
(takhikardi/bradikardi) nadi perifer kuat 5. Monitor vital sign.
palpitasi, perubahan d. Bunyi nafas abnormal tidak 6. Monitor status kardiovaskuler.
EKG, dietensi vena ada 7. Monitor disritmia jantung termasuk gangguan
jungularis, sesak nafas, e. Menunjukkan peningkatan irama dan konduksi.
kelelahan, edema, bunyi toleransi terhadap aktivitas 8. Monitor status respirasi terhadap gejala gagal
jantung murmur, kulit f. Nadi perifer kuat jantung.
dingin dan lembab. g. Ukuran jantung normal 9. Monitor keseimbangan cairan (intake output
h. Tidak ada distensi vena dan BB harian).
jugularis 10. Kenali adanya perubahan tekanan darah.
i. Tidak ada disritmia 11. Kenali pengaruh psikologis yang mendasari
kondisi klien.
33
1 2 3 4
j. Tidak ada edema perifer 12. Kolaborasi dalam pemberian terapi anti
k. Tidak ada udema pulmo aritmia sesuai kebutuhan.
l. Tidak ada diaporsis 13. Monitor respon klien terhadap pemberian
m. Tidak ada mual terapi anti aritmia.
n. Tidak ada kelelahan 14. Intruksikan klien dan keluarga tentang
pembatasan aktivitas.
15. Tentukan periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan.
16. Monitor toleransi klien terhadap aktivitas.
17. Monitor adanya dyspneu, kelelahan,
takhipneu, dan orthopneu.
18. Anjurkan untuk mengurangi stress.
19. Ciptakan hubungan yang saling mendukung
antara klien dan keluarga.
20. Anjurkan klien untuk melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada.
21. Tawarkan support spiritual untuk klien dan
keluarganya.
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
dengan penurunan keperawatan klien dapat: meliputi: lokasi, karateristik, onset, durasi,
aliran darah coroner, a. Mengontrol nyeri (pain frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri,
iskemia jantung ditandai control) dengan kriteria: dan faktor-faktor presipitasi.
dengan klien 1) Klien dapat mengetahui 2. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
melaporkan adanya penyebab nyeri, onset ketidaknyamanan, khususnya dalam
nyeri dada sebelah kiri, nyeri, mampu ketidakmampuan untuk komunikasi secara
seperti diremas-remas, menggunakan teknik non efektif.
perubahan tekanan farmakologi untuk 3. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien
darah, nadi meningkat, mengurangi nyeri, dan dapat mengekspresikan nyeri.
keringat dingin, klien tindakan pencegahan 4. Kaji latar belakang budaya klien.
tampak gelisah, merintih nyeri. 5. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
kesakitan. terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu
34
1 2 3 4
2) Klien mampu mengenal 6. makan, aktivitas kondisi, mood pekerjaan,
tanda-tanda pencetus tanggung jawab peran.
nyeri untuk mencari 7. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,
pertolongan. keluarga dengan nyeri kronis.
3) Melaporkan bahwa nyeri 8. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
berkurang dengan mengontrol nyeri yang telah digunakan.
menggunakan 9. Berikan dukungan terhadap klien dan
manajemen nyeri keluarga.
b. Menunjukkan tingkat nyari 10. Berikan informasi tentang nyeri, seperti:
(pain level) penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
1) Klien melaporkan nyeri pencegahan.
dan pengaruhnya pada 11. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
tubuh mempengaruhi respon klien terhadap
2) Klien mampu mengenal ketidaknyamanan (contoh: temperatur
skala, intensitas, ruangan, penyinaran, dll).
frekuensi dan lamanya 12. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri.
nyeri 13. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
3) Klien mengatakan rasa 14. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
nyaman setelah nyeri (contoh: relaksasi, iguided imagery, terapi
berkurang musik, distraksi,aplikasi panas dingin,
4) Tanda dalam batas massage)
normal 15. Evaluasi keefektifan dari tindakan
5) Ekspresi wajah tenang mengontrol nyeri berdasarkan respon klien.
16. Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang
pengalaman nyeri secara tepat.
17. Monitor kenyamanan klien terhadap
manajemen nyeri.
18. Bantu klien mengidentifikasi faktor presipitasi
nyeri baik aktual maupun potensial.
35
1 2 3 4
19. Lakukan pengkajian terhadap klien dengan
nyaman dan lakukan monitoring dari rencana
yang dibuat.
20. Hilangkan faktor yang dapat meningkatkan
pengalaman nyeri (misalnya: rasa takut dan
kelelahan).
21. Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
22. Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/anggota keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan
preventif.
23. Berikan obat dengan prinsip 5 benar.
24. Cek riwayat alergi obat.
25. Tentukan lokasi nyeri, karateristik, kualitas,
dan keparahan sebelum pengobatan.
26. Libatkan klien dalam pemilihan analgetik
yang akan digunakan.
27. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali.
3. Kerusakan pertukaran Setelah dilakukan asuhan 1. Atur posisi klien untuk memaksimalkan
gas berhubungan keperawatan klien menunjukkan ventilasi.
dengan pertukaran gas adekuat 2. Lakukan fisiotrapi dada sesuai kebutuhan.
ketidakseimbangan (respiratory status: gas exchange) 3. Dorong klien untuk bernafas pelan dan
perfusi ventilasi, dengan kriteria: dalam.
perubahan membrane a. Status mental dalam rentang 4. Auskultasi bunyi nafas, area penurunan
kapiler-alveolar ditandai normal. ventilasi atau tidak adanya ventilasi dan
dengan penurunan CO2, b. Klien bernafas dengan adanya bunyi nafas tambahan.
takihkardi, kelelahan, mudah. 5. Kelola pemberian bronkhodilator sesuai
iritabilitas, dyspnoe, c. Tidak ada dyspneu. kebutuhan.
AGD abnormal, sakit d. Tidak ada kegelisahan. 6. Ajarkan klen bagaimana menggunakan
kepala ketika bangun. inhaler.
36
1 2 3 4
7. Atur posisi klien untuk mengurangi dyspneu.
8. Monitor status respirasi dan oksigenisasi
sesuai kebutuhan.
9. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
10. Siapkan perlengkapan O2 dan atur sistem
humidifikasi.
11. Berikan tambahan O2 sesuai permintaan.
12. Monitor aliran oksigen.
13. Monitor posisi pemberian oksigen.
14. Berikan O2 sesuai kebutuhan.
15. Monitor keefektifan terapi oksigen.
16. Monitor tingkat kecemasan klien
berhubungan degan kebutuhan terapi
oksigen.
17. Monitor kecepatan, irama, kedalaman
respirasi
18. Catat pergerakan dada, kesimetrisan,
penggunaan otot nafas tambahan dan
adanya retraksi otot interkosta.
19. Monitor pola nafas: bradypneu, tachypneu,
hiperventilasi, pernafasan kusmaul, cheynes,
stokes, biot, dan apnue.
20. Palpasi ekspansi paru.
21. Perkusi thoraks anterior dan posterior bagian
apeks dan dasar kedua paru-paru.
22. Auskultasi bunyi paru setelah pemberian
pengobatan.
23. Monitor peningkatan kegelisahan dan
kecemasan.
24. Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif.
25. Monitor hasil pemeriksaan foto thoraks.
37
1 2 3 4
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan keterbatasan klien terhadap
berhubungan dengan keperawatan klien menunkjukan aktivitas.
ketidakseimbangan toleransi terhadap aktivitas 2. Tentukan penyebab lain kelelahan.
antara suplai dengan (activity tolerance) dengan 3. Motivasi klien untuk mengungkapkan
kebutuhan, kelemahan kriteria: perasaan tentang keterbatasannya.
menyeluruh ditandai a. Klien dapat menentukan 4. Monitor intake nutrisi sebagai sumber energi
dengan klien aktivitas yang sesuai dengan yang adekuat.
menunjukkan perubahan peningkatan nadi, tekanan 5. Monitor respon cardiorespiratory terhadap
nadi dan tekanan darah darah dan frekuensi nafas, aktivitas (misal: takhikardi, disritmia,
setelah beraktivitas, mempertahankan irama dyspneu, diaporesis, pucat dan frekuensi
klien tampak lemah, dalam batas normal. pernapasan).
klien mengatakan b. Mempertahankan warna dan 6. Batasi stimulus lingkungan.
tambah sesak setelah kehangantan kulit dengan 7. Dorongan istirahat dan aktivitas.
beraktivitas, terdapat aktivitas. 8. Rencana aktivitas saat klien memiliki banyak
perubahan EKG c. EKG dalam batas normal tenaga.
menunjukkan iskemia. d. Melaporkan peningkatan 9. Hindari aktivita selama periode istirahat
aktivitas harian 10. Bantu klien untunk bangun dari tempat tidur
atau duduk disamping tempat tidur atau
berjalan
11. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
harian sesuai sumber energi
12. Evaluasi program peningkatan aktivitas
13. Tentukan komitmen klien untuk peningkatan
frekuensi atau rentang untuk aktivitas
14. Bantu klien untuk mengungkapkan kebiasaan
aktivitas yang paling berarti dan atau aktivitas
favorit di waktu luang
15. Monitor respon emosional fisik, sosial dan
spiritual terhadap aktivitas
38
1 2 3 4
5. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan (Fluid management):
berhubungan dengan keperawatan selama … x24 jam 1. Monitor lokasi dan perluaran edema.
mekanisme pengaturan klien dapat mempertahankan 2. Monitor peningkatan berat badan tiba-tiba.
melemah ditandai keseimbagan cairan dalam tubuh 3. Monitor bunyi paru: adanya bunyi crakles,
dengan peningkatan BB (Fluid balance) dengan kriteria: status respirasi dan tentukan adanya
cepat, edema, distensi a. Klien bebas dari edema. orthopneu dan keparahannya.
vena jugularis, dispneu, b. Bunyi paru bersih. 4. Monitor adanyan disetensi vena jugularis
nafas pendek, suara c. BB stabil. dengan posisi kepala ditinggikan 30 sampai
nafas abnormal (rales d. Turgor kulit normal. 25 derajat.
atau crakles), bunyi e. Tidak ada oliguria. 5. Monitor tanda dan gejala retensi cairan.
jantung S3, Oliguria, f. Klien melaporkan adanya 6. Monitor vital sign sesuai kebutuhan.
perubahan status kemudahan dalam bernafas. Monitor cairan (Fluid monitoring):
mental, gelisah, cemas. 7. Monitor intake dan output.
8. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi.
9. Monitor membrane mukosa dan turgor kulit.
10. Monitor adanya distensi vena jugularis, bunyi
crakles pada paru, edema peripher dan
penambahan BB.
11. Kelola cairan sesuai kebutuhan.
12. Batasi intake cairan sesuai kebutuhan.
13. Pertahankan kecepatan pemberian cairan
intravena.
14. Monitor berat badan.
39
1 2 3 4
6. Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan ketenangan dalam pendekatan
dengan krisis keperawatan orang tua klien untuk menenangkan klien.
situasional, perubahan mampu mengontrol cemas 2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan klien dan
status kesehatan (anxiety control), dengan kriteria: perasaan yang mungkin muncul pada saat
ditandai dengan a. Klien dapat merencanakan melakukan tindakan.
prduktivitas berkurang, strategi koping untuk situasi 3. Berusaha memahami keadaan klien situasi
klien tampak gelisah, yang membuat stress. stress yang dialami klien.
klien mudah b. Klien dapat mempertahankan 4. Berikan informasi tentang diagnosa,
tersinggung, klien penampilan peran. prognosis dan tindakan.
tampak kwatir, klien c. Klien melaporkan tidak ada 5. Temani klien untuk memberikan
tampak cemas, respirasi gangguan persepsi sensori. kenyamanan dan mengurangi ketakutn.
meningkat, nadi d. Klien melaporan tidak ada 6. Dorong keluarga untuk menemani klien
meningkat, suara manifestasi kecemasan sesuai kebutuhan.
gemetar, klien sulit secara fisik. 7. Dorong klien untuk mengungkapkan
berkonsentrasi. e. Klien melaporkan manifestasi perasaan, pengharapan dan ketakutan.
perilaku akibat kecemasan: 8. Identifikasi tingkat kecemasan klien.
tidak ada. 9. Berikan aktivitas hiburan untuk mengurangi
f. Klien dapat meneruskan ketegangan.
aktivitas yang dibutuhkan 10. Kontrol stimulus sesuai kebutuhan klien.
meskipun ada kecemasan. 11. Dengankan dengan penuh perhatian.
g. Klien menunjukkan 12. Ciptakan hubungan saling percaya.
kemampuan untuk berfokus 13. Bantu klien untuk mengungkapkan hal – hal
pada pengtahuan dan yang membuat cemas
keterampilan yang baru. 14. Tentukan kemampuan klien dalam membuat
h. Klien dapat mengidentifikasi keputusan
gejala yang merupakan 15. Ajarkan klien tehnik relaksasi
indikator cemas. 16. Observasi gejala verbal dan non-verbal dari
kecemasan.
40
1 2 3 4
7. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan
berhubungan dengan keperawatan klien mempunyai dengan proses penyakit yang spesifik.
kurang paparan, pengetahuan tentang proses 2. Jelaskan tanda-tanda dan gejala yang
keterbatasan kognitif penyakit (knowledge disease biasanya muncul.
ditandai dengan klien process) dengan kriteria: 3. Jelaskan tentang proses penyakit.
mengungkapkan adanya a. Mengenal nama penyakit. 4. Berikan informasi kepada klien tentang
masalah, klien banyak b. Menjelaskan proses penyakit. kondisinya.
bertanya, prilaku tidak c. Menjelaskan faktor penyebab 5. Berikan informasi tentang tindakan
sesuai. dan risiko. diagnostik yang dilakukan.
d. Menjelaskan faktor penyebab 6. Diskusikan perubahan perilaku yang dapat
dan risiko. mencegah komplikasi.
e. Menjelaskan efek dari 7. Diskusikan pilihan terapi.
penyakit. 8. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin
f. Menjelaskan tanda-tanda dan muncul.
gejala. 9. Jelaskan kepada klien tentang pengobatan
g. Menjelaskan tindakan- yang didapatkannya.
tindakan untuk meminimalkan 10. Jelaskan kepada klien tentang obat generik.
progresi penyakit. 11. Jelaskan tujuan dari setiap tindakan.
h. Menjelaskan tanda-tanda dan 12. Jelaskan kepada klien dosis, rute, dan durasi
gejala komplikasi. dari setiap pengobatan.
13. Cek kemampuan klien dalam mengelola
pengobatan yang didapat.
14. Jelaskan kepada klien tindakan yang
dibutuhkan sebelum mendapat pengobatan.
15. Jelaskan kepada klien apa yang dilakukan
jika dosis telah habis.
16. Jelaskan kepada klien kemungkinan interaksi
obat dengan makanan.
17. Libatkan keluarga dalam pengobatan
41
1 2 3 4
8. Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan klien untuk menggunakan
mandi/kebersihan keperawatan klien dapat alat bantu.
berhubungan dengan menunjukkan perawatan diri: 2. Pantu adanya perubahan kemampuan
kelemahan, adanya a. Aktivitas kehidupan sehari- fungsi.
nyeri, gangguan hari: mandi dengan kriteria: 3. Pantau kemampuan klien dalam melakukan
neurovaskuler ditandai 1) Klien menerima bantuan perawatan diri secara mandiri.
dengan klien atau perawatan total dari 4. Pantau kebutuhan klien terhadap
mengatakan adanya pemeberi perawatan jika perlengkapan alat-alat untuk kebersihan diri,
ketidakmampuan dalam diperlukan. berpakaian, dan makan.
membersihkan sebagian 2) Klien mengungkapkan 5. Berikan bantuan sampai klien mampu untuk
atau seluruh badan, secara verbal kepuasan melakukan perawatan diri.
menyediakan sumber air tentang kebersihan tubuh 6. Bantu klien dalam menerima ketergantungan
mandi, mengatur suhu dan hygine mulut. pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
air mandi reguler, 3) Klien mempertahankan 7. Dukung kemandirian dalam melakukan
mendapatkan peralatan mobilitas yang diperlukan mandi dan hygine mulut, bantu klien hanya
mandi, mengeringkan untuk ke kamar mandi dan jika diperlukan.
badan, masuk dan menyediakan 8. Kaji kebersihan tubuh setiap hari.
keluar dari kamar mandi. perlengkapan mandi. 9. Kaji kondisi kulit saat mandi.
4) Klien mampu 10. Pantau kebersihan kuku, berdasarkan
membersihkan dan kemampuan perawatan diri klien.
mengeringkan tubuh. 11. Letakkan sabun, handuk, deodoran, alat
5) Klien mampu melakukan cukur dan peralatan lain yang dibutuhkan
perawatan mulut. disamping tempat tidur/kamar mandi.
12. Berikan bantuan sampai klien mampu
melakukan perawatan sendiri
13. Pantau kebersihan kuku, bedasarkan
kemampuan perawatan dari klien
42
1 2 3 4
9. Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan klien menggunakan alat
berpakaian/berhias keperawatan klien dapat bantu.
berhubungan dengan menunjukkan perawatan diri: 2. Pantau adanya perubahan kemampuan
kelemahan, adanya a. Aktivitas kehidupan sehari- fungsi.
nyeri ditandai dengan hari: berpakaian dengan 3. Pantau kemampuan klien dalam melakukan
klien menatakan adanya kriteria: perawatan diri secara mandiri.
ketidakmampuan dalam 1) Klien mengungkapkan 4. Pantau kebutuhan klien terhadap
mengenakan pakaian kepuasan dalam perlengkapan alat-alat untuk kebersihan diri,
atas, pakaian bawah, berpakaian dan menata berpakaian, dan makan.
memilih pakaian dan rambut. 5. Berikan bantuan sampai klien mampu untuk
mengambil pakaian. 2) Klien dapat berpakaian melakukan perawatan diri.
dan menyisir rambut 6. Bantu klien dalam menerima ketergantungan
secara mandiri. pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Klien dapat mengenakan 7. Dukung kemandirian dalam melakukan
pakaian secara rapi. mandi dan hygine mulut, bantu klien hanya
4) Klien mampu melepaskan jika diperlukan.
pakaian. 8. Informasikan klien untuk memilih pakaian
5) Klien menunjukkan yang tersedia.
rambut yang rapi dan 9. Berikan pakaian klien pada tempat yang
bersih. mudah dijangkau (misalnya: disamping
tempat tidur), dan pada saat klien akan
membutuhkan berpakaian.
10. Dukung kemandirian dalam
berpakaian/berhias, bantu klien hanya jika
diperlukan.
11. Bantu klien memilih pakaian yang mudah
dipakai dan dilepas.
12. Pertahandakan privacy saat klien berpakian.
13. Bantu klien mengancing dan meritsleeting
jika diperlukan.
43
1 2 3 4
10. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan klien menggunakan alat
makan berhubungan keperawatan klien dapat bantu.
dengan kelelahan dan menunjukkan perawatan diri: 2. Pantau adanya perubahan kemamuan
kelemahan, adanya a. Aktivitas kehidupan sehari- fungsi.
nyeri ditandai dengan hari: makan: 3. Pantau kemampuan klien dalam melakukan
klien mengatakan 1) Klien mampu makan perawatan diri secara mandiri.
adanya secara mandiri. 4. Pantau kebutuhan klien terhadap
ketidakmampuan 2) Klien mengungkapkan perlengkapan alat-alat untuk kebersihan diri,
menelan makanan, kepuasan makan dengan berpakaian, dan makan.
menyuap makanan, kemampuan sendiri. 5. Berikan bantuan sampai klien mampu untuk
memegang alat makan, 3) Klien menunjukkan melakukan perawatan diri.
mengunyah makan, asupan makanan dan 6. Bantu klien dalam menerima ketergantungan
menggunakan alat bantu cairan adekuat. pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
untuk makan. Klien menggunakan alat bantu 7. Dukung kemandirian dalam melakukan
yang adaptif untuk makan. mandi dan hygiene mulut, bantu klen hanya
jika diperlukan.
8. Kaji kemampuan klien menggunakan alat
bantu.
9. Kaji peningkatan atau penurunan
kemampuan untuk makan sendiri.
10. Kaji kemampuan untuk mengunyah dan
menelan makanan.
11. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
saat makan (misalnya: jauhkan pispot,
urinal).
12. Berikan hygiene mulut sbelum makan.
13. Persiapan makanan dalam nampan, jika
diperlukan seperti memotong daging,
mengupas telur.
14. Hindari penempatan makanan diluar
jangkauan pandang klien.
44
1 2 3 4
11. Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan klien untuk menggunakan
toileting berhubungan keperawatan klien dapat alat bantu.
dengan kelelahan dan menunjukkan perawatan diri: 2. Pantau adanya perubahan kemampuan
kelemahan, adanya a. Aktivitas kehidupan sehari- fungsi.
nyeri ditandai dengan hari: toileting dengan kriteria: 3. Pantau kemampuan klien dalam melakukan
klien mengatakan 1) Klien menerima bantuan perawatan diri secara mandiri.
adanya dari pemberi perawatan. 4. Pantau kebutuhan klien terhadap
ketidakmampuan dalam 2) Klien megetahui perlengkapan alat-alat untuk kebersihan diri.
menggunakan pispot, kebutuhan akan bantuan 5. Berikan bantuan sampai klien mampu untuk
pergi ke toilet, duduk untuk toileting. melakukan perawatan diri.
atau bangun dari toilet 3) Klien mampu untuk pergi 6. Bantu klien dalam menerima ketergantungan
atau pispot, memenuhi atau keluar dari toilet. pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
kebersihan toileting. 4) Klien mampu 7. Dukung kemandirian melakukan mandi dan
membersihkan diri setelah hygine mulut, bantu klien hanya jika
toileting. diperlukan.
8. Ajarkan klien/orang terdekat dalam
rutinitas toieting.
9. Berikan informasi perawatan diri kepada
keluarga/orang lain yang penting tentang
lingkungan rumah yang aman untuk klien.
10. Bantu klien ke toilet/menggunakan
pispot/urinal pada jangka waktu tertentu.
11. Fasilitasi hygiene toilet setelah selesai
eliminasi.
12. Siram toilet, bersihkan peralatan eliminasi
13. Ganti pakaian klien setelah eliminasi.
14. Berikan privasi selama eliminasi.
45
d. Implementasi keperawatan
2007).
Beare, 2007).
46
e. Evaluasi Keperawatan
normal.
pencegahan nyeri.
47
mencari pertolongan.
kecemasan.
fisik.
hygiene mulutnya.
menata rambut.
sendiri.
defekasi.
1. Pengertian
teknik jalan cepat. Brisk Walking Exercise ini cukup efektif untuk
selain itu latihan ini juga dapat mengurangi pembentukan plak melalui
50
Berikut ini adalah teknik jalan cepat yang sering digunakan (Avynkaren,
a. Posisi Tubuh
lelah.
b. Posisi Kepala
bayangan dari badan peserta jalan. Pada saat menumpu tumit harus
Gambar 1
Tehnik Brisk Walking Exercise
Sumber : Avynkaren, 2012 dalam Cherly, 2018. Pengaruh Brisk Walking Exercise
Terhadap Tekanan Darah pada Lanjut Usia Potensi Hipertensi di Posyandu Lansia
Kelurahan Rampal Celaket. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah, Malang.
53
dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja tanpa
oksigen ke jantung dan otak. Selama latihan otot yang aktif bergerak
secara teratur, darah yang mengalir diantara jaringan otot akan semakin
encer. Dan darah tersebut akan membawa oksigen dan glukosa yang
Exercise adalah :
a. Tahap prainteraksi
b) Stetoscope
c) Spygnomanometer
b. Tahap orientasi
c. Tahap kerja
jari-jari.
air mineral. Waktu yang baik untuk berjalan kaki adalah pagi hari
d. Tahap terminasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pendekatan studi kasus. Studi kasus (case study) merupakan satu strategi
hipertensi.
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang klien dengan Hipertensi
4. Lansia yang memiliki tekanan darah sistolik 140-180, dan diastolik 90-
120 mmHg
C. Fokus Studi
D. Defenisi Operasional
pembuluh darah di atas 140 mmHg untuk sistol dan diatas 90 mmHg
untuk diastole.
Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar pada bulan Januari 2020.
G. Pengumpulan Data
penelitian.
walking exercise.
walking exercise.
61