Anda di halaman 1dari 7

TERAPI KOMPLEMENTER PADA PENDERITA ASAM URAT DENGAN TEKNIK

MENGOMPRES MENGGUNAKAN JAHE : STUDI KASUS


Novita Fajriyanti
Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan, UPN “Veteran” Jakarta, Indonesia
Email: novitafajriyanti7@gmail.com

ABSTRAK

Arthritis gout adalah suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal
monosodium urat didalam tubuh, penyakit ini biasanya terkait dengan pola makan diet
tinggi purin dan minuman beralkohol. Makanan dengan kadar purin tinggi berubah menjadi
asam urat yang nantinya akan menghambat aliran darah keginjal dan tertumpuk di ureter.
Asam urat bisanya disebabkan oleh sayur dan buah - buah dengan tingkat purin yang tinggi
seperti bayam, daun singkong, pepaya dan masih banyak lagi serta jeroan. Asam urat juga
bisa terjadi karena komplikasi dari penyakit hipertensi dimana keadaan ini dapat berbahaya.
Oleh karena itu perlunya penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah penyakit
asam urat. Metode pengobatan sudah dilakukan untuk penyakit asam urat diantaranya
tindakan farmakologi dengan menggunakan obat NSAID untuk mencegah pembengkakan
pada four, sementara tindakan non farmakologi juga dapat dilakukan dengan mengkompres
rebusan air jahe. Jahe mengandung sifat anti inflamasi non steroid bila ditempelkan pada
bagian persendian akan mengurangi peradangan, meredakan nyeri, spasme otot dan kaku
pada bagian persendian. Nyeri yang dirasakan dapat mengganggu aktivitas fisik pada lansia.
Penerapannya dilakukan dengan membuat jahe yang sudah direbus dimasukkan kedalam
kain atau wadah lalu diperas setelah itu ditempelkan pada daerah persendian yang terasa
nyeri. Metode ini diharapkan dapat efektif untuk menurunkan asam urat, menurunkan nyeri,
meningkatkan kenyamanan klien, dan klien dapat beraktivitas sebagaimana mestinya tanpa
adanya hambatan dalam bergerak.

Kata kunci : asam urat, terapi komplementer rebusan air jahe, nyeri, rasa nyaman
PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang.
mempunyai durasi yang panjang, umumnya berkembang lama Salah satu penyakit tidak menular
yaitu arthritis pirai atau masyarakat biasa mengenalnya dengan penyakit asam urat. Penyakit
asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan
karena penimbunan Kristal monosodium urat di dalam tubuh. Artritis gout merupakan salah satu
penyakit metabolic (metabolic syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan
minuman beralkohol. Penimbunan Kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan
lunak merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis (Nuki
dan Simkin, 2006). Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah osteoarthritis dan
kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi, peradangan,
penggunaan berlebihan) (Nainggolan, 2009). Penyakit ini mengganggu kualitas hidup
penderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) merupakan faktor utama
terjadinya artritis gout (Roddy dan Doherty, 2010).
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Penyebab penumpukan kristal di daerah persendian
diakibatkan kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75
g/ml purin yang dikonsumsi.
Purin itu sendiri adalah turunan dari protein yang terkandung di dalam tubuh. Purin juga
didapatkan dari makanan yang kita konsumsi. Pada golongan primata, adenosin (purin)
dimetabolisme oleh tubuh menjadi asam urat oleh enzim adenosine diaminase. Selanjutnya asam
urat akan dimetabolisme lagi menjadi allatoin yang larut air oleh enzim uricase. Namun pada
manusia enzim ini sangat sedikit sehingga hasil akhir dari purin adalah asam urat. Bila kadar
asam urat semakin tinggi dan melewati kadar jenuh dalam tubuh, maka asam urat lambat laun
akan mengedap dan mengkristal.
Kejadian tingginya penyakit asam urat baik itu di negara maju maupun di negara berkembang
semakin meningkat terutama pada pria yang berusia 40-50 tahun. Hal ini terjadi karena pria tidak
mempunyai hormon estrogen yang dapat membantu pembuangan asam urat, sedangkan pada
wanita mempunyai hormon estrogen yang dapat membantu pembuangan asam urat lewat urine.
Di indonesia penyakit asam urat pertama di teliti oleh dokter Belanda yang bernama Dr. Van
Den Horst pada tahun 1935. Dia menemukan bahwa terdapat 15 pasien yang menderita penyakit
asam urat berat pada masyarakat yang kurang mampu di pulau Jawa.
Dari penelitian Dalimartha, di Indonesia penyakit asam urat menduduki urutan kedua setelah
osteoartriti, kemudian penelitian dari Tjokroprawiro prevalensi penyakit asam urat pada populasi
di USA di perkirakan 13,6/100.000 penduduk, sedangkan di Indonesia di perkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang, prevalensi tersebut meningkat seiring meningkatnya usia. Hasil riset
kesehatan dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit sendi di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11.9% dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24.7%.
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, yang pergi
ke dokter hanya 24% sedangkan yang langsung mengkonsumsi obat pereda nyeri yang di jual
secara bebas hanya 71%. Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara tertinggi
menderita gangguan sendi apabila di bandingkan dengan negara lain. Apabila di dalam negeri
penyakit asam urat menjadi ancaman tertinggi maka dari itu untuk skala Internasional
berdasarkan survei WHO, Indonesia merupakan negara terbesar di dunia yang penduduknya
menderita penyakit asam urat. Survei badan kesehatan dunia tersebut menunjukkan rincian
bahwa di Indonesia penyakit asam urat 35% terjadi pada pria usia 34 tahun ke bawah.
Berdasarkan jurnal penelitian Best Practice & Research Clinical Rheumatology pada tahun 2010,
terhadap 4683 orang dewasa menunjukkan bahwa angka prevalensi penyakit asam urat dan
hiperurisemia di Indonesia pada pria adalah 1,7 dan 24,3%. Dimana rasio perbandingan pria dan
wanita adalah 34:1 untuk penyakit asam urat dan 2:1 untuk hiperurisemia.
Dampak nyeri gout artritis yang dapat ditimbulkan ke lansia berupa menurunnya kualitas hidup
lansia karena nyeri yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Muncul keluhan pada sendi
dimulai dengan rasa kaku atau pegal pada pagi hari kemudiaan timbul rasa nyeri pada sendi
dimalam hari nyeri tersebut terjadi secara terus menerus sehingga sangat mengganggu.
Tindakan pemberian obat farmakologi dapat digunakan untuk mencegah tingkat keparahan
penyakit lebih lanjut seperti pemberian obat NSAID yang dapat digunakan untuk mencegah
pembengkakan pada gout. Tindakan non farmakaologis selain diet purin dapat diberikan tarapi
kompres jahe, karena jahe mengandung senyawa gingerol dan shogaol yaitu senyawa panas dan
pedas yang terdapat di dalam jahe. Jahe memiliki sifat anti inflamasi non steroid dimana jahe
dapat menekan sintesis prostaglandin-1 dan siklooksigenase-2. Sehingga ketika diberikan
kompres jahe rasa pedas dari kompres jahe tersebut aakan mengurangi peradangan, meredakan
nyeri, kaku, dan spasme otot.

Gambaran Kasus
Dari percobaan tiga responden yang ada. Berjenis kelamin perempuan dengan kadar asam urat
yang tinngi. Ketiganya berusia diatas 50 tahun. Responden memiliki penyakit asam urat dari usia
40 tahunan hingga sekarang. Responden mengatakan lututnya terasa nyeri jika kadar asam
uratnya meninggi. Jika nyeri responden mengatakan responden hanya membiarkan nya saja.
Responden mengatakan hanya istirahat saja jika nyerinya datang. Penyebabnya adalah responden
senang mengonsumsi sayur – sayuran hijau dan sangat senang makan jeroan. Responden
mengatakan awalnya hanya nyeri nyeri seperti biasa. Hanya saja pada saat dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil bahwa kadar asam urat di dalam tubuh responden melebihi dari
kadar normal. Responden mengatakan kesluitan mengatasi nyeri. Dan kesulitan jika harus
meminum obat terus menerus.
Dengan demikian, dapat diterapkan intervensi dengan terapi komplementer dengan
menggunakan jahe. Intervensi ini dapat dilakukan 2-3 x setiap harinya untuk mengurangi nyeri
tanpa menggunakan obat obatan. Asuhan keperawatan yang diterapkan kepada klien adalalah
masalah asam urat dengan terapi komplemnter mengompres menggunakan jahe guna mengatasi
nyeri tanpa menggunakan terapi farmakologi.
Hasil penerapan praktik keperawatan berbasik bukti 3 responden yang sudah dilakukan asuhan
keperawatan. Didapatkan hasil berbeda dari ketiga responden adalah sama. Nyeri yang dirasakan
akibat kadar asam urat yang meningkat berkurang. Dan didapatkan hasil pengecekkan asam urat
yaitu. Responden pertama : adalah 9 mg/dl, responden kedua : 8,5 mg/dl , dan responden ketiga :
7,8 mg/dl. Serta didapatkan skala nyeri dari setiap responden sebelum dan ssesudah dilakukan
intervensi yaitu : Responden pertama, sebelum : skala nyeri 9 dari 10, Sesudah : 5. Responden
kedua, Sebelum : Skala nyeri 8 / 10, Sesudah : 6. Responden ketiga, Sebelum : 6 / 10, Sesudah :
4. Didapatkan hasil bahwa mengompres menggunakan jahe dapat mengatasi nyeri dalam pasien
dengan kadar asam urat tinggi.

Diskusi
Hubungan Pola Konsumsi Purin Dengan Kejadian Asam Urat
Purin merupakan senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat dan termasuk dalam
kelompok asam amino unsur pembentuk protein. Hasil uji statistik diperoleh nilai Odss Ratio
(OR) sebesar 2,303 dengan rentang nilai lower limit (batas bawah) OR = 1,015 dan upper limit
(batas atas) OR = 5,227 pada interval kepercayaan (CI) = 95% tidak mencakup nilai satu, maka
besar risiko tersebut bermakna. Jika OR > 1 atau OR < 1 dan rentang CI tidak mencakup nilai 1
maka variabel penelitian merupakan faktor risiko. Dengan demikian pola konsumsi purin
merupakan salah satu faktor penyebab kejadian asam urat pada pasien poli penyakit dalam di
Rumah Sakit . Berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan pada 122 pasien poli penyakit dalam
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 ditemukan bahwa terdapat
hubungan antara pola konsumsi purin dengan kejadian asam urat dengan menggunakan uji chi
square diperoleh p-value= 0,043. Kemudian diperoleh OR= 2,303 responden yang memiliki
asupan purin tinggi lebih beresiko mengalami kadar asam urat sebanyak 2,30 kali. Hal ini dapat
dilihat dari rata- rata konsumsi purin oleh respoden melebihi AKG purin. Tubuh menyediakan 85
persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, hal ini berarti bahwa kebutuhan purin dari
makanan hanya sekitar 15
persen. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. asam
urat dapat membentuk Kristal asam urat/batu ginjal yang akan membentuk sumbatan ureter.
purin yang tinggi terutama terdapat dalam sea food, udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri
akibat langsung dari pembentukan asam urat yang berlebih atau akibat penurunan ekskresi asam
urat dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi kandunagan nukloetida purinnya
seperti sarden, kangkung, dan bayam akan meningkatkan produksi asam urat.
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang berasal dari metabolism dalam
tubuh/faktor endogen (genetik) dan dari luar tubuh/factor eksogen (sumber makanan). Asam urat
sangat erat kaitannya dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang13.
Periode remaja merupakan tahap transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada periode ini terjadi
banyak perubahan, salah satu perubahan adalah perilaku
dalam pemilihan makanan yang dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan lingkungan.
Remaja akan cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kadar asam urat adalah makanan yang mengandung tinggi purin15.
Pengelompokkan makanan berdasarkan kandungan purin adalah sebagai berikut: Golongan A:
makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg) yaitu jeroan, udang, remis, kerang,
sardine, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alcohol serta makanan dalam
kaleng. Golongan B: makanan
yang mengandung purin sedang (50-150 mg) yaitu ikan yang tidak termasuk golongan A, daging
sapi, kacangkacangan, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun
pepaya dan kangkung.
Golongan C: makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg) yaitu keju, susu, dan
telur. Gaya hidup dikota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk
menghindari fast food yang banyak mengandung kalori, lemak, dan kolesterol. Kurangnya
aktivitas fisik dan kehidupan yang disertai stres mulai menunjukkan dampak dengan
meningkatnya masalah obesitas. Kesalahan dalam memilih makanan dan kurangnya
pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya
mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang
baik, yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat. Gangguan
metabolik asam urat adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebabkan oleh
peningkatan produksi (overproduction), penurunan pengeluaran (underexcretion) asam urat
melalui ginjal. purin selain didapat dari makanan juga berasal dari penghancuran sel-sel yang
sudah tua. Pembuatan atau sintesa purin juga dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan
seperti C0, glutamin, glisin, asam aspartat, dan folat. Diduga metabolit purin diangkut ke hati,
lalu mengalami oksidasi menjadi asam urat. Kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal dan
usus. Penelitian yang mengungkapkan adanya hubungan asupan purin dengan kadar asam urat.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan tinggi purin dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hasil penelitian ini sesuai pula dengan hasil
penelitian yang mengungkapkan adanya hubungan antara konsumsi sumber makanan tinggi
purin dengan kadar asam urat dalam darah. Hasil penelitian tersebut menganjurkan pengaturan
pola makan dengan baik untuk dapat mengontrol kadar asam urat dalam darah agar tetap dalam
batas normal.

Penutup
Karena meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan dan mendukung berbagai program
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat terutama penderita asam urat perawat
diharapkan dapat memberikan layanan holistik dan komprehensif dalam berbagai kasus tanpa
kecuali dalam kasus asam urat agar angka masalah kecemasan yang ditimbulkan dari terhambat
aktivitas fisik dan nyeri pada persendian dapat menurun. Diharapkan peneliti ini dapat digunakan
sebagai terapi yang membantu menurunkan asam urat didalam tubuu selain menggunakan obat -
obatan pada penderita asam urat. Dengan cara ini diharapkan klien dapat melakukannya secara
rutin setiap hari karena terapi rebusan air jahe yang mudah didapatkan dan efektif untuk
diaplikasikan. Dikarenakan air jahe banyak mengandung manfaat diantaranya menghilangkan
peradangan,nyeri, kaku dan masih banyak lagi. Serta mengedukasi kembali ke responden yaitu
dengan mematuhi pengobatan dan menjaga pola makan dengan tidak mengkonsumsi makanan
dengan kadar purin tinggi. Untuk itu perawat juga harus kreatif dan inovatif untuk dapat
mengubah metode pengobatan sesuai dengan situasi dan kondisi, tetapi tetap berdasarkan dengan
jurnal terkait.

Daftar Pustaka
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 3/NO. 2/ April 2018;
ISSN 2502 731X
Diakses lewat web : http://gizi.depkes.go.id/forum/viewtopic.php?f=3&t=3598
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 2, September 2017: 90-95

Anda mungkin juga menyukai