Anda di halaman 1dari 5

J. Ked. Mulawarman Vol.

8 (2) September 2021 73

Case Report

ASPEK KEGAWATDARURATAN, PENYULIT RESUSITASI DAN MANAJEMEN


ANESTESI PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN PARTIAL HELLP SYNDROME
Jumasri Tandi Rapanga, Muhammad Ikhwan Nurb
a
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia
b
SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif, RSUD Abdoel Wahab Sjahrani, Samarinda, Indonesia

Korespondensi: jumasritandirapang@gmail.com

Abstrak

Eklampsia merupakan kegawatdaruratan obstetri yang mengancam jiwa. Terminasi kehamilan


merupakan terapi definitif pada pasien eklampsia. Pada pasien hamil, terjadi perubahan anatomi
maupun fisiologi yang signifikan, sehingga dalam tindakan resusitasi perlu menyesuaikan dengan
perubahan ini, karena akan menyebabkan berbagai penyulit tindakan resusitasi. Penyulit dapat terjadi
pada jalan napas, pernapasan, maupun sirkulasi. Laporan kasus ini bertujuan mendiskusikan aspek
kegawatdaruratan, penyulit resusitasi dan manajemen anestesi pada wanita 32 tahun multigravida
dengan eklampsia yang menjalani operasi sectio cesaria. Manajemen anestesi yang baik penting dalam
keberhasilan resusitasi pada pasien eklampsia yang menjalani sectio cesaria.

Kata Kunci: resusitasi, eklampsia, preeklampsia

Abstract

Eclampsia is a life-threatening obstetric emergency. Termination of pregnancy is a definite therapy for


eclampsia. In pregnant women, significant anatomical and physiological changes occur. Therefore, it is
necessary to pay attention to this change in resuscitation because it will cause several difficulties.
Difficulties can be in the airway, breathing, or circulation. This case report aims to discuss the
emergency aspect, problems of resuscitation, and anesthesia management in a 32-year-old multigravid
woman with eclampsia who underwent a cesarean section. Proper anesthetic management is essential
in determining the resuscitation success of existing eclamptic patients.

Keywords: resuscitation, eclampsia, preeclampsia


J. Ked. Mulawarman Vol. 8 (2) September 2021 74

PENDAHULUAN KASUS
Perubahan anatomi maupun fisiologi yang Seorang wanita berusia 32 tahun, G4P3A0
signifikan terjadi selama proses kehamilan. usia kehamilan 22-24 minggu preterm, dibawa ke
Perubahan-perubahan ini penting diperhatikan IGD RSUD A.W Sjahranie Samarinda setelah
terutama pada pasien hamil dengan kegawatan mengalami kejang saat di rumah sebanyak satu
jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi yang kali dengan durasi tiga menit. Pasca kejang
memerlukan resusitasi segera. Selain itu, pasien mengalami nyeri kepala, pandangan kabur
berbagai komplikasi terkait kehamilan seringkali disertai muntah satu kali. Pasien tidak memiliki
memerlukan intervensi bedah untuk terminasi riwayat kejang sebelumnya. Pasien juga tidak
1
kehamilan. menderita penyakit lainnya termasuk asma,
Salah satu komplikasi kehamilan berupa diabetes, penyakit jantung, penyakit ginjal,
eklampsia. Eklampsia terjadi pada kehamilan maupun kelainan hati. Tidak terdapat penyulit
dengan preeklampsia, berupa kejang pada kehamilan dan persalinan sebelumnya.
generalisata tonik klonik yang terjadi pertama Tidak ada riwayat operasi sebelumnya. Pasien
kali, dimana kejang tidak disebabkan oleh memiliki riwayat alergi terhadap transfusi
penyebab spesifik lainnya.2-3 Preeklampsia dan plasma. Pasien memiliki riwayat hipertensi
eklampsia merupakan gangguan hipertensi terkontrol.
dalam kehamilan, termasuk salah satu penyebab Pada pemeriksaan fisik preoperasi,
utama mortalitas dan morbiditas pada ibu dan didapatkan kesadaran komposmentis, GCS
4-5
janin. Satu-satunya terapi definitif berupa E4V5M6. Terdapat nyeri kepala dengan Numeric
terminasi kehamilan, dapat berupa persalinan Rating Scale 6. Tanda vital pasien didapatkan
2,6
normal maupun dengan sectio cesaria. tekanan darah 140/80mmHg, nadi 108x/menit
Pada pasien hamil dengan eklampsia yang reguler, laju nafas 24x/menit reguler (terpasang
harus menjalani operasi sectio cesaria, dasar NRM O2 8 lpm), dan suhu 36,2⁰C. Jalan napas
penatalaksanaan meliputi mempertahankan bebas dengan terdapat prediktor penyulit pada
jalan napas, stabilisasi tekanan darah, jalan napas berupa obesitas (BB 83 kg dan TB 155
optimalisasi status hidrasi, pencegahan kejang, cm, IMT 34.5 kg/m2) dan kehamilan. Terpasang
dan proses melahirkan bayi. Perubahan anatomi IV line dengan cairan RL. Pada pemeriksaan paru
dan fisiologi pada pasien hamil dapat dan jantung tidak didapatkan kelainan. Tinggi
menyebabkan beberapa penyulit pada tindakan fundus uteri 23 cm. Tidak terdapat tanda fetal
resusitasi oleh bagian anestesi selama operasi, distress, DJJ 148X/menit. Ekstremitas inferior
baik pada stabilisasi jalan napas, pernapasan, menunjukkan adanya pitting edema.
maupun pada sirkulasi.7 Keberhasilan resusitasi Pemeriksaan EKG menunjukkan hasil
ditentukan oleh manajemen anestesi yang baik normal. Pemeriksaan laboratorium hematologi
yaitu penyesuaian dengan kondisi fisik pasien. ditemukan leukositosis 17.960/μL. Pemeriksaan
J. Ked. Mulawarman Vol. 8 (2) September 2021 75

kimia klinik darah menunjukkan peningkatan pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
enzim hati yaitu SGOT 96 U/L dan SGPT 65 U/L menggunakan lengan yang sama.9-10
disertai hipoalbumin (3.0 g/dL). Pada urinalisa Preeklampsia adalah hipertensi dalam
ditemukan proteinuria (+3). Penilaian status fisik kehamilan disertai proteinuria atau gangguan
pasien menurut klasifikasi ASA yaitu 3E. sistem organ lainnya pada usia kehamilan ≥20
Pasien didiagnosis eklampsia dengan partial minggu.9 Eklampsia adalah manifestasi konvulsif
HELLP syndrome oleh dokter spesialis obstetri, dari hipertensi dalam kehamilan, berupa kejang
diterapi dengan MgSO4. Saat dirawat di ruangan, tonik-klonik, fokal, atau multifokal new-onset
pasien mengalami krisis hipertensi (TD 211/101 tanpa penyebab lain seperti epilepsy, kelainan
mmHg) dan dikonsultasikan ke dokter spesialis pada otak, dan penggunaan obat-obatan.10
jantung dan pembuluh darah, diterapi dengan Hipertensi dalam kehamilan terutama
nicardipin. Setelah krisis hipertensi teratasi, preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan
dilakukan terminasi kehamilan dengan sectio kegawatdaruratan pada ibu maupun janin akibat
cesaria enam jam setelah kejang. pengaruhnya pada sistem organ,2,7 meliputi
Dilakukan anestesi umum menggunakan perubahan kardiovaskuler dan efeknya,
midazolam, fentanyl, propofol, dan rocuronium. gangguan paru berupa edema pulmoner akut,
Manajemen airway menggunakan metode direct gangguan CNS berupa perdarahan intrakranial,
laringoscope dengan intubasi endotrakeal. kejang atau koma, dan gangguan hepatobilier
Dilakukan pemasangan IV 2 line kiri dan kanan. berupa edema bahkan komplikasi yang cukup
Operasi berlangsung selama 1 jam, dengan jarang berupa ruptur hepar,11 dan gangguan
tekanan darah selama operasi stabil. Perdarahan ginjal berupa gagal ginjal akut. Kematian paling
sebanyak 200 ml. Kondisi bayi lahir hidup, berat banyak disebabkan oleh perdarahan intrakranial
lahir 1.800 gram, dengan APGAR score 5-6. Pada dan kegagalan respirasi akibat edema pulmoner
akhir operasi, dilakukan transfer pasien langsung akut.2,7 Pada kasus ini ditemukan krisis
ke ICU dengan kondisi tube in. hipertensi, komplikasi partial HELLP syndrome
berupa peningkatan enzim hati, gangguan

PEMBAHASAN pernapasan berupa dyspnea, dan gejala

Preeklampsia dan eklampsia merupakan peningkatan tekanan intrakranial meliputi

bagian dari empat kategori hipertensi dalam pandangan kabur, nyeri kepala, dan muntah.

kehamilan.8 Sesuai dengan kriteria American Adanya perubahan anatomis dan fisiologis

College of Obstetricians and Gynecologist, pada ibu hamil akan menyebabkan beberapa

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia penyulit saat melakukan resusitasi baik pada

(POGI) menetapkan diagnosis hipertensi pada kehamilan secara umum maupun pada pasien

kehamilan adalah tekanan darah sistolik ≥140 eklampsia. Seperti dibahas sebelumnya, dasar

mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg manajemen eklampsia berupa mempertahankan
J. Ked. Mulawarman Vol. 8 (2) September 2021 76

jalan napas, stabilisasi tekanan darah, pada beberapa kondisi perlu dilakukan anestesi
optimalisasi status hidrasi, pencegahan kejang, umum. Anestesi umum diindikasikan pada pasien
dan terminasi kehamilan. Berdasarkan algoritma dengan gawat janin berat, edema pulmonum,
manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat, ketidakstabilan hemodinamik, resiko intraspinal
eklampsia merupakan indikasi maternal untuk hematom (trombositopenia berat pada HELLP
9
terminasi kehamilan. Pada kasus ini diputuskan Syndrome atau abrupsio plasenta yang
untuk terminasi kehamilan dengan sectio menyebabkan Disseminated Intravascular
caesaria karena kehamilan preterm. Coagulation) atau eklampsia dengan kejang tidak
Pertimbangan khusus pemilihan teknik terkontrol, tanda peningkatan TIK, dan gangguan
anestesi pada eklampsia dimulai dengan kesadaran atau defisit neurologis.7. Pada kasus ini
persiapan preoperatif berupa penilaian dilakukan anestesi umum pada pasien, dengan
preanestesi dan penanganan jika terdapat induksi dilakukan tidak menggunakan obat yang
penyulit, pemilihan manajemen anestesi, teknik simpatomimetik. Bila terdapat difficult airway,
induksi jika dipilih anestesi umum, dan interaksi maka dilakukan manajemen jalan napas sesuai
antara MgSO4 dan pelumpuh otot algoritma difficult airway.
nondepolarisasi7. Preoperatif, pada penilaian Pasien yang tidak kembali secara neurologis
jalan napas bebas dengan terdapat prediktor (tidak sadar/awake atau concious) sebaiknya
difficult airway berupa obesitas dan kehamilan tetap terintubasi dan dimonitor di ICU. Bila
dengan eklampsia. Terdapat krisis hipertensi kesadaran menetap, evaluasi neurologis lebih
dengan eklampsia, tekanan darah pasien lanjut dengan elektroensefalografi dan
diturunkan sampai <140/90 mmHg pada satu jam pencitraan otak perlu dilakukan untuk
pertama untuk melindungi dari resiko gangguan menyingkirkan masalah neurologis lain yang
serebrovaskular.12 Pencegahan kejang diberikan mendasari7.
MgSO4.
Pada kasus obstetri, teknik anestesi SIMPULAN
regional merupakan pilihan bila tidak ada Resusitasi pada pasien eklampsia yang
kontraindikasi, sehingga pemeriksaan mendetail
menjalani seksio cesaria didasarkan pada
tentang kontraindikasi masing-masing teknik
penyulit yang mungkin timbul akibat perubahan
anestesi harus diteliti pada pasien saat
anatomis dan fisiologis kehamilan maupun akibat
preoperasi. Kekurangan dari anestesi umum
komplikasi eklampsia. Penyulit dapat terjadi pada
pada pasien dengan hipertensi adalah risiko
jalan napas, pernapasan, maupun sirkulasi.
perdarahan intrakranial dari respon hipertensif
Manajemen anestesi yang tepat akan
.7
akibat intubasi dan ekstubasi endotrakeal. menentukan tercapainya keberhasilan pada
Risiko sulit intubasi dan aspirasi yang besar juga
resusitasi eklampsia.
perlu dipertimbangkan. Meskipun demikian,
J. Ked. Mulawarman Vol. 8 (2) September 2021 77

DAFTAR PUSTAKA detection, evaluation, and management of high


blood pressure in adults: a report of the
1. Bajwa S, Bajwa S. Anaesthetic challenges and American College of Cardiology/American Heart
management during pregnancy: strategies Association Task Force on Clinical Practice
revisited. Anesthesia: Essays and Researches. Guidelines. Journal of the American College of
Cardiology. 2018:71(19) e127-e248.
2013;7(2):160.

2. Magley M and Hinson MR. Eclampsia.


StatPearls Publishing. 2020;1

3. Binici, Orhan, and Evren B. Anesthesia for


Cesarean Section in Parturients with Abnormal
Placentation: A Retrospective Study. Cureus:
2019;11(6)

4. Lindheimer, Marshall D., Sandra J. Taler, and F.


Gary Cunningham. Hypertension in pregnancy.
Journal of the American Society of Hypertension.
2008;2(6): 484-494.

5. Rana, Sarosh, et al. Preeclampsia:


pathophysiology, challenges, and perspectives.
Circulation research. 2019;7(124): 1094-1112.

6. Septica, Rafidya I, Yusmein U, and Bambang S.


Patofisiologi Serebrovaskular dan Implikasi
Anestesi pada Preeklampsia/Eklampsia. Jurnal
Neuroanestesi Indonesia. 2015;4(2):134-48.

7. Parthasarathy, S., et al. Anesthetic


management of a patient presenting with
eclampsia. Anesthesia: Essays and Researches.
2013;7(2):307-312

8. Wilkerson RG and Ogunbodede AC.


Hypertensive disorders of pregnancy. Emergency
Medicine Clinics. 2019; 37(2): 301-316.

9. PNPK P. Diagnosis dan tatalaksana


pre-eklamsia. Jakarta: POGI-HKFM. 2016.

10. Lockwood CJ. ACOG task force on


hypertension in pregnancy. Contemporary
OB/GYN. 2013;58(12):10.

11. Escobar MF, Montes D, Pérez A,


Loaiza-Osorio S, and José CA. Hepatic rupture
associated with preeclampsia, report of three
cases and literature review. J Matern Fetal
Neonatal Med. 2019;32(16):2767-2773.

12. Whelton PK, et al. 2017


ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASP
C/NMA/PCNA guideline for the prevention,

Anda mungkin juga menyukai