Anda di halaman 1dari 35

PENANGANAN

EKLAMPSIA & PREEKLAMPSIA BERAT


dr. Abitmer Gultom, Sp.OG, MARS
CURRICULUM VITAE
dr. Abitmer Gultom, Sp. OG, MARS
Jakarta, 26 November 1972
Pendidikan
2021-2023: Universitas Respati Indonesia, Manajemen Administrasi Rumah Sakit
2005-2009: Universitas Sam Ratulangi, Manado Spesialisasi Kebidanan dan Kandungan
1992-2000: Universitas Kristen Indonesia, Jakarta. Fakultas Kedokteran
1988-1991: SMA Negeri 31, Jakarta
1985-1988: SMP Negeri 99, Jakarta
Pengalaman Kerja
2009-sekarang: Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSIA Karunia Kasih, Jakarta
2018-sekarang: Dosen Tetap Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSU UKI, Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
2022-sekarang: Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Antam Medika, Jakarta
2018-sekarang: Pengurus IDI Jakarta Timur
2022-sekarang: Anggota LARS DHP
2015-2018: Kepala SMF Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSU UKI
2019-2020: Ketua Badan Koordinasi Pendidikan FK UKI
2019: Ketua panitia akreditasi RSU UKI
2015-2017: Ketua Badan Koordinasi Pendidikan FK UKI
DEFINISI PREEKLAMPSIA
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), preeklamsia
didefinisikan dengan kriteria berikut

● Tekanan darah sistolik (SBP) lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik (DBP) lebih besar atau sama dengan 90 mmHg dengan
selang waktu minimal 4 jam pada pasien yang sebelumnya normotensi.
● PEB : SBP lebih besar atau sama dengan 160 mmHg atau DBP lebih besar atau
sama dengan 110 mmHg pada satu kesempatan (hipertensi dapat dikonfirmasi
dalam hitungan menit untuk memfasilitasi terapi antihipertensi yang tepat waktu).

*Perlu dicatat bahwa hipertensi dan proteinuria dianggap sebagai kriteria klasik untuk
mendiagnosis preeklampsia, tetapi kriteria lain juga penting
DEFINISI EKLAMPSIA
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG),
eklampsia adalah kondisi yang sangat serius yang terjadi ketika
preeklamsia tidak diobati atau tidak diobati dengan benar. Eklampsia
ditandai dengan kejang atau kejang-kejang yang terjadi pada ibu hamil
atau wanita yang baru melahirkan. Kejang dapat terjadi sebelum,
selama, atau setelah persalinan.
EPIDEMIOLOGI PREEKLAMPSIA
● Data epidemiologi menunjukkan bahwa preeklampsia terjadi pada 2–8%
kehamilan di seluruh dunia.
● Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan
perinatal
● Preeklampsia adalah salah satu penyebab mortalitas maternal tertinggi di
Indonesia. Insidensi preeklampsia di Indonesia adalah 128.273 kasus per
tahun atau sekitar 5,3% dari seluruh ibu hamil.
● Dalam 2 dekade terakhir, tidak ada penurunan yang signifikan pada insidensi
preeklampsia di Indonesia
EPIDEMIOLOGI EKLAMPSIA
● Prevalensi eklampsia secara global dilaporkan sebesar 0,3%
● Sebuah studi berbasis populasi menemukan bahwa angka insidensi yang
disesuaikan dengan usia dari gangguan hipertensi maternal selama kehamilan
(termasuk eklampsia) lebih tinggi di negara / wilayah dengan indeks
sosiodemografi dan indeks pembangunan manusia yang lebih rendah
● Wanita multipara dengan eklampsia memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengembangkan hipertensi esensial dan memiliki tingkat kematian yang
lebih tinggi dalam kehamilan berikutnya daripada wanita primipara
ETIOLOGI PREEKLAMPSIA

Etiologi preeklampsia belum diketahui secara pasti.

Preeklampsia diperkirakan terjadi akibat interaksi berbagai faktor risiko dengan


polimorfisme genetik, yang menyebabkan sintesis beberapa protein yang memiliki fungsi
berbeda dari fungsi aslinya.

● Kelainan genetik
● Ketidakseimbangan faktor angiogenik
● Peningkatan apoptosis atau nekrosis trofoblas
● Respons inflamasi maternal yang berlebihan terhadap trofoblas juga diperkirakan
merupakan etiologi preeklampsia.
FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA

● Faktor genetik
● Wanita yang berstatus nullipara, berusia ≥35 tahun, dan/atau memiliki indeks
massa tubuh >30 selama kehamilan
● Kehamilan ganda
● Kehamilan yang diperoleh dari bantuan teknologi reproduksi
● Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
● Penyakit kronis seperti hipertensi kronis, diabetes yang diderita sebelum
kehamilan, trombofilia, dan penyakit ginjal.
● Penyakit yang berkaitan dengan disregulasi sistem imun seperti lupus
eritematosus sistemik dan sindrom antifosfolipid.
ETIOLOGI EKLAMPSIA
Etiologi eklampsia belum diketahui secara pasti. Meskipun mekanisme yang bertanggung
jawab atas perkembangan eklampsia masih belum jelas, beberapa faktor etiologi telah
diusulkan, antara lain:

● Predisposisi genetik
● Gangguan sistem kekebalan tubuh
● Ketidakseimbangan hormon dan gangguan endokrin lainnya
● Kekurangan atau kelebihan nutrisi tertentu dalam diet ibu hamil
● Gangguan pada invasi trofoblas ke dinding rahim
● Gangguan pada sistem koagulasi darah
● Kerusakan pada lapisan dalam pembuluh darah (endotel)
● Gangguan pada adaptasi kardiovaskuler selama kehamilan
● Kekurangan atau kelebihan nutrisi tertentu dalam diet ibu hamil
● Infeksi tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan risiko eklampsia.
FAKTOR RISIKO EKLAMPSIA
● Preeklampsia. Preeklampsia adalah faktor risiko utama untuk eklampsia
● Multiparitas
● Wanita yang lebih tua dari 35 tahun atau lebih muda dari 20 tahun
● Wanita yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30
● Faktor genetik
● Gangguan sistem kekebalan tubuh
● Ketidakseimbangan hormon dan gangguan endokrin lainnya
● Kehamilan ganda
● Diabetes, hipertensi, dan penyakit ginjal
● Infeksi
MANIFESTASI KLINIS EKLAMPSIA
Fase Tonik

● Penurunan kesadaran, kadang disertai jeritan, bisa menjadi sianotik


● Otot lengan, kaki, dada, dan punggung menjadi kaku, berlangsung 1 menit

Fase Klonik

● 1-2 menit setelah fase klonik, otot mulai menyentak dan berkedut, mulai terjadi
kejang
● Lidah dapat tergigit, hematoma lidah, perdarahan lidah

Fase pasca kejang

● Setelah fase klonik selesai


● Dalam keadaan tidur dalam, bernafas dalam, dan bertahap sadar kembali disertai
nyeri kepala. Biasanya pasien kembali sadar dalam 10-20 menit setelah kejang
MANIFESTASI KLINIS EKLAMPSIA
Gejala Neurologis

● Defisit memori, defisit persepsi visual, gangguan status mental


● Defisit saraf kranial
● Peningkatan refleks tendon dalam

Kondisi janin

● Fetal bradikardi dapat terjadi saat dan setelah kejang


● Saat penderita sadar kembali, dapat terjadi fetal takikardia, hilangnya
variabilitas dan kadang ditemukan deselerasi (pada Fetal Non Stress Test)
DIAGNOSIS EKLAMPSIA
● Eklampsia adalah komplikasi dari preeklamsia yang ditandai dengan kejang tonik
klonik umum
● Diagnosis eklampsia harus selalu dipertimbangkan pada semua wanita hamil dengan
kejang
● Hasil pemeriksaan fisik khas yang dapat menunjang diagnosis eklampsia adalah
kejang tonik klonik umum, yang biasanya berlangsung selama 60-90 detik
● Kondisi pasca-kejang (postictal state) sering terjadi setelah kejang
● Pasien dengan eklampsia dapat mengalami nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri
abdomen, dan peningkatan tekanan darah sebelum kejang
● Kebanyakan pasien dengan eklampsia memiliki manifestasi klinis berupa kejang dan
hipertensi onset baru, yang dapat disertai dengan edema anasarka dan proteinuria.
TATALAKSANA PREEKLAMPSIA BERAT

● Nifedipine 10–20 mg per oral dapat diberikan dan diulang tiap 30–45
menit sampai dosis maksimal 40 mg. Selanjutnya, untuk dosis
pemeliharaan, gunakan nifedipine lepas lambat dengan dosis 20–60 mg,
1–2 kali sehari, dengan dosis maksimal 120 mg/hari.
● Untuk metildopa, dosis yang direkomendasikan adalah 250–750 mg, 2–3
kali sehari, dengan dosis maksimal 2 gram/hari.
TATALAKSANA PREEKLAMPSIA BERAT
Profilaksis Kejang:

● Pemberian MgSO4 dimulai pada semua kasus hipertensi berat dalam


kehamilan, terlepas dari variasi diagnosisnya
● Menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi dari otot polos, termasuk
pembuluh darah perifer dan uterus (tokolitik, antihipertensi)
● Menghambat reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA) di otak, yang apabila
teraktivasi akibat asfiksia, dapat menyebabkan masuknya kalsium ke
dalam neuron, yang mengakibatkan kerusakan sel dan dapat terjadi
kejang (antikonvulsan)
TATALAKSANA PREEKLAMPSIA BERAT
Waktu, Durasi Pemberian, dan Pemantauan Setelah Pemberian MgSO4

Loading dose :

● MgSO4 4 g selama 5 – 10 menit

Maintenance dose :

● 1-2 g/jam selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir
● Observasi produksi urin, refleks patella, frekuensi napas.
TATALAKSANA PREEKLAMPSIA BERAT
Kontraindikasi Pemberian MgSO4

● Pemberian MgSO4 dan depresan SSP bersamaan (meningkatkan efek


depresan)
● Fenitoin dan golongan benzodiazepine tetap dapat digunakan sebagai
alternatif profilaksis kejang apabila terdapat kontraindikasi terhadap
magnesium sulfat
TATALAKSANA EKLAMPSIA
● Eklampsia merupakan kegawatdaruratan medis yang memerlukan
penatalaksanaan segera untuk mencegah mortalitas ibu dan janin.
● Terminasi kehamilan merupakan tatalaksana definitif pada penyakit ini.
● Terapi suportif yang mencakup airway, breathing, dan circulation harus
dipastikan.
● Magnesium sulfat dapat digunakan untuk mengobati dan mencegah
eklampsia.
TATALAKSANA EKLAMPSIA
● Terminasi kehamilan merupakan tatalaksana definitif untuk kasus eklampsia.
● Namun, pastikan bahwa pasien sudah dalam kondisi stabil (tidak dalam
kondisi kejang atau koma dan hemodinamik sudah stabil).
● Apabila tidak ada malpresentasi dan gawat janin, maka induksi persalinan
dapat dilakukan.
● Jika persalinan normal tidak memungkinkan (kondisi serviks tidak
mendukung, usia kehamilan ≤30 minggu, terdapat kontraindikasi induksi)
maka sectio caesarea dapat dipilih.
TATALAKSANA EKLAMPSIA
Terapi suportif pada eklampsia yang perlu diperhatikan adalah:

● Jaga patensi jalan napas dan pastikan oksigenasi baik.


● Posisikan pasien dalam posisi left lateral decubitus untuk mencegah aspirasi dan
obstruksi atau penekanan pada vena cava oleh janin yang dapat meningkatkan uterine
blood flow.
● Pasang monitor untuk memantau tanda-tanda vital, yakni tekanan darah, nadi, laju
napas, hingga saturasi oksigen. Lakukan monitor pada janin juga dengan memeriksa
denyut jantung janin secara berkala
● Lakukan pemasangan jalur intravena dengan jarum berukuran 16–18 gauge untuk
mempermudah proses administrasi obat dan cairan serta mengantisipasi kebutuhan
transfusi darah
● Lakukan pemasangan kateter untuk memonitor urine output
TATALAKSANA EKLAMPSIA
Jenis Medikamentosa yang diberikan :

Antikonvulsan Magnesium ● Lini pertama antikonvulsan pada kejang eklampsia.


sulfat ● Dosis inisial 4–6 gr / 15–20 menit. Selanjutnya, dosis
(MgSO4) rumatan 1–2 gr / jam diberikan secara kontinu.
dilanjutkan 24 jam setelah kejang terakhir atau setelah
persalinan.
● Cek refleks, creatinine, urine output
● Pada kejang refrakter dimana MgSO4 tidak respons ⇒
ganti lorazepam 2-4 mg IV dalam 2-5 menit atau
diazepam 5-10 mg IV
● Kontraindikasi MgSO4 (myasthenia gravis) ⇒
Levetiracetam atau as. Valproat sebagai alternatif
● ESO; toksisitas, kelumpuhan saluran napas, depresi
SSP, henti jantung.
TATALAKSANA EKLAMPSIA
Jenis Medikamentosa yang diberikan :

Antihipertensi (labetalol, Labetalol Dosis awal labetalol adalah 20 mg intravena, kemudian dapat
nifedipine, hydralazine) ditingkatkan menjadi 40–80 mg dengan interval 10 menit,
sampai target penurunan tekanan darah tercapai.
TD > 160/110 mmHg
➢ Target TD harus Hydralazine Dosis awal hydralazine adalah 5–10 mg dalam 2 menit
<150/100 mmHg melalui intravena, kemudian dapat ditingkatkan menjadi 10
dalam 2x periksa mg setelah 20 menit dari dosis awal apabila tekanan darah
dengan jeda 4 jam sistolik masih di atas 160 mmHg atau diastolik masih di atas
➢ Penurunan TD tidak 110 mmHg.

boleh drastis Nifedipine Dosis awal nifedipin adalah 10 mg peroral, dapat ditingkatkan
➢ Kontrol TD post menjadi 20 mg. Nifedipine dapat diulangi hingga 2 kali
partum 48 jam pemberian dengan jeda 30 menit apabila tekanan darah
setelah persalinan sistolik masih di atas 160 mmHg atau diastolik masih di atas
110 mmHg.
TATALAKSANA EKLAMPSIA
Jenis Medikamentosa yang diberikan :

Kortikosteroid ● Antisipasi persalinan darurat ⇒ terutama UK < 32


minggu⇒ pematangan paru, janin
● Dexamethasone 6 mg IM/12 jam sebanyak 4 dosis
● Betamethasone 12 mg IM / 24 jam sebanyak 2 dosis
Diuretik (furosemide) ● Jika terdapat edema paru
TATALAKSANA EKLAMPSIA
PEMANTAUAN MATERNAL:

● Pemantauan berkala pada status neurologis pasien perlu dilakukan untuk


mendeteksi peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intrakranial.
● Intake cairan dan urine output
● Laju pernapasan
● Oksigenasi juga perlu diperiksa secara berkala.
● Pada pasien yang mengalami edema paru atau oliguria/anuria, pemantauan
tekanan arteri pulmonal dapat dibutuhkan.
TATALAKSANA EKLAMPSIA
● Terminasi kehamilan merupakan tatalaksana definitif untuk kasus eklampsia.
● Namun, pastikan bahwa pasien sudah dalam kondisi stabil (tidak dalam
kondisi kejang atau koma dan hemodinamik sudah stabil).
● Apabila tidak ada malpresentasi dan gawat janin, maka induksi persalinan
dapat dilakukan.
● Jika persalinan normal tidak memungkinkan (kondisi serviks tidak
mendukung, usia kehamilan ≤30 minggu, terdapat kontraindikasi induksi)
maka sectio caesarea dapat dipilih.
KOMPLIKASI EKLAMPSIA
Komplikasi eklampsia biasanya diakibatkan oleh kejang yang berulang dan tidak ditangani.

● Kerusakan sistem saraf pusat permanen akibat kejang berulang


● Perdarahan intrakranial
● Abruptio plasenta
● Edema paru akut
● Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome/ PERS
● Insufisiensi renal atau acute renal failure
● Oligohidramnion
● Kerusakan organ hati, ruptur hepar (mungkin bisa terjadi walaupun jarang)
● Gangguan hematologi dan disseminated intravascular coagulation (DIC)
● Risiko mengalami penyakit kardiovaskular dan renal di masa mendatang
● Kematian
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
● Erez O, Romero R, Jung E, Chaemsaithong P, Bosco M, Suksai M, Gallo DM, Gotsch F. Preeclampsia and eclampsia: the conceptual evolution
of a syndrome. American journal of obstetrics and gynecology. 2022 Feb 1;226(2):S786-803.
● Hauspurg A, Jeyabalan A. Postpartum preeclampsia or eclampsia: defining its place and management among the hypertensive disorders of
pregnancy. American Journal of Obstetrics and Gynecology. 2022 Feb 1;226(2):S1211-21.
● Ives CW, Sinkey R, Rajapreyar I, Tita AT, Oparil S. Preeclampsia—pathophysiology and clinical presentations: JACC state-of-the-art review.
Journal of the American College of Cardiology. 2020 Oct 6;76(14):1690-702.
● Peres GM, Mariana M, Cairrão E. Pre-Eclampsia and eclampsia: an update on the pharmacological treatment applied in portugal. J
Cardiovasc Dev Dis. 2018;5(1):3.
● Vousden N, Lawley E, Seed PT, et al. Incidence of eclampsia and related complications across 10 low-and middle resource geographical
regions: Secondary analysis of a cluster randomised controlled trial. PLOS Med. 2019; 16(3): e1002775.
● Sirait AM. Prevalensi hipertensi pada kehamilan di Indonesia dan berbagai faktor yang berhubungan (riset kesehatan dasar 2007). Bul
Penelit Sist Kesehat. 2012;15(2): 103-109.
● Jeyabalan A. Epidemiology of preeclampsia: impact of obesity. Nutr Rev. 2013;71(1):S18-S25
● Amaral LM, Cunningham MW, Cornelius DC, LaMarca B. Preeclampsia: long-term consequences for vascular health. Vasc Health Risk
Manag. 2015;11:403-15
● Magley M, Hinson MR. Eclampsia. StatPearl. NCBI. 2020
● American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia: ACOG Practice Bulletin, Number 222.
Obstet Gynecol. 2020;135(6):e237-e260. doi:10.1097/AOG.0000000000003891
● Rana S, Lemoine E, Granger JP, Karumanchi SA. Preeclampsia: Pathophysiology, Challenges, and Perspectives. Circ Res. 2019;124(7):1094-
1112. doi:10.1161/CIRCRESAHA.118.313276
● Brown MA, Magee LA, Kenny LC, et al. Hypertensive Disorders of Pregnancy: ISSHP Classification, Diagnosis, and Management
Recommendations for International Practice. Hypertension. 2018;72(1):24-43. doi:10.1161/HYPERTENSIONAHA.117.10803
● Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Diagnosis
dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016. https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-ppk

Anda mungkin juga menyukai