Anda di halaman 1dari 24

Kegawatdaruratan Obstetri

HIPERTENSI DALAM
KEHAMILAN

Oleh:
Dr. Pua Librana, SpOG (K)
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Deskripsi :
• Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin.
• Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil.
• Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga , atau tiga bulan terakhir
kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi,
kecuali memang si Ibu menderita hipertensi kronis.
Ada 5 macam:
1. Hipertensi kronis: hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2. Preeklampsia: hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklampsia: apabila ditemukan kejang-kejang pada
penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia:
adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia
atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional: hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.
KLASIFIKASI Preeklamsia
yang BARU
• Jangan menganggap preeklamsia
RINGAN
• Jadi hanya Preeklamsia dan Preeklamsia
Berat
• Diagnosis PE tidak tergantung pada
proteinuria dan edema
HIPERTENSI KRONIS
• Definisi: dijumpainya tekanan darah>
140/90 mmHg sejak sebelum kehamilan ,
tanpa disertai edema dan proteinuria.
• Penatalaksanaan: obat anti Hipertensi,
seperti Nifedipin 10- 30 mg/hari
PENYEBAB PREEKLAMPSIA
Preeklampsia terjadi karena penyempitan
pembuluh darah yang mengakibatkan
iskemia plasenta. Sehingga mengakibatkan
kurangnya pasokan darah yang membawa
nutrisi ke janin.
Faktor Risiko:
1.Kehamilan Pertama
2.Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau
eklampsia
3.Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
4.Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun
5.Wanita dengan gangguan fungsi organ
(diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan
tekanan darah tinggi)
6.Kehamilan kembar
7.Obesitas
PREEKLAMPSIA BERAT
• Definisi: dijumpainya tekanan darah > 160/110 mmHg
sejak umur kehamilan lebih dari 20 minggu , disertai
proteinuria > 2+ dengan atau tanpa edema.
• Penatalaksanaan:
- MRS; bila umur kehamilan masih prematur diupayakan
konservatif; bila sudah aterm dilakukan terminasi
kehamilan.
- SM 40% 10 gr im/ drip (untuk konservatif)
- SM full dose: SM 40% 10 gr im/drip + SM 20% 4 gr iv
pelan (bila akan terminasi kehamilan)
- Antihipertensi (Nifedipin) diberikan bila tek.darah >
160/110 mmHg
Tanda dan Gejala Preeklampsia Berat

1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg


2. Tekanan darah diastolik 110 mmHg
3. Peningkatan kadar enzim hati
4. Trombosit < 100.000/mm3
5. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam)
6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g / L)
7. Nyeri ulu hati
8. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan
yang berat
9. Perdarahan di retina (bagian mata)
10.Edema (penimbunan cairan) pada paru
11.Koma
Persalinan pada Pre Eklampsia/ Eklampsia
• Pre eklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada saat
persalinan
•Persalinan hendaknya dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan
narkosis umum untuk menghindari rangsangan pada ssp
• Anestesia lokal bila tensi tdk terlalu tinggi dan penderita masih
somnolen karena pengaruh obat
•Pemberian ergometrin rutin pd kala III tidak dianjurkan, kecuali ada
perdarahan post partum karena atonia uteri
•Pada gawat janin dalam kala I dilakukan segera seksio sesaria
•Pada gawat janin dalam kala II dilakukan ekstraksi dengan cunam atau
ekstraktor vakum
•Post partum bayi sering menunjukkan tanda2 asfiksia neonatorum,
maka perlu resusitasi
IMPENDING EKLAMPSIA

• Dikatakan Impending Eklampsia, bila


pada kasus PER/ PEB disertai gejala
atau tanda atau keluhan sbb:
1. Kepala pusing
2. Pandangan mata kabur
3. Nyeri ulu hati
• Penatalaksanaan: sama seperti
penatalaksanaan Eklampsia
EKLAMPSIA
• DEFINISI: sama dengan kriteria PER/PEB
disertai kejang dan bisa disertai dengan
penurunan kesadaran
• Penatalaksanaan :
• Prinsip: Terminasi kehamilan !!!!!! Dan
mencegah komplikasi yang timbul
• SM full dose
• Bila kejang berulang dapat ditambahkan SM
adding dose yaitu SM 20% 2 gr iv pelan, bila
tetap kejang boleh diberikan jenis obat-obatan
anti kejang lainnya seperti pentotal, diazepam dll
• Eklampsia post partum : eklampsia yang terjadi
dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan,
atau eklampsia yang terjadi pada masa nifas
 

KLASIFIKASI
a. Eklampsia gravidarum
·  Kejadian 50% sampai 60%
·  Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum (intra partum)
·  Kejadian sekitar 30% sampai 35%
·  Batas dengan eklampsia gravidarum sukar
ditentukan, terutama saat mulai inpartu
c.  Eklampsia puerperium
·  Kejadian jarang yaitu 10%
·  Terjadi serangan kejang atau koma setelah
persalinan berakhir
•Preeklampsia/eklampsia 67% terjadi pada masa
kehamilan.
•Sedangkan 33% preeklampsia/eklampsia terjadi
setelah persalinan
• Eklampsia postpartum masih dapat terjadi antara
48 jam setelah bersalin sampai dengan 28 hari
setelah persalinan.
• Cara penanganan eklampsia postpartum sama
dengan preeklampsia/eklampsia pada masa
kehamilan.
Tindakan Obstetrik pada eklampsia

• Setelah kejang diatasi dan KU diperbaiki


• Mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan
• Persalinan pervaginam adalah cara terbaik bila dapat
dilaksanakan dengan cepat dan aman
• Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi dgn
amniotomi dan infus pitosin setelah bebas kejang selama
12 jam dan keadaan serviks mengijinkan.
• Bila serviks masih lancip dan tertutup terutama pada
primigravida, kepala janin masih tinggi, atau ada
persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya
dilakukan sectio cesaria.
Komplikasi:
• CVA- coma
• HELLP Syndrome
• DIC
• ALO (edema paru)
• Gagal ginjal
• Kebutaan
• Dll.
PERAN BIDAN ???

•PENCEGAHAN
•PENGOBATAN
•RUJUKAN YG BENAR
PENCEGAHAN
1. Pencegahan non medis:
tirah baring, Melakukan diet tinggi protein rendah
lemak, rendah karbohidrat dan rendah garam.
2. Pencegahan medis
Pemberian kalsium 1.500-2.000 mg/hari, zinc 200
mg/hari, magnesium 365 mg/hari, aspirin dosis
rendah 100 mg/hari.
3. Antenatal Care (ANC) yang baik dan benar; Tensi
yang benar, Bidan harus bisa melakukan ROT (Role
of over test); dan menghitung MAP (Mean Arterial
Pressure)
4. Penambahan berat badan yang tidak berlebihan
5. Kelahiran tepat waktu
6. Identifikasi dan perawatan preeklampsia oleh
tenaga medis yang terampil
7. Mewaspadai semua preeklamsia menjadi PEB
CARA UKUR TEKANAN DARAH

• Pasien dalam keadaan tenang


• Menggunakan tensimeter air raksa
• Posisi berbaring atau duduk dengan
manset sesuai level jantung
• Gunakan ukuran manset yang sesuai
• ROT= tensi pertama---miki 15-30 menit--- tensi
ulang, bila tetap tinggi berarti memang PE

• MAP= ( 2xD)+ S
3
bila MAP lebih 90 sudah harus waspada PE
Pengobatan
• Bidan harus bisa memberikan infus ringer asetat atau
ringer laktat, MgSO4, dan anti hipertensi
• Perawatan pada serangan kejang antara lain :
a. Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang
b. Masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita
c. Kepala direndahkan, lendir diisap dari daerah
orofarynx
d. Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman
namun cukup longgar guna menghindari fraktur
e. Pemberian oksigen
f. Dipasang kateter menetap
RUJUKAN:
• Hipertensi kronis dan PER,asal terkontrol
dg.baik tidak perlu dirujuk.
• PEB/ Impending Eklamsia/ Eklamsia harus
dirujuk ke RS yang mempunyai fasilitas ICU.
• Prinsip merujuk tetap menganut prinsip
BAKSOKUDA (Bidan-Alat-Kendaraan-Surat-
Obat-Keluarga-Darah)
- Bidan harus mengantar!
- Alat: O2, Spatula lidah, partus set
- Obat: infus RD5%/ D5%/RL + SM 40 %
10 gr drip dengan atau tanpa SM 20% 4gr iv
• INGAT !!!!
• Penapisan harus lebih intens
• Semua kasus Preeklamsia disikapi/
diwaspadai sebagai PEB
• Lakukan rujukan dini berencana/ rujukan
inutero

Anda mungkin juga menyukai