Anda di halaman 1dari 16

Penanganan kegawatdaruratan

pada kasus ibu eklamsia


Tria puspa ningrum
Anamnesis P. Fisik P. Penunjunjang
Identitas Inspeksi Proteinuria 0,3 gr/lt (

keluhan utama Wajah
+1 - +2)
Leher
Riwayat Kehamilan Dada Ht
sekarang Perut
Berat jenis urin
vulva
riwayat obsetrik Serum kreatinin
dahulu Palpasi
leopold Urid acid > 7 mg/100
Riwayat ginekologis ml
dahulu Auskultasi
Djj 120-140 / menit
Bising jantung ibu 60-
80 /menit
Working diagnosis
Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, kejang
timbul bukan akibat kelainan neurologic dimana sebelumnya sudah
menimbulkan gejala pre eklampsia (hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan).

epidemiologi
Frekuensi eklampsi bervariasi. Frekuensi rendah pada umumnya
merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang
baik dan penanganan preeklampsi yang sempurna. Dinegara yang
sedang berkembang, frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 -0,7%.
Sedangkan di negara maju angka nya lebih kecil, yaitu 0,050,1%.3,5
Patofisiologi
BB naik & edem (retina, paru-paru,
Plasenta
Ginjal
Metabolisme dan elektrolit
Etiologi dan faktor resiko
Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
Peran faktor Imunologis
Peran faktor Genetik dan familial
Inseminasi donor dan donor
Primigravida oocyte
Primipaternernity Mola Hidatidosa
Umur yang ekstrim Kehamilan multiple
Partner laki yang pernah Infeksi saluran kencing pada
menikah wanita yang kehamilan
kemudian hamil dan Hydrops fetalis
mengalami preeclampsia Riwayat pernah preeclampsia
Pemaparan terbatas Obesitas
terhadap sperma Antiphospholipid antibodies
dan huperhomocysteinemia
Manifestasi Klinik

Premonitory stage, gejala seperti preeklampsia berat


Tonic stage
Clonic stage
Stage of coma
tatalaksana
Obat anti kejang (Magnesium sulfat (MgSO4)

Perawatan koma (Tindakan pertama pada penderita koma adalah


menjaga dan mengusaha kan agar jalan nafas atas tetap terbuka dan
dapat dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal airway)

Perawatan edema paru (Sebaiknya penderita dirawat di ICU karna


membutuhkan perawatan animasi dengan respirator)

Pengobatan obstetrik (semua kehamilan dengan eklampsia harus


diakhiri,tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.)
Penanganan di IGD
cegah cedera pada ibu dan menyediakan support pada sistem respiratorik dan
kardiovaskular.
pasien diposisikan dengan posisi miring ke kiri, posisi ini mengurangi resiko untuk
terjadinya aspirasi dan akan memperbaiki aliran darah ke uterus dengan
mengurangi obstruksi dari vena cava oleh uterus gravida
Selama kejang pasien harus kita proteksi dengan cara menjaga bed pasien agar
pasien tidak terjatuh
menggunakan spatel tongue diantara gigi pasien agar lidah tidak tergigit, dan
menghisap lendir di rongga mulut jika diperlukan
Setelah kejang berakhir, akses intravena harus didapatkan dengan menggunakan
jarum abocath no.16 ataupun 18, untuk memberikan cairan dan obat-obatan serta
untuk mengambil spesimen darah.
Tekanan darah harus dikontrol dengan tujuan utama untuk mempertahankan
tekanan darah sistolik diantara 140 dan 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
antara 90 dan 110 mmHg dengan memberikan obat-obatan antihipertensi sesuai
yang diperlukan (seperti, hidralazine, labetolol).
status neurologis pasien harus secara reguler diperiksa untuk mengawasi
jika terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial ataupun
perdarahan (seperti, pemeriksaan funduskopi, saraf kranialis). jarEvaluasi
terhadap cairan yang diberikan dan urine output, laju nafas ibu, serta
oksigenasi harus dilakukan. Selain itu pengawasan terhadap status fetus
juga harus dilakukan.
Laju jantung fetus serta kontraksi uterus harus selalu di awasi. Bradikardia
fetus merupakan hal yang sering ditemukan selama kejang eklampsia dan
dilaporkan terjadi selama 30 detik sampai 9 menit.
Terapi defenitif dari preeklampsia-eklampsia adalah melahirkan fetus dan
plasenta setelah pasien telah stabil terlebih dahulu
Seksio cesarea dapat dipilih pada pasien
dengan serviks yang tidak bagus dan umur
kehamilan 30 minggu atau kurang, dimana
induksi pada keadaan ini akan menghasilkan
fase intrapartum yang lebih lama dan
seringkali tidak berhasil untuk mencegah
seksio cesarea dengan tingginya komplikasi
intrapartum yang terjadi.
Pre opetarive
Anastesi epidural
Anastesi spinal
General Anastesi
Posy operative
Analgesia
Wanita yang menjalani seksio cesarea dapat diberikan opioid epidural atau
intratechal kecuali terdapat kontraindikasi. Pasien dapat diberikan morfin 2,5
sampai 3,0 mg secara epidural atau 0,1 sampai 0,15 secara intratechal, tanpa
memandang terapi yang lain, oleh karena obsrvasi yang ketat masih harus tetap
dilakukan paling sedikit untuk 24 jam. Pemberian NSAIDs bersamaan dapat
memperbaiki dan memperpanjang analgesia intraspinal opioid setelah seksio
cesarea.
Balans cairan
Tabel balans cairan pasien harus dibuat secara ketat dan dipertahankan paling
sedikit 24 jam atau sampai diuresis normal. Pemasukan total tidak boleh
melebihi 75 ml/hari sampai kelebihan cairan ekstraseluler dapat dimobilisasi.
MgSO4
MgSO4 dapat diberikan paling sedikit untuk 24 jam postpartum atau sampai
diuresis maternal tercapai. Durasi terapi bervariasi dari satu literatur ke yang
lain dan tampaknya bersifat empiris namun secara tipikal berhubungan dengan
tingkat penyembuhan dari hipertensi, oliguria, dan/atau koagulopati, begitu
juga dengan keadaan umum pasien. Kejang pada postpartum akhir dapat juga
terjadi.
Kontrol hemodinamik
hal ini perlu untuk memberikan terapi antihipertensi untuk mencegah
hipertensi rebound
komplikasi
Solusio plasenta.
Hipofibrinogenia.
Hemolisis
Perdarahan otak.
Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung
sampai 1 minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia serebri.
Edema paru.
Nekrosis hati.
Sindroma help.
Kelainan ginjal.
Komplikasi lain (lidah tergigit, trama dan fraktur karena jtuh dan DIC).
Prematuritas, dismaturitas dan IUFD.11
prognosis
Kematian ibu berkisar antara 9,8%-25%, sedangkan kematian bayi
berkisar antara 42,2%-48,9%. Bila penderita tidak terlambat dalam
pemberian pengobatan , maka gejala perbaikan akan tampak jelas
stelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhhir
perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan.
Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini
merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan
gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal
dalam beberapa jam kemudian.10,11
Eklampsi tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada
janin dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis
janin pada penderita eklampsi juga tergolong buruk. Seringkali janin
mati intrauterin atau mati pada fase neonatal karena memang
kondisi bayi sudah sangat inferior.
kesimpulan
Eklampsia adalah keadaan klinis yang ditandai dengan kejang atau
konvulsi yang tidak dapat dijelaskan ataupun perubahan status
mental dengan adanya tanda dan gejala dari prpreeklampsia.
Eklampsia merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian
ibu diseluruh dunia.
Penanganan eklampsia meliputi mempertahankan jalan nafas,
oksigenasi, serta oksigenasi yang cukup, mengatasi kejang dengan
pemberian Mg SO4, mengontrol tekanan darah dengan obat-obat
pilihan seperti labetolol, hidralazine dan nifedifine. Terapi definitif
adalah persalinan, dimana dalam keadaan darurat dapat dilakukan
seksio cesarea. Anestesia yang digunakan meliputi epidural, spinal
dan general anesthesia sesuai indikasi. Untuk post-operasi,
hemodinamik tetap dijaga, dimana pemberian MgSO4 tetap
dilanjutkan sampai 48-72 jam, pemberian antihipertensi sampai
tekanan darah terkontrol, serta pemberian analgetik untuk nyeri
pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai