Anda di halaman 1dari 25

NAMA KELOMPOK:

 Afif Rosalia I. (201301188)


 Yuke Ervina CD. (201301191)

Kelompok 15
DEFINISI

Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah yang
menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20
minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan
pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema
nondependen dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau 30 mg/dl
(+1 pada dipstick) saat pengambilan urine sewaktu. (Brooks MD, 2011).

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita


hamil, dalam masa persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau demam.
(Mary Billington, 2010).
Klasifikasi
Preeklampsia

Preeklampsia Ringan
Preeklampsia Berat
ETIOLOGI
a. Primigravida
b. Umur yang ekstrim
c. Hiperplasentosis
d. Riwayat pernah mengalami preeklampsia
e. Riwayat keluarga yang pernah mengalami
preeklampsia
f. Hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
g. Obesitas
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
KLINIS

Preeklampsia ringan Preeklampsia berat


a. Tekanan darah > 140/90 mmHg a. Tekanan darah > 160/110 mmHg, diukur
dengan pengukuran tekanan darah minimal dua kali dengan jarak waktu enam jam
sekurang-kurangnya dilakukan 2 pada keadaan istirahat.
kali selang 4 jam. b. Proteinuria > 5 gr/liter dalam 24 jam atau > +2
b. Adanya proteinuria kuantitatif > dipstik pada sampel urin sewaktu yang
300 mg/liter dalam 24 jam atau dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
kualitatif +1 dipstik. c. Oliguria, urin < 400 ml/24 jam.
d. Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali diketahui
meningkat sebelumnya.
e. Trombositopeni ( < 100.000/mm3 )
Eklampsia
f. Gangguan serebral dan visual
kejang didahului oleh makin
g. Nyeri epigastric atau kuadran kanan atas
memburuknya preeklampsia dan
h. Sakit kepala persisten
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala
i. Pertumbuhan fetus terhambat
di daerah frontal, gangguan
j. Kegagalan fungsi hepar
penglihatan, mual yang hebat, nyeri
k. Peningkatan ALT/AST
di epigastrium dan hiper-refleksi.
Eklampsia

Preeklampsia K a. Solusio plasenta


b. Hipofibrinogemia
O c. Hemolisis
a. cerebral vaskular
accident,
M d. Perdarahan otak
P e. Kelainan mata
kardiopulmonari
f. Kelainan ginjal
edema, insufisiensi L g. Sindroma HELLP
Renal Shutdown
b. Retardasi I h. lidah tergigit, trauma
dan fraktur karena
pertumbuhan K jatuh akibat kejang,
c. Kematian janin
intraurine yang
A pneumonia, aspirasi,
S prematuritas,
disebabkan hipoksia
dismaturitas dan
dan prematur I kematian janin intra
uterin.
Penatalaksanaan
Pelaksanaan preeklampsia ringan (TD < 140/90mmHg) :
 Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin
 Tidak perlu segera diberi obat antihipertensi dan tidak perlu dirawat,
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman : 140-150 / 90-
100mmHg).
 Istirahat yang cukup (berbaring 4jam pada siang hari dan 8 jam pada
malam hari).
 Diet rendah garam, tinggi protein.
 Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu.
 Indikasi dirawat, jika ada pemburukan, tekanan darah tidak turun
setelah 2 minggu rawat jalan.
 Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan tatalaksana sebagai
preeklampsia berat.
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat (TD > 160/90mmHg) :
 Penanganan aktif :
 Apabila ibu memiliki satu atau lebih kriteria berikut :
 Ada tanda-tanda impending eklampsia
 Ada HELLP Syndrome
 Ada kegagalan penanganan konservatif
 Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
 Usia kehamilan > 35 minggu
 Maka ibu harus dirawat dirumah sakit, khususnya kamar bersalin.
 Pemberian pengobatan medicinal : anti kejang
 Terminasi kehamilan : bila pasien belum impartu dilakukan
induksi persalinan
 Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak
terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam.
Penatalaksanaan Eklampsia
 Melindungi jalan napas dan meminimalkan resiko aspirasi dengan
cara suction dan pemberian oksigen.
 Observasi sesering mungkin.
 Gunakan penghalang ranjang untuk mencegah trauma akibat
aktivitas kejang.
 Pemberian obat anti kejang :
 MgSO4 adalah obat pilihan utama karena lebih efektif dalam
mencegah kejang berulang dibandingkan dengan fenitoin
(Dilantin) atau diazepam (Valium). Jika pasien sudah dipasang
infus berisi MgSO4, maka berikan tambahan 2 magnesium sulfat
secara IV. Jika tidak, berikan magnesium sulfat dosis 6 gr secara
IV setiap 25 atau 20 menit, diikuti dengan infus 2 gr per jam.
Total 8 gr magnesium sulfat tidak boleh terlewatkan selama masa
periode singkat.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
 Identitas
 Identitas pasien dan penanggung jawab. Umur biasanya terjadi pada
primigravida, < 20 tahun atau > 35 tahun.
 Keluhan utama
 Merupakan hal yang diungkapkan ibu yang berhubungan dengan keadaan dan
masalah yang timbul. Keluhan yang timbul biasanya sakit kepala, mata
berkunang – kunang, bengkak pada kaki dan tangan, nyeri epigastrium.
 Riwayat kesehatan ibu sekarang
 Terjadi peningkatan tekanan darah, edema, pusing, nyeri epigastrium, mual
muntah, penglihatan kabur.
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
 Adanya hipertensi kronik, DM, penyakit ginjal.
 Riwayat penyakit keluarga
 Ditanyakan untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu
bersalin serta mengupayakan pencegahan dan penanganannya,
terutama pihak keluarga yang tinggal bersama klien. Kemungkinan
mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.
 Riwayat kehamilan sebelumnya
 Adanya riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa serta riwayat
kehamilan dengan preeklamsia atau eklamsia sebelumnya.
 Riwayat kehamilan sekarang
 G . . . .P . . . .A . . . . UK . . . . .minggu
 ANC ( tempat, berap kali, imunisasi TT, terapi )
 Keluhan hamil muda
 Keluhan hamil tua
 Gerakan anak dirasakan sejak usia kehamilan . . . .bulan.
 Riwayat menstruasi
 Untuk mengetahui tentang faal alat kandungan yang
perlu diketahui adalah menarche, siklus haid, lama haid,
dysminorhoe, flour albus.
 Riwayat perkawinan
 Yang dikaji yaitu lama kawin dan usia saat kawin.
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah
usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
 Riwayat KB
 Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah atau tidak
megikuti KB. Jika ibu pernah ikut KB maka yang
ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping.
Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai
lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
 Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : baik, cukup, lemah
 Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma
 TD : ≥ 140 / 110 mmHg
 Pemeriksaan khusus
 Sistem pernapasan
 Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang
dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan
aktifitas.
 Sistem cardiovaskuler
 Inspeksi : Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
 Palpasi :
 Tekanan darah :Ukur tekanan darah, biasanya terjadi peningkatan tekanan
darah menetap melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
 Nadi : Nadi mungkin meningkat atau menurun
 Leher : Pemeriksaan JVP apakah ada bendungan atau tidak, jika
ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
 Auskultasi : mendengarkan Detak Jantung Janin untuk mengetahui adanya
fetal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin
melemah.
 Sistem reproduksi
 Genetalia
 Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah,
adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
 Abdomen
 Palpasi : untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri , letak janin, lokasi edema.
 Periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus.
 Sistem integumen perkemihan
 Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat
gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi
ginjal menurun).
 Oliguria
 Proteinuria
 Pencernaan
 Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium, anoreksia, mual
dan muntah.
 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah urium


kreatinin, SGOT, LDH, bilirubin.
2. Pemeriksaan urine : protein urine ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada
skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ
urine meningkat, serum kreatinin meningkat, urin
acid biasanya > 7 mg/100 ml
3. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin
terhambat dengan konfirmasi USG (bila tersedia).
4. Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan
janin.
DIAGNOSA
 Perubahan
perfusi uteroplasental dan
jaringan ginjal berhubungan dengan
hipertensi pada kehamilan
 Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan retensi urine dan
edema berkaitan dengan hipertensi pada
kehamilan
 Resiko cedera pada janin berhubungan
dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta
 Resiko tinggi terjadi asidosis respirasi
berhubungan dengan kejang-kejang
berulang
INTERVENSI
 Diagnosa 1 : Perubahan perfusi uteroplasental dan
jaringan ginjal b.d hipertensi pada kehamilan
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama ..x24 jam diharapkan Perfusi
Uteroplasental dan jaringan ginjal baik.
 Kriteria hasil:
 Tingkat kesadaran baik dan tidak berubah
 Janin tidak menunjukkan tanda-tanda distress
 Perfusi maksimal
 Tekanan darah normal
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV 1. Untuk mengetahui keadaan umum
pasien
2. Letakkan pasien pada lingkungan 2. Memberikan kenyamanan dan
yang tenang ketenangan pada pasien
3. Auskultasi irama jantung janin 3. Untuk mengetahui perkembangan
janin
4. Anjurkan tirah baring 4. Meminimal stimulasi dan
meningkatkan relaksasi
5. Anjurkan periksa urine 24 jam 5. Untuk menentukan intervensi lebih
lanjut
6. Monitor TD tiap 4 jam 6. Untuk mengetahui keadaan umum
klien
 Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan b.d
peningkatan retensi urine dan edema berkaitan
dengan hipertensi pada kehamilan
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama ...x24 jam diharapkan volume
cairan kembali normal.
 Kriteria hasil :
 Volume cairan sesuai kebutuhan
 Edema minimal
 Tanda dan gejala bukan indikasi gagal jantung
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan pasien setiap 1. Untuk menentukan intervensi
hari lebih lanjut
2. Pantau intake cairan 2. Membantu mengidentivikasi
kebutuhan
3. Periksa protein urine 3. Meminimalkan komplikasi
4. Monitor intake dan output klien 4. Agar dapat mengontrol
keseimbangan antara intake
yang amsuk dan output yang
keluar
5. Kolaborasi dengan tim medis 5. Agar tidak tejadi kesalahan
dalam pemberian obat. dalam pemberian obat
 Diagnosa 3 : Resiko tinggi cedera pada
janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke plasenta
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama ...x24 jam cedera pada janin tidak
terjadi
 Kiteria hasil :
 Kebutuhan nutrisi janin terpenuhi
 Meminimalisir cidera janin dan ibu
Intervensi Rasional
1. Istirahatkan ibu 1. dengan mengistirahatan ibu diharapkan metabolisme tubuh
menurun dan eredaran darah ke plasenta menjadi adekuat,
sehingga kebutuhan oksigen untuk janin dapat dipenuhi.
2. Ajurkan ibu agar tidur miring kekiri 2. dengan tidur miring kekiri diharapkan vena kava di bagian
kanan tidka tertekan uterus yang memesar, sehingga aliran
darah ke plasenta menjadi lancer.
3. Pantau tekanan darah ibu 3. dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui
keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah
tinggi , aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai
oksigen ke janin berkurang.
4. Pantau bunyi jantung ibu 4. dengan memantua buyi jantung janin dapat diketahui
keadaan jantung janin menurun dan melemah menandakan
supali oksigen ke plasenta berkurang sehingga dapat
direncanakan tindkaan selanjutnya.
5. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dnegan 5. dengna memberikan anthipertensi akan menurunkan tonus
dokter arteri dan menyebabkan penurunan afterload jantung
dnegan vasodilatasi pembuluh darah,sehingga tekanan
darah menurun, dengan menurnnya takanan darah maka
aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.
 Diagnosa 4 : Resiko tinggi asisdosis
berhunbungan dengan kejang-kejang
berulang.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama ...x24 jam resiko
Asidosis respirasi tidak terjadi
 Kriteria hasil : Kejang berkurang,
sianosis tidak ada, nafas 20 x/menit
Intervensi Rasional

1. Berikan Obat anti kejang 1. Memberikan ruang gerak bagi


sesuai terapi Medis paru untuk mengembang
2. Berikan Oksigen 2-6 liter/ 2. Membantu suplai oksigen sel
menit jaringan tubuh
3. Observasi RR dan Nadi 3. Menilai pola nafas dan kerja
jantung

Anda mungkin juga menyukai