Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN KOMUNITAS I
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
Dosen Pengampu :
,S.Kep., Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Ludovikus Ryo Aprilius (I1032161001)
Diah Astikasari (I1032161003)
Tuty Barokah Hasan (I1032161004)
Yovita (I1032161024)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul “Ibu Hamil Dengan Anemia” atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Nita Arisanti Yulanda, S,Kep., Ns., M.Kep. kepada
ilmu yang telah diberikan kepada kami mengenai Asuhan Keperawatan pada Ibu
Hamil Dengan Anemia.

Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki berupa
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Pontianak, 26 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................. 3
2.1 Definisi Anemia pada Kehamilan .............................................................................. 4
2.2 Etiologi Anemia pada Kehamilan ............................................................................. 4
2.3 Patofisiologi Anemia pada Kehamilan ...................................................................... 7
2.4 Manifestasi Klinis Anemia pada Kehamilan .............................................................
2.5 Klasifikasi Anemia pada Kehamilan ........................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Anemia pada Kehamilan ................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LOW BACK PAIN ........................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekurangan zat besi dan asam folat pada ibu hamil dapat menyebabkan
anemia. Anemia adalah suatu keadaan di mana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah tersebut
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh (Proverawati, 2013).
Kondisi ibu hamil yang mengalami anemia dapat meningkatkan risiko
kematian pada ibu saat melahirkan, melahirkan bayi yang memiliki berat badan
rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi, keguguran, dan meningkatkan
risiko melahirkan bayi prematur (Kamidah, 2015).
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional yang mencerminkan
nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar
terhadap kualitas sumber daya manusia. Tahun 2013 sekitar 800 perempuan di
dunia meninggal setiap hari dikarenakan komplikasi kehamilan dan kelahiran
anak, pada proses kelahiran yang dapat mengakibatkan perdarahan dan
akhirnya ibu mengalami anemia (WHO, 2014).
Berdasarkan survei SDKI tahun 2012 angka kematian ibu (AKI) Indonesia
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu kembali
menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Di Indonesia
penyebab utama kematian ibu, sama dengan dunia Internasional yaitu kematian
karena perdarahan, hipertensi, dan infeksi. Perdarahan masih menempati
presentase tertinggi penyebab kematian ibu di Indonesia (30,1%). Anemia pada
ibu hamil menjadi penyebab utama perdarahan dan infeksi yang merupakan
faktor utama kematian ibu (Kemenkes RI, 2016).
Kekurangan zat besi pada kehamilan ibu dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia

1
gizi dapat menimbulkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR), anemia pada bayi yang
dilahirkan. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia
berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar. Untuk itu
perlu diupayakan untuk dapat menanggulangi pencegahan anemia pada
kehamilan ibu (Roosleyn, 2016)..
Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi pada ibu hamil
terfokus pada pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Ibu hamil wajib
mendapatkan tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Trimester II dan
Trimester III) atau ibu harus mengkonsumsi tablet Fe sekitar 45-50 mg perhari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil antara
lain: faktor medik berupa malnutrisi, kekurangan zat gizi dalam diet,
kekurangan darah yang banyak, kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe, sedangkan
faktor non medik dapat berupa sosial, ekonomi, pengetahuan, pendidikan,
budaya, lingkungan, dan dukungan suami (Depkes, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan anemia pada ibu hamil?
2. Bagaimana etiologi dari anemia pada ibu hamil?
3. Bagamana patofisiologi dari anemia pada ibu hamil?
4. Apa saja manifestasi klinis anemia pada ibu hamil?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk anemia pada ibu hamil?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita anemia pada ibu hamil?
7. Apa saja evidence based yang dapat di gunakan untuk anemia pada ibu
hamil?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada anemia pada ibu hamil?

2
1.1 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam pengertian anemia pada ibu hamil
2. Mahasiswa saat mengerti etiologi dari anemia pada ibu hamil
3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari anemia pada ibu hamil
4. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis dari anemia pada ibu hamil
5. Mahasiswa mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada anemia pada
ibu hamil
6. Mahasiswa mengerti penatalaksanaan pada anemia pada ibu hamil
7. Mahasiswa dapat mengetahui evidence based yang tepat untuk anemia pada
ibu hamil
8. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan pada penderita anemia pada ibu
hamil

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)


dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Pada kelompok dewasa,
anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama pada wanita hamil dan
wanita menyusui karena mereka banyak yang mengalami defisiensi besi. Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar < 10 gr% pada trimester I (Juliarti, 2017).

Anemia adalah keadaan massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin yang


beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh atau dapat juga disimpulkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit di bawah normal. Seorang
perempuan hamil didiagnosis mengalami anemia apabila memiliki kadar
hemoglobin dibawah 11 g/dl (Sabrina, Joserizal Serudji, & Almurdi, 2017).

4
2.2 Etiologi

Faktor penyebab anemia kehamilan, antara lain:


1. Gravida
Menyebutkan bahwa ibu hamil dengan anemia juga disebabkan oleh
faktor primigravida. Ibu promigravida yang mengalami anemia kehamilan
sebesar 44,6% sedangkan ibu multigravida yang mengalami anemia
kehamilan sebesar 12,8%. Hal tersebut disebabkan ibu primigravida belum
mempunyai pengalaman untuk menjaga kesehatan kehamilan dari kehamilan
sebelumnya karena baru pertama kali hamil. (Mariana, Wulandari, & Padila,
2018)
2. Faktor Umur Ibu
Resiko dengan komplikasi kehamilan adalah umur 20 – 30 tahun,
kehamilan beresiko umur < 20 dan > 35. Terkait dengan keadaan biologis
dan psikologis dari ibu hamil. Hubungan dengan anemia pada umur < 20
tahun dapat menyebabkan anemia karena pada umur tersebut secara biologis
dalam hal ini alat reproduksi belum optimal, dan kehamilan dengan usia di
atas 35 tahun juga merupakan kehamilan beresiko tinggi. Wanita yang hamil
pada usia terlalu tua, yaitu > 35 tahun akan rentan terhadap anemia
(Amartami, Eka, Yunida, & Lea, 2017).
3. Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat
besi pada ibu hamil. wanita yang sering mengalami kehamilan dan
melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini
disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan besi yang ada
di dalam tubuhnya (Astriana, 2017).
4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan,
karena dalam pendidikan terdapat proses pengembangan pengetahuan,
wawasan, kompetensi serta pola pikir seseorang. Hal tersebut disebabkan

5
karena tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kesadaran untuk
berprilaku hidup sehat dan membentuk pola pikir yang baik sehingga ibu
akan lebih mudah untuk menerima informasi dan memiliki pengetahuan
yang memadai (Yanti, Sulistianingsih, & Keisnawati, 2017).
5. Status Ekonomi
Status ekonomi juga dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan.
Anemia pada ibu hamil lebih besar dialami oleh keluarga yang
berpandapatan rendah dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan
tinggi. Pendapatan berkaitan erat dengan status ekonomi. Kurangnya
pendapatan keluarga menyebabkan berkurangnya pembelian makanan
sehari-hari sehingga mengurangi jumlah dan kualitas makanan ibu perhari
yang berdampak pada penurunan status gizi . Kebutuhan zat besi ibu hamil
pada trimester i relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari, kemudian meningkat
tajam pada trimester ii-iii hingga 6,3 mg sehari. Konsumsi tablet fe sangat di
anjurkan untuk ibu hamil karena dapat meningkatkan zat besi (yanti,
sulistianingsih, & keisnawati, 2017).
6. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Ibu hamil juga dianjurkan mengkonsumsi tablet Fe secara teratur untuk
mencegah terjadinya anemia (Mariana, Wulandari, & Padila, 2018).
7. Pola Makan
Pola makan ibu selama masa kehamilannya membutuhkan tambahan-
tambahan zat besi dan tambahan multivitamin, kebutuhannya akan zat besi
hampir dua kali lipat. Untuk mendapatkan lebih banyak manfaat zat besi ibu
harus banyak konsumsi sayuran, seperti buncis, artichoke, dan kacang
merah, serta mengkombinasikan dengan makanan-makanan yang
mengandung vitamin C, seperti buah-buahan sitrusg, brokoli, paprika,
maupun stroberi. Hal ini disebabkan zat besi yang berasal dari tumbuhan
tidak diserap seefektif kandungan zat besi dari daging merah, ikan, dan
daging unggas. Sehingga ibu membutuhkan vitamin C yang berfungsi
menyerap mineral ini. (Mariana, Wulandari, & Padila, 2018)

6
8. Status Kurang Energi Kronik (KEK)
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang
berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan
penurunan gizi mikro. Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang
terjadi pada masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu dan
janin. Oleh karenanya status KEK pada ibu hamil dapat berdampak pada
kejadian anemia ibu hamil juga pada kejadian BBLR dan stunting (Tanziha,
dkk, 2016).
9. Frekuensi kunjungan Antenatal Care
Antenatal care adalah salah satu cara yang dipercaya untuk mengurangi
kematian ibu hamil, sehingga akses ibu terhadap pelayanan antenatal
menjadi prioritas baik di negara maju maupun berkembang. Salah satu
masalah yang sering menyertai kehamilan dan dapat menjadi faktor penyulit
pada saat melahirkan adalah anemia. Ibu hamil yang mengalami anemia
memungkinkan terjadinya partus premature, perdarahan pada saat
melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan rendah, serta dapat
meningkatkan kematian perinatal. Dengan melakukan pemeriksaan secara
teratur hal seperti ini dapat diketahui dan diatasi sedini mungkin (Tanziha,
dkk, 2016).
10. Frekuensi Hamil.
Cadangan besi akan berkurang selama kehamilan, semakin tinggi
frekuensi kehamilan maka semakin banyak seorang ibu mengalami
kehilangan zat besi, sehingga perlu diperhatikan frekuensi kehamilan serta
jarak kehamilannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan cadangan
zat besi ke tingkat normal, dengan syarat bahwa selama masa tenggang
waktu tersebut ibu dalam kondisi kesehatan dan mutu makanan baik
(Tanziha, dkk, 2016).

7
2.3 Patofisiologi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi
yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini
menetap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Pada tabel berikut
3 tahap defisiensi besi, yaitu :
a. Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau store iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin
dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi
peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan
pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kekurangan besimasihnormal.
b. Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin
atau iron limited erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup
untuk menunjang eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh
nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun, sedangkan TIBC
meningkat dan free erythrocyte porphrin (FEP) meningkat.
c. Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini
terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran tepi darah didapatkan
mikrositosis dan hipokromik yang progesif. Pada tahap ini telah terjadi
perubahan epitel terutama pada ADB yang lebih lanjut (Fitriany, & Amelia,
2018).

2.4 Manifestasi Klinis Anemia Pada Kehamilan


A. Klasifikasi Anemia berdasarkan Etiopatogenesisnya:
1. Anemia karena Gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
2. Gangguan penggunaan besi
3. Kerusakan sumsum tulang

8
4. Kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal ginjal kronik
B. Anemia akibat perdarahan
1. Pasca perdarahan akut
2. Akibat perdarahan kronik
C. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
2. Amemia hemolitik ekstrakorpuskuler
D. Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan patogenesis
yang kompleks
Berdasarkan pada ibu hamil dapat dikelompokkan menjadi tiga ketegori yaitu:
1. Anemia karena hilangnya sel darah merah
Hal ini terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan,
perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan hidung,
perdarahan akibat operasi
2. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah
Penyebabnya karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam
folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan fungsi sumsum tulang (adanya
tumor, pengobatan, toksin), tidak adekuatnya stimulasi karena
berkurangnta eritropolitan (pada penyakit ginjal kronik)
3. Anemia akibat meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah
yang disebabkan oleh overaktifnya Retocu Ioendhotelial System (RES)
Meningkatnya destruksi sel darah merah biasanya karena faktor – faktor
kemampuan respon sumsum tulang terhadap penurunan sel darah merah
kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah,
meningkatnya sel – sel darah merah yang masih muda dalam sumsum
tulang dibandingkan yang matur/matang, da nada atau tidaknya hasil
destruksi sel darah merah dalam sirkulasi. (seperti meningkatnya kadar
bilirubin).

9
2.5 Klasifikasi Anemia pada Kehamilan
Gejala khas dari anemia defisiensi besi adalah:
1. Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok: kuku berubah menjadi rapuh dan
bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip dengan sendok.
2. Akan terjadi atropi lidah yang menyebabkan permukaan lidah tampak licin
dan mengkilap yang disebabkan oleh menghilangnya papil lidah.
3. Angular cheilitis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan adanya kelainan darah, perlu dilakukan test diagnostic
dan pemeriksaan darah.
1) Hitung dsel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah (sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) dalam volume darah tertentu,
dinyatakan sebagai jumlah sel per millimeter kubik (mm3).
2) Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah
maupun jumlah sel.
3) Pengukuran Hematokrit (Hct) atau volume sel padat, menunjukkan volume
darah lengkap (sel darah merah). Pengukuran ini menunjukkan presentasi
sel darah merah dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100 ml.
4) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) atau konsentrasi hemoglobin rata-
rata adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel
darah merah. Nilai normalnya kira-kira 27-31 pikogram/sel darah merah.
5) Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata
merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam kilometer
kubik, dengan batas normal 81-96 mm3, apabila kurang dari 81 mm3 maka
menunjukkan sel-sel mikrositik dan apabila lebih besar dari 96 mm3
menunjukkan sel-sel makrositik.

10
6) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata-rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100
ml sel darah merah padat. Normalnya 30-36 g/100 ml darah.
7) Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah
8) Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
9) Pemeriksaan sumsum tulang yaitu melalui aspirasi dan biopsy pada
sumsum tulang, biasanya dalam sternum, prosesus spinosus vertebra, krista
iliaka anterior atau posterior. Pemeriksaan sumsum tulang dilakukan jika
tidak cukup data-data yang diperoleh untuk mendiagnosa penyakit pada
system hemotolik.
10) Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur-unsur
yang perlu bagi perkembangan sel-sel darah merah seperti seperti kadar
besi (Fe) serum, vitamin B12 dan asam folat (Roosleyn, 2016).

2.7 Penatalaksanaan Anemia pada Kehamilan


Upaya-upaya dalam penanggulangan anemia gizi terutama pada wanita
hamil telah dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu caranya adalah melalui
suplementasi tablet besi. Suplementasi tablet besi dianggap merupakan cara
yang efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat
yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan
asam folat. Cara ini juga efisien karena tablet besi harganya relatif murah dan
dapat dijangkau oleh masyarakat kelas bawah serta mudah didapat
Departemen Kesehatan telah melaksanakan program penanggulangan
Anemia Gizi Besi (AGB) dengan membagikan tablet besi atau Tablet Tambah
Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak 1 tablet setiap hari berturut-turut
selama 90 hari selama masa kehamilan. Agar penyerapan besi dapat maksimal,
dianjurkan minum tablet zat besi dengan air minum yang sudah dimasak.
Dengan minum tablet Fe, maka tanda-tanda kurang darah akan menghilang,
bila tidak menghilang, berarti yang bersangkutan bukan menderita AGB, tetapi
menderita Anemia jenis lain. Meskipun dibutuhkan gizi yang baik, suplemen

11
besi menganggu saluran pencernaan pada sebagian orang. Efek samping
misalnya mual-mual, rasa panas pada perut, diare atau sembelit. Untuk
memulihkan efek samping yang tidak menyenangkan, dianjurkan untuk
mengurangi setiap dosis besi atau mengkonsumsi makanan bersama tablet besi.
Makanan yang kaya akan vitamin C memperbanyak serapan besi (Roosleyn,
2016).
Tujuan terapi anemia defisiensi besi adalah untuk mengkoreksi kurangnya
massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan besi. Respon pengobatan
dipengaruhi oleh beratnya defisiensi yang terjadi, adanya penyakit penyerta,
kemampuan pasien menerima dan menyerap preparat besi. Terapi yang efektif
diikuti oleh meningkatnya produksi sel darah merah. Adapun pencegahan yang
dapat dilakukan oleh ibu hamil yang mengalami anemia yaitu :
1. Diet kaya zat besi dan nutrisi
Diet yang dianjurkan adalah yang mengandung besi heme sebagai
hemoglobin dan mioglobin, banyak ditemukan dalam daging, unggas dan
ikan ataupun diet yang mengandung besi non heme, garam besi ferro atau
feni, seperti makanan nabati suplemen dan fortikan. Diet yang membantu
penyerapan zat besi seperti asam askorbat, dan hindari diet yang
mengandung penghambat penyerapanzat besi seperti phitat, polyphenol.
2. Pemberian Zat Besi.
a. Pemberian zat besi oral
Preparat zat besi oral adalah : Ferrous sulfonat, glukonat dan fumarat.
Prinsip pemberian terapi zat besi oral tidak boleh dihentikan setelah
hemoglobin mencapainilai normal, tetapi harus dilanjutkan selama 2-3
bulan lagi untuk memperbaiki cadangan besi. Efek samping pemberian
besi oral adalah rasa terbakar pada dada, mual,rasa tidak nyaman pada
lambung, konstipasi dan diare. Beberapa faktor yang mengakibatkan
respon tidak adekuat terhadap preparat besi oral adalah ketidakpatuhan
pasien, absorbsi besi yang buruk dan ketidakmampuan mentoleransi
preparat besi oral.

12
b. Pemberian zat besi parenteral
Bila preparat besi oral tidak efektif preparat besi parenteral dapat
direkomendasikan. Metode sederhana 250 mg besi elemental sebanding
dengan 1gram Hb. Dosis pemberian zat besi parenteral dapat dihitung
dengan rumus : Zat besi yang diperlukan (mg)= (1S-Hb) x BB x 3
lndikasi : - Anemia defisiensi berat
- Mempunyai efek samping pada pemberian oral
- Gangguan absorbsi
Pemberian : dapat diberikan secara lntra muscular maupun intra vena.
Preparat : lron dextran (lmferon), lron sorbitek (iectofeo berisi 50 mg/ml,
dosis maksimum 100 mg/hr. Persiapan uji sensitivitas.
Eiek samping : nyeri, inflamasi,phlebitis, demam, athralgia, hipotensi dan
reaksi anafilaktik. (Defrin, 2015)

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

14
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap
es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).

15
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi)
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
5.

16
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

17
DAFTAR PUSTAKA

Amartami, R., Eka, F. , Yunida, H., & Lea, M. Volume 7 Nomor 2 Oktober 2017
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil (
Jurnal Kebidanan.
Amini, A., Catur, E.P., & Ana, P.H. (2018). Umur Ibu Dan Paritas Sebagai Faktor
Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ampenan. Midwifery Journal, 3 (2), 108-113.
Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia.
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) , 123 – 130.
Defrin.(2015). Anemia Dalam Kehamilan Dan Persalinaii. Seminar Nasional.
http://repo.unand.ac.id/5277/1/Anemia%20dalam%20Kehamilan%20dan%20P
ersalinan.pdf
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Doenges, M. E. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan


Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Fitriany, J., & Amelia, I.S. (2018). Anemia Defisiensi Besi. Jurnalaverrous, 4 (2).
Juliarti, Widya. (2017). Hubungan Faktor Penyebab Dengan Kejadian Anemia Di
Puskesmas Melur. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes . VIII ( 1).
Kamidah. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Dalam
Kementrian Kesehatan. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Kejadian
Anemia Pada Kehamilan di Puskesmas Banguntapan I Bantul.

Mengkonsumsi Tablet Besi Di Puskesmas Simo Boyolali. Gaster XII (1).

18
Mariana, D., Wulandari, D., & Padila. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal
Keperawatan Silampari (JKS), Volume 1, No 2 , 108-122.
Mardiah, A. 2018. Perbedaan Kadar Brain Derived Neutropic Factor Neonatus Dari
Ibu Hamil Normal dan Anemia Defisiensi Besi: Jurnal Endurance, 3 (3).
Proverawati, Atikawati. (2013). Anemia Dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Roosleyn, I.P.T. (2016). Strategi Dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia Pada
Kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya, 3 (3).
Sabrina, C.M., Joserizal, S., & Almurdi. (2017). Gambaran Anemia Pada Kehamilan
Di Bagian Obstetri Dan Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1
Januari 2012 Sampai 31 Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 6(1)
Tanziha, I., Dkk. (2016). Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil Di Indonesia (Anemia
Risk Factors Among Pregnant Women In Indonesia). J. Gizi Pangan,
11(2):143-152
Yanti, D. A., Sulistianingsih, A., & Keisnawati. (2017). Faktor-Faktor Terjadinya
Anemia Pada Ibu Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
Lampung. Jurnal Keperawatan, Volume 6, Nomor 2 , 79-87.
Tjokroprawiro, A. dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press.
World Health Organization (WHO). 2014. Maternal Mortality.

19

Anda mungkin juga menyukai