Anda di halaman 1dari 15

SYOK DALAM KEBIDANAN

M. Thamrin Tanjung

Tujuan Instruksional Umum

Memahami sebab-sebab terjadinya syok dalam kebidanan sehingga dapat melakukan


pencegahan dan penanganan dengan baik.

Tujuan Instruksional Khusus

1. Menyebutkan definisi syok.


2. Menjelaskan jenis dan etiologi syok.
3. Menyebutkan gejala-gejala syok.
4. Menjelaskan etiologi dan cara penanganan syok hemoragik.
5. Menjelaskan etiologi dan cara penanganan syok septik.
6. Menjelaskan etiologi dan cara penanganan syok karena semboli air ketuban.
7. Menjelaskan etiologi dan cara penanganan syok kardiogenik dan henti jantung.
8. Menjelaskan etiologi dan cara penanganan syok dalam kebidanan.

Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme.
Penyebab terjadinya syok dalam kebidanan yang terbanyak adalah pendarahan, kemudian
neurogenik, kardiogenik, endotoksik/septik, anafilaktik, dan penyebab syok yang lain
seperi emboli, komplikasi anestesi, dan kombinasi.
Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah menurun, nadi cepat dan
lemah, pucat, keringan dingin, sianosis jari-jari, sesak napas, penglihatan kabur, gelisah,
dan akhirnya oliguria/anuria.

Komplikasi akibat penanganan yang tidak adekuat dapat menyebabkan asidosis


metabolic akibat metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen.
Hipoksia/iskemia yang lama pada hipofise dan ginjal dapat menyebabkan nekrosis
hipofise (sindroma Sheehan) dan gagal ginjal akut. Koagulasi intravascular yang luas
(DIC) disebabkan oleh lepasnya tromboplastin dari jaringan rusak. Kegagalan jantung
akibat kurangnya aliran darah koroner. Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi
darah saja tidak adekuat lagi dan penyembuhan (recovery) fase akut terjadi, sisa-sisa
penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul.
Penganganan syok terdiri atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah
dan oksigenisasi, eradikasi infeksi, serta koreksi cairan dan elektrolit. Angka kematian
ibu karena pendarahan dalam kebidanan dapat mencapai 13,4% di United States of
America (USA).

Jenis dan Etiologi


 Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh pendarahan yang
banyak. Akibat pendarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan
ektopik, dan penyakit trofoblas (mola hidatidosa). pendarahan antepartum seperti
plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, dan pendarahan pascapersalinan
karena atonia uteri dan leserasi jalan lahir.
 Syok neurogenik yaitu syok yang terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan
oleh kehamilan ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan
forceps atau persalinan letak sungsang dimana pembukaan serviks belum lengkap,
versi dalam kasar, firasat/tindakan crede, rupture uteri, inversion uteri yang akut,
pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah ketuban pada polihidramnion), dan
penurunan tekanan tiba-tiba daerah splanknik (splanchnic shock) seperti
pengangkatan tiba-tiba tumor ovarium yang sangat besar.
 Syok kardiogenik yaitu syok yang terjadi karena konstraksi otok jantung yang
tidak efektif disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering
dijumpai pada penyakit-penyakit katub jantung.
 Syok endotoksik/septic merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah
disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram
negatif. Sering dijumpai pada abortus septik, korioamnionitis, dan infeksi
pascapersalinan.
 Syok anafilaktik yaitu syok yang terjadi akibat alergi/hipersensitif terhadap obat-
obatan.
 Penyebab syok yang lain seperti emboli air ketuban, udara atau thrombus,
komplikasi anestesi (sindroma Mendelson) dan kombinasi seperi pada abortus
inkompletus (hemoragik dan endotoksin) dan kehamilan ektopik terganggu dan
rupture uteri (hemoragik dan neurogenik).

Gejala Klinik Syok

Gejalan klinik syok pada umumnya sama pada semua jenis syok antara lain tekanan darah
menurun, nadi cepat, dan lemah akibat pendarahan. Jika terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah kulit menjadi pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari kemudian diikuti sesak napas,
penglihatan kabur, gelisah dan oliguria/anuria, dan pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian ibu.

Penanganan Syok dalam Kebidanan

Prinsip pertama dalam penanganan kedaruratan medic dalam kebutuhan atau setiap
kedaruratan adalah ABC yang terdiri atas menjaga fungsi saluran napas (Airway),
pernapasan (Breathing), dan sirkulasi darah (Circulation). Jika situasi tersebut terjadi di
luar rumah sakit, pasien harus dikirim ke rumah sakit dengan segera dan aman.

SYOK HEMORAGIK
Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang
dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta,
dan rupture uteri, juga disebabkan oleh pendarahan pascapersalinan seperti atonia dan
laserasi serviks/vagina. Gejala klinik syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan
yang terjadi mulai dari yang ringan sampai berat seperti terlihat pada table berikut.
Klasifikasi Perdarahan

Kode Jumlah Perdarahan Gejala Klinik


I 15 % (Ringan)  Tekanan darah dan
nadi normal
 Tes Tilt (+)
II 20 – 25 % (Sedang)  Takikardi – takipnes
 Tekanan nadi <
30mmHg
 Tekanan darah
kapilar lambat
III 30 – 35 % (Berat)  Kulit dingin,
berkerut, pucat
 Tekanan darah
sangat rendah
 Gelisah
 Oligura (< 30
ml/jam)
 Asidosis metabolic
(pH < 7,5)
IV 40 – 45 % (Sangat berat)  Hipotensi berat
 Hanya nadi karotis
yang teraba
 Syok ireversibel

Pada syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan
dapat diketahui dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukkan terjadi hipotensi dan/atau
takikardia, sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih
normal.
Fase Syok
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap perdarahan 500-1000 ml
pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik
kardiovaskuler dan hematologic selama kehamilan. Jika perdarahan terus
berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut

Fase Kompensasi
 Rangsangan/reflex simpatis. Respons pertama terhadap kehilangan darah
adalah sokontriksi pembuluh darah purifier untuk mempertahankan
pasokan darah ke organ vital.
 Gejala klinik: pucat, takikardia, takipnea.

Fase Dekompensasi

 Perdarahan lebih dari 1000ml pada pasien normal atau kurang karena
faktor-faktor yang ada.
 Gejala klinik: sesuai gejala klinik syok diatas
 Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan
cepat tanpa meninggalkan efek samping.

Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian

Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang


lama dan kematian jaringan dengan akibat berikut ini.

1. Asidosis metabolic, disebabkan metabolism anaerob yang terjadi karena


kekurangan oksigen
2. Dilatasi arteriol: akibat penumpukan hasil metabolism selanjutnya
menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan
ke dalam jaringan ekstravaskular.
3. Koagulasi intravascular yang luas (DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin
dan jaringan yang rusak.
4. Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner.
5. Dalam ase ini kematian mengancam. Transfuse darah saja tidak adekuat lagi
dan jika penyembuhan (recovery) dari fase akut terjadi, sisa-sisa
penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul.

Penanganan

Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai
berikut.

1. Cari dan hentikan segera penyebab pendarahan.


2. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheal.
3. Naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi sentral.
4. Pasang 2 set infuse atau lebih untuk transfuse, cairan infuse dan obat-obat
I.V. bagi pasien yang syok. Jika sulit mencari vena, lakukan/pasang kanul
intrafemoral.
5. Kembalikan volume darah dengan.
a. Darah segar (whole blood) dengan cross-matched dari grup yang sama,
kalau tidak tersedia berikan darah O sebagai life-saving.
b. Larutan kristaloid: seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau
glukosa 5%. Larutan-larutan ini mempunyai waktu paruh (half life)
yang pendek dan pemberian berlebihan dapat menyebabkan edema
paru.
c. Larutan koloid: dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma (plasma
protein fraction), atau plasma segar.
6. Terapi obat-obatan
a. Analgesik: morfin 10 - 15 mg I.V. jika ada rasa sakit, kerusakan
jaringan atau gelisah.
b. Kortikosteroid: hidrokortison 1 gram atau deksametasan 20 mg I.V.
pelan-pelan. Cara kerjanya masih controversial; dapat menurunkan
resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan
perfusi jaringan.
c. Sodium bikarbonat: 100 mEq I.V. jika sebagai pilihan utama.
d. Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan
perfusi renal.
 Dopamin: 2,5 mg/kg/menit I.V. sebagai pilihan utama
 Beta-adrenergik stimulant: isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa
5% I.V. infuse pelan-pelan.
7. Monitoring
a. Central venous pressure (CVP): normal 10 – 12 cm air
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Produksi urin
e. Tekanan kapilar paru: normal 6 – 18 Torr
f. Perbaikan klinik: pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan
kesadaran.

Komplikasi

Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan di berbagai organ
sehingga dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis
hipofise (sindroma Sheehan), dan koagulasi intravascular diseminata (DIC).

Mortalitas

Perdarahan 500 ml pada partus spontan dan 1000 ml pada seksio sasarea pada
umumnya masih dapat ditoleransi. Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan
kematian ibu dalam kehamilan sebanyak 6 – 7 % dan solusio plasenta 1 – 5 %. Di
USA perdarahan obstetric menyebabkan angka kematian ibu (AKI) sebanyak 13,4
%.
Penanganan syok hemoragik dalam kebidanan

Bila terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan oksi
infus cairan. dan transfusi darah dengan "crossmatcbe".

Diagnosis plasenta previa/solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG,


selanjutnya atasi koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung
janin. bila terjadi tanda -tanda hipoksia, segera lahirkan anak.

Jika terjadi atonia uteri pascapersalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan
metil-ergometrin (0.2 mg) I.V. dan Oksitosin I.V. atau per infus (20 -40 U/I), dan bila gagal
menghentikan perdarahan lanjutkan dengan ligasi a hipogastrika atau histrektomi bila anak sudah
cukup. Kalau ada pengalaman dan tersedia peralatan, dapat dilakukan embolisasi a.iliaka interna
dengan bantuan trans teter. Semua laserasi yang ada sebelumnya harus dijahit

SYOK ENDOTOKSIK (SYOK SEPTIK)

Etiologi

Syok septik dapat terjadikarena infeksi bakteri gram positif, virus, atau jamur.kebanyakan
syok septik karena bakteri gram negatif: escherichia coli, pseudomonas aeroginos, bacterioid
yang mengeluarkan endotoksin adalah fosfo-lipo-polisakarida yang lepas dari dinding sel yang
mengalami lisis. Gambaran yang sama juga terjadi karena eksotoksi dari streptokokus beta
hemolitik, anaerob, dan klostridia.

Patogenesis

Mikroorganisme mengeluarkan endotoksin yang dapat mcngaktifkan sistem komplemen


dan sitokin, mengawali reaksi inflamasi. kejadian ini berhubungan dengan DIC yang ekstensif
karena antiplasmin tidak dapat mengatasinya. Sepsis menyebabkan vasodilatasi, tahanan perifer
pembuluh darah menurun. dan hipotensi Selanjutnya distribusi aliran darah kurang/jelek
sehingga perfusi darah ke organ tidak adekuat menyebabkan kerusakan jaringan multiorgan dan
kematian. Mediator inflamasi meningkatkan permeabilitas kapilar sehingga cairan keluar dari
pembuluh darah. khusus pada parenkim paru akan menyebabkan edema pulmonum.
Selama sepsis produksi surfaktan pneumosit akan terganggu yang menyebabkan alveolus
kolaps dan mengakibatkan hipoksemia berat yang disebut acute respiratory distress syndrome
(ARDS).

Endoroksin lepas karena meningkatnya permiabilitas lisosomal dan sitotoksik.


selanjutnya dalam beberapa menit dapat terjadi Stimulasi medula adrenal dan saraf simpatis serta
kontriksi arterial dan venul. Selanjutnya menyebabkan asidosis lokal yang dapat menyebabkan
dilatasi arterial, tetapi kontriksi venul dan jika berlanjut terus mengakibatkan pembendungan
darah kapilar, perdarahan karena pembendungan pada gaster, hati, ginjal, dan paru.

Penyebab obstetrik pada syok septik

Syok septik dalam obstetri dapat disebabkan oleh hal - hal berikut.

 Abortus
 Ketuban pecah yang lama/korioamnionitis
 Infeksi pascapersalinan: manipulasi dan instrumentasi
 Trauma
 Sisa plasenta
 Sepsis peurperalis
 Pielonefritis akuta

Faktor resiko

Ketuban pecah yang lama, sisa konsepsi yang tidak keluar, dan instrumentasi saluran
urogenital merupakan faktor risiko yang lain untuk terjadinya sepsis. Syok septik akan
menunjukkan gejala-gejala seperti menggigil, hipotensi, gangguan mental, takikardia. takipnea
dan kulit merah. Bila syok tambah berat, akan terjadi kulit dingin dan basah, bradikardia dan
sianosis.

Penggunaan mifeprisron intravaginal pada abortus medisinalis dapat menyebabkan syok


septik yang fulminan dan letal disebabkan infeksi klostridium sordeli pada endometrium, suatu
bakteri gram positif dan mengeluarkan toksin.

Mifepriston mempengaruhi pengeluaran dan fungsi kortisol dan sitokin dengan jalan
menduduki (blocking) reseptor progesteron dan glukokortikoid. Kegagalan pengeluaran kortisol
dan sitokin akan menghambat mekanisme pertahanan tubuh yahg dibutuhkan untuk menghambat
penyebaran infeksi C sordeli dalam endometrium. Pelepasan eksotoksin dan endmoksin dari C
sordeli akan mempercepat terjadinya syok septik yang letal.

Gejala klinis

Syok septik (endotoksik) teriadi dalam 2 fase utama yaitu fase reversibel dan fase
ireversibel, sedangkan fase reversibel terdiri atas fase panas dan fase dingin.

Fase panas disertai dengan geiala-gejala hipotensi, takikardi, pireksia, dan menggigil.
kuliy kelihatann merah dan panas. Pasien biasanya masih sadar dan Ieukositosis terjadi dalam
beberapa jam

Pada fase dingin dijumpai gejala dan tanda - tanda kulit dingin dan mengeriput. sianosis,
purpura, jaudice, penurunan kesadaran yang progresif, dan koma.

Selanjutnya bila syok berlanjut terus pasien akan jatuh ke dalam fase ireversibel di mana
hipoksia sel yang berkepanjangan yang menyebabkan gejala asidosis metabolik, gagal ginjal
akut, gagal jantung, edema pulmonum, gagal adrenal, dan kematian.

Diagnosis diferensial

Keadaan seperti ini juga dijumpai pada emboli air ketuban, emboli paru, sindroma
aspirasi, infark jantung, dan transfusi yang inkompatibel.

Penanganan

Terdiri atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah dan oksigenisasi,
iradikasi infeksi, serta koreksi cairan elektrolit.

Pengembalian fungsi sirkulasi dan oksigenasi

Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan oksigenasi jaringan perlu dilakukan tindakam
– tindakan berikut :

 Penggantian kehilangan darah : dengan darah segar (whole blood) jika tersedia atau
dengan koloid atau kristaloid. Pengukuran CVP wajib untuk mencegah sirkulasi yang
overload.
 Kortikosteroid seperti :
- Hidrokortison 1 g I.V./6 jam atau
- Deksametason 20 mg diikuti dengan 200 mg/hari via infus
 Beta-adrenegik stimulan seperti isoprenalin yang menyebabkan dilatasi arteriol,
meningkatkan frekuensi jantung dan “stroke volume” dan memperbaiki perfusi jaringan
volume darah harus normal sebelum pengobatan.
 Oksigen : jika gangguan pernapasan
 Aminofilin : meningkatkan pernapasan dengan menghilangkan bronkospasmus.

Iradikasi infeksi

 Terapi antibiotika
- Lakukan pemeriksaan kultur dan tes sensitifikasi
- Terapi antibiotika harus segera dimulai secara I.V. sampai hasil kultur didapat. Terapi
harus meliputi spektrum kuman yang luas.

 Terapi operatif
Indikasi bila ada jaringan yang tertinggal seperti abortus septik, segera jaringan
dikeluarkan setelah antibiotika di berikan dan resusitasi telah dimulai dengan:
- Evakuasi dengan vakum
- Evakuasi digital
- Histerektomi pada infeksi yang luas dengan gangrene atau trauma pada uterus

Prinsip penanganan syok septik

 Diagnosa dini
 Terapi anti biotika yang adekuat
 Kontrol/pengangkatan sumber infeksi
 Resusitasi hemodinamik dan suportif
 Kortikosteroid
 Kontrol ketat kadar glukosa
 Ventilator dengan tidal volume yang rendah pada Acute Respiration Distress Syndrome
(ARDS)
Mortalitas

Angka kematian Ibu (AKI0 karena syok septik 0-3 % pada kasus obstetri, tr=erapi 10 – 80 %
pada kasus non obstetri. Mortalitas syok septik lebih kurang 50%.

EMBOLI AIR KETUBAN

Definisi

Masuknya cairan amnion ke dalam sirkulasi ibu menyebabkan kolaps pada ibu pada
waktu persalinan dan hanya dapat dipastikan dengan autopsi.

Patologi

 Kejadian lebih sering terjadi pada kontraksi uterus yang kuat dengan spontan atau induksi
dan terjadi pada waktu ketuban pecah dan ada pembuluh darah yang terbuka pada
plasenta atau serviks.
 Emboli mengalir ke pembuluh darah paru-paru dan akan menyebabakan kematian tiba-
tiba atau syok tanpa adanya perdarahan dan akhirnya kematian karena DIC dan
perdarahan

Gejala Klinis
Kejadian akut dengan tiba-tiba kolaps, sianosis, dan sesak napas berat. Segera diikuti
twitching, kejang dan gagal jantung kanan akut, dengan takikardia, odema paru, dan
spunam berwarna kotor (Fronthy sputum). Jika tidak berakhir dengan kematian, DIC
akan terjadi dalam 1 jam dan menyebabkan perdarahan umum.

Pemeriksaaan
 EKG : bukti adanya gagal jantung kanan
 X-Ray : tidak ada tanda-tanda spesifik pada dada.
 Scanning paru : dengan teknetium-99m albumin menunjukkan defek perfusi.

Diagnosis Diferensial
 Edema paru akut
 Sindroma aspirasi paru (Mendelson)
 Defek koagulasi yang lain

Pengobatan
Pengobatan segera termasuk yang berikut.
 Oksigen : pasang selang endotrakeal dan ventilasi tekanan positif dilakukan karena
pasien pada umunya tidak sadar.
 Aminofilin : 0,5 g I.V. pelan pelan untu mengurangi bronkospasmus
 Isoprenalin : 0,1 g I.V. untuk meningkatkan aliran darah ke paru dan aktivitas jantung.
 Digoksin dan atropin : jika CVP meninggi dan sekret paru yang berlebih
 Hidrokortison : 1 g I.V. diikuti dengan pemberian melalui infus pelan-pelan yang
menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan perfusi jaringan.
 Larutan bikarbonat : jika ada asidosis repiratorik.
 Dekstran berat molekul rndah : menurunkan agregasi trombosit dalam organ vital.
 Heparin : untuk pengobatan DIC jika tidak ada perdarahan aktif.
 Persalinan pervaginam : lebih aman daripada seksio sesarea jika bayi belum lahir.

Penyebab
Penyebab utama syok kardiogenik adalah penyakit pembuluh darah yang berat. Pada
syok kardiogenik ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang cukup untuk
kebutuhan jaringan. Sebagai kompensasi terjadi takikardi, tetapi hipervolemia dapat
menyebabkan edema paru dan edema menyeluruh. Kekurangan oksigen dapat
menyebababkan kerusakan sel, kegagalan multiorgan, dan kematian.

Tanda Klinis
Tanda klinis s syok kardiogenikadalah dilatasi vena-vena dileher, dispnea, desah sistol
dan diastol, dan edema yang menyeluruh.

Kardiomiopati
Kardiomiopati peripartum ssuatu kelainan idiopati yang terjadi pada bulan terakhir
kehamilan dan 6 bulan pascapersalinan, dengan insiden 1 : 1500 – 4000 persalinan.
Faktor risiko antara lain, umur tua, multiparitas, kehamilan kembar, dan preeklampsia.
Semua gejala yang timbul menunjukkan gejala dan tanda kegagalan jantung kongestif.
Angka kematian maternal pada Kardiomiopati adalah 25-50%. Kejadian ini sering
berulang pada kehamilan berikutnya. Pada biopsi sebagian kecil menunjukkan adanya
peradangan miokarditis. Pengobatan terdiri atas pemberian diuretik, vasodilator,
digoksin, dan follow up yang ketat. Inflamasi miokarditis dapat respons terhadap terapi
imunosupresif. Pada pasien pascapersalinan dapat dijumpai adanya abses lokal,
organisme/bakteri yang resisten, atau tromboplebitis septik pada pelvik dengan gejal-
gejala demam yang persisten. Diagnosis dapat dilakukan dengan CT-scan pelvik.
Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika spektrum luas dan antikoagulasi
standar.

Penyakit arteri koroner


Penyakit arteri koroner jarang pada reproduksi, tetapi infark miokard dapat terjadi karena
stres hemodinamik yang berlebihan. Penanganan penyakit koroner pada kehamilanan
sama dengan pada yang bukan hamil. Diseksi arteri koroner spontan jarang terjadi,
menyebabkan iskemia miokard dan mati tiba-tiba pada grup yang lebih mudah dan
terutama pada pascasalin. Gejala klinik termasuk angina, infark miokard, syok
kardiogenik, dan kematian. Tidak ada faktor spesifik dari kejadian penyakit ini, pada
pascasalin mekanisme terjadinya penyakit ini mungkin karena diseksi yang disebabkan
oleh degenerasi kolagen dan stres dari persalinan. Pengobatan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien.

CARDIAC ARREST (HENTI JANTUNG)


Definisi
Henti jantung adalah suatu keadaan kolaps sirkulasi yang tiba-tiba karena kegagalan
jantung untuk memompakan darah secara adekuat.
Ada beberapa tipe henti jantung.
 Asistol : berhentinya aktivitas meknanik atau elektrik jantung.
 Aktivitas yang cepat dan tidak efektif dari jantung: takikardia dan fibrilasi ventrikel.
 Aktivitas yang lambat dan tidak efektif dari jantung: bradikardia dan heart block total.
Dalam praktik hampir seluruhnya henti jantung terjadi karenan asistol dan fibrilasi
ventrikel.

Penyebab
Setiap syok obstetrik akan berakhir dengn syok kardiogenik, penyebab yang paling sering
adalah :
 Perdarahan berat
 Hipoksia karena eklampsia atau anestesia
 Sindrom Mendeson : aspirasi lambung dengan pneumonitis
 Emboli dengan segala penyebabnya

Diagnosis/gejala-gejala

Kolaps yang tiba-tiba dari sistem sirkulasi disertai dengan kehilangan kesadaran, nadi tidak
teraba (karotis maupun femur), apnea dan sianosis dan dilatasi pupil yang menetap. Segala usaha
untuk auskultasi jantung, untuk monitor tekanan darah atau EKG adalah nusaha yang sia-sia
kecuali memang sudah dimonitor pada waktu operasi.

Penanganan/pengelolaan

Luran tanangan sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Letakkan pasien dalam posisi
dorsal (telentang) diatas lanati yang keras. Dengan satu ibu jari satu tangan yang tertutup di atas
sternum cukp untuk memperbaiki keadaan, kemudian dilanjutkkan dengan : Tindakan/langkah
ABCDEF.
 A-Airway:
- Bersihkan jalan napas dari muntah, darah, gigi, benda asing, dan lain-lain.
- Pertahanan jalan napas dengan jalan:
a) Menarik mandibula dan lidah
b) Pasang airway
c) Intubasi endotrakeal secepat mungkin
 B-Breathing :
Lakukan salah satu dari tindakan berikut :
- Respirasi mulut ke mulut
- Pasang sungkup dan ambubag (balon resusitasi) dengan oksigen 100%
- Pasang pipa endotrakeal dan lakukan ventilasi tekanan positif yang intermiten
 C-Cardiac massage :
- Dengan meletakkan kedua pergelangan tangan di atas sternum, lengan dalam keadaan
lurus (ekstensi) berikan tekanan dengan seluruh berat badan ke atas sternum.
- Lakukan sampai pembuluh darah femoral dan karotid dapat dipalpasi
- Tekanan yang optimal 60 x/menit dengan pernapasan buatan 15x atau 4:1
 D-Drip and Drugs:
- Berikan larutan sodium bikarbonat 8,4 % : untuk mengatasi asidosis metabolik.
Berikan dosis awal 100 ml dan selanjutnya 10 ml tiap menit selama sirkulasi belum
adekuat.
- Cardiac stimulants (inotropic drugs) : dapat diberikan I.V. atau intrakardiak.
a) Adrnalin 0,5-1,0 mg.
b) Atropin 0,6 mg.
c) Dopamin 100 mg dalam 500 ml larutan (1-5 mg/kg/min).
d) Kalsium klaride 10% larutan.
 E-Elektrokardiogram
Untuk menentukan keberhasialn penanganan dan respons terapi.
 F-Fibrillation treatment
Lakukan defibrilisasi langsung (direct current).

Anda mungkin juga menyukai