Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU DENGAN MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh:
Kelompok IV
Deni Aristina

011012025

Monica Briliandra

011012056

Natalia Dwinita M

011211223024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di
Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Data
organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa setiap tahun
sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan, persalinan
dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan diperkirakan 99%
kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang yang tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup.
Penyebab kematian terbesar merupakan perdarahan sebanyak 30% dari total kasus
kematian, eklamsi (keracunan kehamilan) 25%, infeksi 12%. Perdarahan dapat terjadi pada
saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa
terjadi pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya
3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada
awal kehamilan meliputi abortus, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan
lanjut antara lain meliputi solutio plasenta dan plasenta previa. Dari kasus perdarahan
diatas ternyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal
kehamilan yang dari salah satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan
molahidatidosa.
Molahidatidosa adalah tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan
tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan molahidatidosa berkisar antara
2,2% - 5,7%.
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam
masareproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak
ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan
insidensi pada negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat

Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 1500 kehamilan
Molahidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis
Di Asia, insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan
Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan
Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola
lebih tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan patologis pada ibu dengan
mola hidatidosa sesuai dengan manajemen varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar mola hidatidosa
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kosep dasar asuhan kebidanan pada mola
hidatidosa
3. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subyektif dan data obyektif pada
mola hidatidosa
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose dan masalah actual pada mola
hidatidosa
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose potensial dan masalah potensial
pada mola hidatidosa
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Kebutuhan tindakan segera pada mola
hidatidosa
7. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada mola hidatidosa.
8. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan ibu dengan mola hidatidosa.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Mola Hidatidosa
2.1.1 Pengertian
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofik. Uterus dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi
yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan
seperti rangkaian buah anggur (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I,
2000)
Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tidak normal yang
muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Molahidatidosa adalah
penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon
placenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili dan perubahan hidropik. Hamil
anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang
terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin sehingga terbentuk
jaringan permukaan membran (vili-vili) mirip gerombolan buah anggur.
2.1.2 Etiologi
Belum diketahui pasti ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan dan
genetik. Faktor risiko terdapat pada golongan sosio ekonomi rendah, usia di bawah
20 tahun dan paritas tinggi (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000).
Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor
penyebabnya adalah :
1.

Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah
sel sperma.

2.

Imunoselektif dari trofoblas


Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon
imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya
nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik
sehingga embrio kelaparan, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus
tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.

3.

Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola.
Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur
relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia
subur dapat terjadi kehamilan mola.

4.

Keadaan sosio-ekonomi yang rendah


Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan
sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh
kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
janinnya.

5.

Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan

dengan

penggunaan

stimulandrulasi

seperti

klomifen

atau

menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat
terjadi kehamilan molahidatidosa.
6.

Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat
protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.

7.

Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas


Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau
adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit (desease).
Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang termasuk
virulensinya seta daya tahan tubuh.

8.

Riwayat kehamilan mola sebelumnya


Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian
terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola
adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang
berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah oosit primer .

2.1.3 Patofisiologi dan klasifikasi


Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih
biasanya tidak ada janin, hanya pada molapartialis kadang-kadang ada janin.
Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur gelembung ini
dapat mengisi seluruh cavum uteri.
Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak
adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada pemeriksaan chromosom
didapatkan poliploid dan hampir pada semua kasus mola susunan sek chromatin
adalah wanita. Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein. Kadangkadang hanya pada satu ovarium kadang pada keduanya.
Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal
dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas
mengakibatkan peningkatan kadar hCG. Mola hidatidosa komplit terjadi ketika ovum
tidak mengandung kromosom dan sperma mereplikasi kromosomnya sendiri ke
dalam zigot abnormal. Gambaran mikroskopik kehamilan mola hidatidosa antara lain
proliferasi trofoblas, degenerasi hidopik dari stroma villi, serta terlambatnya
pembuluh darah dan stroma.
Kehamilan mola hidatidosa dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Mola hidatidosa lengkap;
2. Mola hidatidosa parsial, dan
3. Mola hidatidosa invasif.
Mola hidatidosa lengkap
Mola hidatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membran, kromosom
maternal haploid dan paternal 2 haploid.
Mola hidatidosa parsial
Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan
normal, kromosom paternal diploid.
Mola hidatidosa invasif
Mola hidatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium,
terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.

2.1.4 Manifestasi klinis


1. Amenore dan tanda tanda kehamilan
2. Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, karena perdarahan
ini pasien biasanya anemis.
3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
4. Tidak teraba adanya janin, tidak adanya balloment, tidak ada bunyi jantung anak
dan tidak nampak rangka janin pada rotgen foto. Pada mola partialis, keadaan
yang jarang terjadi, dapat di ketemukan janin
5. Hiperemisis lebih sering terjadi, lebih keras dan dan lebih lama.
6. Pre eklampsi atau eklamsi yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
7. Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala
mual dan muntah berat. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000)
2.1.5 Pemeriksaan penunjang
1.

Pemeriksaan sonde uterus (hanifa)


Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavu uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola ( cara Acosta-Sison ). Tes
acorta sison dengan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan

2.

Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin

3.

Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern)

4.

Foto rontgen abdomen tidak terlihat tulang-tulang janin ( pada kehamilan 3-4
bulan ). Pemeriksana T3 dan T4 bila ada gejala hiotoksikosis (Arif Mansjoer,
Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000)

2.1.6 Diagnosis Banding


1.
Kehamilan ganda
2.
Hidramnion
3. Abortus
2.1.7 Komplikasi
1.
Perdarahan yang hebat sampai terjadi syok. Jika tidak segera ditolong dapat
berakibat fatal.
2.
Perdarahan yang berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.
3.
Perforasi karena keganasan dank arena tindakan.
4.
Menjadi ganas ( Penyakit Trofoblast Ganas ) pada kira-kira 18-20 % kasus,
akan menjadi mola destruens atau kariokarsinoma.

2.1.8 Penatalaksanaan
Tindakan yang lebih diutamakan adalah menegakkan diagnosis mola hidatidosa
sebelum gelembung mola ( hamil anggur ) dikeluarkan, sehingga perdarahan yang
timbul pada waktu mengeluarkan mola dapat dikendalikan. Pada kasus dengan
gelembung mola keluar spontan, sebagian wanita dating dalam keadaan syok dan
anemis sehingga memerlukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian
transfuse darah yang cukup banyak.
Langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap sebagai berikut :
1.

Perbaikan keadaan umum

Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan memerlukan transfuse,


sehingga penderita tidak jatuh dalam kedadaan syok dan dapat menjadi penyebab
kematian. Di samping itu setiap evakuasi jaringan mola dapat dikuti perdarahan
sehingga persiapan darah menjadi program vital terapi mola hidatidosa. Pada waktu
mengeluarkan mola dengan kuretage didahului pemasangan infuse dan uterotonika
sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi perdarahan.
2.
Pengeluaran jaringan mola hidatidosa
Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa pertimbangan berkaitan
dengan usia penderita dan paritas. Pada mola hidatidosa dengan usia muda dan
jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan dengan melakukan tindakan.
a)
Evakuasi jaringan mola hidatidosa.
Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dilakukan dengan kuretage atau
dengan vakum kuretage, yaitu alat penghisap listrik yang kuat sehingga dapat
menghisap jaringan mola dengan cepat. Penggunaan alat vakum listrik mempunyai
keuntungan, yaitu jaringan mola dengan cepat dapat dihisap dan mengurangi
perdarahan. Evakuasi jaringan mola dilakukan sebanyak dua kali dengan interval
satu minggu, dan jaringan diperiksa kepada ahli patologi anatomi.
b)
Histerektomi
Dengan pertimbangan usia yang relative tua ( di atas 35 tahun ) dan paritas lebih
dari 3, penderita mola hidatidosa mendapat tindakan radikal histerektomi.
Pertimbangan ini didasarkan kemungkinan keganasan kariokarsinoma menjadi
lebih tinggi. Hasil operasi diperiksakan kepada ahli patologi anatomi.
3.
Pengobatan Profilaksis dengan sitostatika ( kemoterapi )
Mola Hidatidosa merupakan penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan menjadi
koriokarsinoma ( 65-75%). Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas,
penderita mola hidatidosa dibeerikan profilaksis dengan sitostatika ( kemoterapi )

Methortraxate ( MTX ) atau Dactinomycin. Pengobatan profilaksis atau terapi


sitostatika memerlukan perawatan dan pengawasan di rumah sakit.
4.
Pengawasan Lanjutan
Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga kesembuhan penyakit
mola hidatidosa memerlukan pengawasan. Di samping itu rekuren mola hidatidosa
mempercepat kejadian kariokarsinoma sehingga setelah penanganan mola
hidatidosa perlu menunda kehamilan paling sedikit satu tahun. Metode keluarga
berencana yang dianjurkan adalah pil KB, pantang berkala, kondom atau alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Pemeriksaan yang dilakukan pada pengawasan post-mola hidatidosa adalah :
a)
Melakukan pemeriksaan dalam dengan pedoman Trias Acosta Sison :
HBSL yaitu :
History
: Post-mola hidatidosa
Post-abortus : Postpartum
Bleeding
: Terjadi perdarahan berkelanjutan
Softness
: Perlunakan rahim
Enlargement : Pembesaran rahim
Dengan evaluasi berdasarkan Trias Acosta Sison kemungkinan degenerasi ganas
secara klinis dapat ditegakkan.
b)
Pemeriksaan hormone.
Sebelum dapat ditetapkan dengan pemeriksaan canggih, mola hidatidosa ditetapkan
dengan melakukan pemeriksaan Galli Mainini. Pemeriksaan alat canggih dilakukan
untuk menetapkan kadar hormone gonadotropin.
c)
Pemeriksaan foto thoraks.
Pemeriksaan foto thoraks dilakukan karena kemungkinan metastase ke paru-paru
dengan gejala batuk-batuk disertai dahak berdarah, dapat menimbulkan akumulasi
cairan di dalam pleural.
d) Mencari metastase.
Degenerasi ganas mola hidatidosa bila dijumpai metastase bintik kebiruan pada
vagina yang merupakan tanda khas korio karsinoma.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan dengan Mola Hidatidosa
2.2.1. Pengkajian
2.2.1.1 Data Subyektif
1. Biodata/Identitas meliputi nama ibu dan suami, umur, pendidikan,dan
pekerjaan. Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
merupakan resiko terjadi kehamilan mola. Frekuensi molahidatidosa pada
kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia
subur dapat terjadi kehamilan mola.
2. Keluhan utama pada mola hidatidosa

a)

Terdapat gejala hamil muda yang kadang lebih nyata dari kehamilan

biasa seperti mual, muntah, pusing yang berlangsung lebih hebat.


b) Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna
tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
c)
Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu
ada) yang merupakan diagnose pasti.
3. Riwayat menstruasi
Meliputi: siklus haid, dan HPHT. Menstruasi yang tidak teratur merupakan
salah satu resiko terjadinya mola. HPHT untuk menentukan usia kehamilan,
pada mola hidatidosa besar uterus lebih besar dari usia kehamilannya.
4. Riwayat obstetri
Kebanyakan mola hidatidosa sekarang dapat didiagnosis pada trimester
pertama sebelum tanda dan gejala muncul melalui USG. Pada mola partial
pasien biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan abortus
inkomplit atau missed abortion. Paritas tinggi memiliki kemungkinan
terjadinya

abnormalitas

pada

kehamilan

berikutnya

sehingga

ada

kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa. Pada ibu


yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic. Namun
juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan
molahidatidosa. Keguguran 2 kali atau lebih, riwayat kehamilan mola
sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya mola.
5.

Riwayat Penyakit yag Pernah Diderita


Ada riwayat kehamilan mola sebelumnya, karena riwayat kehamilan mola dapat
meningkatkan kejadian mola hingga lebih dari 10 kali lipat. Kekambuhan
molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap
12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola
adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan

6.

yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah oosit primer
Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang mengalami mola sebelumya. Perkembangan
molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu terhadap

7.

invasi oleh trofoblas dan hal ini bisa kemungkinan diturunkan secara genetik.
Pola Fungsional Kesehatan
Pola nutrisi
Secara epidemiologi, mola komplit dapat meningkat bila wanita kekurangan
karoten dan defisiensi vitamin A. Kekurangan protein juga merupakan faktor

yang menyebabkan terjadinya mola. Selain itu keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan
8.

mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna. (Sarwono, 2008).


Pola kebisaan
Merokok merupakan salah satu faktor terjadinya mola hidatidosa. Infeksi
virus/toksoplasmosis merupakan faktor salah satu. Infeksi mikroba dapat
mengenai semua orang termasuk wanita hamil terutama pada wanita hamil yang
mempunyai peliharaan berbulu.

2.2.1.2 Pengkajian Data Objektif


1. Pemeriksaan umum.
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah normal adalah antara 90/60 mmHg hingga 130/90 mmHg.
Pada mola tekanan darah lebih rendah dari normal kurang dari 90/60
mmHg.
2.Pemeriksaan fisik
a.Wajah
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningan yang disebut dengan
muka mola (mola face).
b. Abdomen/uterus
Uterus membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan, teraba lebek. Tidak teraba
bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin. Tidak terdengar dentak
jantung janin, tapi terdengar bising dan bunyi khas.
c.Genetalia
Jika gelembung mola keluar dapat terlihat dengan jelas.
3.Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam rahim terasa lembek, tidak teraba bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam canalis cervikalis dan vagina.
4.Pemeriksaan Laboratorium
Kadar HCG cenderung meningkat dan bertambah kuat. Kadar HCG yang jauh lebih
tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa kadar HCG darah paling tinggi
100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
5.Pemeriksaan penunjang lain
-Rontgen
Tidak tampak gambaran tulang janin. Tampak gambaran mirip badai salju.
-USG
Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran berongga seperti anggur.
2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada
pasien.
2.2.2.1 Diagnosa Aktual: G..P..A.. UK.. dengan mola hidatidosa
Diagnosa diperoleh keterangan dan keluhan ibu langsung dan hasil
pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke diagnosa.
2.2.2.2 Masalah (yang mungkin terjadi)
1. Gangguan psikologi
Ibu merasa sedih karena kehamilan yang diharapkan
2. Anemia.
Disebabkan perdarahan yang berulang-ulang dan kurangnya asupan gizi
pada mual dan muntah.
3. Keterbatasan beraktifitas
Karena nyeri yang diderita ibu menyebabkan ibu membatasi aktifitasnya
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
1.

Perdarahan hebat

2.

Anemia

3.

Infeksi

4.

Syok

5.

Perforasi uterus

6.

Keganasan 18 20 % kasus

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


1. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.
2. Rujukan ke tempat pelayanan medis rujukan terdekat.
2.2.5 Perencanaan
1. Beritahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan
R/ ibu mengetahui keadaanya saat ini.
2. Buat tata laksana masalah yang muncul pada ibu dengan mola hidatidosa seperti
mual yang berlebih, pusing serta perdarahan yang terjadi.
R/ Masalah yang dihadapi ibu mampu ditangani dengan baik supaya keadaan ibu
tidak semakin memburuk.

3. Memberikan informconsent kepada keluarga bahwa keadaan ibu perlu dilakukan


rujukan untuk penanganan yang lebih tepat.
R/ Keluarga mengetahui keadaan ibu serta tindakan medis yang akan dilakukan.
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi dan penanganan
yang tepat.
R/ Penanganan mola hidatidosa merupakan wewenang dokter dalam memberikan
terapi sehingga perlu dilakukan kolaborasi dan rujukan untuk mendapatkan
penanganan yang tepat.
5. Lakukan persiapan rujukan dengan memasang infus RL dan transfusi darah jika
diperlukan.
R/ Mencegah terjadinya anemia dan syok pada ibu dalam perjalanan menuju ke
tempat rujukan.

2.2.6 Implementasi
a.
b.
c.
d.
e.

Menjelaskan ada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.
Memperbaiki KU Ibu.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Memberikan ibu terapi untuk meredakan rasa mualnya.
Menganjurkan untuk melakukan rujukan serta kuretase di dokter spesialis

kandungan
f. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan mola
g. Melakukan pendokumentasian.
2.2.7 Evaluasi
a. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi ibu saat ini.
b. KU Ibu sudah diperbaiki.
c. Ibu bersedia untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas/pekerjaan berat.
d. Ibu bersedia meminum B6
e. Ibu bersedia untuk melakukan rujukan dan kuretase isap.
f. Ibu mengerti mengenai kehamilan mola yang dialaminya.
g. Pendokumentasian sudah dilakukan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal pengkajian : 18 September 2013
3.1 PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1.

BIODATA/IDENTITAS
Nama Ibu

: Ny. SM

Umur

: 40 tahun

Pendidikan : SMU
Pekerjaan
2.

: Pedagang.

Keluhan Utama:
Ibu mengatakan keluar darah tadi pagi jam 06.00 WIB serta ibu merasa mual dan
pusing yang berlebihan

3.

4.

Riwayat Menstruasi:

Siklus

: 30 hari

HPHT

: 15 Mei 2013

Riwayat Obstetri
Ini merupakan kehamilan yang ke-5. Ibu mengalami mual muntah berlebihan

5.

sejak awal kehamilan hingga sekarang.


Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Sebelumnya ibu tidak pernah didiagnosis mengalami kehamilan dengan mola

6.

hidatidosa.
Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dari ibu yang pernah mengalami kehamilan mola

7.
8.

hidatidosa.
Pola Fungsional Kesehatan
Pola nutrisi
Setiap hari ibu makan dengan nasi, lauk dan sayur.
Pola kebiasaan
Ibu tidak pernah merokok sebelum dan selama hamil.

Data Objektif
Keadaan Umum : lemah
Tanda-tanda vital
TD : 90/60

: 88x/menit

RR

:20x/menit

: 36,7C

Pemeriksaan fisik
a.
Wajah
Muka terlihat pucat kekuningan dengan konjungtiva pucat.
b.
Abdomen/uterus
TFU pertengahan symphisis-pusat, teraba lebek, tidak teraba bagian-bagian janin dan
ballotement serta gerakan janin. Tidak terdengar detak jantung janin..
Genetalia
Keluar darah bergumpal seperti gelembung.
Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam rahim terasa lembek, tidak teraba bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam canalis cervikalis dan vagina.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb : 8gr%
Urin : Didapatkan kadar HCG mencapai 4.500.000 IU/L.
Pemeriksaan penunjang lain
USG
Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran berongga seperti anggur.
3.3 Interpretasi Data
Diagnosa
: G5P4004 UK 16 minggu 3 hari dengan mola hidatidosa.
Masalah
: anemia
3.4 Identifikasi dan antisipasi diagnose potensial
Tumor ganas dari troboflast /choriocarsinoma
3.5 Tindakan segera
Kolaborasi dan rujukan
3.6 Perencanaan
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.
2. Perbaiki KU Ibu
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
4. Berikan ibu terapi B6
5. Anjurkan untuk melakukan rujukan.
6. Beri tahu ibu tentang Mola Hidatidosa yang di alaminya.
7. Lakukan pendokumentasian.
3.7 Implementasi
a. Menjelaskan ada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.
b. Memperbaiki KU Ibu. Memberikan Ibu infus RL 20 tpm untuk menggantikan
cairan tubuh ibu yang hilang juga karena perdarahan, pemenuhan gizi yang baik
yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral yang dapat

mencukupi kebutuhan kehamilan ibu saat ini seperti nasi, sayur, lauk misal :
tempe, tahu, ikan, hati, daging, buah dan susu.
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu dilarang untuk melakukan
aktifitas yang berat-berat karena dapat menyebabkan perdarahan yang lebih
parah pada ibu.
d. Memberikan ibu terapi B6 3x1sebelum makan, untuk meredakan rasa mualnya.
e. Menganjurkan untuk melakukan rujukan serta kuretase di dokter spesialis
kandungan, tujuannya agar membersihkan uterus dari sisa jaringan gelembunggelembung mola yang seperti buah anggur. Kehamilan molahidatidosa ini harus
digugurkan segera setelah diagnosa ditentukan karena dapat berlanjut menjadi
choriocarsinoma yaitu tumor ganas dari troboflast yang biasa timbul setelah
kehamilan molahidatidosa.

Ibu dapat hamil lagi, bila uterus ibu dilakukan

kuretase agar dapat membersihkan jaringan-jaringan mola yang seperti buah


anggur tersebut, kehamilan mola ini dapat terjadi pada wanita yang terkena
infeksi, defisiensi makanan dan genetik faktor resiko sosial ekonomi rendah,
usia dibawah 20 tahun dan paritas tinggi, ibu dapat hamil lagi setelah jarak 2
tahun dari kehamilan ini.
f. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan mola tipe
komplet (klasik) yang tidak ditemukan janin yang gelembung itu biasanya
sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur, gelembung ini dapat
mengisi diseluruh cavum uteri pada pemeriksaan USG juga terlihat seperti
sarang tawon, seperti badai salju, terdapat gelembung-gelembung menyerupai
buah anggur, kemudian pada pemeriksaan Beta HCG kadar gonadtropin chorion
dalam darah dan air kencing sangat tinggi.
g. Melakukan pendokumentasian.
3.8 Evaluasi
a. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi ibu saat ini.
b. KU Ibu sudah diperbaiki.
c. Ibu bersedia untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas/pekerjaan
d.
e.
f.
g.

berat.
Ibu bersedia meminum B6
Ibu bersedia untuk melakukan rujukan dan kuretase isap.
Ibu mengerti mengenai kehamilan mola yang dialaminya.
Pendokumentasian sudah dilakukan.

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, penulis akan menganalisa antara asuhan kebidanan pada
ibu dengan mola hidatidosa dengan teori yang ada. Banyak hal yang ditemukan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan mulai dari pengumpulan data hingga penatalaksanaan.
A. Subyektif
Pada

pengumpulan

data

subyektif,

hasil

anamnesa,keluhan

ibu

adalah

mengeluarkan darah dan mual muntah berlebih. Hal tersebut sesuai dengan teori Arif
Mansjoer dalam Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000 bahwa pada mola hidatidosa akan
muncul keluhan seperti gejala hamil bahkan berlebih karena kadar beta HCG yang
meningkat serta perdarahan yang diakibatkan oleh.
Umur ibu 40 th. Hal tersebut sesuai dengan teori Wiknjosastro dalam buku Ilmu
Kandungan edisi kedua, 2005 yang menyatakan bahwa faktor usia yang dibawah 20 tahun
dan diatas 35 tahun merupakan resiko terjadi kehamilan mola.
Selain usia, paritas juga mungkin merupakan penyebab terjadinya mola, hal tersebut juga
tampak pada kasus dimana ibu hamil anak ke-5.
B. Data Obyektif
Dalam pengumpulan data obyektif didapatkan keadaan umum ibu lemah, wajah
pucat dan konjungtiva anemis sesuai dengan teori teori Arif Mansjoer dalam Kapita
Selekta Kedokteran Jilid I, 2000 dimana ibu dengan mola menjadi pucat dan anemis
karena perdarahan.

Pada pemeriksaan abdomen terdapat TFU pertengahan symphisis-pusat, teraba


lebek, tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement serta gerakan janin. Tidak
terdengar detak jantung janin. Hal tersebut sesuai dengan teori Wiknjosastro dalam buku
Ilmu Kandungan edisi kedua, 2005 dimana manifestasi klinis pada mola adalah Perbesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak teraba adanya janin, tidak adanya balloment,
tidak ada bunyi jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada rontgen foto.
Pada genetalia terdapat pengeluaran darah bergumpal seperti gelembung. Sesuai dengan
teori manuaba dalam buku pengantar kuliah obstetric, 2007 bahwa pada mola terjadi
perdarahan yang bergumpal berasal dari gelembung-gelembung villi.
Pada pemeriksaan dalam rahim terasa lembek, tidak teraba bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam canalis cervikalis dan vagina. Pada pemeriksaan
darah didapatkan Hb : 8gr dan pada urin didapatkan kadar HCG mencapai 4.500.000
IU/L. Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran berongga seperti anggur. Sesuai dengan
teori Arif Mansjoer dalam Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000 pada pemeriksaan USG
juga terlihat seperti sarang tawon, seperti badai salju, terdapat gelembung-gelembung
menyerupai buah anggur, kemudian pada pemeriksaan Beta HCG kadar gonadtropin
chorion dalam darah dan air kencing sangat tinggi.
Demikian analisa penulis yang menyatakan adanya kesesuaian antara asuhan kebidanan
pada ibu dengan mola hidatidosa dengan teori yang ada.

BAB V
PENUTUP
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. SM umur 40 tahun dengan mola
hidatidosa, maka dapat disimpulkan :
Pada pengkajian data, informasi diperoleh dari klien dengan melakukan anamnesa
tentang riwayat kesehatan serta keluhan yang ada hubungannya dengan mola hidatidosa.
Pada diagnosa didapatkan Ny. SM umur 40 tahun dengan mola hidatidosa, untuk itu
penulis bertujuan memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan 7 langkah varney.
Pada antisipasi masalah dan identifikasi kebutuhan segera yang ada pada kasus dilakukan
berdasarkan teori yang ada.
Semua intervensi dibuat sesuai dengan masalah yang ada pada ibu dan semua dapat
dilaksanakan dengan baik karena adanya sarana dan keterlibatan pasien sehingga pada
akhir pelaksanaan asuhan kebidanan berakhir dengan baik dan memuaskan.
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan intervensi yang dilakukan, sehingga dapat dilihat
keberhasilan/kegagalan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan. Evaluasi dilakukan
setelah intervensi diberikan. Dalam melakukan asuhan kebidanan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1.
2.

Faktor penunjang
Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
Sarana dan prasarana yang tersedia
Faktor penghambat
Adanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan dan konseling pada pasien.

I.1 Saran
5.2.1 Bagi mahasiswa :
1. Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengembangkan diri baik secara
teori maupun praktek nyata, membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan
memperluas wawasannya tentang kehamilan dengan mola hidatidosa.
5.2.2 Bagi Klien
1. Diharapkan klien dan keluarga mengerti dan tahu mengenai kehamilan
dengan mola hidatidosa.
2. Hendaknya pasien dan keluarga memanfaatkan sarana dan pelayanan
kesehatan yang ada dalam proses pengobatan mola hidatidosa.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary,Gant. 2005. Obstetri williams vol2. Jakarta: EGC


Soekimin. 2005. Penyakit Trofoblas Ganas. Sumatera: Fakultas Kedokteran USU.
Wiknjosastro, Hanifa, et al,. 2005.Ilmu Kandungan edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. Jakarta: EGC
Carpenito,

Lynda.

2001.

Buku

Saku

Diagnosa

Keperawatan.

Jakarta:

EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, IBG, Chandranita Manuaba, Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai