Anda di halaman 1dari 24

KEGAWATDARURATAN NEONATUS, BAYI, BALITA DENGAN

PENYAKIT YANG LAZIM TERJADI

KEGAWATDARURATAN NEONATUS, BAYI, BALITA DENGAN PENYAKIT YANG


LAZIM TERJADI

1.    HIPOTERMIA
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 36 0C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia
dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia),
terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya
simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya
berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
Etiologi dan faktor presipitasi dari hipotermia antara lain : prematuritas, asfiksia, sepsis,
kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak
adekuat setelah kelahiran dtanda-tandanya antara lain : sama dengan hipotermia sedang, dan
disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai
hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
c. Stadium lanjut hipotermia
tanda-tandanya antara lain : muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian
tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (sklerema)

2. HIPERTERMIA
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi.
Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas daripada
mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat
medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif obat. Heat stroke adalah
kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang terlalu lama dengan benda yang
mempunyai panas berlebihan. Sehingga mekanisme pengaturan panas tubuh menjadi tidak
terkendali dan menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali. Hipertermia karena reaksi
negative obat jarang terjadi. Salah satu hipertermia karena reaksi negatif obat yaitu hipertensi
maligna yang merupakan komplikasi yang terjadi karena beberapa jenis anestesi umum.
Tanda dan gejala :
panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam
upaya untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan gejala
bervariasi tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat
menghasilkan mual, muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat
menyebabkan pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan
tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan jantung.
Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, mengakibatkan
kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-kasus lanjutan stroke panas. Beberapa
korban, terutama anak-anak kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ tubuh
mulai gagal, ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan.

3. HIPERGLIKEMIA
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah glukosa
dalam plasma darah berlebihan. Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada
diabetes melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan karena kadar insulin yang rendah dan
atau oleh resistensi insulin pada sel. Kadar insulin rendah dan atau resistensi insulin tubuh
disebabkan karena kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnya
membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.
Gejala hiperglikemia antara lain :
a.    polifagi (sering kelaparan),
b.    polidipsi (sering haus),
c.    poliuri (sering buang air kecil),
d.   penglihatan kabur,
e.    kelelahan,
f.     berat badan menurun,
g.    sulit terjadi penyembuhan luka,
h.    mulut kering,
i.      kulit kering atau gatal,
j.      impotensi (pria),
k.    infeksi berulang,
l.      kussmaul hiperventilasi,
m.  arrhythmia,
n.    pingsan,
o.    koma.

4. TETANUS NEONATURUM
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang
disebabkan karena basil klostridium tetani.
Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu
seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang
disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut,
alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan : bersihkan jalan napas, longgarkan atau buka p akaian
bayi, masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke dalam mulut bayi, ciptakan
lingkungan yang tenang dan berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.

C. NEONATUS, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN PENYAKIT YANG LAZIM


TERJADI
1. Infeksi/Sepsis
Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak tertentu berisiko besar
mengalaminya. Sepsis disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
Namun, sepsis berbeda dari penyakit infeksi biasa. Infeksi biasa hanya menyerang daerah
yang terkena infeksi. sepsis berarti bakteri penyebab infeksi ditemukan dalam peredaran
darah. Ini mengakibatkan infeksi bisa terjadi di seluruh organ tubuh.
Sepsis Neonatorium
Sepsis neonatorium adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi
baru lahir. Terjadi kurang dari 1% pada bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab 30%
kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri ini 5x lebih sering terjadi pada bayi baru lahir
yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2x lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi
kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu
4 hari atau lebih, kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di
rumah sakit). Penyebabnya adalah infeksi bakteri.
Beberapa kasus sepsis pada bayi baru lahir yang disebut dengan sepsis neonatorum dapat
disebabkan oleh faktor ibu. Mikroorganisme memasuki tubuh bayi melalui ibu selama
kehamilan atau proses kelahiran, seperti perdarahan, demam atau infeksi pada ibu, ketuban
pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan, dan proses persalinan yang lama. Risiko
terjadinya sepsis meningkat pada kasus ketuban pecah sebelum waktunya dan perdarahan
atau infeksi pada ibu.
Gejala Bayi Sepsis
Gejala yang umum adalah bayi tampak lesu, tidak kuat mengisap ASI, denyut jantungnya
lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala lainnya adalah gangguan pernapasan, kejang,
jaundice (sakit kuning), muntah, diare, perut kembung, kadang juga ditemukan bercak-bercak
merah di kulit.
Akibat
Beragam gejala tersebut tergantung pada sumber infeksi dan penyebarannya. Misal, infeksi
pada tali pusat (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar. Infeksi
pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma, kejang, dan
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun. Infeksi
pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai
yang terkena. Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan, dan sendi yang terkena teraba hangat. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa
menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.
Pengobatan
Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
mikroskopis maupun pembiakan bakteri terhadap contoh darah, air kemih maupun cairan dari
telinga dan lambung. Sedangkan pengobatannya dengan memberikan antibiotik (Injeksi
Benzil Penisilin di kombinasikan dengan Injeksi Aminoglikosida dan Eritromisin) melalui
infus. Pada kasus tertentu, mungkin perlu diberikan antibodi yang dimurnikan atau sel darah
putih.
2. Ikterus (penyakit kuning)
Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning
karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat
merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50% pada bayi yang lahir
cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat
berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran
empedu, dan lain-lain.
Selain pada bayi baru lahir ikterus juga dapat terjadi pada bayi dan balita.
Ikterus fisiologis :
a.    Ikterus yang timbul pada hari ke dua dan ke tiga.
b.    Tidak mempunyai dasar patologis.
c.    Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan.
d.   Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus.
e.    Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Ikterus patologis ialah:
a.    Ikterus yang mempunyai dasar patologis.
b.    Kadar bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia.
Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan
selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang
menjadi kern-icterus.
Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut “Kernikterus”.
Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau
menghisap, ketegangan ntot, leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut,
bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan
bicara dan keterbelakangan mental.
Hiperbillirubinemia
Hiperbillirubinemia ialah suatu keadaan dmana kadar hiperbilirubinea mencapai suatu nilai
yang mempunyai suatu potensi kern-ikterus apabila tidak ditanggulangi dengan baik.
Sebagian besar hiperbillirubinea ini proses erjadinya mempunyai dasar patologik.
Mengatasi hiperbilirubinemia :
a.    Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi.
b.    Transfusi tukar darah.
Indikasi transfusi tukar darah
a.    Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg%.
b.    Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3 – 1 mg% per jam.
c.    Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.
d.   Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji Coombs direk positif.
Penyebab Ikterus
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
1.    Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada
incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.
2.    Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.
3.    Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.
Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan
sel liver).
Penatalaksanaan
Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih
dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin. Bila
diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan
merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.
Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin,
fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.
Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir:
Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di
salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan
sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan
dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai melakukan
penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya
terbukti bahwa disamping sinar matahari, sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh
dalam menurunkan kadar bilirubin pada bayi prematur yang diselidikinya.
Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga efektif terhadap
hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara ini menunjukkan efek samping yang
minimal, dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang yang berbahaya.
Pencegahan Ikterus
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan baik
dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia(kekurangan
oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya
karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat.
Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 –
jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.
3. KEJANG
Kejang terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa
dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya suhu badan
anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam
(convalsio febrillis) atau stuip/step.
Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak
yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya
kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu
badan sudah mencapai 39 C atau lebih.
Ciri – Ciri Kejang
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena
kejang demam. Di antaranya:
a. kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang
selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas
b. gigi terkatup
c. muntah
d. tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
e. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
f. pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat
bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
KEJANG TANPA DEMAM
“Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau
bisa juga tanpa disertai demam”.
Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan
adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran
pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan
kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-
anak.
Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas.
Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa
dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.
Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat
menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-
infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen
tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.
Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa
demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan). Ini biasanya
disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi
(ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, tidak demam pun, juga bisa kejang.”
Bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang.
“Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang.” Uniknya, bayi prematur justru
jarang sekali menderita kejang. “Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga
karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur
yang memang belum sempurna.”
Penyebab
“Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor
keturunan,” penjabarannya satu per satu di bawah ini.
a. Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa
menimbulkan bangkitan kejang.
b. Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau
kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).
c. Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula
darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan
epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi
dan cacat bawaan.
d. Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga
yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang
sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang
sama.
Penatalaksanaan
Penatalaksaan kejang meliputi :
1. Penanganan saat kejang
a. Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 – 0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra
Vena) (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang
belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.
b. Turunkan demam
c. Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali
sehari.
d. Kompres ; suhu >39º C dengan air hangat, suhu > 38º C dengan air biasa.
e. Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.
f. Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, memberikan
keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.
2. Pencegahan Kejang
a. Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3
mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat anak menderita
penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40
mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.
4. GANGGUAN PERNAPASAN / respiratory distress syndrome (RDS)
Penyakit saluran pernapasan adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian
yang paling sering pada anak terutama pada bayi
RDS adalah perkembangan yang immature pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disease.
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-
tanda takipnea (>60 x/menit), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Sindrom gawat
nafas pada neonatus (SGNN) atau respiratory distress syndrome (RDS), merupakan
kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea.
Etiologi
penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir antara lain:
* Obstruksi jalan nafas
* Penyakit parenkim paru-paru
* Kelainan perkembangan organ
* Kelainan susunan saraf pusat, asidosis metabolic, asfiksia
Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang
disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut
sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max
pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%).
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode
perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi dan
kehamilan kembar. Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir
expirasi.
Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi
CO2 dan asidosis. Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung,
penurunan aliran darah ke paru, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang
menyebabkan terjadinya atelektasis.
Manifestasi klinik
Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada
tidaknya shunting darah melalui PDA. (Stark, 1986). Syndrom ini berhubungan dengan
kerusakan awal paru-paru yang terjadi di membran kapiler alveolar. Adanya peningkatan
permeabilitas kapiler dan akibat masuknya cairan ke dalam ruang interstitial yang
dipengaruhi oleh aktifitas surfaktan, akibatnya terjadi tanda-tanda atelektasis. Cairan juga
masuk dalam alveoli dan mengakibatkan oedema paru. Plasma dan sel darah merah keluar
dari kapiler-kapiler yang rusak, oleh karena itu mungkin perdarahan merupakan manifestasi
patologi yang umum.
5. TETANUS NEONATORIUM
Etiologi
Penyebab penyakit ini ialah Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobic dan
mengeluarkan eksotoksin yang neorotropik.
Epidemiologi
Clostridium tetani terdapat di tanah dan traktus digestivus manusia serta hewan. Kuman ini
dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang baik dalam luka yang kotor
atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerobic.
Pada bayi penyakht ini di tularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
dengan alat yang tidak steril. Selain itu, infeksi dapat juga melalui pemakaian
obat,bubuk,atau daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.
Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan Negara-negara lain yang sedang
berkembang. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila
keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam
menurunkan angka mortalitas. Angka kematian tetanus neonatorum di rumah sakit besar di
Indonesia dapat mencapai 80%. Tingginya angka kematian ini sangat bervariasi dan sangat
tergantung pada saat pengobatan di mulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada
di rumah sakit.
Patologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, pada sum-sum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik. Kematian di sebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang
yang lama. Selain itu kematian dapat di sebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernafasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah pneumonia aspirasi dan
sepsis. Kedua sebab terakhir ini mungkin sekali merupaka sebab utama kematian tetanus
neonatorum di Indonesia.
Gambaran klinik
Masa inkubasi biasanya 3 sampai 10 hari. Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena
terjadinya trismus. Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga bayi tidak dapat
minum dengan baik. Kemudian dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum. Leher
menjadi kaku dan dapat terjadi opistotonus. Dinding abdomen kaku, mengeras dan kalu
terdapat kejang otot pernafasan, dapat terjadi sianosis. Suhu dapat meningkat. Naiknya suhu
ini mempunyai prognosis yang tidak baik.
Diagnosis
Diagnosis tetanus neonatorum tidak susah. Trismus, kejang umum dan mengakakunya otot-
otot merupakan gejala utama tetanus neonatorum. Kejang mengkakunya otot-otot dapat pula
di temukan misalnya pada kernicterus, hipokalsemia, meningitis, trauma, trauma lahir, dan
lain-lain. Gejala trismus biasanya hanya tetanus terdapat pada tetanus.
Pengobatan
Pengobatan terutama untuk memperbaiki keadaan umum, menghilangkan kejang, mengikat
toksin yang masih beredar, dan pemberian antibiotika terhadap infeksi.
Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (anti tetanus serum) dengan
dosis 10.000 satuan setiap hari selama 2 hari.Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan pinisilin 200.000 satuan tiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari sesudah panas turun
Pencegahan
Pencegahan yang paling baik ialah pemotongan dan perawatan tali pusat yang baik, harus
digunakan bahan-bahan dan alat-alat yang steril. Pemberian vaksinasi dengan suntikan
toksoit pada ibu hamil dalam triwulan terakhir dapat memberi proteksi pada bayi.6. DIARE
EPIDEMIC
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali
sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare dapat
juga didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan
karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari. Diare merupakan salah
satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran
pencernaan.
Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkab timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolik ke dalam
rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolik ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitisusus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
Gambaran klinis
Mula-mula bayi atau balita cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir
dan darah.
Warna tinja makin lama berubah berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus
dan daerah sekitarnya timbul lecet karenna sering defeksi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorsi oleh
usus selama diare.
Diagnosis
Diagnosi ditegakknan dengan melakukan pemeriksaan mikrobiologi yaitu biakan feses,
darah, dan likuor serebrospinalis. Namun pada tempat – tempat yang endemis bila terdapat
gejala klinis seperti gejala klinis seperti diare, panas, dan ikterus terapi yang terarah terhadap
salmonelosis dapat dibenarkan.Pengobatan
Tahap pertama pengobatan ialah memberikan cairan dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi
dan asidosis.antibiotika perlu segera diberikan karena kuman ini toksisdan mudah menyebar
secara hematogen. Antibiotika perlu segera diberikan karena kuman ini toksis dan mudah
menyebar secara hematogen. Antibiotika harus sesuai dengan pemantauan resistensi
kuman,pada saat ini obat yang efektif adalah Kloromisetin dengan dosis 50 mg/kg berat-
badan, Sefalosporin generasi ketiga misalnya Sefatriaxone dan Amikasin. Ko-trimoksaso,
cukup efektif tetapi tidak dapat diberikan pada bayi kurang bulan, neonatus di bawah 2
minggu, dan yang menderita ikterus.
Prognosis
Bila pengobatan terlambat maka angka kematian dapat mencapai 50%, karena kuman ini
cepat menyebar menjadi sepsis. Setiap diare pada neonatus yang disertai dengan panas dan
ikterus maka Salmoneolosis harus dipikirkan.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa
perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru
lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan
hidup yang kecil.

B. SARAN
Diharapkan kepada para calon bidan agar cepat mengetahui dan memahami kegawatdaruratan
pada bayi baru lahir serta mengenali tanda-tanda bahaya yang terjadi pada bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA
Kebidanan Komunitas, Oleh Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes, EGC.
http://kamuskesehatan.com/arti/neonatus/
http://id.wikipedia.org/wiki/Balita
http://www.kebidanan.org/kategori/asuhan-kebidanan-neonatus-bayi-dan-balita
 . KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN NEONATAL
 2. DEFINISI Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang
mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu
 3. TUJUAN Untuk mengetahui tentang macam-macam kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir mulai dari pengertian, penyebab dan penatalaksanaannya.
 4. RUANG LINGKUP 1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) 2. Asfiksia Neonatorum 3.
Sindrom Gawat Nafas 4. Hiperbilirubinemia 5. Sepsis Neonatorum 6. Trauma Lahir 7.
Neonatus dengan Kelainan Kongenital 8. Kejang
 5. PRINSIP UMUM PENANGANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL
 6. PRINSIP DASAR Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan
utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan
tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam
kepanikan 1. Menghormati hak pasien Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat,
tanpa memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas harus memahami dan
peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan
keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.
 7. 2. Gentleness Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap
langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien
bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau
memerikan pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan
kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin. 3. Komunikatif Petugas kesehatan harus
berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan
memperhatikan nilai norma kultur setempat. 4. Hak Pasien Hak-hak pasien harus dihormati
seperti penjelasan informed consent, hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan
diberikan dan kerahasiaan status medik pasien
 8. 5. Dukungan Keluarga (Family Support) Dukungan keluarga bagi pasien sangat
dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain
dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien,
peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan, keterbatasan
transportasi, dan sebagainya.
 9. PENILAIAN AWAL 1. Penilaian dengan periksa pandang •Menilai kesadaran
•Menilai pernapasan 2. Penilaian dengan periksa raba (palpasi) •Kulit : dingin, demam
•Nadi : lemah/kuat, cepat/normal 3. Penilaian tanda vital
 10. PENILAIAN KLINIK • Penilaian tanda vital (Tekanan darah, nadi, suhu dan
pernapasan) •Pemeriksaan anggota gerak • Pemeriksaan kepala dan leher • Pemeriksaan perut
3. Pemeriksaan Obstetri 1. Anamnesis • Masalah/keluhan utama yang menjadi alasan pasien
dating ke klinik. • Riwayat penyakit/masalah tersebut termasuk obat-obatan yang sudah
didapat • Riwayat alergi terhadap obat 2. Pemeriksaan Fisik Umum • Penilaian keadaan
umum dan kesadaran penderita
 11. THANK YOU
KEGAWATDARURATAN NEONATUS

KEGAWATDARURATAN NEONATUS

A.     PENANGANAN HIPOGLUKEMI


a.        Bila gadar gula darah < 25 mg
  Pasang jalur IV bila belum terpasang
  Beri glukosa 10% 2 ml IV bolus pelan dalam 5 menit
  Kalau Jalur IV tidak cepat, berikan melaui NGT dengan dosis sama
  Infuse glukosa 10%
  Cek kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus, kemudian per 3 jam
  Lanjutkan infus
b.       Bila kadar darah 25-45 mg
  Lanjutkan infuse
  Cek glukosa dalam per 3 jam hingga 45 mg/dl atau lebih
c.        Kadar gula darah ≥ 45 mg
  Jika bayi mendapat cairan IV : cek per 12 jam
  Jika bayi tidak mendapat cairan IV cek per 12 jam, 2x
-   Jika turun : tangani
-   Jika normal : hentikan pengukuran

B.     KLASIFIKASI SUHU TUBUH ABNORMAL DAN GEJALANYA


a.        Hipotermi sedang : dimana suhu BBL 36-364 0C
Gejala :
  Suhu 36-364 0C
  Akral dingin
  Gerakan bayi kurang normal
  Kemampuan menghisap lemah
  Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
  Tangisan lemah
  Aktivitas berkurang latarghi
Penanganan :
  Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat
  Bila ada ibu/pengganti ibu, KMC/perawatan bayi lekat bila tidak ada ibu
  Hangatkan dengan alat pemancar panas/incubator
  Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, berikan ASI peras
  Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi
  ASI lebih sering
  Minta ibu mengenalai kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada
b.       Hipotermi berat : dimana suhu BBL < 36 0C
Gelaja :
  Suhu < 36 0C
  Seluruh tubuh teraba dingin
  Mengantuk/letargis
  Sklerema (ada bagian tubuh yang mengeras dan berwarna merah)
  Bibir dan kuku kebiruan
  Pernapasan lambat
  Pernapasan tidak teratur
  Bunyi jantung lemah/lambat
  Mungkin timbul hipoglukemia dan asidosis metabolik
Penanganan :
  Hangatkan tubuh bayi
  Jika 1 jam suhu tidak naik, rujuk segera
  Pertahankan kadar gula darah
  Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
  Lakukan rujukan segera
c.        Hipertermi : dimana suhu bayi > 375 0C
Gejala :
  Suhu > 375 0C
  Terdapat tanda-tanda dehidrasi
-   Elastisitas kulit menurun
-   Mata dan ubun-ubun besar cekung
-   Lidah dan membrane mukosa kering
-   BB menurun
-   Banyaknya air berkemih berkurang
  Malas minum
  RR > 60 x/menit
  Letarghi
  Irritable
Penanganan :
  Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar 26-280C
  Tubuh bayi di seka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal

C.     HIPERTERMI KARENA PAPARAN PANAS DAN BUKAN PAPARAN PANAS


Karena paparan panas
  Letakkan pada suhu ruangan (25-280C)
  Lepaskan sebagian/seluruh pakaian
  Cek suhu aksila /jam
  Bila > 390C kompres/mandikan dalam air yang suhunya 40C lebih rendah dari tubuh bayi
  Jangan gunakan air dingin
  Turunkan suhu penghangat
  Buka inkubator sampai dengan suhu normal
  Lepaskan sebagian /seluruh pakaian dalam 10 menit
  Cek suhu/jam sampai dengan normal
  Cek suhu inkubator /jam sampai dengan normal
Bukan kerena paparan panas
  Tepai untuk suspect sepsis
  Letakkan pada suhu ruangan (25-280C)
  Lepaskan sebagian seluruh pakaian
  Cek suhu aksila/jam

D.     PENANGANAN HIPOTERMI SEDANG DAN BERAT


Penanganan hipotermi sedang
  Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat
  Bila ada ibu/penggati ibu, KMC/perawatan bayi lekat
  Bila tidak ada ibu
  Hangatkan dengan alat pemancar panas/inkubator
  Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras
  Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi
  ASI lebih sering
  Minta ibu mengenali kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada
Penanganan hipotermi berat
  Hangatkan tubuh bayi
  Bila 1 jam suhu tubuh tidak naik, segera rujuk
  Pertahankan kadar gula darah
  Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
  Lakukan rujukan segera

E.     CARA MENGHANGATKAN BAYI


  Kontak kulit dengan kulit
  KMC/kangaroo mother care
  Pemancar panas
  Inkubator
  Ruangan yang hangat
  Tempatkan bayi diruangan yang hangat, jangan ber AC
  Menyusui juga bisa membuat si kecil merasa hangat
  Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi baru lahir melalui kepala
  Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki seperti kodok
serta kepala menoleh ke suatu sisi
  Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak/anggota keluaraga dewasa lainnya
(Sudoyo, Ari. W dkk,             )
Kontak Kulit dengan kulit
Kontak kulit bayi dengan ibu dapat mempertahankan suhu bayi dan mencegah bayi
kedinginan. Keuntungan selain bisa memberikan kehangatan bayi juga akan lebih sering
menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan BB lebih cepat.

KMC (perawatan bayi lekat/PBL)


-   Kontak kulit ibu-bayi secara dini terus menerus dikombinasi ASI ekslusif
-   Untuk menstabilkan bayi hingga BB 2500 gr
-   Tidak untuk ibu yang memiliki penyakit berat
-   Tidak untuk bayi sehat (sepsis atau gangguan napas berat)
-   Dirokemndasikan pada bayi dengan BB < 1800 gr
Pemancar panas
  Untuk bayi sakit dengan BB ≥ 1500 gr
  Untuk pemeriksaan awal bayi
  Selama dilakukan tindakan
  Menghangatkan kembali bayi hipotermi
  Suhu ruangan minimal 220C
  Atur suhu (36-370C)
Inkubator
        Penghangatan berkelanjutan dengan BB < 1500 gr
        Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat)
Ruangan Yang Hangat
        Untuk merawat bayi dengan BB < 2500 gr yang tidak memerlukan tindakan
diagnostic/prosedur pengobatan
        Tidak untuk bayi sakit berat
        Paling rendah 26oC
        BBl 1500 – 1000 suhu ruangan 28 – 30oC
        BBl > 2000 suhu ruangan 26 – 28oC

F.     IKTERUS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS


  Ikterus Fisiologis
        Ikterus yang timbul pada hari ke 2 dan ke 3
        Tidak mempunyai dasar patologis
        Keadaannya tidak melampaui kadar kadar yang membahayakan
        Tidak mempunyai potensi menjadi Kern Ikterus
        Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
        Umumnya terjadi pada BBL, kadar Bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2
mg/dl. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula kadar bilirubin akan mencapai
puncak sekitar 6 -8 mg/dl pada hari ke 3, kemudian akan menurun cepat selama 2 – 3 hari
diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dl selama 1 – 2 Minggu. Pada bayi
cukup bulan yang mendapat ASI kadar Bilirubin akan mencapai kadar yang lebih tinggi (7 –
14 MS/dl) dan penurunan terjadi lebih lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2 – 4 Minggu,
bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu.
        Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
        Setiap peningkatan kadar Bilirubin serum yang memerlukan Fototweraphy
        Peningkatan kadar Bilirubin total serum 0,5 mg/dl/jam
        Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah, lerargis, malas
menetek, penurunan BB yang cepat, apnea, Takipnea/suhu yang tidak stabil)
        Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan/setelah 14 hari pada bayi kurang
bulan
        Ikterus disertai BB < 2000 gr, massa sestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom yang
pernafasan, infeksi.
  Ikterus Patologis
        Ikterus yang mempunyai dasar Patologis
        Kadar Bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia

MACAM-MACAM IKTERUS
a.       Ikterus Hemolitik
b.      Ikterus Berkepanjangan
c.       Ikterus Prematuritas
d.      Kern Ikterus
  
IKTERUS HEMOLITIK DAN PENANGANANNYA
erus Hemolitik : Ikterus ikterus yang timbul saat Bayi Baru Lahir yang timbul < 24 jam
nda-tandanya
         Pucat saat lahir
         HB < 13 g/dl
         Test Comb (-)
nanganan
         Terapi sinar bila kadar Bilirubin sesuai indikasi
         Rujuk untuk transfusi tukar
         Hindari obat Antimalaria, golongan sulfa, Aspirin untuk mencegah krisis hemolisis
         Transfusi darah bila HB < 12 g/dl
Setelah terapi sinar dihentikan
         Observasi 24 jam, cek kadar bilirubin
         Bila ikterus lagi, lihat kadar bilirubin apakah perlu terapi sinar lagi
         Ulangi terus sampai kadar bilirubin normal
         Bila kencing gelap, feces pucat tangani sebagai prolonged jaundice
         Follow up cek Hb/mg selama 4 mgg
         Bila Hb < 19 gr beri transfusi darah

PROLONGED JAUNDICE DAN PENANGANANNYA


olonged Jaundice : Jika > 2 minggu masih Ikterus/terus berlanjut
Tanda-tandanya
          Aterm 2 minggu masih Ikterus
          Urobilin : urin yang pekat  → Bilirubin ↑
          Feses pucat
          Bilirubin Direct
Penanganan
          Hentikan terapi sinar
          Bila feses pucat, kencing kuning gelap, rujuk ke RS rujukan tingkat III atau dengan
fasilitas pelayanan specialis untuk pemantauan selanjutnya
          Bila ibu dengan tes sifilis (+) berikan terapi pada bayi untuk sifilis congenital

KERN IKTERUS DAN PENANGANANNYA


    Kern Ikterus : Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin indirek pada otak. Kern Ikterus ialah
ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus
berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada
autopsyditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern Ikterus secara klinis berbentuk kelainan
syaraf spatis yang terjadi secara kronik.

Usia bayi Pertimbangan Terapi Transfuse Transfuse


(jam) terapi sinar sinar tukar bila tukar dan
terapi sinar terapi sinar
intensif gagal intensif
Kadar Indirek Mg/dl
Bilirubin serum
< 24
25 – 48 >9 > 12 > 20 > 25
49 – 72 > 12 > 15 > 25 > 30
> 72 > 15 > 17 > 25 > 30

Bayi lahir kurang bulan perlu fototerapi jika :


Usia (Jam) Berat lahir < 1500 BL 1500 – 2000 g BL > 2000 g
g kadar bilirubin kadar bilirubin kadar bilirubin
< 24 >4 >4 >5
25 – 48 >5 >7 >8
49 – 72 >7 >8 > 10
> 72 >8 >9 > 12

       Tanda-tandanya
         Tidak mau menghisap
         Letarghi
         Mata berputar
         Gerakan tidak menentu (involuntary movements)
         Kejang
         Tonus otot meninggi
         Leher kaku dan akhirnya opistotonus
       Penanganan
         Tangani kejang
         Lanjutkan terapi sinar sampai dengan kadar Bilirubin Normal dengan menggunakan
lampu, tidak lebih 500 jam (untuk menghindari turunnya energy yang dihasilkan lampu.
Tekniknya Dalam Melakukan Fototeraphy
         Buka pakaian bayi agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar
         Tutup kedua mata dan gonad dengan penutup yang memantulkan cahaya
         Jarak bayi dengan lampu + 40 cm
         Ubah posisi tiap 6 jam
         Periksa kadar bilirubin tiap 8 jam/min 1 x 24 jam
         Lakukan cek Hb berkala
         Lakukan observasi dan catat lama Fototeraphy
         Sediakan lampu 20 watt (8 – 10 bulan) di susun paralel
         Beri cukup ASI demngan mengeluarkan dari tempat dan membuka tutup mata, serta
observasi ada tidaknya iritasi
         Pemeriksaan tonus otot atau tingkat kesadaran
IKTERUS PREMATUS DAN PENANGANANNYA
terus Prematur : Ikterus yang timbul pada hari ke 2 – 5 yang terjadi pada bayi kecil < 2500 gr dengan UK <
37 Mingu
       Penanganan
         Terapi sinar bila kadar bilirubin sesuai
         Bila usia < 3 hari saat terapi sinar dihentikan, pantau Ikterus selama 24 jam berikutnya
         Bila > 3 minggu, kencing gelap, feses pucat tangani sebagai prolonged jaundice
G.     TRANSFUSI TUKAR
       Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan
dengan pengambilan darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-
ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar
       Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah, terjadinya ensefalopati bilirubin
dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dan sirkulasi. Pada bayi dengan isoimunisasi,
transfuse tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibody
maternal dari sirkulasi karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dan sirkulasi bayi
sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia.
       Teknik Transfusi Tukar
         Simple Double volume push – pull Tehnique jarum infus dipasang melalui kateter vena
umbilikalis/vena saphena magna. Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantian
         Isovolumetric : Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri
umbilikalis dan dimasukkkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang sama
         Partial Exchange Transfusion : Transfusi Tukar sebagian, dilakukan biasanya pada bayi
dengan polisitemia di Indonesia. Untuk kedaruratan, Transfusi Tukar pertama menggunakan
golongan darah orhesus positif. (Sukardi, Abdurrahman dkk. 2000)
       Transfusi Tukar harus dihentikan apabila :
         Emboli (emboli, bekuan darah), Trombosis
         Hiperkalemia, Hipernatremia, hipokalsemik, Asidosis, Hipoglikemia
         Gangguan pembekuan karena pemakaian Heparin
         Perforasi pembuluh darah
       Komplikasi Transfusi Tukar
         Vaskular : Emboli udara/Trombus, Trombosis
         Kelainan jantung : aritmia, overload, henti jantung
         Gangguan Elektrolit : Hipo/Hiperkalsemia, Hipernatrem dan Asidosis
         Koagulasi : Trombositopenia, hepatinisasi berlebih
(Sukardi, Abdurrahman dkk. 2000)
H.     MASALAH YANG DIHADAPI PADA BAYI LETARGHI
       Iri Table mudah terangsang, sering menangis tanpa seba
       Mengantuk
       Aktivitas berkurang
    Tidak sadar : Tidur yang dalam tidak merespons stimuli, tidak bereaksi terhadap rangsangan sakit
LETARGHI KARENA SEPSIS
  Beri cairan IV
  Puasakan 12 jam
  Ambil sample darah lab. Kultur dan Hb
  Bila kejang dan ubun-ubun besar menonjol
-   Lumbal pungsi : lab. Tx meningitis
  Bila Hb < 10 gr%, Hematokrit < 30%
-   Tranfusi
  Beri antibiotic yang sesuai
  Beri ASI setelah 12 jam/mulai membaik
  Obs. 24 jam, bila membaik pulang
  Ulang bila masih ada tanda inf
  Cek Hb dan Hematokrit 2xselama perawatan dan akan pulang
LETARGHI KARENA ASFIKSIA
mnesisi      :  -    Resusitasi waktu lahir/tidak ada nafas spontan paling tidak menit setelah terakir
-   Riwayat ibu infeksi intia uteri, demam curiga infeksi berat/KP
-   Malas minum/tidak mau minum

riksaan    :  -    Bayi tampak sakit


-   Mengantuk/aktivitas menurun
-   Iritable/gelisah
-   Latergi/rapuh
-   Gemetar
-   Tiba-tiba kondisi memburuk
-   Tanda-tanda progresif (suhu labil dan atau apnea)
I.        MANAGEJEMENT UMUM LATERGHI KARENA OBAT
  Bila RR < 30 x/menit, beri O2
  Bila bayi tidak bernapas/megap-megap CER < 20 x/menit lakukan resusitasi dengan balon
dan sungkup)
  Bila masih letarghi setelah 6 jam, tangani sesuai dengan dugaan sepsis/asfiksia
Managejement umum laterghi
  Ambil sampel darah, cek kadar glukosa darah, bila < 45 g/dl (2,6 µmol/l) tangani untuk
hipoglukemia
  Beri dukungan pada ibu untuk menyusui
  Nilai tonus dan aktivitas bayi minimal 1x/hari
  Bila tampak layuh/letarghi, hari-hari saat mengangkat dan mangubah posisi bayi, tahan
seluruh tubuh, terutama kepala
  Tentukan kemungkinan diagnosis
Letarghi  :  keadaan lemah badan dan tidak ada dorongan untuk melakukan kegiatan nafsu tidur
berlebihan (apabila dibangunkan langsung tertidur kembali, muncul pada penderita penyakit
otak/keracunan (Surasmin, 2003).
Management umum letarghi karena suspect sepsis
  Beri cairan IV
  Puasakan 12 jam
  Ambil sample darah : lab. Kultur dan Hb
  Bila kejang dan ubun-ubun besar menonjol : lumbal pungsi : lab Tx meningitis
  Bila Hb < 10 gr % Hematokrit < 30 % : tranfusi

Management umum letarghi karena hipoglukemi


  Beri antibiotik yang sesuai
  Beri ASI setelah 12 jam/mulai membaik
  Observasi 24 jam, membaik pulang
  Ulangi bila masih ada tanda infeksi
  Cek Hb dan Hematokrit selama perawatan dan akan pulang
penanganan dehidrasi berat pada bayi usia < 12 bulan, jika jarak ke RS 1 jam, bidan
punya NGT.
  Beri rehidrasi dengan orait melalui NGT 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg BB)
  Periksa tiap 1-2 jam
  Bila muntah terus dan perut semakin kembung, beri cairan leboh lambat
  Jika dalam 3 jam tidak membaik, rujuk untuk pengobatan intravena
  Periksa bayi setelah 6 jam/anak setelah 3 jam, klasifikasi lagi derajat dehidrasi, pilih rencana
terapi
J.       VENA SECTION
Suatu prosedur untuk mendapatkan akses memasukkan cairan infuse melalui intravena.
Apabila dengan pemasangan infuse intravena yang langsung mengalami
kegagalan/membutuhkan waktu yang lama. Maka salah satu alternatifnya adalah dengan vena
section (Ilmu Kesehatan Anak).
Bagaimana penanganan dehidrasi berat
a.        Bila dapat memberikan cairan IV
  Beri cairan IV secepatnya (100 ml/kg BB ; RL/NaCl)
usia
< 12 bulan 1 jam 5 jam
(30 tetes mikro/menit) (5 tetes makro/menit)
(14 tetes mikro/menit)
1-5 tahun 30 menit 2,5 jam
Ulangi bila belum membaik
  Beri oralit bila masih bisa minum
  Periksa tiap 1-2 jam
  Jika belum membaik beri tetesan cairan IV lebih cepat hingga nadi lebih kuat
  Beri oralit 5 ml/kg BB segera setelah anak mau minum
Bayi : 3-4 jam
Anak : 1-2 jam
  Periksa bayi setelah 6 jam/ anak setelah 3 jam, klasifikasikan lagi derajat dehidrasi, pilih
rencana terapi
  Membaik/tidak lakukan rujukan segera
Bila tidak dapat memberikan cairan IV
b.        Apakah ada fasilitas pemberian cairan IV terdekat? (30 menit)
Ya
  Rujuk segera untuk mendapatkan cairan IV
  Jika anak masih bisa minum bekali oralit untuk diminum selama dalam perjalanan
Bila tidak ada fasilitas pemberian cairan terdekat
c.        Apakah anda terlatih memasang pipa NGT?
Ya (dan anak bisa minum)
  Beri rehidrasi dengan oralit melalui NGT 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg
BB)
  Periksa tiap 1-2 jam
  Bila muntah terus dan perut semakin kembung, berarti cairan lebih lambat
  Jika dalam 3 jam tidak membaik, rujuk untuk pengobatan intravena
  Periksa bayi setelah 6 jam/anak setelah 3 jam
Klasifikasi lagi derajat dehidrasi, pilih rencana terapi
Komplikasi Dehidrasi Berat
  Hipernatremia
  Hiponatremia
  Demam
  Oedem
  Asidosis
  Hipokalemia
  Kejang
  Mal absorbsi dan intoleransi laktosa
  Mal absorbsi glukosa
  Muntah
  Gagl ginjal akut (GGA)
Tanda-tanda dehidrasi berat
  Gelisah, bingung/mengantuk
  Mulut, kulit dan membran lendir yang sangat kering
  Tidak/kurang berkeringat
  Sedikit/tidak berkemih dan urin yang keluar berwarna gelap
  Mata cekung
  Kulit kering dan berkurang kekenyalannya
  Pada bayi ubun-ubunnya bila diraba akan terasa cekung
  Tekanan darah rendah
  Detak jantung cepat
  Demam
  Terjadi hilangnya kesadaran
(Khosim, M. Sholeh, dkk, 2008).

Anda mungkin juga menyukai