Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

BAYI YANG BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG

NAMA :GRESSY IMANUELLA AWIRANA


NIM :B.1810056
KELAS :B.KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON


TAHUN AJARAN 2021/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah individu yang lahir dari dunia dalam keadaan yang terbatas,
maka individu yang terbatas sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain (Janah, 2009). Pada
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan
bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Bayi baru lahir dengan
komplikasi adalah bayi dengan penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau
kematian, seperti asfiksia (Kementrian Kesehatan, 2015).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas, sehingga dapat menurunkan O2
dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Manuaba, 2010).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses
iniberlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Prawirohardjo, 2009). Klasifikasi asfiksia dibagi 3 macam
yaitu, yang pertama asfiksia ringan(nilai apgar 7-10), yang kedua asfiksia sedang (nilai apgar 4-6),
dan yang ketiga asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Dewi, 2013). Angka Kematian Bayi (AKB) di Dunia
masih tinggi. Menurut WHO ( World Health Orgazation), pada tahun 2013 angka kematian bayi di
dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi di Negara berkembang 37 per 1.000
kelahiran hidup, angka kematian bayi di Negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup, dan Asia Timur
11 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 24 per 1.000
lelahiran hidup, dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).Di Indonesia Angka
Kematian Bayi masih tinggi dibanding negara-negara di ASEAN lainnya seperti Malaysia,
Singapura, dan Filipina (Depkes RI 2010).
Menurut SDKI tahun 2012 Angka Kematian Bayi di Indonesia terdapat 32 per 1.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan data yang didapat kan dari WHO ( World Health Orgazation ).Pada tahun 2017
angkat kemtaian paba bayi (AKB ) sangat tingngi dimana WHO mencatat sekitar 3% (3, 6 juta) dari
28 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi yang meninggal ( Rochwati & Rizq,
2017).
Berdasarkan penelitian World Heatlh Orgazation (WHO), seluruh dunia terdapat kematian bayi
khususnya nenonatus sebesar 10.000.000 per tahun (Katiandagdo dan Kusmiayati). Laporan  World
Heatld Orgazitaion (WHO) juga menyebabkan bahwa AKB sangat tinggi di indobesia dinama
penyebab kemataian karna askfisia sangat tinggi 36 per 146 kelahiran hidup. World Heatlh
Orgazatio (WHO, 2018). Berdasarkan hasil Survey Dinas Kesehatan Sulawesi Utara tahun 2016,
Angka Kematian Bayi di Kota Manado terdapat 21 per 1047 kelahiran hidup, 19,04% per 1047
kelahiran hidup meninggal disebabkan oleh asfiksia (SDKI, 2018).Survey awal dilakukan pada
tanggal 29 maret 2019 di Puskesmas Ranomut  Kecamatan Paal II di Kota Manado, didapatkan data
selama 3 bulan (2019) terdapat 14 per 129  kelahiran hidup yang mengalami asfiksia. 10 per 129
kelahiran hidup mengalami asfiksia sedang, dan 7 per 129 kelahiran hidup mengalami asfiksia berat.
Hal ini menunjukkan angka kejadian asfiksia sedang di Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal II Kota
Manado masih tinggi, sehingga asfiksia sedang membutuhkan penanganan segera yang tepat.
Masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia salah satunya partus macet, mekonium,
kehamilan lewat bulan (serotinu). Apabila  tidak segeera ditagani akan mengakibat komplikasi
kedepannya. Dan apabila asfiksia tidak segera ditangani akang mengakinbatkan kemtaian pada bayi.
Solusinya harus melakukan pengangnan dengan secara efektif dan efisien.
Asfiksia atau gagal nafas dapat menyebabkan suplai oksigen ke tubuh menjadi terhambat, jika terlalu
lama membuat bayi menjadi koma, walaupun sadar dari koma bayi akan mengalami cacat otak.
Kejadian asfiksia jika berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak
dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Asfiksia juga dapat menimbulkan cacat seumur
hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan kematian (Safrina 2011).
Penatalaksanaan asfiksia bayi baru lahir, ada beberapa tindakan resusitasi yaitu, jaga bayi tetap
hangat, atur posisi bayi, membersihkan jalan nafas, keringkan dan rangsang bayi, atur posisi
kembali, serta lakukan penilaian (Manuaba, 2008). Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap,
segera lakukan tindakan ventilasi yang adekuat yaitu memasang sungkup, ventilasi percobaan (2
kali), ventilasi definitif (20 kali dalam 30 detik), lakukan penilaian kembali (JNPK-
KR,2009).Berdasarkan uraian data di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan
tentang judul “Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Degan Asfiksia sedang Di
Puskesmas SERWARU”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: bagaimana
penatalaksanan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. INAdengan asfiksia sedang di
Rumah sakit serwaru ibu segera dengan menggunakan pendekatan 7langkah varney?”
C. Tujuan studi kasus
1.     Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan, pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang dengan
menerapkan manajemen kebidanan dengan 7 langkah varney.
2.    Tujuan Khusus
Melaksanakan pengkajian pada bayi yang baru lahir ny.ina dengan asfiksia sedang secara
lengkap dengan sistematis
1.   Menginterpretasikan data berupa diagnose kebidanan, masalah kebutuhan bayi yang baru lahir
dengan asfiksia sedang.
2.   Menentukan diagnosa potensial pad bayi baru lahir Ny. INAdengan asfiksia sedang.
3.   Melakukan antisipasi tindakan pada bayi baru lahir Ny INA dengan asfiksia sedang.
4.   Merencanakan tindakan pada bayi baru lahir Ny, INA.  Dengan asfiksia sedang.
5.    Merencanakan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny. INA dengan asfiksia sedang.
6.  Melakukan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny. INA dengan asfiksia sedang
7.     Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah dilakukan pada bayi baru lahir Ny. INA sengan
Asfiksia sedang.
a. Penulis dapat menganalisa kesengajaan antra teori dan kenyataan dilapangan termasuk factor
pendukung dan penghambat
b. penulis mampu memberi alternative pemecahan masalah jika terdapat kesengajaan pada asuhan
kebidanan yang telah diberikan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
D. Manfaat studi kasus
a.   Bagi penulis
meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan penulis dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang .
b.     Bagi profesi
Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainya dalam menangani kasus pada bayi
c. Bagi institusi
a. Rumah bersalin
Meningkatakan pelayanan kebidanan khususnya pada penaganan asuhan kebidanan
Pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
b. pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
Asfiksia sedang.
E. Keaslian studi kasus
dengan asfiksia judul “Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia sedang di
ruang perinatologi Rumah sakit SERWARU”Asuhan kebidanan yang dilakukan aldalah
membedakan jalan nafas dengan mengisap lendir dan rangsangan taktil, menghangatkan bayi,
mengobservasi keadan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam
memberikan terapi yaitu: injeksi kolfoxcim 1 kali 160 mg/hari, injeksi vitamin k 1 mg secara IM.
Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan umum: baik. Bayi tidak
hipotermi.
Dengam judul “ Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sdeang di ruang
perinatology Rumah sakit “ SERWARU” Asuhan kebidanan yang diberikan adalah
membersihkan jalan nafas, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan umum bayi, dan
kolabrasi dengan dokter spesialis anak dan pemberian terapi yaitu: pemberian O2 2 liter /menit.
Infus D 10% 8 tetes/ menit.ijenksi vitamin K 1kali 0,5mg, gentamicin 1kali 1,5 mg,
cefotaxim155 mg/12 jam. Hasil dari Asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan
umum baik:bayi baik tidak hipotermi.
dengan asfiksia judul “Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia sedang di ruang
perinatologi Rumah sakit SERWARU”Asuhan kebidanan yang dilakukan aldalah membedakan
jalan nafas dengan mengisap lendir dan rangsangan taktil, menghangatkan bayi, mengobservasi
keadan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam memberikan terapi yaitu:
injeksi vitamin K 1 kali 0,5 mg, injeksi clasep 2 kali 100 mg /12, infuse KA –EN IB 8 tetes/
menit, pemberian oksigen 2 liter/ menit. Hasil dari Asuhan yang diberikan adalah Asfiksia
teratasi keadaan umum baik, bayi tidak hipotermi
berdasarkan keaslian studi kasus dari karya ilmia yang dibuat oleh penulis, perbedaan tersebut
diantaranya adalah subjek studi kasus, lokasi studi kasus, dan pada pemberian terapi.
F. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan karya tulis ilmia dengan judul “Asuhan kebidanan
dengan bayi yang baru lahir pada bayi Ny. INA dengan asfiksia sedang dirumah bersalin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar asfiksia


Pengertian
Asfiksia neonaturum adalah keadan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon doksida yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (manuaba,2007).
Asfiksia neonaturum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas spontan dan
teratur dalam satu menit setelah lahir (manjesjoer,2005).
Asfiksia neonaturum adalah kegagalan bernapas yang terjadi secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan.
Atau setelah segera bayi lahir.akibat-akibat asfiksia akan bertmbah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi yang bertujuan
mempertahangkan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala yang lanjut yang
mungkin timbul (manuaba 2007).Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
asfiksia adalah bayi yang baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan sehingga
dibutuhkan penenganan segera setelah bayi lahir agar tidak menimbulkan akibat buruk dalam
kelangsungan hidupnya.

Klasifiksi asfiksia
Menurut mochtar (2008), klasifikasi klnis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu sebagi berikut:
a. Asfiksia livida yaitu asfiksia yang memilki ciri meliputi warna kulit kebiru-biruan,
tonus otot masi baik, reaksi rangsangan masi positif, bunyi jantung regular, regnosis
lenih baik.
b. Asfiksia palida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot sudah
kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung ireguler, prognosis jelek.

Berikut ini adalah APGR score untuk menentukan asfiksia (ghai 2010).
NILAI 0 1 2
Nafas tidak ada tidak teratur teratur
Denyut jantung tidak ada <100kali /mnt >100 kali/mnt
Warna kulit biru/ pucat tubuh dan kaki merah jambu merah jambu
Gerakan tonus otot tidak ada tangan biru fleksi
Refleks (menangis) tidak ada lemah /lambat kuat

Sumber (ghani,2010)
Menurut mochtar (2008)setiap bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR, tabel tersebut
diatas dapat digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan, sedang,
atau asfiksia berat dengan klasifikasi sebagai berikut:
1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Pada
pemeriksaan fisik ditemukaan frekwensi jantung 100/kali/mnt, tonus otot buruk, sinosis
berat, dan terkadang pucat, reflex iritabilitas tidak ada.
2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas kembali. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi jantung lebih dari 100 kali /mnt,tonus otot kurang
baik atau baik,sinosis, reflex iribilitas tidak ada.
3) Bayi normal atau sdikit asfiksia (nilai APGAR 7-10)
Bayi diangaap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

  Langkah II: Interpretasi Data Dasar Langkah kedua bermula dari data dasar: Menginterpretasi
  

data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan
kesehatan yang diidentifikasi khusus. Data masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena
beberapa masalah tidak didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu di
pertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah
sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini
sering kali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah
seseorang (Varney, 2010).
Langkah III: Identifikasi Diagnosa atau Masalah PotensialLangkah ketiga mengidentifikasi
masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah diagnosis saat ini berkenaan dengan
tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan
persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang
sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman. Sebagai contoh, seorang wanita
memiliki uterus yang mengalami distensi berlebihan (overdistention). Melihat keadaan ini, bidan
harus memperkirakan alasan terjadinya distensi berlebihan (misalnya: polihidraamnion, bayi
besar untuk masalah kehamilan, ibu diabetes gestasional, atau kehamilan kembar) dan kemudian
mengambil langkah antipasi, melakukan tindakan kewaspadaan, dan kemudian mempersiapkan
beberapa alternatif tindakan terhadap kemungkinan perdarahan pasca partum mendadak sebagai
akibat atonia uterus karena distensi berlebihan (Varney, 2010)  
Langkah IV: Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan penanganan segera
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya
dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi saat bidan
melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru yang diperoleh terus dikaji
dan kemudian dievaluasi. Beberapa data mengidentifikasi situasi kedaruratan, mengharuskan
bidan mengambil tindakan yang cepat untuk mempertahankan ibu dan bayinya. Situasi lain
bukan merupakan situasi darurat, tetapi membutuhkan konsultasi dokter atau penatalaksanaan
darurat, tetapi membutuhkan konsultasi dokter atau penatalaksanaan kolaborasi (Varney, 2010).  
Langkah V: Perencanaan Asuhan Secara Menyeluruh Langkah kelima mengembangkan
sebuah rencana perawatan yang menyeluruh ditemukan ditentukan dengan mengaju pada hasil
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang
diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang
dapat diantisipasi serta perawatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan
mengumpulkan setiap informasi yang hilang atau untuk melengkapi data dasar. Sebuah rencana
perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi ibu dan bayi baru lahir yang terlihat
dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk antipasi bagi ibu atau
orang tua apa yang akan terjadi selanjutnya. Petunjuk antipasi ini juga mencakup didikan dan
masalah sosial, ekonomi, agama, keluarga, budaya atau psikologis. Dengan kata lain, setiap yang
berkaitan dengan aspek perawatan kesehatan dapat digunakan dalam rencana perawatan
kesehatan (Varney, 2010).
Langkah VI: Pelaksanaan PerencanaanLangkah keenam adalah melaksanakan rencana
perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau
dilakukan sebagian oleh ibu dan orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak
dapat melakukan sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi
benar-benar dilakukan. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi
kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dengan komplikasi, bidan dapat mengambil
tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan kolaborasi yang menyeluruh.
Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas
perawatan kesehatan.  Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah
pendokumentasian secara berkala, akurat, dan menyeluruh (Varney,2010  )
Langkah VII: EvaluasiLangkah ketujuh merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu,
seperti yang telah di identifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosa, maupun
kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut menjadi efektif  bila bidan mengimplementasi
semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi. Mungkin saja
sebagian efektif, sementara sebagian lain rencana tersebut tidak efektif. Apabila kita memadai
proses penatalaksanaan sebagai sebuah proses kesinambungan maka sangat penting untuk
memperbaiki setiap perawatan yang tidak efektif dan kemudian rencana disesuaikan lagi
(Varney, 2010).
3.      Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Metode SOAP
Salah satu metode dalam membuat manajemen asuhan Keperawatan adalah metode SOAP.
SOAP merupakan singkatan dari subjektif , objektif , assessment atau pengkajian , dan planning
atau perencanaann(Trisnawati, 2016).
a    (Subjektif)Data subjektif merupakan data yang di peroleh melalui anamnesis. Data ini
berhubungan dengan sudut pandang pasien. Keluhan pasien dicatat sebagai kutipan/ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Untuk pasien yang bisu, bagian data di
belakang huruf “S” di beri huruf “O” atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna
wicara (Suryandari, 2014).
b.    (Objektif)Data objektif merupakan data diperoleh melalu hasil observasi dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lain. Catatan medis dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat di masukkan kedalam data objektif ini. Data objektif akan
memberikan gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Suryandari,
2014).
C. (Assessment) atau pengkajian merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari
data subjektif dan objektif. Pengkajian ini akan mencakup diagnosis atau masalah, diagnosis
atau masalah potensial,) identifikasi tindakan kebutuhan segera untuk antisipasi diagnosis atau
masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera diidentifikasi menurut kewenangan bidan dan
meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk pasien (Suryandari, 2014).
D.  (Planning) atau perencanan merupakan proses membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang. Rencana ini disusun berdasarkan pengumpulan data dan pengkajian terhadap pasien yang
telah di lakukan sebelumnya. Rencana asuhan harus bisa mencapai tujuan yang di harapkan
dalam waktu tertentu (Suryandari, 2014).
B.    Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1.      Pengertian
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0–28 hari.
Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan extrauterindan toleransi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik
(Marmi, 2012). Bayi baru lahir adalah bayi dengan berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat
seperti kelinan yang terdapat di daerah mulut, kelainan jantung, atresia oesophagus dan lainnya
(Suryandari, 2014).
2.    Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Ciri-ciri bayi baru lahir menurut Dwienda (2012), adalah sebagai berikut:
a.       Berat badan 2.500-4.000 gram.
b.      Panjang badan 48-52 cm.
c.       Lingkar dada 30-38 cm.
d.      Lingkar kepala 33-35 cm.
e.       Frekuensi jantung 120-160 x/menit.
f.       Pernafasan 40-60 x/menit.
g.      Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks
caeseosa.
h.      Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya tempak sempurna.
i.        Kuku agak panjang dan lemas.
j.        Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun
(pada anak laki-laki).
k.      Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l.        Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk.
m.    Graff reflex sudah baik, apabila diletakan satu benda ke telapak tangan, bayi akan menggenggam
atau adanya gerakan reflex.
n.      Eliminasi baik, urin dan meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium akan
berwarna kecoklatan.

3.     Adaptasi Perubahan Bayi Baru Lahir


Perubahan Sistem Respirasi Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada saat kelahiran,
adaptasi sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Bayi harus bernafas dengan
paru-paru (Dwienda dkk, 2012).Perubahan Sistem Peredaran Darah Setelah lahir, darah bayi
harus melewati paru-paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh
guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk  membuat sirkulasi yang baik guna mendukung
kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu: penutupan foramen ovale pada
atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri aorta danparu-paru (Walyani, 2014).
Sistem Perlindungan Termal (Termoregulasi)Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru
lahir belum berfungsi sempurna. Agar tetap hangat, bayi baru lahir dapat menghasilkan panas
melalui gerakan tungkai dan dengan stimulasi lemak cokelat.
Namun, jika lingkungannya terlalu dingin, bayi rentan mengalami kehilangan panas. Untuk
itu, diperlukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh agar bayi baru lahir tidak mengalami
hipotermia (Suryandari, 2014).
Menurut Dwienda (2012), hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkungannya dapat
terjadi dalam beberapa mekanisme, yaitu sebagai berikut. Konduksi Kehilangan panas melalui
konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan objek
bayi yang lebih dingin, misalnya meja, tempat tidur, atau timbangan yang suhunya lebih rendah
dari suhu bayi. Benda-benda tersebut akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi di letakkan di atasnya. Konveksi Kehilangan melalui kenveksi adalah
kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang
dilahirkan atau di tempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada konveksi aliran udara melalui ventilasi atau pendingin
ruangan. Radiasi Kehilangan panas melalui radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena
bayi ditempatkan di dekat benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi
dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung) Evaporasi Kehilangan panas melalui evaporasi
merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dengan cara ini dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena
setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Sistem GastrointestinalKemampuan bayi baru
lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas
bayi masih terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini
akan bertambah secara perlahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Marmi,
2012).  Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)Perubahan sistem kekebalan tubuh bayi
sebelum lahir, janin dilindungi oleh plasenta dari antigen dan stress imunologik. Setelah lahir
bayi terlepas dari plasenta sehingga bayi menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi
karena sistem kekebalan tubuhnya belum matang (Marmi, 2012) Perubahan Metabolism
Karbohidrat Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari plasenta.
Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada lahir menyebabkan seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam
waktu capat (1-2 jam). Untuk memperbaiki kadar gula tersebut, dapat dilakukan tiga cara, yaitu:
melalui penggunaan ASI, melalui penggunaan cadangan glikogen, dan melalui pembuatan
glukosa dari sumber lain terutama lemak (Suryandari, 2014).
4.     Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
Penanganan pada BBL mencakup menjaga bayi agar tetap hangat membersihkan saluran nafas
(hanya jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya,
memotong dan mengikat tali, melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), memberikan suntikan
vitamin K1, memberi salep mata antibiotic pada kedua mata, memberi imunisasi hepatitis B,
serta melakukan pemeriksaan fisik (Mika, 2016).  Menjaga bayi agar tetap hangat Langkah awal
dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi segera mungkin setelah
lahir. Lalu, tunda atau jangan dulu memandikan bayi selama setidaknya enam jam atau sampai
bayi stabil untuk mencegah hipotermi (Suryandari, 2014). Membersihkan saluran nafas Setelah
menjaga bayi agar tetap hangat, bersihkan saluran pernafasan dengan menghisap lender di mulut
dan hidung. Namun, hal ini hanya di lakukan jika di perlukan. Tindakan ini juga di lakukan
sekaligus dengan penilaian skor APGAR menit pertama (Mika, 2016). Bayi normal akan
menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan nafas harus
segera dibersihkan dengan cara sebagai berikut:
1.   Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril.
2.   Bayi diletakan pada posisi terlentang di tempat tidak terlalu empuk dan hangat. Badan bayidalam
keadaan terbungkus.
3.   Posisi kepala bayi diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
4. Pangkal penghisap lender dibungkus dengan kan kassa steril, kemudian di masukan kedalam
mulut bayi.
5. Tangan kanan penolong membuka mulut bayi, kemudian jari telunjuk tangan kiri dimasukan ke
dalam mulut bayi sampai epiglottis (untuk menahan lidah). Setelah itu, jari tangan kanan
memasukan pipa.
6.   Dengan posisi sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri, lender dihisap
sebanyak-banyaknya dengan arah memutar.
7.   Selang dimasukkan berulang-ulang ke hidung dan mulut untuk dapat menghisap lender sebanyak-
banyaknya.
8.   Lendir ditampung diatas bengkok dan ujung pipa dibersihkan dengan kassa.
9.   Penghisapan di lakukan sampai bayi menangis dan lendirnya bersih. Setelah itu, telinga dan
bagian sekitarnya dibersihkan.
a)   Mengeringkan tubuh bayi
Tubuh bayi dikeringkan dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau handuk kering,
bersih dan halus. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi untuk bayi yang
sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang pernapasan spontan. Jika bayi tidak memberikan
respons terhadap pengeringan dan rangsangan serta menunjukan tanda-tanda kegawatan, segera
lakukan tindakan untuk membantu pernafasan (Mika, 2016) Tubuh bayi dikeringkan mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks
akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi
dengan kain kering untuk menunggu dua menit sebelum tali pusat diklem. Hindari mengeringkan
punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu mencari puting ibunya
yang berbau sama (Walyani, 2011).
b)   Memotong dan mengikat tali pusat
Menurut Suryandari (2014), ketika memotong dan mengikat tali, teknik aseptic dan antiseptic
harus diperhatikan. Tindakan ini sekaligus dilakukan untuk menilai skor APGAR menit kelima.
Cara pemotongon dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut.
1.   Klem, potong, dan ikat tali pusat dua menit paska bayi lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu
dilakukan sebelum tali pusat dipotong (oksitosin 10 IU intramuscular).
2.   Lakukan penjepitan ke-1 dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi.
Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
3.   kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke
arah ibu,
4.   Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong ke dua tali pusat diantara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
5.   Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi, kemudian lingkarkan kembali
benang tersebut dan ikut dengan simpul kunci pada sisi lainnya
6.   Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke dalam larutan klorin 0,5%.
7.   Letakan bayi tengkurap di dada ibu dengan inisiasi menyusu dini.
C. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan diteruskan
sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama
kali dapat dilakukan setelah tali pusat bayi dipotong dan diikat (Suryandari, 2014).
D. Memberikan identitas diri
Segera setelah IMD, bayi baru lahir difasilitas kesehatan       segera mendapat tanda pengenal
berupa gelang yang digunakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi.
Gelang pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis
kelamin (Suryandari, 2014).
E. Memberikan suntikan vitamin K1
Karena sistem pembukaan darah bayi baru lahir belum   sempurna, semua BBL beresiko
mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan, pada semua bayi baru lahir,
terutama bayi berat lahir rendah, berikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg
dosis tunggal, intramuscular pada anterolateral paha kiri (Mika, 2016).
F. Memberi salep mata antibiotic
pada kedua mata Salep mata antibiotic diberikan untuk mencegah terjadinya   infeksi pada mata.
Salep ini diberikan 1 jam setelah lahir. Salep mata antibiotic yang biasa digunakan adalah
tetrasiklin 1%.
G. Memberikan imunisasi
Imunisasi hepatitis B pertama (HB-0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara
intramuscular. Imunisasi B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu ke bayi baru lahir (Marmi, 2012).
H. Melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan/pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, dan kelahiran (Marmi, 2012).  Pencegahan InfeksiMenurut Dwienda dkk
(2012), pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi
baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan
penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai
berikut:
a.   Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
b.   Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c.   Memastikan semua peralatan, termaksud klem, gunting dan benang tali pusat telah disinfeksikan
tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jnagan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
d. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kan yang digunakan untuk bayi, telah
dalam keadaan bersih.
e.  Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali
setelah digunakan).
f.   Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari
(putting susu tidak boleh disabun).
g.  Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun
setiap hari.
h.   Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang
bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

C.    Konsep Dasar Asfiksia


1.      Pengertian
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bisa bernafas secara spontan dan teratur.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada
bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2010).
Asfiksia atau gagal bernafas adalah keadaan bayi baru lahir dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur saat lahir atau beberapa menit setelah lahir. Keadaan gagal
bernafas ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis (Marmi, 2012).
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah bayi lahir yang ditandai dengan hipiksemia, hiperkarbia, dan asidosi
(Dwienda dkk, 2012).
2.    Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda terjadinya asfiksia neonatorum menurut Marmi (2012), adalah:
a.  DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak janin.
c. Tonus otot buruk karena keurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain.
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung
f.       Pernafasan cepat karena kegagalan obseorbsi cairan paru-paru atau nafas megap-megap
g.      Sianosis atau pucat karena kekurangan oksigen dalam darah
h.      Penurunan terhadap rangsangan
Gejala dan tanda terjadinya asfiksianonatorum menurut Sudarti (2013), adalah:
a.       Tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau bernafas lambat (kurang dari 30 x/menit).
b.      Pernafasan tidak teratur, tidak atau adanya retraksi (pelekukan dada).
c.       Tangisan lemah atau merintih.
d.      Warna kuli pucat atau biru.
e.       Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.
f.       Denyut jantung tidak ada atau lambat (kurang dari 100 x/menit).
3.      Klasifikasi
Menurut Marmi (2012) kalsifikasi asfiksia adalah sebagai berikut:
a.      Virgous Baby Skor apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan segera.
b.      Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang) Skor apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilita tidak ada.
c.      Asfiksia berat Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisisk ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100 x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilita, tidak
ada.Klasifikasi asfiksia menurut Maryanti, dkk (2011) adalah:
a.   Bayi lahir normal (nilai APGAR 7-10).
b.   Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6).
c.   Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
4.      Etiologi
Menurut), asfiksia dipengaruhi beberapa faktor penyebab seperti:
a.     Faktor ibu
1.     Hipoksia ibu dan gangguan darah uterus.
2 .    Pre-eklamsi dan eklamsi.
3.    Perdarahan antepartum.
4.     Partus lama.
5.     Demam selama hamil.
6.    Infeksi berat (malaria, sifilis, dan TBC).
7    Postmature.
b.   Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia pada
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
c.   Faktor fetus
1. Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbillikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
2. Lilitan tali pusat.
3. Simpul tali pusat.
4. Prolapsus tali pusat.
d.  Faktor neonantus
1.   Bayi premature.
2.   Mekonium dalam ketuban.
3.   Depresi pusat pernafasan pada BBL yang terjadi karena beberapa hal, yaitu: pemakaian obat
anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan
janin, trauma pada persalinan, kelainan kongenital pada bayi.
Menurut Suryandari, penyebab terjadinya asfiksia yaitu:
a)   Asfiksia dalam kehamilan
1. Penyakit infeksi akut dan kronik.
2. Keracunan obat bius.
3.  Uremia dan toksemia gravidrum.
4. Anemia berat.
5. Cacat bawaan.
6.   Trauma.

b)   Asfiksia dalam persalinan


1.  Kekurangan O2
2. Partus lama.
3. Ruptur uteri yang memeberat, kontraksi uterus yang terus- menerus   mengganggu sirkulasi
darah ke plasenta.
4 . Tekanan terlalu kuat pada plasenta oleh kepala janin.
5. Prolapsus fenikuli, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
6. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
7. Perdarahan banyak, contohnya karena plasenta previa dan solusio plasenta.
8. Jika plasenta sudah tua, asfiksia bisa disebabkan oleh postmaturitas (serotinus) atau difungsi
uteri.
5.      Patofisiologi
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat
menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi yaitu berupa kerusakan otak atau bahkan
kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen
(hipoksia) pada tubuh. Bayi akan beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan
metabolism anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan lama, metabolism anaerob
akan menghasilkan asam laktat. Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran
darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia.
Pada stadium awal terjadinya hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini bayi
tampak sianosis, tetapi sirkulasi darah relative masih baik. Curah jantung yang meningkat dan
adanya vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peningkatan tekana darah dan reflex
bradikardi ringan (Marmi, 2012).
Apneu primer dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia
miokardium dan asidosis dapat memperberat bradikardi, hipoksia, vasokontriksi, dan hipotensi.
Keadaan ini dapat terjadi sampai 5 menit dan kmudian terjadi apneu sekunder (Dwienda, 2012).
Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah menurun.
Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi kecuali pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera di mulai (Marmi,
2012).
6.     Pencegahan Asfiksia Neonatorum
Pencegahan, eliminasi dan antisipasi terhadap faktor-faktor risiko asfiksia menjadi prioritas
utama. Bila ibu memiliki faktor yang memungkinkan bayi lahir dengan asfiksia, maka langkah-
langkah yang harus dilakukan. Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan seperti anjuran WHO Untuk mencari dan mengeliminasi faktor-faktor risiko.
Bila bayi berisiko premature yang kurang dari 34 minggu, pemberian kortikosteroid 24 jam
sebelum lahir menjadi prosedur rutin yang dapat membantu maturasiparu-paru bayi dan
mengurangi komplikasi sindroma komplikasi sindroma pernafasan (Marmi, 2012).
Pada saat persalinan, penggunaan partograph yang benar dapat membantu deteksi dini
kemungkinan diperlukannya resusitasineonatus. Adanya kebutuhan dan tantangan untuk
meningkatkan kerja sama antara tenaga obstetric dikamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan
untuk penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan.

7.     Komplikasi dan Masalah


Menurut Arif dkk (2009), masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir dengan asfiksia
sedang adalah hipotermi, risiko infeksi, dan gangguan nutrisi.
Menurut Kosim (2010), komplikasi dan masalah yaitu:
a.  Otak (ensopalo hipoksis iskemik)
b.  Ginjal (gagal ginjal akut)
c.   Jantung (gagal jantung)
8. penanganan pada asfiksia neonatorum
Asfikisa bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/ hipoksia janin. Resusitasi dapat
dilihat dari berat ringanya derajat asfiksia, yaitu: dengan cara menghitung nilai APGAR(Novita,
2011).
Menurut (Novita 2011,). Prinsip melakukan tindakan resusitasi yang perlu diingat adalah:
8.   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada bayi asfiksia, adalah dengan tindakan resusitasi segera
setelah lahir. Resusitasi setelah lahir adalah upaya untuk membuka jalan nafas, mengusahakan
agar oksigen masuk ke tubuh bayi dengan meniupkan nafas ke mulut bayi (resusitasi
pernafasan), menggerakan jantung (resusitasi jantung) sampai bayi mampu bernafas spontan dan
jantung berdenyut spontan secara teratur (Marmi, 2012).Resusitasi dilakukan sesuai dengan
tahapan resusitasi dan sangat bergantung pada derajat asfiksia (ringan, sedang, dan berat),
keadaan tidak bernafas disertai gangguan fungsi jantung, keadaan tidak bernafas dengan jantung
tidak berdenyut, serta ada tidaknya aspirasi meconium. Pada asfiksia berat diperlukan
pemasangan endotracheal tube. Natrium bikarbonat hanya diberikan pada keadaan asidosis
metabolic dan diberikan secara hati-hati, karena cairan ini bersifat hipertonis yang memudahkan
terjadinya perdarahan intracranial (Marmi, 2012).
Selain tindakan resusitasi, bayi dengan asfiksia neonatorum membutuhkan terapi suportif dan
terapi medikamentosa. Terapi suportif diberikan dalam bentuk cairan infuse dextrose 5-10%
untuk mencegah hipoglikemi, cairan elektrolit, dan pemberian oksigen yang adekuat. Terapi
medikamentosa dimaksudkan untuk mencegah terjadinya edema cerebri dengan pemberian
kortikosteroid (masih kontroversi) dan phenobarbital untuk melokalisirperdarahan dan
mengurangi metabolism serebral (Marmi, 2012).
Menurut Walyani (2015), penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia adalah:
A.)    Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada BBL adalah terjadinya asfiksia. 3
kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia yaitu kurangnya oksigenasisel, retensi
karbondioksida yang berlebihan, dan asidosis metabolic. Kombinasi dari ketiga hal tersebut
menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan
kehidupan.Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu untuk mengembalikan efek-efek
biokimiaasfiksia sehingga mencegah kerusakan otak dan organ yang akibatnya akan ditanggung
sepanjang hidup. Sebelum bidan memutuskan untuk melakukan resusitasi, perlu adanya
identifikasi dari kondisi bayi yang didasarkan pada beberapa hal berikut:
T: Trauma
A: Asfiksia janin
M: Medikasi internal
M: Malformasi
S: Sepsis
S: Syok
B.)   Teknik resusitasi bayi baru lahir yang efektif teknik membuat pernapasan yang adekuat
menurut Mika (2016):
Pengisap lender Beberapa BBL tidak segera dapat melakukan pernafasan secara spontan
karena tidak dapat mengeluarkan lendir sendiri, maka bidan harus melakukan pengisapan lendir.
Pengisapan lendir dimulai dari mulut kemudian dilanjutkan ke hidung. Alat yang digunakan
untuk penghisap lendir adalah suction dengan selang yang lembut. Pengisapan lendir de lee tidak
dianjurkan karena saat digunakan, tangan bidan akan terpajan cairan dari tubuh bayi. Cairan atau
lendir biasanya berada di daerah orofaring bayi. Posisi yang benar Setiap bayi dengan gangguan
pernapasan spontan sebaiknya ditempatkan dalam posisi tidur terlentang dengan posis leher
sedikit ekstensi. Tindakan ini membantu meminimalkan penyempitan trachea dan
memaksimalkan aliran udara. Apabila oksiput bayi sangat bengkak, letakan gulungan kain
setinggi 1-2 cm dibawah bahu bayi untuk mempertahankan jalan nafas agar sedikit hiperekstensi.
Stimulasi taktil Sambil melakukan evaluasi usaha nafas bayi, bidan melakukan stimulasi taktil
untuk merangsang napas bayi. Apabila bayilapneu memberikan respons terhadap stimulasi taktil,
berati bayi berada dalam apneuprimer. Pemberian oksigenApabila setelah stimulus taktil bayi
dapat bernapas dengan teratur namun warna kulit bayi masih kehitaman, maka dapat diberikan
oksigen 100% yang mengalir dengan bebas. Untuk memberikan oksigen dalam aliran bebas,
mengunakan selang oksigen yang dihubungkan dengan masker wajah/baganastesi yang
ditempatkan didekat wajah bayi. Warna kulit bayi yang kemerahan mengidentifikasikan adanya
peningkatan kondisi bayi, pemberian oksigen dikurangi secara bertahap. Pemberian ventilasi
tekanan positif (VTP) Apabila tidak ada pernapasan tertur dan spontan atau jika warna kulit bayi
tetap kehitaman, maka bidan harus memulai tindakan pemberian ventilasi tekanan positif dengan
menggunakan bag dan masker serta sumber oksigen dengan volume
10liter/menit.Penatalaksanaan resusitasiawal pada bayi baru lahir yaitu:
A   Persiapan Alat:
1. Sarung tangan
2. Selimut bayi
3. Ganjal kepala bayi
4. Handuk bersih dan kering
5. Penghisap lendir de lee
6. Larutan klorin 0,5 %
7. Cuci tangan
8.  Memakai sarung tangan
9.  Menyelimuti bayi kecuali muka dan dada
10. Memposisikan bayi sedikit ekstensi
11.   Membersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung tidak terlalu dalam
tenggorokamn dengan de lee
12. Mengringkan dan memberikan rangsangan taktil dengan lembut (menggosok punggung bayi
atau menyentil kaki bayiatau menepuk dengan lembut)
13. Mengatur posisi kembali bayi
14. Nilai ulang keadaan bayi (pernafasan, denyut jantung, warna kulit)
15. Membereskan alat dan merendam dalam larutan clorin 0,5 %
16. Melepas sarung tangan dan mencucinya dalam larutan clorin 0,5% dan dilepas secara terbalik
17.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
18.  Memberitahukan hasil tindakan kepada orang tua atau keluarga
19. Mendokumentasikan hasil tindakan

Penatalaksanaan resusitasi bayi baru lahir VTP yaitu:


B.     Persiapan alat
1.    Sarung tangan DTT
2.      Selimut bayi
3.       Ganjal kepala bayi
4.     Sungkup VTP
5.     Selang O2
6.    Tabung O2
7.    Larutan clorin 0,5%
8.    Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
9.     Menyelimuti bayi kecuali muka dan dada
10.    Memposisikan bayi sedikit ekstensi
11.  Menghubungkan sungkup VTP dengan selang O2
12. Memasang sungkup pada wajah bayi, menutup mulut, hidung dan dagu
13.  Melakukan ventilasi tekan positif dalam waktu 30 detik dengan tekanan:
(a)      Bayi cukup bulan: 30-40 CmH2O
(b)     Bayi kurang bulan: 20-25 CmH2O
14   Menilai ulang keadaan bayi (pernafasan, denyut jantung, warna kulit)
15.    Membereskan alat dan merendam dalam larutan klorin 0,5%
16. Melepaskan sarung tangan dan mencuci dalam larutan klorin 0,5% dan dilepaskan secara
terbalik
17.   Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
18.     Memberitahukan hasil tindakan kepada orang tua atau keluarga
19.   Mendokumentasikan hasil tindakan
Asuhan paska resusitasi Menurut Wiknjosastro (2009), setelah resusitasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berhasil dilakukan, bayi diserahkan kembali kepada orang tua/ jika tidak
dipindahkan ke unit perawatan intensif atau bayi baru lahir pasca resusitasi tetap dirawat dengan
cara:   Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir pasca resusitasi dengan cara sebagai
berikut: Lakukan kontak kulit bayi dengan dada ibu (metode kanguru). Periksa dan hitung usaha
nafas dalam 1 menit. Jika bayi baru lahir pasca resusitasi sianosis atau sukar bernafas dengan
frekuensi < 30 atau > 60 x/menit, ada tarikan dinding dada ke dalam atau merintih berikan
oksigen. Mengukur suhu tubuh pada bayi baru lahir pasca resusitasi. Jika suhu 36 derajat C atau
lebih, teruskan metode kanguru dan lakukan pemberian ASI. Namun jika suhu < 36 derajat C,
lakukan penanganan hipotermi Mendorong ibu mulai menyusui karena bayi baru lahir yang
mendapat resusitasi cenderung hipoglikemia
(a)  Jika kekukatan menghisap baik, proses penyembuhan optimal.
(b)  Jika menghisap kurang baik, lakukan penangana selanjutnya. Lakukan pemantauan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia pasca resusitasi sesering mungkin pada 24 jam pertama setelah bayi
baru lahir.
D.  Konsep Dasar Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Sedang
1.     Pengumpulan Data
a.      Data Subjektif
1.    Biodata
Menurut Nursalam (2010), pengkajian biodata antara lain:
a.    Nama bayi : untuk mengenal pasien
b.   Tanggal lahir : untuk mengetahui kapan bayi lahir.
c.   Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan.
d.    Nama orang tua : untuk mengethui identitas orang tua bayi.
e.    Umur : untuk mngetahui faktor dan tingkat kesuburan.
f.    Agama : berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.
g.  Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam
memberikan KIE.
h. Pekerjaan : untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi.
I.  Alamat : untuk mengetahui  tempat tinggal.
   Keluhan utama Pasien dengan asfiksia sedang, mengeluh keadaan bayi lemah dan bayi tidak
menangis spontan (Arief dkk, 2009). Riwayat kehamilan sekaran Menurut Marmi (2012), yaitu
a.    Lilitan tali pusat.
b.   Simpul tali pusat
c.    Prolapsus tali pusat.
d.   Bayi premature.
e.    Mekonium dalam ketuban.
f.   Depresi pusat pernafasan pada BBL yang terjadi karena beberapa hal, yaitu: pemakaian obat
atau anastesi obat yang berlebihan pada ibu yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
janin, terutama pada persalinan, kelainan kongenital pada bayi.
g.   Kekurangan O2.
h.   Partus lama.
  Riwayat penyakit kehamilan Meliputi: pre eklamsi dan eklamsi, infeksi berat (malaria, sifilis, dan
TBC) (Marmi, 2012). Kebiasaan ibu sewaktu hamil Pola nutrisi: dikaji untuk mengetahui apakah
ibu hamil mengalami gangguan nutrisi atau tidak pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi
frekuensi, kualitasi, keluhan, makanan, pantangan (Manuaba, 2010) Pola eliminasi: dikaji untuk
mengetahui berapa kali ibu buang air besar dan buang air kecil adalaha kaitannya dengan
obstipasi atau tidak (Mufdilah, 2009).Pola istirahat: istirahat merupakan kebiasaan yang
dianjurkan bagi kehamilannya (Mufdilah,2009).Pola seksualitas: untuk mengetahui berapa kali
ibu melakukan hubungan suami istri dalam seminggu, ada keluhan atau tidak (Varney, 2010)
Personal hygiene: perlu dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. Kebersihan
perorangan sangat penting supaya tidak terjadi infeksi kulit (Mufdilah, 2009).Kebiasaa buruk:
dikaji untuk mengetahui kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan, dan alkohol
(Mufdilah,2009). Pada ibu hamil yang mengkonsumsi rokok, penggunaan obat-obatan, dan
alkohol dapat menyebabkan terjadinya abortus dan infeksi pada janin (Stoppard, 2009).

b.     Data ObjektifPemeriksaan Umum


Menilai APGAR score pada menit pertama, kelima, dan sepuluh.
Tabel 1. Penilaian APGAR Score Pada Menit Pertama, Kelima dan Kesepuluh Pada Bayi
Baru Lahir Dengan Afiksia Sedang
Sumber :
Nilai
Fisik Varney
1
Appearance Badan merah dan (2010).

(warna kulit) ekstremitas biru


Pulse Lambat (<100 x/menit)
(denyut nadi)
Grimace Gerakan sedikit
(reflex)
Activiti Ekstremitas fleksi
(tonus otot)
Respiration Lemah tidak teratur
(usaha bernafas)
Keteragan nilai APGAR score 4-6 : bayi mengalami asfiksia sedan
      Pemeriksaan Khusus
a.     Tanda- tanda vital
1.     Denyut JantungPada asfiksia sedang frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit (Marmi,
2012).
2.   Pernafasan Pada asfiksia sedang usaha nafas lambat <40 x/menit (Marmi, 2012).
3.   SuhuPada asfiksia sedang suhu   C (Marmi, 2012).
b.  Antropometri Menurut Marmi (2012), yaitu:
1.    Lingkar kepala: ukuran normal 33-35 cm.
2.     Lingkar dada: ukuran normal 30-38 cm.
3.    Panjang badan: ukuran normal 48-52 cm.
4.      Berat badan: ukuran normal 2.500-4.000 gram.
c. Pemeriksaan ReflexMenurut Marmi, (2012). Yaitu:
1.     Refleks moro : Pada asfiksia sedang reflex moro ada dan kuat.
2.     Refleks rooting: Pada asfiksia sedang reflek rooting ada namun lemah.
3.    Refleks sucking: Pada asfiksia sedang ada namun lemah.
4.    Refleks tonik neck: Pada bayi asfiksia sedang reflex tonik neck ada namun lemah.
D )   Pemeriksaan Fisik (head to toe)
1.      Kepala: Lingkar kepala 33-35 cm (Dwienda dkk, 2012).
2.      Mata: Konjungtiva pucat (Sudarti, 2013).
3.      Hidung: pada asfiksia sedang tidak ada cuping hidung (Dwienda dkk, 2013).
4.      Mulut: sianosis atau pucat, karena kekurangan oksigen dalam darah (Marmi, 2012).
5.     Telinga: Simetris atau tidak (Sudarti, 2013).
6.      Leher: Tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau bernafas lambat (kurang dari
30 x/menit) (Sudarti, 2013).
7.      Dada: Pernafasan tidak teratur, tidak atau adanya retraksi (pelekukan dada) (Sudarti,
2013).
8.      Abdomen: Berbentuk silindris, lembut dan biasanya menonjol (Sudarti, 2013).
9.      Kulit: Warna kulit pada asfiksia sedang bayi tampak sianosis atau biru (Sudarti, 2013).
10.  Genetalia: Jika laki-laki, testis sudah turun kedalam scrotum. Untuk bayi perempuan,
labia mayora sudah menutupi labia minora, vagina berlubang dan uretra berlubang
(Dwienda dkk, 2012).Ekstremitas: Pada kasus asfiksia sedang bayi tampak sianosis dan
biru. Anus: anus berlubang bayi sudah mengeluarkan meconium (Sudarti, 2013).
E )  Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang adalah pemeriksaan
laboratorium, yang mencakup pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB, leukosit dan
trombosit (Nursalam, 2008).
2.     Interpretasi Data Dasar
   Diagnosa KeperawatanDiagnos Keperawatan Menurut Varney :
Bayi baru lahir Ny.INA  umur  menit dengan asfiksia sedang.Data Dasar:
1)     Data Subjektif menurut Nursalam
a)     Ibu mengatakan bayinya lemah
b)     Ibu mengatakan bayinya tidak menangis spontan
c)     Ibu mengatakan bayinya berumur 10 menit.
  Data Objektif menurut Nursalam (2008): Bayi baru lahir tidak dapat segera bernapas secara
spontan dan teratur.   Pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung kurang dari160x/menit,
tonus otot kurang baik, sianosis dan reflek iritabilitas tidak ada. Pada bayi dengan asfiksia sedang
nilai apgar scorenya 4-6.MasalahMasalah yang sering timbul pada bayi baru lahir dengan
asfiksia sedang adalah hipotermi, resiko infeksi, dan gangguan nutrisi (Maryanti, 2011)
KebutuhanKebutuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang adalah pencegahan infeksi,
pencegahan kehilangan panas, pembebasan jalan nafas, berikan rangsangan taktil, pada
punggung dan telapak kaki bayi, beri O22 liter/menit, dan pemberian ASI sedini mungkin
(Marmi, 2012) Diagnosa dan Masalah PotensialDiagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan
asfiksia sedang adalah asfiksia berat (Varney, 2010). Menurut Arif dkk (2009), masalah yang
sering timbul pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang adalah hipotermi, risiko infeksi, dan
gangguan nutrisi. Menurut Kosim (2010), komplikasi dan masalah yaitu:

a.     Otak (ensopalo hipoksis iskemik)


b.      Ginjal (gagal ginjal akut)
c.       Jantung (gagal jantung)
4.        Kebutuhan Segera
Penatalaksanaan khusus pada bayi asfiksia, adalah dengan tindakan resusitasi segera setelah
lahir. Resusitasi setelah lahir adalah upaya untuk membuka jalan nafas, mengusahakan agar
oksigen masuk ke tubuh bayi dengan meniupkan nafas ke mulut bayi (resusitasi pernafasan),
menggerakan jantung (resusitasi jantung) sampai bayi mampu bernafas spontan dan jantung
berdenyut spontan secara teratur (Marmi, 2012).

5.        Intervensi
Menurut Marmi (2012), asuhan pasca resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
yaitu:
a.     Beritahu ibu tanda-tanda pada bayi dengan asfiksia.
b.    Beritahu ibu jika bayi tidak mau menyusu, diare, dan lainnya untuk segera beritahu petugas.
c.   Lakukan pencegahan hipotermia.
d.    Lakukan pencegahan infeksi dan ajarkan ibu cara perawatan tali pusat.
e.     Beri vit k kepada bayi.
f.      Lakukan pemeriksaan fisik bayi secara sistematis.
g.    Lakukan pendokumentasian dan pencacatan laporan tindakan.
6.        Implementasi
Menurut Marmi (2012), asuhan pasca resusitasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia sedang yaitu:
   Memberitahu ibu tanda-tanda pada bayi dengan asfiksia.
(1)     Seperti kesulitan bernafas.
(2)     Warna kulit abnormal.
(3)     Suhu tubuh bayi tinggi/rendah dari suhu ibu.
(4)     Memberitahu ibu jika bayi tidak mau menyusu, diare, dan lainnya untuk segera beritahu
petugas.  Memberitahu ibu jika bayi tidak mau menyusu, diare, dan lainnya untuk segera
memberitahu ke petugas  Melakukan pencegahan hipotermia. Dengan ajarkan ibu metode
kanguru Melakukan pencegahan infeksi dan ajarkan ibu cara perawatan tali pusat agar tidak
terjadi infeksi. Dengan menggunakan kasa steril dan betadine. Memberi vit k. Dengan dosis 0,5
ml secara IM di 1/3 paha kiri luar bayi Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara sistematis.
(1)   Mulai dari tanda-tanda vital.
(2)   Antropometri.
(3)    Reflex.
Melakukan pendokumentasian dan pencacatan laporan tindakan

BAB III
METODE PENELTIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif yang menggunakan pendekatan melalui
manajemen asuhan Keperawatan menurut Helen Varney. Suatu metode yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk memaparkan/membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif.Studi
kasus adalah studi kasus yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu permasalahan melalui proses
yang terdiri dari unit tunggal. Jenis penilitian ini menggambarkan penatalaksanaan asuhan
Keperawatan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
B.    Populasi dan Sampel Penelitian
1.       Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni seluruh bayi baru lahir dengan
asfiksia sedang di Rumah sakit RB.Restu ibu sargen.
2.      Sampel Sampel yang digunakan untuk penelitian yaitu 1 bayi baru lahir  dengan asfiksia
sedang.
C.   Waktu Dan Tempat Penelitian
1.     Waktu Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan januari 2019
2.    Tempat Penelitian akan dilaksanakan di Rumah sakit RB Restu ibu sargen 2019
D.   Teknik Pengumpulan Data
Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan sekunder.
Data primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek atau obyek
penelitian oleh perorangan maupun organisasi. Data primer dapat diperoleh dari:

a.     Wawancara
b.     Observasi
  Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari obyek
penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dapat diperoleh melalui:  Studi dokumentasi yang
semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi. Jalan
PenelitianJalannya penelitian sebagai berikut adalah sebagai berikut:

1. Tahapan persiapan
a.      Pengajuan judul
b.      Mencari masalah sebagai subjek penelitian melalui fakta, data, informasi dari berbagai
media massa dan instansi yang lain.
c.      Survey awal dilokasi penelitian
d.      Pengumpulan buku sumber dan mencari data dan informasi melalui internet
e.      Menyusun hasil penelitian
2. Tahapan pelaksanaan
a.     Pengumpulan data
b.     Pengolahan data
c.     Analisis data
3. Tahap penyusunan laporan penelitian
a.     Penyelesaian laporan penelitian
b.     Konsultasi
     Ujian proposal     Perbaikan
    Tahap penelitian
Konsultasi   Ujian  Perbaikan Etika Penulisan Etika
penulisan menurut Trisnawati (2016)Infomed consent Infomed consent adalah persetujuan
sepenuhnya yang diberikan oleh klien atau walinya (bagi bayi, anak dibawah umur dan klien
yang tidak sadar) kepada bidan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan.
 Tanpa nama (Anonimity) Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan
nama pada lembar pengumpulan data, dan hanya menuliskan kode pada lembarpengumpulan
data.
 Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan dijamin
karahasiaannya oleh penetiti. Dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian.

BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS
Tanggal :23 agustus 2012
Tempat :Rs serwaru
Pukul :21.10 WIB
1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) Identitas bayi
a. Nama anak : bayi lila Ny. INA
b. Umur : 10 menit
c. Tgl/jln lahir : 23 agustus 2012/21.10 WIB
d. Jenis kelamin: perempuan
e. BB/PB : 3200 gram /50 cm
2) Identitas ibu identitas ayah
a. Nama : Ny. INA Nama :Tn. niko
b. Umur : 20 tahun umur :23 tahun
c. Agama : Kristen Agama :Kristen
d. Suku bangsa : Indonesia/jawa suku bangsa :Indonesia/ jawa
e. Pendidikan : SMA pendidikan :SMA
f. Pekerjaan : IRT pekerjaan :swasta
g. Alamat : tewel RT32,pelem gandung karang malang,serwaru.
b. Anammnese (data subjektif)
Pada ibu
1) Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT :ibu mengatakan haid pertma hait reakhir pada tanggal 13
November 2011
b. HPL :ibu mengatakan hari perkiraan lahir pada tanggal 20 agustus 2012
c. Keluhan –keluhan pada
Trimester1 :ibu mengatakan mual muntah dipagi hari
TrimesterII :ibu mengatakan ada keluhan
TrimesterIII :ibu mengatakan tidak ada keluhan
d) ANC
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilanya sebnayak 6 kali di bidan, yaitu pada
Umur kehamilan 1 bulan, 3 bulan, 4 buan, 6 bulan, 7 bulan, dan 9 bulan.
e.) penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu menagatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang tablet fe,gizi ibu
Ibu hamil dan tanda-tanda persalinan.
f.) Imunisasi
Ibu mengatakan pendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali di bidan yaitu pada
Saat capeh dan pada saat usia kehamilan 4 bulan.
2.) Riwayat kehamilan
a. tempat persalinan :RB SERWARU penolong bidan
b. jenis persalinan :spontan
c. komplikasi /kelainan dalam persalinan :tidak ada kelainan
d. plasenta
1. berat placenta :500gram
2. panjang :50cm
3. jumblah kotiledon :22
4. cairan ketuban :jernih,jumblah + 40cc
5. insersi tali pusat :centralis
6. kelainan :tidak ada kelainan
7. lama persalinan :
kala1 : 13 jam - menit
kalaII : - jam 10 menit
kalaIII : - jam 10 menit
kalaIV : 2 jam - menit
total : 15 jam 20 menit

3). Riwayat penyakit


a) Riwayat penyakit saat hamil :
Ibu mengatakan saat hamil tidak sedang menderita penyakit yang menyertai
kehamilanya sperti :flu, batuk dan pilek.

b) Riwayat penyakit sistematik :


1. Jantung :ibu mengatakan tidak pernah berdebar-deba
Saat beraktivitas, tidak nyeri dada pada
bagaian kiri dan tidak berkeringat dingin
ditelapk tangan.
2. Ginjal :ibu mengatakan tidak pernah sakit pada
Bagian pinggang
3. Asma /TBC :ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas
Dan batuk berkepanjanagan selama 100
100 hari.
4. Hepatitis :ibu mengatakan tidak pernah telihat kuning
Pada daerah mata,ujung kuku dan kulit.
5. DM :inu mengatakan tidak menderita penyakit
Gula darah gejala sering haus,lapar,dan
sering kencing di malam hari.
6. Hipertensi :ibu mengataka selama hamil hasil
Tekanan darahnya tidak pernah lebih dari
140/100mmHg.
7. Epilepsi :ibu mengatakan tidak pernah kejang-kejang
Sampai mengeluarkan busa dari mulut.
8. Lin-lain :ibu mengatakan tidak pernah menderita
Penyakit lainya.

c) Riwayat penyakit keluarga


1. Menular
Ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suaminya idak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBC,Hepatitis.
2. Menurun
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun suaminya tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti:Jantung,DN, dan Hipertensi.
d) Riwayat keturunan kembar:
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada
yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.
f) Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan khusus apgar score

Jumlah

Tanda
Menit 1 menit II menit III

2 2 2

1 2 2
Table2.
1 1 2

1 1 1

1 1 1

Jumlah 6 7 8
Sumber : pasien bayi lili
2. Pemeriksaan umum
a. Suhu :36 derajat C
b. Pernafasaan :28 kali /menit
c. Denyut jantung :120 kali/menit
d. Keaktifan :lemah
3. Pemeriksaan fisik sistematis
a. Kepala :normal,tidak ada kesalahan
b. Ubun-ubun :datar berdenyut
c. Muka :pucat,simetris, tidak ada oedema
d. Mata :simetris,congjuntiva kemerahan,sklera putih.
e. Telinga :bersih simetris, tidak ada serumen.
f. Hidung :terdpat napas, cuping hidung, terdapat secret,tidak
Ada benjolan dan terpasang 02.
g. Mulut :kebiruan
h. Leher :tidak ada pembesar kelenjar tyroid
i. Dada :gerakan dada sesuai pola bernafas tidak terdapat
Retraksi.
j. Perut :normal, gidak ada pembesaran hati dan limpa.
k. Tali pusat :tali pusat tidak ada perdarahan, terbungkus kassa
Steril.
l. Punggung :tidak ada pembengkakan pada daerah punggung.
m. Eksterminitas :kebiruan, tidak ada oedema akral dingin,kuku
Sudah melenihi jari.
n. Genetalia :labia mayora sudah menutupi labia minora.
o. Anus :berlubang.
4. Reflek
a. Moro :kuat
b. Suching :lemah
c. Tonick neck :lemah
5. Antropometri
a. Lingkaran kepala :32cm
b. Lingkaran dada :29cm
c. PB/BB :50cm/3200gram.
d. Lila :tidak dilakukan
6. Eliminasi
a. Urine :sudah keluar
b. Mekonium :sudah keluar
c. Pemerisaan penunjang: tidak dilakukan
2) Interpretasi data
Tanggal : agustus 2012 pukul:21.30 WIB
a. Diagnose kebidanan
Bayi baru lahir Ny,INA umur 10 menit dengan asfiksia sedang
Data dasar:
1) Data subjektif
a) Ibu mengatakan bayinya lemah
b) Ibu mengatkan bayinya tidak menagis spontan
c) Ibu mengatakan anaknya yang pertama lahir pada tanggal 23
Agustus 2012,pukul,21.10WIB
2) Data objektif
Nilai apgar score menit pertma 6,yaitu:
(1) Denyut jantung 135x/menit, nilai :2
(2) Pernafasaan lambat,tidak teratur,nilai :1
(3) Tinus otot anggota badan ditekuk,nilai :1
(4) Reaksi rangsangan muka menyerang,nilai :1
(5) Angota badan bayi biru,nilai :1
b) pemeriksaan fisik
(1) warna kulit :kebiruan
(2) Hidung :Terdapat nafas cuping hidung, terdapat secret,tidak
Ada benjolan dan Terdapat retraksi
(3) Mulut :kebiruan
(4) Dada :gerakan dad sesuai pola bernafas,terdapat retraksi
c) vital sign
S :36 derajat C
Denyut jantung :120x/menit
R :28x/menit
d) pemeriksaan reflek :ada lemah
(1) Reflek moro :ada, kuat
(2) rooting :ada.lemah
(3) suching :ada,lemah
(4) Tonick neck :ada, lemah
e) pemeriksaan antropometri yaitu:
(1) lingkaran kepala:32 cm
(2) lingkaran dada :29cm
(3) LILA :tidak dilakukan
(4) BB/PB :3200 gram/50cm.
b. Masalah
bayi terjadi hipotermi
c. Kebutuhan
Pemberian lampu sorot pada bayi,mengeringkan tubuh bayi.
3. Diangnosa potensial
Potensial terjadi asfiksia berat
4. Tindakan segera
Perawatan bayi, pemebersihan jalan napas, pemberian 02 agar suhu bayi tetap
hangat, kolaborasi dengan dokter.
5. Rencana tindakan
Tanggal :23 Agustus 2012
a. Lakukan pendekatan dengan keluarga
b. Keringkan tubuh bayi
c. Berikan lampu sorot pada bayi.
d. Ganti kain basah dengan kain kering yang bersih.
e. Bungkus tubuh bayi.
f. Posisi kepala bayi sedikit ekstensi
g. Bersihkan jalan nafas dari hidung,hingga mulut menggunakan dee lee.
h. Bersihkan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
i. Observasi tanda-tanda vital bayi,terutama pernafasan pada tiap 4 jam.
j. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi:
1) Oksigen 2liter/menit
2) Injeksi vitmin.K 1mg secara IM
3) Cefotaxim 1 x125 mg
k. Lakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 derajat C
6. Pelaksanaan
Tanggal :23
a. MeLakukan pendekatan dengan keluarga
b. Mengeringkan tubuh bayi
c. Memberikan lampu sorot pada bayi.
d. Menganti kain basah dengan kain kering yang bersih.
e. Membungkus tubuh bayi.
f. MemPosisikan kepala bayi sedikit ekstensi
g. MemBersihkan jalan nafas dari hidung.
h. MemBersihkan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
i. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi,terutama pernafasan pada tiap 4 jam.
j. Melaksanakan advis dokter dengan memeberikan terapi:
1) Oksigen 2liter/menit
2) Injeksi vitmin.K 1mg secara IM
3) Cefotaxim 1 x125 mg
k. Melakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 derajat C
7. Evaluasi
a. Telah dilakukan penekatan dengan keluarga pasien.
b. Telah dikeringka tubuh bayi.
c. Telah diberikan lampusorot pada bayi
d. Telah diganti kain basah dengan kain kering yang bersih.
e. Telah dibungkus tubuh bayi.
f. Telah diberishkan jalan napas dari mulut hingg hidung.
g. Telah diberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
h. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi, dengan hasil:S:36
derajat C N:100X/menit R:28x/menit
i. Telah diberikan terapi oksigen :2liter.menit,injeksi vitamin, K 1mg secara
IM,cefotaxim 1x125 mg
j. Telah dilakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,derajat C
k. Telah dilakukan pemeriksaan reflek dengan hasil:
( 1) Reflek moro :ada, kuat
(2) rooting :ada.lemah
(3) suching :ada,lemah
(4) Tonick neck :ada, lemah
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal :24 agustus 2012 pukul:07,00wib
S:subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai membaik
2. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai bisa menghisap dan menelan saat minum susu.
0: Objektif
1. Keadaann umum bayi baik dan bergerak aktif
2. Tanda –tanfa vital bayi:
Denyut jantung :120x/menit.
R :42X/MENIT
S :36,6 derajat C
3. warnah kulit kemerahan
4. tali pusat terbungkus kassa steril, dan masih basah
5. pemeriksaan reflek:
(1) Reflek moro :ada, kuat
(2) rooting :ada.kuat
(3) suching :ada,kuat
(4) Tonick neck :ada, kuat
6. pemberian oksigen dihentikaan.
A:Assement
Bayi Ny. INA umur 1 hari dengan asfiksia sedang perawatan 1 hari.
P:Planing
Tanggal :24 agustus 2012 :pukul:07.15 WIB
1. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi setiap 4 jam.
2. Menobservasi output bayi
3. Mempertahangkan suhu tubuh bayi agar hangat dengan cara membungkus bayi
menggunakan kain kering dan bersih.
4. Memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI, sebanyak 25cc/4 jam.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand dan
menggkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
6. Melakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa steril.
7. Menganjurkan ibu untuk perawatan payudara pada massa nifas.
Evaluasi
Tanggal:24 agustus 2012 pukul:12,00WIB
1. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi setiap 4 jam dengan hasil :
Denyut jantung :120x/menit
R :42x/menit
S :36,6 derajat C
2. Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil
a) BAK
Frekwensi :7-8x/hari.
Warna :kuning jernih.
b) BAB
Frekuensi :2-3x/hari
Konsistensi :padat
Warna :kuning kehitaman
2. Bayi telah terbungkus dengan kain kering dan bersih.
3. Telah diberikan kebutuhan cairan pada bayi beruapa PASI sebanyak 15cc/4 jam.
4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand dan mengkonsumsi makanan
dengan menu simbang.
5. Telah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa steril.
6. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara pada massa nifas.

DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal :25agustus 2012 Pukul:07.00WIB
S:Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah mulai memberikan ASI kepada bayinya,tetapi belum keluar.
2. Ibu mengatakan bayinya sudaj dimandikan.
O:Ojektif
1. Reflex isap bayi sudah baik
2. Tanda –tanda vital bayi:
Denyut jantung :120x./menit
R :42x/menit
S :36.6 derajat C
3. Tonus otot leher
4. Gerakan dada sesui denga pola bernapas.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik.
A:Assement
Bayi Ny. INA Umur 2 hari dengan asfiksia sedang perawatan hari kedua
P:Planing
1. Mempertahangkan suhu tubuh bayi dengan bayi tetep terbungkus, agar suhu tubuh bayi
tetap normal.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
3. Mengobservasi output pada bayi.
4. Memberikan kebutuhan cairaan pada bayi berupa PASI, sebanyak 25cc/jam
5. Mengajarkan pada ibu cara memandikan bayi dan merawat tali pusat
6. Menganjurkan ibu agar tetap memberikan ASI.
7. Meningatkan kembali pada ibu untuk merawat payudara pada saat nifas.
8. Mempersiapkan ibu dan bayi untuk pulang.
Evaluasi
Tanggal :25agustus 2912 Pukul:10.00WIB
1. Bayi telah dibungkus dan suhu bayi sudah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi dengan hasil
Denyut jantung:142x/menit R:42x/menit
S :36.6derajat C
Warna kulit :kemerahan
3. Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil:
a) BAK
Frekwensi :7-8x/hari
Warna :kuning jernih
b) BAB
Frekwensi :2-3x/hari
Konsistensi :padat
Warna :kuning
4. Telah diberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI sebanyak 20cc/4 jam.
5. Ibu sudah mengerti dan paham bagimana cara memandikan bayi dan merawat tali pusat.
6. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara pada saat nifas.
7. Ibu dan bayi pulang pukul :10.00wib.

BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir penyususunan karya tulis ilmiah yang berjudul “bayi yang baru lahir dengan
asfiksia sedang di rumah sakit restu ibu sargen”
A.Kesimpulan
1. pengkajian terhadap bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang dilakukan dengan
Pengumbpulan data sibjektif yang diperoleh dari hasil wawancara pada pasien keluhan
Bayi tidak menangis segera lahir,dan tidak bernapas spontan segera setelah lahir.data
Objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik yaitu dengan pemeriksaan khusus (apgar
score).
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan aku rat sehingga
Didapatkan diagnosis kebidanan bayi Ny INA umur 10 menit dengan asfiksia sedang.
Masalah yang timbul adalah hipotermi pada bayi, kebutuhan yang diberikan adalah
Mengeringkan tubuh bayi dan memeberikan lampu sorot pada bayi.
3. Diagnosa potensial pada bayi yang brau lahir dengan asfiksia sedang adalah sedang
Adalah asfiksia berat,tetapi tidak terjadi karena telah dilakukan perawatan secra intensif.
4. Tindakan segera yang dilakukan pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang adalah
perawatan bayi, pembersihan jalan napas, pemberiann 02,menjaga agar suhu tetap
hangat,kolaborasi dengan tim medis.
5. Dalam menyusung suatu rencana asuhan kebidanan pada bayi yang baru lahir dengan
asfiksia sedang dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan melakukan pendekatan pada
keluarga pasien, keringkan tubuh bayi, berikan lampu sorot pada bayi, ganti kain basah
dengan kain kering dan bersih,bungkus tubuh bayi,possisikan kepala sedikit ektensi,
bersihakan jalan napas dan mulut hingg hidung, berikan rangsangan taktil pada telapak kaki
dan punggung bayi, observasi tanda-tanda vital bayi terutama pernapasaan,berikan terapi
oksigen 2 liter/menit :cefotaxim 1x125 mg, observasi pernapasan tiap 4 jam
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang sesuai
dengan rencana yang sudah dibuat yaitu melakukan pendekatan pada keluarga pasien,
mengeringkan tubuh bayi, memposisikan kepala bayi harus ekstensi, membersihkan jalan
napas, dari mulut hingga hidung, memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan
punggung bayi, observasi tanda-tanda vital pada bayi terutama pernapasaan, memberikan
teerapi oksigen 2 liter/menit :injeksi vit K 1 mg secara IM,cefotaxim 1x125mg,
mengobservasi pernapasaan tiap 4 jam.
7. Evaluasi dari asuhan kebidanan bayi yang baru lahir pada bayi Ny.INA dengan asfiksia
sedang diperoleh dari hasil akhir bayi normal, tidak terdapat infeksi,vital sign normal,reflek
baik, nutrisi terpenuhi, dapat bernapas dengan spontan dan menangis keras,setelah dilakkan
tindakan resusitasi dan perawatan selama 2 hari.
8. Didalam pemberian terapi terdapat kesengajaan antara teori dan praktek dilapangan yaitu
dilapangan diberikan tepai oksigen 2 liter/menit,injeksi vit K 1 mg,cefotaxim 1x125 mg
9. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena bayi yang menderita asfiksia sedang hanya
bermaslah di paru-parunya, sehingga untuk kebutuhan cairaan bayi yang cukup diberikan
saja, tetapi didalam pemberian cairan tersebut haruslah selalau dipantau apakah bayi
muntah atau tidak. Apabila bayi terus menerus muntah, tindakan yang harus dilakukan
adalah pemasangan NGT, pada kasus bayi Ny. INA bayi tidak terjadi gumoh PASI sehingga
pasih dapat terus dilanjutkan ASI tetap diberikan walau ASI belum keluar, karena hisapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan dapat memperbaiki reflek menelang dan mengisap
bayi. Disamping itu bayi juga, diberikan tambahan PASI agar kebutuhan nutrisinya
terpenuhi.

B. SARAN
Dari adanya kesimpulan tersebut diatas maka penulis dapat memberikan saran :
1. Bagi pasien
Pasien dipesan untuk segera membawa bayi mereka ke tangan kesehatan terdekat jika
terdpat tanda bahaya pada bayi yang baru lahir
2. Bagi profesi
Bisan diharapkan lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan yang sesuai dengan
pendekatan manejemen kebidanan tujuh langkah varney sehingga pelayanan yang di
hasilkan efektif dan efisien dapat tercapai pada klein.
3. Bagi RB
Diharapkan utuk lebih meningkatkan dan memperhatikan mutu pelayanan kesehatan dan
memberikan asuhan kebidanan pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang.
DAFTAR PUSATAKA
Arief dan Kristiyanasari. 2009. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Depkes RI. 2010. Angka Kematian Bayi Baru Lahir. (AKB).
http://Cetak.Kompas.Com/read/xml/2007/29/0051226//Stimulososial.Diakses
Depkes RI. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes RI
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Dwienda, 2012. Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta.
Jannah, Nurul 2009. Definisi Bayi Baru Lahir Normal. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kementerian Kesehatan RI (2015) Profil Kesehatan Indonesia Tahun. 2014.
Manuaba, Ida Ayu Candranita, Bagus, dan Gede 2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan
Obstetri Ginekologi untuk Profesi Bidan. Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Ayu Candranita, Bagus dan Gede. 2010. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB.
Jakarta: EGC.
Marmi.  2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryanti, Dwi. 2011. Neonatus, Byi dan Bidan. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Mufdilah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogjakarta: Nuha Medika Press.
Notoatmojo,S. 2010. metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prawirahardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Buku Bina Pustaka.
Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Seminen, 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.
Stoppard.Miriam. 2009. Buku Panduan Lengkap Kehamilan dan Persalinan Modern. Jakarta: Media
Abadi.
Sudarti. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI 2012.
http://www.bkkbn.go.id/.
Suryandari, 2014. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
Trisnawati, Friska. (2016) Pengantar Ilmu Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Varney, Helen.2007. Varney Midwifery. Jakarta: EGC.
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization: 2014.
Wiknjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yaasan Buku Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai