PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah individu yang lahir dari dunia dalam keadaan yang terbatas,
maka individu yang terbatas sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain (Janah, 2009). Pada
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan
bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Bayi baru lahir dengan
komplikasi adalah bayi dengan penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau
kematian, seperti asfiksia (Kementrian Kesehatan, 2015).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas, sehingga dapat menurunkan O2
dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Manuaba, 2010).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses
iniberlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Prawirohardjo, 2009). Klasifikasi asfiksia dibagi 3 macam
yaitu, yang pertama asfiksia ringan(nilai apgar 7-10), yang kedua asfiksia sedang (nilai apgar 4-6),
dan yang ketiga asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Dewi, 2013). Angka Kematian Bayi (AKB) di Dunia
masih tinggi. Menurut WHO ( World Health Orgazation), pada tahun 2013 angka kematian bayi di
dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi di Negara berkembang 37 per 1.000
kelahiran hidup, angka kematian bayi di Negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup, dan Asia Timur
11 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 24 per 1.000
lelahiran hidup, dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).Di Indonesia Angka
Kematian Bayi masih tinggi dibanding negara-negara di ASEAN lainnya seperti Malaysia,
Singapura, dan Filipina (Depkes RI 2010).
Menurut SDKI tahun 2012 Angka Kematian Bayi di Indonesia terdapat 32 per 1.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan data yang didapat kan dari WHO ( World Health Orgazation ).Pada tahun 2017
angkat kemtaian paba bayi (AKB ) sangat tingngi dimana WHO mencatat sekitar 3% (3, 6 juta) dari
28 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi yang meninggal ( Rochwati & Rizq,
2017).
Berdasarkan penelitian World Heatlh Orgazation (WHO), seluruh dunia terdapat kematian bayi
khususnya nenonatus sebesar 10.000.000 per tahun (Katiandagdo dan Kusmiayati). Laporan World
Heatld Orgazitaion (WHO) juga menyebabkan bahwa AKB sangat tinggi di indobesia dinama
penyebab kemataian karna askfisia sangat tinggi 36 per 146 kelahiran hidup. World Heatlh
Orgazatio (WHO, 2018). Berdasarkan hasil Survey Dinas Kesehatan Sulawesi Utara tahun 2016,
Angka Kematian Bayi di Kota Manado terdapat 21 per 1047 kelahiran hidup, 19,04% per 1047
kelahiran hidup meninggal disebabkan oleh asfiksia (SDKI, 2018).Survey awal dilakukan pada
tanggal 29 maret 2019 di Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal II di Kota Manado, didapatkan data
selama 3 bulan (2019) terdapat 14 per 129 kelahiran hidup yang mengalami asfiksia. 10 per 129
kelahiran hidup mengalami asfiksia sedang, dan 7 per 129 kelahiran hidup mengalami asfiksia berat.
Hal ini menunjukkan angka kejadian asfiksia sedang di Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal II Kota
Manado masih tinggi, sehingga asfiksia sedang membutuhkan penanganan segera yang tepat.
Masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia salah satunya partus macet, mekonium,
kehamilan lewat bulan (serotinu). Apabila tidak segeera ditagani akan mengakibat komplikasi
kedepannya. Dan apabila asfiksia tidak segera ditangani akang mengakinbatkan kemtaian pada bayi.
Solusinya harus melakukan pengangnan dengan secara efektif dan efisien.
Asfiksia atau gagal nafas dapat menyebabkan suplai oksigen ke tubuh menjadi terhambat, jika terlalu
lama membuat bayi menjadi koma, walaupun sadar dari koma bayi akan mengalami cacat otak.
Kejadian asfiksia jika berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak
dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Asfiksia juga dapat menimbulkan cacat seumur
hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan kematian (Safrina 2011).
Penatalaksanaan asfiksia bayi baru lahir, ada beberapa tindakan resusitasi yaitu, jaga bayi tetap
hangat, atur posisi bayi, membersihkan jalan nafas, keringkan dan rangsang bayi, atur posisi
kembali, serta lakukan penilaian (Manuaba, 2008). Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap,
segera lakukan tindakan ventilasi yang adekuat yaitu memasang sungkup, ventilasi percobaan (2
kali), ventilasi definitif (20 kali dalam 30 detik), lakukan penilaian kembali (JNPK-
KR,2009).Berdasarkan uraian data di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan
tentang judul “Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Degan Asfiksia sedang Di
Puskesmas SERWARU”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: bagaimana
penatalaksanan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. INAdengan asfiksia sedang di
Rumah sakit serwaru ibu segera dengan menggunakan pendekatan 7langkah varney?”
C. Tujuan studi kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan, pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang dengan
menerapkan manajemen kebidanan dengan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
Melaksanakan pengkajian pada bayi yang baru lahir ny.ina dengan asfiksia sedang secara
lengkap dengan sistematis
1. Menginterpretasikan data berupa diagnose kebidanan, masalah kebutuhan bayi yang baru lahir
dengan asfiksia sedang.
2. Menentukan diagnosa potensial pad bayi baru lahir Ny. INAdengan asfiksia sedang.
3. Melakukan antisipasi tindakan pada bayi baru lahir Ny INA dengan asfiksia sedang.
4. Merencanakan tindakan pada bayi baru lahir Ny, INA. Dengan asfiksia sedang.
5. Merencanakan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny. INA dengan asfiksia sedang.
6. Melakukan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny. INA dengan asfiksia sedang
7. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah dilakukan pada bayi baru lahir Ny. INA sengan
Asfiksia sedang.
a. Penulis dapat menganalisa kesengajaan antra teori dan kenyataan dilapangan termasuk factor
pendukung dan penghambat
b. penulis mampu memberi alternative pemecahan masalah jika terdapat kesengajaan pada asuhan
kebidanan yang telah diberikan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
D. Manfaat studi kasus
a. Bagi penulis
meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan penulis dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang .
b. Bagi profesi
Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainya dalam menangani kasus pada bayi
c. Bagi institusi
a. Rumah bersalin
Meningkatakan pelayanan kebidanan khususnya pada penaganan asuhan kebidanan
Pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
b. pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
Asfiksia sedang.
E. Keaslian studi kasus
dengan asfiksia judul “Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia sedang di
ruang perinatologi Rumah sakit SERWARU”Asuhan kebidanan yang dilakukan aldalah
membedakan jalan nafas dengan mengisap lendir dan rangsangan taktil, menghangatkan bayi,
mengobservasi keadan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam
memberikan terapi yaitu: injeksi kolfoxcim 1 kali 160 mg/hari, injeksi vitamin k 1 mg secara IM.
Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan umum: baik. Bayi tidak
hipotermi.
Dengam judul “ Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sdeang di ruang
perinatology Rumah sakit “ SERWARU” Asuhan kebidanan yang diberikan adalah
membersihkan jalan nafas, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan umum bayi, dan
kolabrasi dengan dokter spesialis anak dan pemberian terapi yaitu: pemberian O2 2 liter /menit.
Infus D 10% 8 tetes/ menit.ijenksi vitamin K 1kali 0,5mg, gentamicin 1kali 1,5 mg,
cefotaxim155 mg/12 jam. Hasil dari Asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan
umum baik:bayi baik tidak hipotermi.
dengan asfiksia judul “Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia sedang di ruang
perinatologi Rumah sakit SERWARU”Asuhan kebidanan yang dilakukan aldalah membedakan
jalan nafas dengan mengisap lendir dan rangsangan taktil, menghangatkan bayi, mengobservasi
keadan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam memberikan terapi yaitu:
injeksi vitamin K 1 kali 0,5 mg, injeksi clasep 2 kali 100 mg /12, infuse KA –EN IB 8 tetes/
menit, pemberian oksigen 2 liter/ menit. Hasil dari Asuhan yang diberikan adalah Asfiksia
teratasi keadaan umum baik, bayi tidak hipotermi
berdasarkan keaslian studi kasus dari karya ilmia yang dibuat oleh penulis, perbedaan tersebut
diantaranya adalah subjek studi kasus, lokasi studi kasus, dan pada pemberian terapi.
F. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan karya tulis ilmia dengan judul “Asuhan kebidanan
dengan bayi yang baru lahir pada bayi Ny. INA dengan asfiksia sedang dirumah bersalin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifiksi asfiksia
Menurut mochtar (2008), klasifikasi klnis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu sebagi berikut:
a. Asfiksia livida yaitu asfiksia yang memilki ciri meliputi warna kulit kebiru-biruan,
tonus otot masi baik, reaksi rangsangan masi positif, bunyi jantung regular, regnosis
lenih baik.
b. Asfiksia palida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot sudah
kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung ireguler, prognosis jelek.
Berikut ini adalah APGR score untuk menentukan asfiksia (ghai 2010).
NILAI 0 1 2
Nafas tidak ada tidak teratur teratur
Denyut jantung tidak ada <100kali /mnt >100 kali/mnt
Warna kulit biru/ pucat tubuh dan kaki merah jambu merah jambu
Gerakan tonus otot tidak ada tangan biru fleksi
Refleks (menangis) tidak ada lemah /lambat kuat
Sumber (ghani,2010)
Menurut mochtar (2008)setiap bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR, tabel tersebut
diatas dapat digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan, sedang,
atau asfiksia berat dengan klasifikasi sebagai berikut:
1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Pada
pemeriksaan fisik ditemukaan frekwensi jantung 100/kali/mnt, tonus otot buruk, sinosis
berat, dan terkadang pucat, reflex iritabilitas tidak ada.
2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas kembali. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi jantung lebih dari 100 kali /mnt,tonus otot kurang
baik atau baik,sinosis, reflex iribilitas tidak ada.
3) Bayi normal atau sdikit asfiksia (nilai APGAR 7-10)
Bayi diangaap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar Langkah kedua bermula dari data dasar: Menginterpretasi
data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan
kesehatan yang diidentifikasi khusus. Data masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena
beberapa masalah tidak didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu di
pertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah
sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini
sering kali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah
seseorang (Varney, 2010).
Langkah III: Identifikasi Diagnosa atau Masalah PotensialLangkah ketiga mengidentifikasi
masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah diagnosis saat ini berkenaan dengan
tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan
persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang
sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman. Sebagai contoh, seorang wanita
memiliki uterus yang mengalami distensi berlebihan (overdistention). Melihat keadaan ini, bidan
harus memperkirakan alasan terjadinya distensi berlebihan (misalnya: polihidraamnion, bayi
besar untuk masalah kehamilan, ibu diabetes gestasional, atau kehamilan kembar) dan kemudian
mengambil langkah antipasi, melakukan tindakan kewaspadaan, dan kemudian mempersiapkan
beberapa alternatif tindakan terhadap kemungkinan perdarahan pasca partum mendadak sebagai
akibat atonia uterus karena distensi berlebihan (Varney, 2010)
Langkah IV: Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan penanganan segera
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya
dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi saat bidan
melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru yang diperoleh terus dikaji
dan kemudian dievaluasi. Beberapa data mengidentifikasi situasi kedaruratan, mengharuskan
bidan mengambil tindakan yang cepat untuk mempertahankan ibu dan bayinya. Situasi lain
bukan merupakan situasi darurat, tetapi membutuhkan konsultasi dokter atau penatalaksanaan
darurat, tetapi membutuhkan konsultasi dokter atau penatalaksanaan kolaborasi (Varney, 2010).
Langkah V: Perencanaan Asuhan Secara Menyeluruh Langkah kelima mengembangkan
sebuah rencana perawatan yang menyeluruh ditemukan ditentukan dengan mengaju pada hasil
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang
diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang
dapat diantisipasi serta perawatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan
mengumpulkan setiap informasi yang hilang atau untuk melengkapi data dasar. Sebuah rencana
perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi ibu dan bayi baru lahir yang terlihat
dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk antipasi bagi ibu atau
orang tua apa yang akan terjadi selanjutnya. Petunjuk antipasi ini juga mencakup didikan dan
masalah sosial, ekonomi, agama, keluarga, budaya atau psikologis. Dengan kata lain, setiap yang
berkaitan dengan aspek perawatan kesehatan dapat digunakan dalam rencana perawatan
kesehatan (Varney, 2010).
Langkah VI: Pelaksanaan PerencanaanLangkah keenam adalah melaksanakan rencana
perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau
dilakukan sebagian oleh ibu dan orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak
dapat melakukan sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi
benar-benar dilakukan. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi
kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dengan komplikasi, bidan dapat mengambil
tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan kolaborasi yang menyeluruh.
Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas
perawatan kesehatan. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah
pendokumentasian secara berkala, akurat, dan menyeluruh (Varney,2010 )
Langkah VII: EvaluasiLangkah ketujuh merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu,
seperti yang telah di identifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosa, maupun
kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasi
semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi. Mungkin saja
sebagian efektif, sementara sebagian lain rencana tersebut tidak efektif. Apabila kita memadai
proses penatalaksanaan sebagai sebuah proses kesinambungan maka sangat penting untuk
memperbaiki setiap perawatan yang tidak efektif dan kemudian rencana disesuaikan lagi
(Varney, 2010).
3. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Metode SOAP
Salah satu metode dalam membuat manajemen asuhan Keperawatan adalah metode SOAP.
SOAP merupakan singkatan dari subjektif , objektif , assessment atau pengkajian , dan planning
atau perencanaann(Trisnawati, 2016).
a (Subjektif)Data subjektif merupakan data yang di peroleh melalui anamnesis. Data ini
berhubungan dengan sudut pandang pasien. Keluhan pasien dicatat sebagai kutipan/ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Untuk pasien yang bisu, bagian data di
belakang huruf “S” di beri huruf “O” atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna
wicara (Suryandari, 2014).
b. (Objektif)Data objektif merupakan data diperoleh melalu hasil observasi dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lain. Catatan medis dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat di masukkan kedalam data objektif ini. Data objektif akan
memberikan gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Suryandari,
2014).
C. (Assessment) atau pengkajian merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari
data subjektif dan objektif. Pengkajian ini akan mencakup diagnosis atau masalah, diagnosis
atau masalah potensial,) identifikasi tindakan kebutuhan segera untuk antisipasi diagnosis atau
masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera diidentifikasi menurut kewenangan bidan dan
meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk pasien (Suryandari, 2014).
D. (Planning) atau perencanan merupakan proses membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang. Rencana ini disusun berdasarkan pengumpulan data dan pengkajian terhadap pasien yang
telah di lakukan sebelumnya. Rencana asuhan harus bisa mencapai tujuan yang di harapkan
dalam waktu tertentu (Suryandari, 2014).
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0–28 hari.
Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan extrauterindan toleransi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik
(Marmi, 2012). Bayi baru lahir adalah bayi dengan berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat
seperti kelinan yang terdapat di daerah mulut, kelainan jantung, atresia oesophagus dan lainnya
(Suryandari, 2014).
2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Ciri-ciri bayi baru lahir menurut Dwienda (2012), adalah sebagai berikut:
a. Berat badan 2.500-4.000 gram.
b. Panjang badan 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Frekuensi jantung 120-160 x/menit.
f. Pernafasan 40-60 x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks
caeseosa.
h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya tempak sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun
(pada anak laki-laki).
k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk.
m. Graff reflex sudah baik, apabila diletakan satu benda ke telapak tangan, bayi akan menggenggam
atau adanya gerakan reflex.
n. Eliminasi baik, urin dan meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium akan
berwarna kecoklatan.
5. Intervensi
Menurut Marmi (2012), asuhan pasca resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang
yaitu:
a. Beritahu ibu tanda-tanda pada bayi dengan asfiksia.
b. Beritahu ibu jika bayi tidak mau menyusu, diare, dan lainnya untuk segera beritahu petugas.
c. Lakukan pencegahan hipotermia.
d. Lakukan pencegahan infeksi dan ajarkan ibu cara perawatan tali pusat.
e. Beri vit k kepada bayi.
f. Lakukan pemeriksaan fisik bayi secara sistematis.
g. Lakukan pendokumentasian dan pencacatan laporan tindakan.
6. Implementasi
Menurut Marmi (2012), asuhan pasca resusitasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia sedang yaitu:
Memberitahu ibu tanda-tanda pada bayi dengan asfiksia.
(1) Seperti kesulitan bernafas.
(2) Warna kulit abnormal.
(3) Suhu tubuh bayi tinggi/rendah dari suhu ibu.
(4) Memberitahu ibu jika bayi tidak mau menyusu, diare, dan lainnya untuk segera beritahu
petugas. Memberitahu ibu jika bayi tidak mau menyusu, diare, dan lainnya untuk segera
memberitahu ke petugas Melakukan pencegahan hipotermia. Dengan ajarkan ibu metode
kanguru Melakukan pencegahan infeksi dan ajarkan ibu cara perawatan tali pusat agar tidak
terjadi infeksi. Dengan menggunakan kasa steril dan betadine. Memberi vit k. Dengan dosis 0,5
ml secara IM di 1/3 paha kiri luar bayi Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara sistematis.
(1) Mulai dari tanda-tanda vital.
(2) Antropometri.
(3) Reflex.
Melakukan pendokumentasian dan pencacatan laporan tindakan
BAB III
METODE PENELTIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif yang menggunakan pendekatan melalui
manajemen asuhan Keperawatan menurut Helen Varney. Suatu metode yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk memaparkan/membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif.Studi
kasus adalah studi kasus yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu permasalahan melalui proses
yang terdiri dari unit tunggal. Jenis penilitian ini menggambarkan penatalaksanaan asuhan
Keperawatan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni seluruh bayi baru lahir dengan
asfiksia sedang di Rumah sakit RB.Restu ibu sargen.
2. Sampel Sampel yang digunakan untuk penelitian yaitu 1 bayi baru lahir dengan asfiksia
sedang.
C. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan januari 2019
2. Tempat Penelitian akan dilaksanakan di Rumah sakit RB Restu ibu sargen 2019
D. Teknik Pengumpulan Data
Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan sekunder.
Data primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek atau obyek
penelitian oleh perorangan maupun organisasi. Data primer dapat diperoleh dari:
a. Wawancara
b. Observasi
Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari obyek
penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dapat diperoleh melalui: Studi dokumentasi yang
semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi. Jalan
PenelitianJalannya penelitian sebagai berikut adalah sebagai berikut:
1. Tahapan persiapan
a. Pengajuan judul
b. Mencari masalah sebagai subjek penelitian melalui fakta, data, informasi dari berbagai
media massa dan instansi yang lain.
c. Survey awal dilokasi penelitian
d. Pengumpulan buku sumber dan mencari data dan informasi melalui internet
e. Menyusun hasil penelitian
2. Tahapan pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Analisis data
3. Tahap penyusunan laporan penelitian
a. Penyelesaian laporan penelitian
b. Konsultasi
Ujian proposal Perbaikan
Tahap penelitian
Konsultasi Ujian Perbaikan Etika Penulisan Etika
penulisan menurut Trisnawati (2016)Infomed consent Infomed consent adalah persetujuan
sepenuhnya yang diberikan oleh klien atau walinya (bagi bayi, anak dibawah umur dan klien
yang tidak sadar) kepada bidan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan.
Tanpa nama (Anonimity) Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan
nama pada lembar pengumpulan data, dan hanya menuliskan kode pada lembarpengumpulan
data.
Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan dijamin
karahasiaannya oleh penetiti. Dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Tanggal :23 agustus 2012
Tempat :Rs serwaru
Pukul :21.10 WIB
1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) Identitas bayi
a. Nama anak : bayi lila Ny. INA
b. Umur : 10 menit
c. Tgl/jln lahir : 23 agustus 2012/21.10 WIB
d. Jenis kelamin: perempuan
e. BB/PB : 3200 gram /50 cm
2) Identitas ibu identitas ayah
a. Nama : Ny. INA Nama :Tn. niko
b. Umur : 20 tahun umur :23 tahun
c. Agama : Kristen Agama :Kristen
d. Suku bangsa : Indonesia/jawa suku bangsa :Indonesia/ jawa
e. Pendidikan : SMA pendidikan :SMA
f. Pekerjaan : IRT pekerjaan :swasta
g. Alamat : tewel RT32,pelem gandung karang malang,serwaru.
b. Anammnese (data subjektif)
Pada ibu
1) Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT :ibu mengatakan haid pertma hait reakhir pada tanggal 13
November 2011
b. HPL :ibu mengatakan hari perkiraan lahir pada tanggal 20 agustus 2012
c. Keluhan –keluhan pada
Trimester1 :ibu mengatakan mual muntah dipagi hari
TrimesterII :ibu mengatakan ada keluhan
TrimesterIII :ibu mengatakan tidak ada keluhan
d) ANC
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilanya sebnayak 6 kali di bidan, yaitu pada
Umur kehamilan 1 bulan, 3 bulan, 4 buan, 6 bulan, 7 bulan, dan 9 bulan.
e.) penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu menagatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang tablet fe,gizi ibu
Ibu hamil dan tanda-tanda persalinan.
f.) Imunisasi
Ibu mengatakan pendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali di bidan yaitu pada
Saat capeh dan pada saat usia kehamilan 4 bulan.
2.) Riwayat kehamilan
a. tempat persalinan :RB SERWARU penolong bidan
b. jenis persalinan :spontan
c. komplikasi /kelainan dalam persalinan :tidak ada kelainan
d. plasenta
1. berat placenta :500gram
2. panjang :50cm
3. jumblah kotiledon :22
4. cairan ketuban :jernih,jumblah + 40cc
5. insersi tali pusat :centralis
6. kelainan :tidak ada kelainan
7. lama persalinan :
kala1 : 13 jam - menit
kalaII : - jam 10 menit
kalaIII : - jam 10 menit
kalaIV : 2 jam - menit
total : 15 jam 20 menit
Jumlah
Tanda
Menit 1 menit II menit III
2 2 2
1 2 2
Table2.
1 1 2
1 1 1
1 1 1
Jumlah 6 7 8
Sumber : pasien bayi lili
2. Pemeriksaan umum
a. Suhu :36 derajat C
b. Pernafasaan :28 kali /menit
c. Denyut jantung :120 kali/menit
d. Keaktifan :lemah
3. Pemeriksaan fisik sistematis
a. Kepala :normal,tidak ada kesalahan
b. Ubun-ubun :datar berdenyut
c. Muka :pucat,simetris, tidak ada oedema
d. Mata :simetris,congjuntiva kemerahan,sklera putih.
e. Telinga :bersih simetris, tidak ada serumen.
f. Hidung :terdpat napas, cuping hidung, terdapat secret,tidak
Ada benjolan dan terpasang 02.
g. Mulut :kebiruan
h. Leher :tidak ada pembesar kelenjar tyroid
i. Dada :gerakan dada sesuai pola bernafas tidak terdapat
Retraksi.
j. Perut :normal, gidak ada pembesaran hati dan limpa.
k. Tali pusat :tali pusat tidak ada perdarahan, terbungkus kassa
Steril.
l. Punggung :tidak ada pembengkakan pada daerah punggung.
m. Eksterminitas :kebiruan, tidak ada oedema akral dingin,kuku
Sudah melenihi jari.
n. Genetalia :labia mayora sudah menutupi labia minora.
o. Anus :berlubang.
4. Reflek
a. Moro :kuat
b. Suching :lemah
c. Tonick neck :lemah
5. Antropometri
a. Lingkaran kepala :32cm
b. Lingkaran dada :29cm
c. PB/BB :50cm/3200gram.
d. Lila :tidak dilakukan
6. Eliminasi
a. Urine :sudah keluar
b. Mekonium :sudah keluar
c. Pemerisaan penunjang: tidak dilakukan
2) Interpretasi data
Tanggal : agustus 2012 pukul:21.30 WIB
a. Diagnose kebidanan
Bayi baru lahir Ny,INA umur 10 menit dengan asfiksia sedang
Data dasar:
1) Data subjektif
a) Ibu mengatakan bayinya lemah
b) Ibu mengatkan bayinya tidak menagis spontan
c) Ibu mengatakan anaknya yang pertama lahir pada tanggal 23
Agustus 2012,pukul,21.10WIB
2) Data objektif
Nilai apgar score menit pertma 6,yaitu:
(1) Denyut jantung 135x/menit, nilai :2
(2) Pernafasaan lambat,tidak teratur,nilai :1
(3) Tinus otot anggota badan ditekuk,nilai :1
(4) Reaksi rangsangan muka menyerang,nilai :1
(5) Angota badan bayi biru,nilai :1
b) pemeriksaan fisik
(1) warna kulit :kebiruan
(2) Hidung :Terdapat nafas cuping hidung, terdapat secret,tidak
Ada benjolan dan Terdapat retraksi
(3) Mulut :kebiruan
(4) Dada :gerakan dad sesuai pola bernafas,terdapat retraksi
c) vital sign
S :36 derajat C
Denyut jantung :120x/menit
R :28x/menit
d) pemeriksaan reflek :ada lemah
(1) Reflek moro :ada, kuat
(2) rooting :ada.lemah
(3) suching :ada,lemah
(4) Tonick neck :ada, lemah
e) pemeriksaan antropometri yaitu:
(1) lingkaran kepala:32 cm
(2) lingkaran dada :29cm
(3) LILA :tidak dilakukan
(4) BB/PB :3200 gram/50cm.
b. Masalah
bayi terjadi hipotermi
c. Kebutuhan
Pemberian lampu sorot pada bayi,mengeringkan tubuh bayi.
3. Diangnosa potensial
Potensial terjadi asfiksia berat
4. Tindakan segera
Perawatan bayi, pemebersihan jalan napas, pemberian 02 agar suhu bayi tetap
hangat, kolaborasi dengan dokter.
5. Rencana tindakan
Tanggal :23 Agustus 2012
a. Lakukan pendekatan dengan keluarga
b. Keringkan tubuh bayi
c. Berikan lampu sorot pada bayi.
d. Ganti kain basah dengan kain kering yang bersih.
e. Bungkus tubuh bayi.
f. Posisi kepala bayi sedikit ekstensi
g. Bersihkan jalan nafas dari hidung,hingga mulut menggunakan dee lee.
h. Bersihkan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
i. Observasi tanda-tanda vital bayi,terutama pernafasan pada tiap 4 jam.
j. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi:
1) Oksigen 2liter/menit
2) Injeksi vitmin.K 1mg secara IM
3) Cefotaxim 1 x125 mg
k. Lakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 derajat C
6. Pelaksanaan
Tanggal :23
a. MeLakukan pendekatan dengan keluarga
b. Mengeringkan tubuh bayi
c. Memberikan lampu sorot pada bayi.
d. Menganti kain basah dengan kain kering yang bersih.
e. Membungkus tubuh bayi.
f. MemPosisikan kepala bayi sedikit ekstensi
g. MemBersihkan jalan nafas dari hidung.
h. MemBersihkan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
i. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi,terutama pernafasan pada tiap 4 jam.
j. Melaksanakan advis dokter dengan memeberikan terapi:
1) Oksigen 2liter/menit
2) Injeksi vitmin.K 1mg secara IM
3) Cefotaxim 1 x125 mg
k. Melakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,5 derajat C
7. Evaluasi
a. Telah dilakukan penekatan dengan keluarga pasien.
b. Telah dikeringka tubuh bayi.
c. Telah diberikan lampusorot pada bayi
d. Telah diganti kain basah dengan kain kering yang bersih.
e. Telah dibungkus tubuh bayi.
f. Telah diberishkan jalan napas dari mulut hingg hidung.
g. Telah diberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi.
h. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi, dengan hasil:S:36
derajat C N:100X/menit R:28x/menit
i. Telah diberikan terapi oksigen :2liter.menit,injeksi vitamin, K 1mg secara
IM,cefotaxim 1x125 mg
j. Telah dilakukan perawatan bayi dengan incubator dengan suhu 36,derajat C
k. Telah dilakukan pemeriksaan reflek dengan hasil:
( 1) Reflek moro :ada, kuat
(2) rooting :ada.lemah
(3) suching :ada,lemah
(4) Tonick neck :ada, lemah
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal :24 agustus 2012 pukul:07,00wib
S:subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai membaik
2. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai bisa menghisap dan menelan saat minum susu.
0: Objektif
1. Keadaann umum bayi baik dan bergerak aktif
2. Tanda –tanfa vital bayi:
Denyut jantung :120x/menit.
R :42X/MENIT
S :36,6 derajat C
3. warnah kulit kemerahan
4. tali pusat terbungkus kassa steril, dan masih basah
5. pemeriksaan reflek:
(1) Reflek moro :ada, kuat
(2) rooting :ada.kuat
(3) suching :ada,kuat
(4) Tonick neck :ada, kuat
6. pemberian oksigen dihentikaan.
A:Assement
Bayi Ny. INA umur 1 hari dengan asfiksia sedang perawatan 1 hari.
P:Planing
Tanggal :24 agustus 2012 :pukul:07.15 WIB
1. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi setiap 4 jam.
2. Menobservasi output bayi
3. Mempertahangkan suhu tubuh bayi agar hangat dengan cara membungkus bayi
menggunakan kain kering dan bersih.
4. Memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI, sebanyak 25cc/4 jam.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand dan
menggkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
6. Melakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa steril.
7. Menganjurkan ibu untuk perawatan payudara pada massa nifas.
Evaluasi
Tanggal:24 agustus 2012 pukul:12,00WIB
1. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi setiap 4 jam dengan hasil :
Denyut jantung :120x/menit
R :42x/menit
S :36,6 derajat C
2. Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil
a) BAK
Frekwensi :7-8x/hari.
Warna :kuning jernih.
b) BAB
Frekuensi :2-3x/hari
Konsistensi :padat
Warna :kuning kehitaman
2. Bayi telah terbungkus dengan kain kering dan bersih.
3. Telah diberikan kebutuhan cairan pada bayi beruapa PASI sebanyak 15cc/4 jam.
4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand dan mengkonsumsi makanan
dengan menu simbang.
5. Telah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa steril.
6. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara pada massa nifas.
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal :25agustus 2012 Pukul:07.00WIB
S:Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah mulai memberikan ASI kepada bayinya,tetapi belum keluar.
2. Ibu mengatakan bayinya sudaj dimandikan.
O:Ojektif
1. Reflex isap bayi sudah baik
2. Tanda –tanda vital bayi:
Denyut jantung :120x./menit
R :42x/menit
S :36.6 derajat C
3. Tonus otot leher
4. Gerakan dada sesui denga pola bernapas.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik.
A:Assement
Bayi Ny. INA Umur 2 hari dengan asfiksia sedang perawatan hari kedua
P:Planing
1. Mempertahangkan suhu tubuh bayi dengan bayi tetep terbungkus, agar suhu tubuh bayi
tetap normal.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
3. Mengobservasi output pada bayi.
4. Memberikan kebutuhan cairaan pada bayi berupa PASI, sebanyak 25cc/jam
5. Mengajarkan pada ibu cara memandikan bayi dan merawat tali pusat
6. Menganjurkan ibu agar tetap memberikan ASI.
7. Meningatkan kembali pada ibu untuk merawat payudara pada saat nifas.
8. Mempersiapkan ibu dan bayi untuk pulang.
Evaluasi
Tanggal :25agustus 2912 Pukul:10.00WIB
1. Bayi telah dibungkus dan suhu bayi sudah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi dengan hasil
Denyut jantung:142x/menit R:42x/menit
S :36.6derajat C
Warna kulit :kemerahan
3. Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil:
a) BAK
Frekwensi :7-8x/hari
Warna :kuning jernih
b) BAB
Frekwensi :2-3x/hari
Konsistensi :padat
Warna :kuning
4. Telah diberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa PASI sebanyak 20cc/4 jam.
5. Ibu sudah mengerti dan paham bagimana cara memandikan bayi dan merawat tali pusat.
6. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara pada saat nifas.
7. Ibu dan bayi pulang pukul :10.00wib.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir penyususunan karya tulis ilmiah yang berjudul “bayi yang baru lahir dengan
asfiksia sedang di rumah sakit restu ibu sargen”
A.Kesimpulan
1. pengkajian terhadap bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang dilakukan dengan
Pengumbpulan data sibjektif yang diperoleh dari hasil wawancara pada pasien keluhan
Bayi tidak menangis segera lahir,dan tidak bernapas spontan segera setelah lahir.data
Objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik yaitu dengan pemeriksaan khusus (apgar
score).
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan aku rat sehingga
Didapatkan diagnosis kebidanan bayi Ny INA umur 10 menit dengan asfiksia sedang.
Masalah yang timbul adalah hipotermi pada bayi, kebutuhan yang diberikan adalah
Mengeringkan tubuh bayi dan memeberikan lampu sorot pada bayi.
3. Diagnosa potensial pada bayi yang brau lahir dengan asfiksia sedang adalah sedang
Adalah asfiksia berat,tetapi tidak terjadi karena telah dilakukan perawatan secra intensif.
4. Tindakan segera yang dilakukan pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang adalah
perawatan bayi, pembersihan jalan napas, pemberiann 02,menjaga agar suhu tetap
hangat,kolaborasi dengan tim medis.
5. Dalam menyusung suatu rencana asuhan kebidanan pada bayi yang baru lahir dengan
asfiksia sedang dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan melakukan pendekatan pada
keluarga pasien, keringkan tubuh bayi, berikan lampu sorot pada bayi, ganti kain basah
dengan kain kering dan bersih,bungkus tubuh bayi,possisikan kepala sedikit ektensi,
bersihakan jalan napas dan mulut hingg hidung, berikan rangsangan taktil pada telapak kaki
dan punggung bayi, observasi tanda-tanda vital bayi terutama pernapasaan,berikan terapi
oksigen 2 liter/menit :cefotaxim 1x125 mg, observasi pernapasan tiap 4 jam
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang sesuai
dengan rencana yang sudah dibuat yaitu melakukan pendekatan pada keluarga pasien,
mengeringkan tubuh bayi, memposisikan kepala bayi harus ekstensi, membersihkan jalan
napas, dari mulut hingga hidung, memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan
punggung bayi, observasi tanda-tanda vital pada bayi terutama pernapasaan, memberikan
teerapi oksigen 2 liter/menit :injeksi vit K 1 mg secara IM,cefotaxim 1x125mg,
mengobservasi pernapasaan tiap 4 jam.
7. Evaluasi dari asuhan kebidanan bayi yang baru lahir pada bayi Ny.INA dengan asfiksia
sedang diperoleh dari hasil akhir bayi normal, tidak terdapat infeksi,vital sign normal,reflek
baik, nutrisi terpenuhi, dapat bernapas dengan spontan dan menangis keras,setelah dilakkan
tindakan resusitasi dan perawatan selama 2 hari.
8. Didalam pemberian terapi terdapat kesengajaan antara teori dan praktek dilapangan yaitu
dilapangan diberikan tepai oksigen 2 liter/menit,injeksi vit K 1 mg,cefotaxim 1x125 mg
9. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena bayi yang menderita asfiksia sedang hanya
bermaslah di paru-parunya, sehingga untuk kebutuhan cairaan bayi yang cukup diberikan
saja, tetapi didalam pemberian cairan tersebut haruslah selalau dipantau apakah bayi
muntah atau tidak. Apabila bayi terus menerus muntah, tindakan yang harus dilakukan
adalah pemasangan NGT, pada kasus bayi Ny. INA bayi tidak terjadi gumoh PASI sehingga
pasih dapat terus dilanjutkan ASI tetap diberikan walau ASI belum keluar, karena hisapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan dapat memperbaiki reflek menelang dan mengisap
bayi. Disamping itu bayi juga, diberikan tambahan PASI agar kebutuhan nutrisinya
terpenuhi.
B. SARAN
Dari adanya kesimpulan tersebut diatas maka penulis dapat memberikan saran :
1. Bagi pasien
Pasien dipesan untuk segera membawa bayi mereka ke tangan kesehatan terdekat jika
terdpat tanda bahaya pada bayi yang baru lahir
2. Bagi profesi
Bisan diharapkan lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan yang sesuai dengan
pendekatan manejemen kebidanan tujuh langkah varney sehingga pelayanan yang di
hasilkan efektif dan efisien dapat tercapai pada klein.
3. Bagi RB
Diharapkan utuk lebih meningkatkan dan memperhatikan mutu pelayanan kesehatan dan
memberikan asuhan kebidanan pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia sedang.
DAFTAR PUSATAKA
Arief dan Kristiyanasari. 2009. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Depkes RI. 2010. Angka Kematian Bayi Baru Lahir. (AKB).
http://Cetak.Kompas.Com/read/xml/2007/29/0051226//Stimulososial.Diakses
Depkes RI. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes RI
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Dwienda, 2012. Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta.
Jannah, Nurul 2009. Definisi Bayi Baru Lahir Normal. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kementerian Kesehatan RI (2015) Profil Kesehatan Indonesia Tahun. 2014.
Manuaba, Ida Ayu Candranita, Bagus, dan Gede 2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan
Obstetri Ginekologi untuk Profesi Bidan. Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Ayu Candranita, Bagus dan Gede. 2010. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB.
Jakarta: EGC.
Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryanti, Dwi. 2011. Neonatus, Byi dan Bidan. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Mufdilah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogjakarta: Nuha Medika Press.
Notoatmojo,S. 2010. metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prawirahardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Buku Bina Pustaka.
Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Seminen, 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.
Stoppard.Miriam. 2009. Buku Panduan Lengkap Kehamilan dan Persalinan Modern. Jakarta: Media
Abadi.
Sudarti. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI 2012.
http://www.bkkbn.go.id/.
Suryandari, 2014. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
Trisnawati, Friska. (2016) Pengantar Ilmu Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Varney, Helen.2007. Varney Midwifery. Jakarta: EGC.
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization: 2014.
Wiknjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yaasan Buku Bina Pustaka.