“ METRITIS ”
DISUSUN OLEH :
ENGGI SAFITRi
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang “ Metritis ”.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
LANGKAH VI Implementasi 16
PENDOKUMENTASIAN 17
3.1 Kesimpulan 21
3.2 Saran 21
2
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Metritis akut
Metritis Akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan
bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan metritis
akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa
pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat
jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi
abses.
b. Metritis Kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan
leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya
disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
1) Abses pelvik
2) Peritonitis
3) Syok septic
4) Dispareunia
5) Trombosis vena yang dalam
6) Emboli pulmonal
7) Infeksi pelvik yang menahun
8) Penyumbatan tuba dan infertilitas
2.2 Angka kejadian
2.3 Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti
eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam
2
tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih
dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai
penghuni normal jalan lahir. Kuman- kuman masuk ke dalam endometrium,
biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium.
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis
serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat
lapisan terdiri atas leukosit – leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjelaran. Faktor resiko untuk
terjadinya infeksi masa nifas sangat bervariasi pada umumnya dibagi menjadi
faktor yang berkaitan dengan:
1) Faktor status sosial ekonomi Penderita dengan status sosial ekonomi yang
rendah mempunyai risiko timbulnya infeksi nifas jika dibandingkan dengan
penderita dengan kelas sosial ekonomi menengah atau tinggi. Hal ini
berhubungan dengan keadaan gizi yang rendah, anemia, perawatan antenatal
yang tidak adekuat, dan lain-lain.
2) Faktor proses persalinan Proses persalinan sangat mempengaruhi risiko
timbulnya infeksi nifas, di antaranya adalah partus lama, tertinggalnya sisa-
sisa plasenta/ selaput ketuban, dan perdarahan yang terjadi.
Miometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak
normal, seperti abortus, retensi sekundenarum, kelahiran premature, kelahiran
kembar, kelahiran yang sukar (distosia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat
yang dipergunakan untuk pertolongan pada kelahiran yang sukar.
3
6) Nyeri di daerah pelvic
7) Nyeri di punggung kaki (betis)
8) Gangguan kesuburan
9) Gangguan buang air besar (sembelit atau kembung)
2.6 Penatalaksanaan
1.) Segera transfuse, jika ada perdarahan.
2.) Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas damam selama 48 jam.
- Ampisillin 2 gram IV setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV
tiap 24 jam, ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam.
- Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnostic.
3.) Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
serta sisa kotiledon.
4.) Jika tidak ada kemajuan dengan terapi konservatif, dan ada peritonitis
(demam, nyeri lepas, dan nyeri abdomen), lakukan laparatomi dan drain
abdomen.
5.) Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.
2.7 Komplikasi
Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
1) Abses pelvik
Pada keadaan yang sangat jarang selulitis parametrium yang terjadi
akan meluas dan menjadi abses pelvik. Bila ini terjadi maka harus dilakukan
drainse pus yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan
jarum berukuran besar maupun ke posterior dengan melakukan kolpootomi
4
yaitu pindahkan pembedahan yang membawa porsio dari usus besar melewati
dinding abdomen. Selain itu, perlu juga diberikan antibiotik yang adekuat.
2) Peritonitis
Peritonitis merupan penyulit yang kadang-kadang terjadi pada
penderita pasca seksiosesaria yang mengalami metritis disertai nekprosis dan
dehisensi insisiuterus. Pada keadaan yang lebih jarang didapatkan pada
penderita yang sebelumnya mengalami seksio sesaria kemudian dilakukan
persalinan perpaginam ( VBAC : Vaginal brith after csection ). Abses pada
perametrium atau adeneksa dapat pecah dan menimbulkan peritonitis
generalista.
3) Syok septik
Syok septik atau syok endotoksik merupakan suatu ganguan
menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab
utama adala infeksi bakteri gram negatif. Sering dijumpai pada abrotus septik,
korioamionitis, dan infeksi pasca persalinan.
4) Dispareunia
Adalah rasa sakit atau nyeri pada saat melakukan hubungan seksual.
Metritis bisa menyebabkan penderitanya merasakan ketidaknyamanan atau
nyeri saat melakukan hubungan seksual.
5) Trombosis vena yang dalam
Trombosis vena dalam adalah kondisi medis yang di tandai dengan
pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena dalam didalam tubuh
(Vena profunda) yang dapat menyumbat baik seluruh maupun sebagian aliran
daarah yang melalui vena, menyebabkan gangguan sirkulasi darah.
Kebanyakan DVT ditemukan pada tungkai bawah, paha, atau panggul. Pada
gumpalan darah yang lebih besar yang menyumbat vena dengan berat, gejala,
seperti nyeri, dan pembekakan pada salah satu tungkai (biasanya betis)
disertai dengan daerah kulit yang hangat, biasanya timbul.
6) Emboli pulmonal
Emboli pulmonal adalah kondisi medis yang ditandai dengan
pernapasan pendek yang mendadak dan tidak dapat dijelaskan, nyeri dada, dan
batuk, akibat penyumbatan salah satu pembuluh darah. Penyumbatan biasanya
disebabkan oleh gumpalan darah yang berjalan didalam paru-paru.
Komplikasi ini dikenal dengan emboliparu dan dapat mengancam jiwa.
7) Infeksi pelvik yang menahun
5
Metritis yang tidak diobati akan menyebakan terjadinya infeksi pelvik
yang menahun, yang bisa menyebakan penderitanya meninggal apabila tidak
diobati.
8) Penyumbatan tuba dan infertilitas
Bila penderita metritis tidak mendapat penanganan secara cepat atau
tidak diobati maka akan menyebabkan terjadinya penuyumbatan tuba yang
akan menghalangi terjadinya proses ovulasi yang bisa menyebabkan
terjadinya invertilitas.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
No. Medrec :
Diagnosa : P1A0 dengan
gejala metritis
6
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
Nama : Ny.”Y” / Tn”R”
Agama : Islam / Islam
Suku : Jawa / Bugis
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT / wiraswasta
B. DATA BILOGIS
1. Keluhan utama
Ibu datang ke Puskesmas Kandai dengan keluhan sudah dua hari panas
badan dingin, nyeri perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari
vagina bau busuk seperti nanah. Ibu melahirkan pada tanggal 6 agustus 2021,
perdarahan normal, ibu melahirkan di rumah ditolong oleh bidan.
1.) Riwayat keluhan utama
9) Mulai timbul : pasca persalinan, tanggal 8 agustus 2021
10) Sifat keluhan : hilang timbul
11) Lokasi keluhan : perut bagian bawah
12) Pengaruh keluhan terhadap fungsi tubuh : sangat mengganggu
13) Usaha klien untuk mengatasi keluhan : berbaring di tempat tidur
2. Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang
a. Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti
AIDS, PMS, hepatitis, TBC, dan juga penyakit keturunan seperti asma,
Diabetes mellitus, jantung, dan hipertensi.
b. Ibu mengatakan tidak ada riwayat transfusi darah, opname, dan operasi.
c. Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi atau memiliki pantangan terhadap
makanan atau obat-obatan tertentu.
d. Ibu mengatakan tidak ada riwayat ketergantungan terhadap obat-obatan dan
alkohol.
3. Riwayat kesehatan keluarga
7
a. Ibu mengatakan baik dari pihak ibu maupun ayah tidak ada riwayat
penyakit menular seperti TBC, AIDS, hepatitis, PMS.
b. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti
Diabetes mellitus, hipertensi, asma, dan jantung.
4. Riwayata reproduksi
a. Riwayat haid
1.) Menarche : 13 tahun
2.) Siklus haid : 28 – 30 hari
3.) Lamanya : 5 – 7 hari
4.) Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut/ hari
5.) Perlangsungan : normal, teratur
6.) Kelainan haid : tidak ada
b. Riwayat obstetric
Riwayat persalinan sekarang
1.)P1A0
2.)Ibu melahirkan tanggal 6 Agustus 2021 , pukul 16.45 wita.
3.)Jenis persalinan : normal, spontan, letak kepala belakang
4.)Penolong : bidan
5.)Tempat persalinan : ruang besalin Puskesmas Kandai
6.)Perdarahan : ± 250 cc
7.)Kontraksi uterus : baik, teraba keras dan bundar
8.)Plasenta lahir lengkap dan selaput utuh.
9.)Proses persalinan
a. Lama kala I : ± 15 jam ( pukul 01.00 – 16.00 wita )
b. Lama kala II : ± 20 menit ( pukul 16.00 – 16.40 wita )
c. Lama kala III : ± 5 menit ( pukul 16.40 – 16. 45 wita )
d. Lama kala IV : ± 2 jam ( pukul 16.45 – 18.45 wita )
10.) Bayi lahir dengan j enis kelamin perempuan (♀)/ berat badan
( BB) 3500 gram, panjang badan ( PB ) 48 cm, apgar score 8/9 dan ASI
(+) / bayi menyusu dengan baik.
c. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat infertilitas, tumor, operasi, atau penyakit
lainnya.
d. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
5. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
8
1.) Kebiasaaan
a. Frekuensi makan : 3 – 4 kali/ hari
b. Frekuensi minum : 6 – 8 kali/ hari, banyaknya 6-8 gelas/ hari
c. Pantangan makanan : tidak ada
2.) Pasca persalinan
a. Frekuensi makan : 2 – 3 kali sehari
b. Frekuensi minum : 5 – 7 gelas sehari
c. Pola eliminasi
1.) Kebiasaan
BAK
a. Frekuensi : 3 – 4 kali / hari
b. Warna : kuning jernih
c. Bau : khas amoniak
d. Masa lah : tidak ada
BAB
a. Frekuensi : 1 – 2 kali / hari
b. Konsistensi : lunak
c. Masalah : tidak ada
2.) Pasca persalinan
BAK
Ibu berkemih 1 kali pasca persalinan pukul 16.45 wita dengan
kateterisasi, volume urin 750 cc.
BAB
Ibu belum BAB sejak pasca persalinan hingga saat pengkajian.
d. Pola istirahat
1.) Kebiasaan
a. Malam : 6 – 8 jam ( pukul 21.00 wita – 05.00 wita)
b. Siang : 1-2 jam ( pukul 13.00 – 14.00 wita )
c. Masalah : tidak ada
2.) Pasca persalinan
a. Malam : 4 – 5 jam ( pukul 23.00 wita – 04.00 wita)
b. Siang : tidak terpenuhi
c. Masalah : sulit tidur karena nyeri dan demam yang
dirasakan
e. Kebersihan diri
1.) Kebiasaan
a. Rambut dibersihkan 3 kali seminggu menggunakan sampo
9
b. Badan dibersihkan 2 kali sehari menggunakan sabun
c. Mulut/gigi dibersihkan setelah makan, saat mandi, dan
sebelum tidur.
d. Kuku tangan dibersihkan setiap kali kotor
e. Pakaian diganti setiap kali mandi dan setiap kali kantor
f. Genitalia dibersihkan setiap mandi dan setelah BAB atau
BAK.
2.) Pasca persalinan
Ibu belum dapat memenuhi kebutuhan kebersihan diri seperti
biasa
C. PENGETAHUAN IBU NIFAS
1.) Pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri terutama kebersihan
organ genitalia.
2.) Pengetahuan tentang ASI
a. Manfaat ASI : ibu belum tahu
b. Teknik menyusui : ibu belum tahu
c. ASI eksklusif : ibu belum tahu
d. Pengetahuan tentang kebutuhan perawatan payudara : ibu belum
tahu
e. Pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas : ibu belum
tahu
f. Pengetahuan tentang perawatan bayi : ibu belum tahu
D. DATA SOSIAL
1. Dukungan suami : suami ibu senang atas kelahiran bayinya
2. Dukungan keluarga : keluarga senang atas kelahiran bayinya
3. Masalah : tidak ada
E. PEMERIKSAAN
1. Kesadaran : composmentis
2. Berat badan : 59 kg
3. Tingggi badan : 156 cm
4. LILA : 23,5 cm
5. Tanda- tanda vital
TD : 90/60 mmHg
N : 86 x/menit
S : 39,5 ˚ C
P : 24 x/menit
6. Kepala
10
Rambut panjang, lurus, hitam, tidak rontok, tidak berketombe, tdak berabau,
serta tidak ada benjolan.
7. Wajah
Ekspresi wajah meringis saat nyeri timbul, tidak ada cloasma, dan tidak ada
oedema.
8. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus,
penglihatan ibu baik/normal.
9. Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada epitaksis, tidak ada
pengeluaran sekret.
10. Mulut/gigi
Mulut tampak bersih, bibir lembab, tidak ada caries, tidak ada gigi yang
tanggal.
11. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada
pengeluaran sekret, dan pendengaran ibu baik/normal.
12. Leher
Tidak ada pelebaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjari
thyroid.
13. Payudara
Payudara simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, terjadi
hyperpigmentasi areola mammae, tidak ada benjolan, colostrum sudah ada,
ASI sudah ada.
14. Abdomen
Tidak ada bekas operasi, tampak striae livide dan linea nigra, nyeri tekan saat
palpasi, TFU teraba 6 jari di bawah pusat.
15. Genitalia luar
Masih tampak lochea rubra berbau busuk, tidak ada luka episiotomi, tampak
luka perineum derajat satu, luka jahitan masih basah, telah dijahit dengan
pola interrupterd ( jahitan putus-putus ) sebanyak 6 jahitan, tidak ada oedema,
tidak ada varises, dan tidak ada massa atau benjolan.
16. Anus
Tidak ada homorroid, tidak ada oedema.
17. Ekstremitas
a. Tangan
11
Tangan simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada
oedema.
b. Kaki
Kaki simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada oedema,
tidak ada varises, dan refleks patella positif (-).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin : 10,4 gr %
2. Leukosit : 150.00 UI
3. Golongan darah : 0
G. OBAT- OBATAN
a. Vitamin C
b. Amoxillin
c. Sulfat Ferosus
d. Methylergomethrine
DAN KEBUTUHAN
1. P1A0
Dasar
Data subjektif
a. Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya tanggal 17 Februari 2013, pukul
16.45 wita, anak hidup.
b. Ibu mengatakan bayi yang dilahirkan adalah anak yang pertama.
c. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran.
d. TFU teraba 3 jari di bawah pusat
e. Tampak pengeluaran lochea rubra.
f. Tampak strie livide dan linea nigra.
Data objektif
12
a. Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat, selama 2
hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari
ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari 10 tidak teraba lagi
dari luar (Sastrawinata, 1983).
b. Lochea rubra adalah sekret luka plasenta yang keluar dari vagina yang
berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak mengandung
darah segardari sisi selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, mekonium,pengeluaran segera setelah persalinan sampai dua hari
pasca persalinan ( Mochtar, 1999 : 116).
c. Pada kulit terdapat depisit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
MSH ( Melanophore Stimulating Hormone ). Kulit juga seperti retak,
warnanya berubah agak hiperemis dan kebiruan yang disebut striae livide.
Setelah partus, striae livide berubah warnanya menjadi putih dan disebut
striae albicantes. ( Wiknjosastro, editor. Ilmu Kebidanan edisi ketiga.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 863 –
875).
2. Post partum 4 hari
Dasar
Data subjektif
a. Ibu mengatakan melahirkan bayinya pada tanggal 17 Februari 2013, pukul
16.45 wita.
b. Ibu mengatakan melahirkan anak yang pertama, anak hidup.
c. TFU teraba 3 jari di bawah pusat pada dua jam post partum.
d. Tampak pengeluaran lochea rubra pada dua jam post partum
Data objektif
Dari tanggal 6 Agustus 2021 pada pukul 16. 45 saat plasenta lahir sampai
dengan tanggal 10 Agustus 2021 pukul 10.30 wita saat pengkajian terhitung
post partum 4 hari. Pada pemeriksaan fisik teraba TFU 6 jari di bawah pusat
karena involusi uteri jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
peristaltik berangsur-angsur akan mengecil.( Mochtar, 1999 : 116).
3. Masalah
a. Nyeri tekan saat palpasi abdominal
13
b. Lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah
c. Demam tinggi 39,5 0C
d. Gangguan psikologis berupa cemas
Dasar
Data subjektif
Data objektif
Analisis interpretasal
Gejala dan tanda metritis yaitu demam menggigil, nyeri di bawah perut,lochia
berbau dan bernanah, nyeri tekan uterus, perdarahan pervaginam, syok.
4. Kebutuhan
a. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
b. Kolaborasi untuk pemberian terapi dengan dokter
c. Konseling mengatasi cemas
Potensial terjadinya syok hemorargi, abses pelvik peritonitis, syok septik, trombosis
vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan infertilitas.
Dasar
Data subjektif
14
c. Ibu cemas dengan keadaannya
Data objektif
1. Tindakan segera
a. Mengurangi cairan yang hilang
b. Mengganti cairan yang hilang
15
2. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
b. Menyiapkan rujukan bila sewaktu-waktu diperlukan
1. Tujuan
a. Tidak terjadi komplikasi
b. Tidak terjadi perdarahan.
c. Memenuhi kebutuhan psikologis ibu dalam mengatasi kecemasan
d. Memberi pemahaman kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan dasar
ibu nifas.
2. Kriteria keberhasilan
a. Mengungkapkan adanya reduksi rasa ketidaknyamanan / nyeri.
b. Pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas dapat dipahami dengan baik
oleh ibu dan keluarga.
c. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, dan obat-obatan dapat
tercapai
3. Rencana tindakan
1.) Jelaskan kepada ibu dan keluarga kondisi ibu saat ini
Rasional : ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu dengan gejala
dan tanda yang ibu alami.
2.) Libatkan keluarga untuk melakukan kompres hangat pada ibu.
Rasional : agar demam ibu dapat sedikit berkurang serta
menciptakan dukungan emosional pada ibu.
3.) Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
Rasional : tanda- tanda vital merupakan salah satu indikator untuk
menentukan prosedur tindakan selanjutnya.
4.) Berikan antibiotik dan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit
Rasional : antibiotik dan obat-obatan lainnya mampu mencegah
keparahan suatu infeksi serta untuk mengurangi rasa sakit.
5.) Pasang infus.
Rasional : cairan infus berguna untuk memenuhi kebutuhan cairan
ibu.
6.) Anjurkan ibu untuk :
a. Banyak minum minimal 8 gelas / hari
Rasional : agar kebutuhan cairan ibu terpenuhi.
16
b. Makan dengan diet gizi seimbang dan lunak
Rasional : agar kebutuhan nutrisi dan serat ibu terpenuhi
c. Personal hygiene
Rasional : salah satu manfaat menjaga kebersihan diri adalah
untuk mencegah terjadinya infeksi.
d. Memakai celana dalam longgar dari bahan katun, dan sering
mengganti jika basah atau terasa tidak nyaman
Rasional : agar memberikan ibu sensasi nyaman dan sebagai
langkah mencegah berkembangnya kuman atau bakteri penyebab
infeksi.
e. Istirahat yang cukup 7 – 8 jam/hari
Rasional : agar kebutuhan istirahat ibu terpenuhi dan juga agar
proses pemulihan kondisi ibu berlangsung baik dan norma.
7.) Lakukan vulva hygiene
8.) Persiapkan ibu untuk dirujuk
a. Beritahu keluarga dan libatkan keluarga
b. Siapkan surat rujukan
c. Sediakan obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
1.) Infus
2.) Oksigen
3.) Analgetik
4.) Siapkan kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan
klien ke tempat rujukan
5.) Siapakan uang untuk kebutuhan administrasi
6.) Bila ada persediaan darah, siapkan darah untuk transfuse
Rasional : dalam sebuah rujukan harus terdapat
9.) Libatkan keluarga untuk turun merawat dan memberi dukungan
terhadap ibu
10.) Jaga dan lanjutkan perawatan dan pengobatan terhadap ibu sesuai
dengan prinsip penanganan metritis dan kolaborasi dokter
LANGAKAH VI IMPLEMENTASI
17
2. (10.33-10.35) : Melibatkan keluarga untuk melakukan kompres hangat
pada ibu
3. (10.35-10.40) : Mengobservasi keadaan umum ibu dan tanda vital
4. (10.40-10.43) : Memberikan obat-obatan antibiotik dan obat-obatan
untuk mengurangi rasa sakit.
a. Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam
b. Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
c. Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
5. (10.43-10.50) : Memasang infus jika lakukan transfusi darah
6. (10.50-10.55) : Menganjurkan ibu untuk :
a. Banyak minum minimal 8 gelas / hari
b. Makan dengan diet gizi seimbang dan lunak
c. Personal hygiene
d. Memakai celana dalam longgar dari bahan katun
e. Istirahat yang cukup 7 – 8 jam/hari
f. Lakukan vulva hygiene
7. (10.55-11.00) : Melakukan vulva hygiene
8. (11.00-11.20) : Mempersiapkan ibu untuk dirujuk
a. Memberitahu keluarga dan libatkan keluarga
b. Menyiapkan surat rujukan
c. Sediakan obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
1.) Infus
2.) Oksigen
3.) Analgetik
4.) Kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien ke
tempat rujukan
5.) uang untuk kebutuhan administrasi
6.) persediaan darah untuk transfuse
9. (11.20-11.22) : Melibatkan keluarga untuk turut merawat dan memberi
dukungan terhadap ibu.
10. (11.22-11.25) : Menjaga dan melanjutkan perawatan dan pengobatan
terhadap ibu sesuai dengan prinsip penanganan metritis dan kolaborasi
dokter
18
1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Ibu bersedia mengerjakan semua anjuran bidan
3. Hasil obervasi Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
N : 86 x/menit
S : 39,5 ˚ C
P : 24 x/menit
4. Ibu bersedia untuk dilakukan vulva hygiene
5. Ibu sudah meminum obat antibiotik dan obat untuk meredakan rasa sakit
yang diberikan oleh bidan
6. Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan rujukan ke dokter
No. Medrec :
Diagnosa : P1A0 dengan
Gejala mentritis
Nama pengkaji :
Nama : Ny.”P” / Tn”R”
Agama : Islam / Islam
19
Suku : Jawa / Bugis
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT / wiraswasta
SUBJEKTIF ( S )
OBJEKTIF ( O )
ANALISIS ( A )
20
Diagnosa : PIA0 dengan gejala metritis
nanah.
PLANNING ( P )
21
● Personal hygiene
● Memakai celana dalam longgar dari bahan katun
● Istirahat yang cukup 7 – 8 jam/hari
● Lakukan vulva hygiene
Hasil : ibu paham dan mengatakan akan mengikuti anjuran yang telah
diberikan
- Melakukan vulva hygiene
Hasil : telah dilakukan vulva hygiene
- Mempersiapkan ibu untuk dirujuk
● Memberitahu keluarga dan libatkan keluarga
● Menyiapkan surat rujukan
● Sediakan obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
a. Infus
b. Oksigen
c. Analgetik
d. Kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien ke
tempat rujukan
e. uang untuk kebutuhan administrasi
f. persediaan darah untuk transfusi
BAB IV
22
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metritis/miometritis adalah radang miometrium atau infeksi uterus setelah
persalinan dan merupakan penyebab kematian ibu, keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli paru, infeksi
panggul kronik, sumbatan tuba dan infertilitas.
Tanda dan gejala metritis adalah demam menggigil, nyeri perut bawah, lokea
berbau dan bernanah, uterus nyeri tekan, perdarahan per vaginam, dan bisa
sampai syok.
B. Saran
Sebagai seorang petugas kesehatan, kita harus mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan penyakit metritis atau miometritis. Baik pengertian metritis,
klasifikasi metritis, penyebab metritis, tanda dan gejala metritis, komplikasi
metritis, deteksi dini metritis, asuhan kebidanan pada pasien dengan metritis,
maupun penatalaksanaan metritis.
23
DAFTAR PUSTAKA
24