Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTEK KERJA LAPANGAN KEBIDANAN KOMUNITAS


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA
Tn. M Jl. Halaban gg Kelapa No 02, Kecamatan Panarung
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh:
EXLESIA STEPANI
NIM PO.62.24.2.21.415

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK KERJA LAPANGAN KEBIDANAN KOMUNITAS


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA

Disusun oleh:

EXLESIA STEPANI
PO 62.24.2.21.415

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing, Pembimbing Lahan,

OKTAVIANI, S.SiT., M. Keb INA INDRA YANTI, MPH


NIP. 19801017 200212 200 3 NIP. 19740911 199212 2 001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Individu Praktik Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas
ini. Pada penyusunan laporan ini penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan,
dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Noordiati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan.


2. Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH selaku koordinator Praktik Kerja
Lapangan Kebidanan Komunitas dan Ketua Prodi Sarjana Terapan dan
Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada seluruh mahasiswa
Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang angkatan V.
3. Ibu Oktaviani., S.SiT., M. Keb selaku pembimbing institusi Praktik Kerja
Lapangan Kebidanan Komunitas yang telah memberikan bimbingan,
arahan, saran, serta motivasi kepada kami sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Ina Indra Yanti, MPH selaku pembimbing lahan Praktik Kerja
Lapangan Kebidanan Komunitas yang telah memberikan bimbingan dan
arahan.
Saya selaku penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kemajuan laporan dan asuhan selanjutnya. Semoga
laporan pemberdayaan masyarakat ini bermanfaat bagi semua pihak.

Palangka Raya, April 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan kumpulan dua individu atau lebih yang saling
ketergantungan dan memiliki keterikatan satu sama lain dalam hal emosional,
fisik, dan dukungan ekonomi. Keluarga sehat adalah sebuah dinamisasi,
perubahan status kesejahteraan yang di dalamnya termasuk biologis, psikologis,
spiritual, sosial dan faktor budaya dari setiap anggota keluarga dan sistem
keluarga secara luas (Kaakinen et.al., 2015).
Salah satu indikator keberhasilan Program Indonesia Sehat adalah
terciptanya keluarga sehat, sehingga dalam pelaksanaan program, perlu adanya
fokus pendekatan pada keluarga. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) tertuang dalam Permenkes No. 39 Tahun 2016 merupakan
program yang mengintegrasikan beberapa aspek dengan 12 indikator keluarga
sehat. Keluarga sehat merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
kemandirian keluarga baik (Kertapati, 2019).
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan kompleks pada masyarakat
seluruh dunia, terutama pada masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia.
Masalah gizi yang terjadi pada anak balita di Indonesia adalah berat badan balita
di Bawah Garis Merah (BGM) atau kurang gizi. Balita kurang gizi apabila tidak
ditangani dengan baik maka akan bertambah parah dan dapat menjadi gizi buruk
(Kemenkes RI, 2020).
Keluarga berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan, perkembangan, dan
produktivitas seluruh anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan
menjamin kesehatan anggota keluarga. Di dalam komponen keluarga, ibu dan
anak merupakan kelompok rentan. Hal ini terkait dengan fase kehamilan,
persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini yang
menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu
prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia (Kemenkes RI, 2020).

4
Bidan dibesarkan di suatu komunitas yang memiliki suatu kepercayaan
dan budaya tersendiri. Oleh karena itu, bidan berperan sebagai pemberi asuhan
secara komprehensif. Seorang bidan di komunitas mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan (Wahyuni, 2018).
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas
adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan
ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat(Bustami, dkk, 2017)
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak
merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara
umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan
ibu dan anak penting untuk dilakukan. Dukungan gizi terutama dalam masa
tumbuh kembang berpengaruh besar dalam perkembangan anggota keluarga dan
masyarakat. Kekurangan gizi pada usia dini akan berimplikasi pada
perkembangan anak dan selanjutnya perkembangan potensi diri pada usia
produktif. Kurang gizi yang dialami saat awal kehidupan juga akan berdampak
pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian
penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, dan penyakit
lainnya saat memasuki usia dewasa (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2019)
Berdasarkan analisa masalah yang dilakukan, penulis bermaksud membina
Keluarga yang memiliki permasalahan terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
pada keluarga Tn. M yang bertempat tinggal di kecamatan Panarung serta
memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga tersebut sebagai bukti pelaksanaan
praktek kebidanan komunitas dan melaksanakan implementasi sesuai dengan
prioritas masalah.

5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan bagi keluarga Tn. M dengan
mengutamakan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kebidanan
komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data pada keluarga Tn. M
b. Merumuskan diagnosis/masalah Kesehatan dan prioritas masalah
pada keluarga Tn. M
c. Menyusun Perencanaan Kegiatan
d. Melakukan Implementasi Perencanaan
e. Melakukan Evaluasi Kegiatan
f. Menyusun Dokumentasi Asuhan Kebidanan Komunitas pada
keluarga Tn. M

C. Manfaat
1. Bagi Keluarga Binaan
Bagi keluarga Tn. M diharapkan asuhan yang diberikan dapat
menambah informasi dan menambah pengetahuan dalam menjalankan
program yang telah disusun bersama dan terus dikembangkan guna
mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera.
2. Bagi Mahasiswa
a. Bagi mahasiswa diharapkan mampu mengasah soft skill dengan
menjalin hubungan interpersonal dengan masyarakat.
b. Bagi mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan menerapkan
manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan dalam
konteks keluarga secara langsung kepada masyarakat dengan ilmu
pengetahuan dan teori yang telah diperoleh.

6
3. Bagi Puskesmas
a. Bagi Puskesmas diharapkan mampu menjadi acuan untuk
meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab tenaga kesehatan.
b. Bagi Puskesmas diharapkan mampu menjadi acuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Ibu dan Anak.

7
BAB II TINJAUAN
TEORI

A. Kebidanan Komunitas
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas
adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan
ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat(Bustami, dkk, 2017)
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada
aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart sekitar). Maka
seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual
maupun kelompok(Wahyuni, 2018)

B. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga


Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Asuhan kebidanan keluarga
adalah serangkaian kegiatan yang merupakan implementasi dari ilmu kebidanan
yang diberikan melalui praktik kebidanan dengan sasaran keluarga dan ditujukan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan
asuhan kebidanan. Tujuan asuhan kebidanan pada keluarga yaitu untuk
meningkatkan kesadaran kemauaan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah dan memelihara kesehatan mereka sehingga status
kesehatannya semakin meningkat (Wahyuni, 2018).

8
C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinisikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas
anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal
dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan
yang disebabkan oleh kelahiran, adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014).
Keluarga merupakan kumpulan dua individu atau lebih yang saling
ketergantungan dan memiliki keterikatan satu sama lain dalam hal
emosional, fisik, dan dukungan ekonomi. Keluarga sehat adalah sebuah
dinamisasi, perubahan status kesejahteraan yang di dalamnya termasuk
biologis, psikologis, spiritual, sosial dan faktor budaya dari setiap anggota
keluarga dan sistem keluarga secara luas (Kaakinen et.al., 2015).

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
1. Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang
terdiri atas suami,istri dan anak.
2. Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri
namun tidak memiliki anak
3. Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua
dengan anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
4. Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya
terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah
5. Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga
inti ditambah dengan anggota keluarga lainnya
6. Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri
dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah
tangga sendiri.

9
7. Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan
dan menggunakan pelayanan Bersama
b. Tipe keluarga non tradisional
1. Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri
dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2. Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal
bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.
3. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-
istri
4. Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup
Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti
pasangan
5. Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara. (Widagdo,2016)

D. Balita
1. Pengertian Balita
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah
lima tahun. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan memengaruhi dan menentukan
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya (Saidah, 2020).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun.
Balita adalah istilah umu bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3- 5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh
pada orangtua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air
dan makan (Setyawati, 2018).

1
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi (Ariani, 2017).

2. Tumbuh Kembang Balita


Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat dikur dengan satuan
panjang dan berat. Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam gerak kasar, gerak halus, bicara,
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016).
Kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi
eksresi pada masa balita. Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa
balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya (Kemenkes RI, 2016).
Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung
dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya saat
setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, sehingga terbentuk
jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan
hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf,
hingga bersosialisasi (Kemenkes RI, 2016).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita


Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita antara
lain (Kemenkes RI, 2016):
a. Faktor dalam (internal)
1) Ras/etnik atau bangsa

1
Anak yang dilahirkan dari ras/ bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk, dan kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi produksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
congenital seperti
c) Toksin/zat kimia.
Obat-obatan seperti amlonopterin, thalldomid dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.

1
e) Radiasi
Paparan radium dari sinar rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida,
retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan
kongenital mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks)
dapat menyebabkan kelainan pada janin: katara, bisu tuli,
mikros efali, retardasi mental, dan kelainan jantung
kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan
darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kem icterus yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/
kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

1
3) Faktor pasca persalinan
a) Gizi
Zat makanan yang adekuat diperlukan untuk tumbuh
kembang bayi.
b) Penyakit
Kelainan kongenital, tuberkulosis, anemia, kelainan jantung
bawaan. mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisis dan kimia
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu
mempunyai dampak yang negative terhadap pertumbuhan
anak.
d) Psikologis
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau
anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan
di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan kanak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang
anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsan/stimulasi khususnya
dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian (Labir et al.,
2016) menunjukkan bahwa dalam merangsang
perkembangan anak dibutuhkan peran pengasuh anak

1
khususnya peran ibu dalam menstimulasi anak seperti
memberikan latihan atau permainan.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormone pertumbuhan.

4. Kebutuhan Gizi Balita


Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang serius. Pada masa ini balita perlu memperoleh zat gizi dari
makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik (Adriani dan
Bambang, 2014).
a. Energi
Kebutuhan energi pada balita umur 6-24 bulan yang sebagai mana
terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Energi pada Balita 6-24 Bulan
Umur Total Energi Energi
balit Kebutuh ASI MP-
a an (Kkal) ASI
(bulan) Energi (Kka
(Kkal) l)
6-12 650 400 250
12-24 850 350 500
Sumber: KEMENKES, 2016
Kebutuhan energi pada tahun pertama 100-200 Kkal/kg BB. Untuk tiap
tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi turun 10 Kkal/kg BB
(Adriani dan Bambang, 2014).
b. Protein
Kebutuhan protein pada balita umur 6-24 bulan sebagai mana terdapat
pada tabel 2.

1
Tabel 2. Kebutuhan Protein pada Balita 6-24 Bulan
Umur balita Total Kebutuhan Protein ASI (g) Protein MP-ASI (g)
(bulan) Protein (g)
6-12 16 10 6
12-24 20 8 12
Sumber: KEMENKES,2016
Protein diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan
dan sumber energi. Disarankan untuk memberikan 2,5-3 g/kg BB bagi
bayi dan 1,5-2 g/kg BB bagi anak sekolah (Adriani dan Bambang,
2014).
c. Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak. WHO
menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30% kebutuhan energi
total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan
akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin
larut-lemak (Almatsier, 2009).
d. Karbohidrat
Untuk memelihara kesehatan, WHO menganjurkan agar 50- 65%
konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling
banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier, 2009)

5. Status Gizi Balita Berdasakan Antropometri dan Konsumsi Pangan


a. Pengertian
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari natriture dalam bentuk
variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2012).
b. Penilaian antropometri dan konsumsi makanan
1) Penilaian Antropometri (BB/U)
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidak
seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini

1
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk,
2012).
Dalam ketentuan umum penggunaaan standar antropometri WHO
2005, kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan
indeks (BB/U) sebagai mana terdapat pada tabel 3.
Tabel 3. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Umur 0-60Bulan
Berdasarkan Indeks (BB/U)
Kategori Status Ambang Batas
Indeks
Gizi (Z-Score)
Berat Badan Gizi Buruk <-3 SD
menurut Umur Gizi Kurang -3 SD s.d. <-2 SD
(BB/U) Gizi Baik -2 SD s.d. 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Sumber : Kemenkes RI, (2016)
Standar Deviasi Unit (SD) disebut juga Z-skor. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau
pertumbuhan (Supariasa, dkk, 2012).
Rumus perhitungan Z-skor adalah (Supariasa, dkk, 2012):

Z-skor =
2) Penilaian Konsumsi Makanan
Hasil pengukuran asupan zat gizi merupakan indikator status gizi
paling umum digunakan. Penilaian konsumsi makanan yang
dilakukan melalui survei memberikan informasi kualitatif atau
kuantitatif tentang konsumsi makanan. Data hasil survei, yang
terkumpul pada tingkat nasional, atau perorangan, dapat
dinyatakan dalam bentuk zat-zat gizi atau makanan (Almatsier,
dkk, 2011).

1
6. Patofisiologi Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari dan atau gangguan penyakit tertentu. KEP merupakan definisi gizi (energi
dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita (Ramadia et al.,
2021)
Menurut Mann dan Stewart (2014) terdapat dua bentuk KEP yaitu:
a. Marasmus gizi
Hampir semua jaringan adiposa dan (hingga taraf yang lebih kecil)
akan hilang dan otot yang digunakan untuk bergerak akan
menyusut. Pertumbuhan akan berhenti dan tubuh anak menjadi
sangat menyusut karena selama berminggu-minggu tidak
mendapatkan makanan yang cukup. Penyebabnya adalah diet yang
kandungan total energinya sangat rendah.
b. Kwasiorkor
Secara khas, anak yang menderita kwasiorkor akan mengalami
edema yang menyeluruh. Anak tersebut tampak menyedihkan,
terpisah, jelas kelihatan sakit, dan tidak mau makan. Perubahan
dapat terlihat pada kulit, yaitu timbulnya bercak-bercak pigmentasi
dan paling sering ditemukan di daerah bokong. Kemudian kulit
pecah-pecah dan lapisan luarnya mengelupas. Rambut menipis dan
warnanya memudar menjadi pirang, merah, atau abu-abu dan
bukannyaberwarna hitam.

7. Faktor Penyebab Balita Gizi Buruk


WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi buruk,
yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk, infeksi berat
dan berulang terutama pada populasi yang kurang mampu. Diet yang tidak
memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar umum hidup, kondisi
lingkungan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
perumahan dan perawatan kesehatan (WHO, 2012). Banyak faktor yang

1
mempengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya adalah status sosial ekonomi,
ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010).
a. Konsumsi zat gizi
Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta
dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi (Krisnansari d, 2010). Selain itu faktor
kurangnya asupan makanan disebabkan oleh ketersediaan pangan,
nafsu makan anak,gangguan sistem pencernaan serta penyakit
infeksi yang diderita (Proverawati A, 2009).
b. Penyakit infeksi
Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada
anak-anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan
fungsi kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan
atau kapasitas fungsional berkurang dari semua komponen seluler
dari sistem kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi (RodriquesL,
2011)
c. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
Orang tua terutama ibu mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi pada anak karena anak masih
menggantungkan segala kebutuhan dan perhatiannya dari orang tua
untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan pesat dan baik.
Pengetahuan yang baik tentang zat gizi sangat dibutuhkan oleh orang
tua dalam memenuhi dan menyediakan menu makanan yang baik
dan sesuai dengan gizi seimbang dalam tahapan perkembangan anak.
Tingkat pengetahuan seseorang bisa mempengaruhi sikap dan
prilakunya dalam melakukan berbagai tindakan. Banyaknya kasus
stunting dipengaruhi oleh sikap serta pengetahuan orang tua, banyak
orang tua balita yang kurang paham dengan apa itu stunting sehingga
balita yang mengarah ke stunting tidak segera di lakukan tindakan

1
(Devi N dkk, 2012).
d. Pendidikan ibu
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah
diberikan pengertian mengenai suatu informasi dan semakin mudah
untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku
khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Ihsan M.Hiswani, Jemadi,
2012). Pendidikan ibu yang relatif rendah akan berkaitan dengan
sikap dan tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada
anak balitanya (Oktavianis, 2016).
e. Pola asuh anak
Pola asuh ibu yang kurang baik berdampak terhadap kurangnya
status gizi balita menurut indeks BB/U. Hasil penelitian didukung
olah Vicka et al, bahwa pola asuh ibu berkaitan dengan status gizi
balita Kecamatan Wanea Kota Manado. Ibu yang mempunyai pola
asuh kurang baik relatif kondisi gizi dan kesehatan anak juga kurang
optimal. 10 Selain itu, balita yang pola asuhnya tidak baik memiliki
kemungkinan 6,3 kali lebih besar mengalami status gizi kurang
dibanding balita yang pola asuh makannya baik. (Dwi Pratiwi, 2016)
f. Sanitasi
Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang
mempengaruhi status gizi. Gizi buruk dan infeksi kedua – duanya
bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan
sanitasi buruk (Suharjo, 2010). Upaya penurunan angka kejadian
penyakit bayi dan balita dapat diusahakan dengan menciptakan
sanitasi lingkungan yang sehat, yang pada akhirnya akan
memperbaiki status gizinya (Hidayat T, dan Fuada N, 2011).
g. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi status gizi balita (Mulyana DW, 2013). Keluarga
dengan status ekonomi menengah kebawah, memungkinkan
konsumsi pangan dan gizi terutama pada balita rendah dan hal ini

2
mempengaruhi status gizi pada anak balita (Supariasa IDN, 2012).
Balita yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan kurang
memiliki risiko 4 kali lebih besar menderita status gizi kurang
dibanding dengan balita yang memiliki orang tua dengan tingkat
pendapatan cukup (Persulessy V, 2013).
h. Ketersediaan pangan
Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab tidak
langsung terjadinya status gizi kurang atau buruk (Roehadi S, 2013).
Masalah gizi yang muncul sering berkaitan dengan masalah
kekurangan pangan, salah satunya timbul akibat masalah ketahanan
pangan ditingkat rumahtangga, yaitu kemampuan rumahtangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Sobila ET, 2009).
i. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi seseorang. Anak
yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan terhadap kurang
gizi. apabila anggota keluarga bertambah maka pangan untuk setiap
anak berkurang, asupan makanan yang tidak adekuat merupakan
salah satu penyebab langsung karena dapat menimbulkan manifestasi
berupa penurunan berat badan atau terhambat pertumbuhan pada
anak, oleh sebab itu jumlah anak merupakan faktor yang turut
menentukan status gizi balita (Faradevi R, 2017).
j. Sosial budaya
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan
dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya serta
untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut
dikonsumsi. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan masalah gizi
buruk (Arifn Z, 2015).

2
8. Akibat Gizi Kurang
Akibat yang ditimbulkan gizi kurang terhadap proses tubuh tergantung
pada zat-zat gizi yang kurang. Gizi kurang ini secara umum menyebabkan
gangguan pada (Dr. Hasdianah, 2014) :
a. Pertumbuhan Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein
yang ada digunakan sebagai zat pembakar sehingga otot-otot
menjadi lunak dan rambut menjadi rontok
b. Produksi tenaga Kekurangan energi yang berasal dari makanan
mengakibatkan anak kekurangan tenaga untuk bergerak dan
melakukan aktivitas. Anak menjadi malas dan merasa lemas.
c. Pertahanan tubuh Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga
anak mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek dan diare.
d. Struktur dan fungsi otak Gizi kurang pada anak dapat berpengaruh
terhadap perkembangan mental. Kekurangan gizi dapat berakibat
terganggunya fungsi otak secara permanen seperti perkembangan IQ
dan motorik yang terhambat
e. Perilaku Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku
yang tidak tenang, cengeng dan apatis.

9. Penanganan Gizi Kurang


Bila anak mengalami gizi kurang, anak akan mudah sekali terkena
berbagai macam penyakit, anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam
waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi
perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang
gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya.
Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan
pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak
dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi
lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik
untuk si anak. Makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya
baik. Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan

2
jumlahnya sesuai dengan kebutuhan si anak dan makanan yang berkualitas baik
adalah makanan yang mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan anak.
Tatalaksana diet pada penderita gizi kurang, ada beberapa tingkatan yaitu:
a. Tingkat Rumah Tangga :
1) Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan
sering kepada anak sesuai dengan kebutuhan,
2) Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
b. Tingkat Posyandu / PPG :
1) Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai
usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti anjuran
makanan, PMT Penyuluhan yang diberikan berupa contoh
makanan yang diberikan pada balita pada saat pelaksanaan
penimbangan balita diposyandu, misalnya demonstrasi
pembuatan modisco dan dimaksudkan untuk memberi contoh
kepada para ibu tentang makanan bergizi yang dibutuhkan oleh
balita.
2) Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak,
perlu mendapat makanan tambahan pemilihan (PMT-P) dengan
komposisi gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebuthan 1 hari,
yaitu : Energi 350-400 kalori, Protein 10-15 g,
3) Bentuk makanan PMT-P adalah makanan yang diberikan dibuat
dari bahan makanan setempat/ lokal dan bahan makanan mentah
berupa tepung beras, atau tepung lainnya, tepung susu, gula
minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya.
Persyaratan jenis dan bentuk makanan tambahan yang diberikan sebagai
berikut:
a. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan
atau makanan lokal. Jika bahan makanan lokal berbatas, dapat
digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat
dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk
keamanan pangan

2
b. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita sasaran
c. PMT pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita sasaran
d. Makanan tambahan balita sasaran diutamakan berupa sumber protein
hewani maupun nabati (misalnya ikan/telur/daging/ayam, kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti tempedan tahu) serta sumber
vitamin dan mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan
buah-buahan setempat.
e. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-
turut
f. Makanan tambahan pemulihan untuk balita berbasis makanan lokal
ada dua jenis yaitu berupa:
1) MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
2) Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59
bulan berupa makanan keluarga
g. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang dberikan kepada balita
dapat disesuaikan dengan pola makanan.

2
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Identitas KK
Nama Kepala Rumah Tangga : Alamat Tn. M
: Jl. Halaban Gg. Kelapa no 02
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam

Nama Mahasiswa : NIM Exlesia Stepani


: PO.62.24.2.21.415

B. Keterangan Anggota Rumah Tangga


Banyaknya Anggota RT yang dapat diwawancarai 1 orang dengan rincian:
Table. 3.1
Pendidikan
Nama Hubungan *yang dapat
TTL/
No Anggota dengan ditamatkan
Umur JK Pekerjaan
Urut Rumah kepala dan
Bln/Th
Tangga keluarga memperoleh
ijazah
1. Tn. M 29 thn L KK SD Wiraswasta
2. Ny. E 29 thn P Istri SMP Wiraswasta
3. An. R 1,9thn L Anak Belum Belum Bekerja
Sekolah
4. Ny. S 59 thn P Mertua Belum Tamat Mengurus Rumah
SD Tangga

1. Tipe Keluarga
Single parent
2. Hubungan antar anggota keluarga
Hubungan antar suami-istri tidak harmonis, suami pergi meninggalkan
anak, istri, dan ibu mertua hingga saat ini tidak pernah kembali. Saat ini
Ny. E berperan sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah, dan
pengambilan keputusan dalam keluarga.

2
C. STATUS SOSIAL EKONOMI
1. Jumlah penghasilan keluarga sebulan
a. ( ) Kurang dari Rp. 500.000,-
b. () Rp. 501.000,- s/d Rp. 1.000.000,-
c. ( ) lebih dari Rp. 1.000.000,-
d. ( ) >1.000.000,- s/d 5.000.000,-
e. ( ) > 5.000.000,-
2. Jenis asuransi yang dimiliki keluarga
a. ( ) BPJS Mandiri
b. () BPJS *Penerima Bantuan
c. ( ) Tidak memiliki

D. TRANSPORTASI DAN JARAK KE PELAYANAN KESEHATAN


1. Sarana transportasi yang digunakan
a. ( ) sepeda
b. ( ) sepeda motor
c. ( ) mobil
d. (  ) kendaraan umum
2. Jarak rumah ke sarana pelayanan kesehatan
a. (  ) ≤ 5 km
b. ( ) > 5 km

E. DATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


No Indikator 1 0

1 Persalinan Nakes
 Keluarga yang memiliki ibu hamil punya akses
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 1
 Definisi: persalinan ditolong oleh bidan atau dokter
2 ASI eksklusif
 Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia 0 s/d 6
bulan
 Definisi: bayi hanya diberi ASI saja sejak usia 0 s/d 1
6 bulan tanpa makanan tambahan lain termasuk susu
formula

2
3 Penimbangan Balita
 Keluarga yang memiliki balita menimbangkan
secara teratur sesuai jadwal.
 Definisi penimbangan balita dilakukan 1 bulan sekali 0
atau minimal 8 kali dalam setahun di (PKD, Posyandu,
Puskesmas)
4 Gizi Seimbang
 Semua anggota keluarga mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang dan bebas pencemaran
 Definisi: makanan sesuai dengan kebutuhan 0
masing-masing anggota keluarga dan bebas
pencemaran (bahan dicuci, tertutup tanpa BTM
yang berbahaya)
5 Air bersih
 Semua anggota keluarga memiliki akses terhadap
pemanfaatan air bersih untuk keperluan sehari-hari 1
 Definisi: air bersih untuk minum (sudah dimasak, air
kemasan) memasak, mandi, dan mencuci
6 Jamban
 Semua anggota keluarga menggunakan jamban
 Definisi: jamban yang digunakan oleh seluruh 1
anggota keluarga yang memenuhi syarat Kesehatan

7 Sampah
 Semua anggota keluarga membuang sampah pada
tempatnya
 Definisi: sampah ditampung dan dibuang setiap hari di 0
tempat pembuangan yang memenuhi syarat kesehatan

8 Kepadatan Hunian
 Setiap anggota keluarga menempati
ruangan minimal 9 m2 0
 Definisi: jumlah keseluruhan luas rumah tangga
dibagi keluarga sama dengan minimal 9 m2
9 Lantai Rumah
 Semua ruangan tempat tinggal keluarga berlantai
kedap air( bukan tanah) dan dalam keadaan bersih 1
 Definisi: lantai kedap air (tegel, plester, keramik,
kayu) yang dijaga kebersihannya setiap hari

27
10 Aktivitas Fisik
 Anggota berumur 10 tahun keatas melakukan
aktivitas fisik atau olahraga 0
 Definisi: aktivitas fisik atau olahraga terukur
minimal 30 menit sehari
11 Tidak Merokok
 Tidak ada keluarga yang merokok dalam 1
bulan terakhir 1
 Definisi : rumah bebas dari asap rokok
12 Cuci Tangan
 Semua anggota keluarga mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah BAB 1
 Definisi: mencuci tangan dengan sabun dan air
Bersih
13 Gigi dan Mulut
 Semua anggota keluarga menggosok gigi minimal 2
kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur
 Definisi: menggosok gigi dua kali sehari menggunakan 0
sikat gigi masing-masing dan pasta gigi

14 Miras/Narkoba
 Semua anggota keluarga tidak minum miras
dan tidak menyalahgunakan narkoba
 Definisi: tidak ada anggota keluarga yang membeli, 1
menjual dan menggunakan serta menyimpan miras dan
narkoba
15 JPK atau dana sehat
 Anggota keluarga menjadi peserta
jaminan pemeliharaan kesehatan 1
 Definisi: JPK termasuk dana sehat , Askes, maskin
Dll
16 Pemberantasan sarang nyamuk
 Anggota keluarga melakukan 3 M 0
 Definisi: keluarga melakukan 3 M nilai 1

Score 9 7

STRATA PHBS KELUARGA: 9 (Sehat Madya)

28
F. KEIKUTSERTAAN PROGRAM KB BAGI PASANGAN USIA SUBUR
DAN KESEHATAN REPRODUKSI
1. Apakah ibu mengunakan alat kontrasesi?
a. ( ) ya
b. () tidak, karena ibu tidak tinggal serumah dengan suami dan tidak
berhubungan lagi.
c. Jika mengikuti sebutkan apa ada keluhan : ada /
tidak ada Jika ada sebutkan
2. Jenis kontrasepsi yang digunakan
a. ( ) Suntik
b. ( ) IUD
c. ( ) kondom
d. ( ) pantang berkala
e. ( ) MOW/MOP
f. ( ) system kalender
g. (  ) tidak
3. Keluhan dari jenis alat kontrasepsi yang digunakan
a. ( ) ada
b. (  ) tidak
c. Jenis keluhan sebutkan:
4. Dalam 1 tahun terakhir apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan
Payudara Sendiri?
a. () Ya
b. ( ) Tidak
5. Jika ya, frekuensi ibu melakukan pemeriksaan
a. ( ) Minimal 1 kali sebulan
b. ( ) Beberapa kali dalam sebulan
c. () Beberapa kali dalam setahun
d. ( ) Lain-lain

2
6. Dalam 1 tahun terakhir apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan
payudara klinis (SADANIS)
a. ( ) Ya, kapan terakhir ibu melakukan pemeriksaan?
b. () Tidak
7. Dalam 5 tahun terakhir apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan IVA
atau Pap Smear?
a. ( ) Ya, kapan terakhir ibu melakukan pemeriksaan?
b. () Tidak, Ibu tidak pernah melakukan IVA/PAP SMEAR karena
merasa tidak ada keluhan dalam kesehatan reproduksi

G. KESEHATAN BAYI (KHUSUS KELUARGA YANG MEMILIKI ART


USIA 0-11 BULAN)
Tidak dilakukan pengkajian karena dalam keluarga tidak ada bayi usia 0-
11bulan.

H. KESEHATAN BALITA (KHUSUS KELUARGA YANG MEMILIKI


ART USIA 12-59 BULAN)
1. Apakah balita memiliki buku KIA saat ini?
Balita 1 Balita 2
a. Iya, menunjukan 
b. Iya, tidak menunjukan
karena…..
c. Tidak memiliki

2. Siapa yang menolong persalinan


Balita 1 Balita 2
a. tenaga kesehatan 
(perawat/dokter/bidan)
b. bukan tenaga kesehatan
(dukun bayi)/bidan
kampung

3. Jenis persalinan
Balita 1 Balita 2
a. Spontan pervagina 
b. Pervagina dengan
alat/tindakan
c. Operasi/SC

3
4. Berat badan waktu lahir
Balita 1 Balita 2
a. < 2500 gr
b. ≥ 2500-4000 gr 
c. > 4000 gram
d. Tidak tau / tidak
ditimbang

5. Imunisasi dasar yang diberikan pada pada saat bayi? cek pada KMS *jika
ada
Balita 1 Balita 2
a. HB 0 (0-7 hari) 
b. BCG 
c. Polio 
d. DPT-HB-Hib 1 
e. Polio 2 

6. Imunisasi Lanjutan pada balita (Balita usia ≥18 bulan) : cek pada KMS
*jika ada
Imunisasi Lanjutan Balita 1 Balita 2
DPT-HB-Hib Lanjutan
Campak Lanjutan
Tidak diimunisasi, 
alasannya ibu tidak rutin
membawa anak ke
Posyandu
Kesimpulan status imunisasi
lanjutan
a. Lengkap
b. Belum lengkap
c. tidak lengkap

7. Apakah Agustus 2019 dan Feb 2020 balita ibu mendapatkan Vitamin A
Balita 1 Balita 2
Ya 
Belum
Tidak, sebutkan
alasannya

3
8. Dalam 12 bulan terakhir sampai dengan sekarang berapa kali balita dibawa
ke Posyandu balita ?
Balita 1 Balita 2
setiap bulan
tidak teratur 
tidak pernah, alasan

9. Status penimbangan balita *cek KMS jika aja


Balita 1 Balita 2
Naik
Tidak naik 
Tidak tahu/tidak
ditimbang

10. Apakah saat balita masih menyusui


Balita 1 Balita 2
Ya
Tidak 

11. Umur berapa balita di sapih/tidak disusui ASI lagi? Bulan


Balita 12 bln

I. KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)


Tidak dilakukan pengkajian karena dalam keluarga tidak ada anak usia 6-
12tahun

J. KESEHATAN REMAJA
Tidak dilakukan pengkajian karena dalam keluarga tidak ada remaja

K. KESEHATAN LANSIA DALAM KELUARGA


1. Apakah saat ini lansia sakit ?
Penyakit Lansia 1 Lansia 2
a. TBC Tidak
b. Hipertensi Tidak
c. Kencing manis d. Tidak
Gangguan jiwa e. Tidak
Katarak Tidak
f. Rematik Tidak
g. Pikun Tidak
h. Stroke Tidak
i. tidak sakit Ya

3
2. Apakah yang dilakukan keluarga ketika lansia sakit?
Penyakit Lansia 1 Lansia 2
a. Dibawa ke pelayanan kesehatan 
b. Dibawa ke tenaga non kesehatan
(dukun, alternatif)
c. Diobati sendiri d.
Tidak periksa

3. Apakah lansia mengikuti Posyandu Lansia?


Penyakit Lansia 1 Lansia 2
a. Ya rutin
b. Ya kadang-kadang
c. tidak, alasannya ibu sibuk 
mengasuh cucu.

L. KESEHATAN IBU HAMIL


Tidak dilakukan pengkajian karena dalam keluarga tidak ada ibu hamil.

3
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah
berikutnya yaitu menganalisa data dan menentukan masalah kesehatan yang
dialami keluarga Tn. M. Masalah Kesehatan yang di alami keluarga Tn. M sangat
menarik perhatian karena berhubungan dengan kesehatan anak dimasa Balita.
Intervensi yang dapat diberikan yaitu pemberian pendidikan kesehatan,
dukungan keluarga untuk menyelesaikan masalah secara tepat.
Perumusan masalah dari keluarga Tn. M yaitu :
1. Status Gizi Balita didalam keluarga Tn. M adalah BGM pada KMS
KIA. Data Objektif : KMS buku KIA
2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang menu makanan gizi seimbang
Balita. Data Subjektif : Ibu mengatakan saat ini memberi makan
anaknya setiap hari mengikuti menu makanan orang dewasa, tidak ada
menu khusus karena berkaitan dengan pendapatan ibu yang tidak stabil.
3. Kurangnya perhatian dan pola asuh ibu pada tumbuh kembang Balita.
Data Subjektif : Ibu mengatakan sibuk bekerja dan menyerahkan
pengasuhan Balitanya dengan nenek si Balita.

B. Urutan Prioritas Masalah


Skala prioritas masalah:
No Masalah U S G Nilai Prioritas
Total
1. Status Gizi Balita BGM 5 4 4 14 I
2. Kurangnya pengetahuan ibu 4 3 3 10 II
tentang menu makanan gizi
seimbang Balita.
3. Kurangnya perhatian dan pola 4 3 2 9 III
asuh ibu pada tumbuh
kembang Balita.

3
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari total nilai tertinggi yaitu 14
sehingga yang menjadi prioritas masalah pada keluarga Tn. M yaitu
1. Status Gizi Balita adalah BGM pada KMS KIA.
2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang menu makanan gizi seimbang
Balita.
3. Kurangnya perhatian dan pola asuh ibu pada tumbuh kembang Balita.

C. Analisa Penyebab
Kurangnya
Pengetahuan tentang
Makanan Gizi
Seimbang Ketersediaan Pangan Pendidikan Ibu

Status Gizi Balita


didalam keluarga Tn. M
adalah BGM pada KMS
KIA.
Pola Asuh Tingkat Sosial
Pendapatan Budaya

D. Alternatif Pemecahan Masalah

No Data Masalah Tujuan Penatalaksanaan Evaluasi


Kesehatan
1. An. R Status Gizi Setelah Memberikan KIE Ny. E
Balita BGM diberikan KIE tentang Gizi mengerti
dan Asuhan Seimbang Anak dan bersedia
Kebidanan Balita dan menerapkan
pada Anak Memberikan tentang Gizi
Balita ibu Biskuit Makanan Seimbang
mengetahui Tambahan yang Anak Balita
jenis makanan disediakan dan
bergizi menu Pemerintah Memberikan
seimbang untuk Biskuit
mendukung Makanan
peningkatan Tambahan
status gizi anak yang
balitanya. disediakan
Pemerintah
pada anak
Balitanya.
2. Ny. E Kurangnya Setelah Memberikan KIE Ny. E
pengetahuan diberikan KIE tentang mengerti

3
ibu tentang mengenai Kesehatan Balita dan bersedia
menu makanan Kesehatan dan Gizi menerapkan
gizi seimbang Balita ibu Seimbang Anak tentang
Balita. mengetahui Balita Kesehatan
jenis makanan Balita dan
bergizi menu Gizi
seimbang untuk Seimbang
menunjang Anak Balita.
peningkatan
status gizi anak
balitanya.

E. Implementasi dan Evaluasi Keluarga Binaan


1. Pengkajian Pada tanggal 19 April 2022 dilakukan pengumpulan data
dasar baik subyektif maupun obyektif.
2. Interpretasi Data
Dari data yang diperoleh saat melakukan kunjungan rumah tanggal 19
April 2022 dengan hasil pengumpulan data subjektif dan objektif
kemudian menentukan prioritas masalah.
3. Perencanaan
Tindakan perencanaan untuk melakukan intervensi dari masalah yang
ditemukan yaitu dengan melakukan pemberian pendidikan kesehatan
dan KIE yang bertujuan dapat meningkatkan pengetahuan dan
merubah keluarga menjadi lebih sehat.
4. Implementasi
Seluruh perencanaan telah dilaksanakan dan pemberian pendidikan
kesehatan dan KIE dengan menggunakan metode ceramah, serta
diskusi dan tanya jawab.
Berikut ini kegiatan implementasi yang dilakukan pada tanggal 21
April 2022.
Pokok Bahasan : KIE tentang Gizi Seimbang Anak Balita dan
Memberikan Biskuit Makanan Tambahan yang disediakan Pemerintah
Sasaran : Keluarga Tn. M
Tempat : Rumah Tn. M di Jl. Halaban Gg. Kelapa no 02

3
Hari / Tanggal : Kamis, 21 April 2022
Waktu : 11.00 WIB – 12.00 WIB

No Kegiatan Media Promkes


1. Perkenalan kembali dan menyampaikan Diskusi, Buku KIA
tujuan
2. Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tentang Gizi Seimbang
Anak Balita
2. Memberikan Biskuit Makanan
Tambahan yang disediakan Pemerintah
3. Mengajak dan mengingatkan ibu untuk
rutin membawa anak
balitanya ke Posyandu terdekat.

3. Evaluasi :
Menanyakan kepada keluarga binaan tentang
materi KIE yang telah diberikan dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh keluarga binaan

4. Terminasi :
Mengucapkan terimakasih kepada keluarga binaan
atas waktu yang diberikan dan kesediannya untuk
diberikan pendidikan kesehatan.

Hasil Kegiatan
1. Keluarga binaan berada ditempat sesuai dengan waktu yang dijanjikan dan
bersedia untuk diberikan pendidikan kesehatan dan KIE mengenai masalah
kesehatan yang ada di keluarganya.
2. Keluarga binaan antusias dengan materi pendidikan kesehatan dan KIE
yang diberikan.
4. Keluarga binaan mengetahui dan memahami pentingnya untuk mengetahui
Gizi Seimbang Anak Balita

3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan kompleks pada masyarakat
seluruh dunia, terutama pada masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia.
Masalah gizi yang terjadi pada anak balita di Indonesia adalah berat badan balita
di Bawah Garis Merah (BGM) atau kurang gizi. Balita kurang gizi apabila tidak
ditangani dengan baik maka akan bertambah parah dan dapat menjadi gizi buruk
(Kemenkes RI, 2020).
Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan
untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di
masyarakat(Bustami, dkk, 2017). Asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian
kegiatan yang merupakan implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan
melalui praktik kebidanan dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan asuhan kebidanan.
Tujuan asuhan kebidanan pada keluarga yaitu untuk meningkatkan kesadaran
kemauaan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah dan
memelihara kesehatan mereka sehingga status kesehatannya semakin meningkat
(Wahyuni, 2018). Keluarga merupakan kumpulan dua individu atau lebih yang
saling ketergantungan dan memiliki keterikatan satu sama lain dalam hal
emosional, fisik, dan dukungan ekonomi(Kaakinen et.al., 2015).
Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, keluarga Tn. M merupakan
keluarga type Single Parent, karena hubungan antar suami-istri tidak harmonis,
suami pergi meninggalkan anak, istri, dan ibu mertua hingga saat ini tidak pernah
kembali. Saat ini Ny. E berperan sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah,
dan pengambilan keputusan dalam keluarga. Berdasarkan hasil analisa dan
perhitungan strata perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Ny. E berada di sehat
madya.

3
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, dilakukan analisa
data dan menentukan masalah kesehatan yang dialami keluarga Tn. M. Masalah
Kesehatan yang di alami keluarga Tn. M sangat menarik perhatian karena
berhubungan dengan kesehatan anak dimasa Balita.
Perumusan masalah dari keluarga Tn. M yaitu :
1. Status Gizi Balita didalam keluarga Tn. M adalah BGM pada KMS KIA.
Data Objektif : KMS buku KIA
2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang menu makanan gizi seimbang Balita.
Data Subjektif : Ibu mengatakan saat ini memberi makan anaknya setiap
hari mengikuti menu makanan orang dewasa, tidak ada menu khusus
karena berkaitan dengan pendapatan ibu yang tidak stabil.
3. Kurangnya perhatian dan pola asuh ibu pada tumbuh kembang Balita. Data
Subjektif : Ibu mengatakan sibuk bekerja dan menyerahkan pengasuhan
Balitanya dengan nenek si Balita.
Dari hasil perumusan masalah tersebut dilakukan urutan prioritas masalah
dan didapatkan skor tertinggi pada masalah Status Gizi Balita BGM pada KMS
KIA. Dari analisa data didapatkan penyebab terjadinya masalah ini karena
beberapa factor yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang Makanan Gizi
Seimbang, pola asuh, ketersediaan pangan, pendidikan ibu, serta pengaruh sosial
budaya. Hasil analisa penyebab terjadinya masalah Status Gizi Balita BGM ini
selaras dengan penelitian dan teori tentang penyebab gizi buruk pada anak yang
dilakukan Devi N dkk tahun 2012, Sobila ET tahun 2009, Arifn Z tahun 2015,
Dwi Pratiwi tahun 2016, dan Oktavianis tahun 2016.
Kemudian penulis menyusun dan melakukan alternative pemecahan
masalah yaitu dengan memberikan KIE tentang Gizi Seimbang Anak Balita dan
Memberikan Biskuit Makanan Tambahan yang disediakan Pemerintah dengan tujuan dan
hasil Ny. E mengerti dan bersedia menerapkan tentang Gizi Seimbang Anak Balita dan
memberikan Biskuit Makanan Tambahan yang disediakan Pemerintah pada anak
Balitanya.
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada anak R dalam keluarga Tn. M,
diharapkan mampu menunjang tingkat status gizi anak R menjadi lebih baik

3
sesuai perkembangan dan pertumbuhan yang ada di buku KIA.

B. Saran
Dari kegiatan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga binaan Tn. M
diharapkan agar apa yang telah diberikan baik dalam bentuk pelayanan maupun
penyuluhan dapat benar-benar diterapkan untuk masa yang akan datang sehingga
keluarga akan lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap kesehatan keluarga
terutama dapat meningkatkan status gizi An. R agar tidak lagi berada di BGM
pada buku KIA.
Bagi mahasiswa diharapkan agar dapat mempertahankan dan
meningkatkan inovasi dalam memberikan alternative pemecahan masalah dalam
asuhan kebidanan pada keluarga binaan dan selalu menerapkan teori-teori yang
telah didapatkan dengan menyesuaikan kondisi lapangan sehingga tetap tercermin
citra bidan yang profesional.
Bagi Puskesmas diharapkan hasil laporan ini dapat difollow-up dan
menjadi acuan dan temuan kasus untuk kasus stunting dalam lingkup wilayah
kerja Puskesmas Panarung serta dapat dilakukan analisa lebih dalam mengenai
inovasi pemecahan masalah dan dilakukan tindak lanjut guna mengurangi angka
kasus stunting di kota Palangkaraya.

Anda mungkin juga menyukai