Anda di halaman 1dari 59

TUGAS INDIVIDU

TEKNIK PEMBERIAN OBAT

DOSEN M.K: Erlin Kriwenno,S.ST.,M.Kes.

MATA KULIAH : KDPK

DISUSUSN OLEH

MANA : WA AISA

MPM: 1540119066

PRODI: DIII KEBIDANAN

SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MALUKU HUSADA KAIRATU

2020/2021

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Dalam batas-batas  tertentu MAKALAH ini memuat Tentang .tehnik pemberian


obat Makalah ini diajukan guna memenuhi .saya beraharap isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Daftar isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah

BAB II PEMBASATEHNIK PEMBERIAN OBAT

a. Oral,suligual
b. Parenteral
c. Inhalasi
d. Vagina
e. Rectum
f. Kulit
g. Mata
h. Epidural
i. Terapi panas dingin
j. Zid bath/kompres
k. Manajemen nyeri
l. Oksigenasi
m. Injeksi

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman
dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien
yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang
bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat
dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek
yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran
yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat
dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien

C. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana tehnik pemberian obat secara oral subrigual paranteral
bagaimana pembedaan ketiga tehnik tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Obat
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya,tenaga
medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara
lsngsung ke pasien, hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien
A. Pemberian Obat Per Oral/ Sublingual

Pemberian Obat Per oral

            Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena
merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien.
Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup,
kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat
disertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang.
.           
Cara kerja pemberian obat per oral

Peralatan :
1.      Baki berisi obat- obatan atau kereta sorong obat- obat (tergantung sarana yang
ada)
2.      Kartu rencana pengobatan
3.      Cangkir disposable untuk tempat obat
4.      Martil dan lumping penggerus (bila diperlukan).
Tahap kerja :
1.      Siapan peralatan dan cuci tangan
2.      Kaji kemammpuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemapuan menelan,
mual dan muntah, akan dilakuakn penghisapan caiaran lambung, atau tidak boleh
makan/ minum).
3.      Periksa kembali order pengobatan (nama pasien,nama dan dosis obat, waktu dan
cara pemberian). Bila ada keragu- raguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.
4.      Ambil obat sesuai yang diperlukan (Baca order pengobatan dan ambil obat di
almari, rak atau lemari es sesuai yang di perlukan).
5.      Siapkan obat- obatan yang akan diberikan (gunakan teknik asptik, jangan
menyentuh obat dan cocokkan dengan order pengobatan) (lihat Gbr. 4-1).
6.      Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara :
         Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah
         Atur posisi pasien duduk bila mungkin
         Berikan cairan/ aiar yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan
anjurkan pasien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien
dianjurkan minum.
         Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien berapa butir es batu untuk
diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apael atau
pisang.
         Tetap bersama pasien sampai obat ditelan. 
7.      Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang
diberikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat
masuk, catat secara jelas dan tulis tanda tangan anda dengan jelas.
8.      Kemudian semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian cuci
tangan.
9.      Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit sewaktu
pemberian.

Pemberian Secara Sublingual


Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat
harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu
setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam
pembuluh darah.

B.   Definisi Pemberian Obat Parenteral


Memasukan obat tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau menembus
suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat
suntik. ( depkes RI 1994 )
Obat dimasukan ke dalam kulit, dibawah kulit, kedalam otot dan ke dalam
vena dan pemberian ini lebih cepat diserap daripada melalui oral. ( WHO
1998 ).
A.   Tujuan

   Mencegah penyakit dengan jalan memberikan kekebalan atau imunisasi.


   Mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat proses
penyembuhan.
   Melaksanakan uji coba obat
   Melaksanakan tindakan diagnostik
Pemberian obat parenteral diberikan kepada :
1. Pasien yang memerlukan obat dengan reaksi cepat.
2. Klien yang tidak bisa diberikan obat melalui mulut.
3. Klien dengan penyakit tertentu yang hanya bisa mendapatkan pengobatan secara
suntikan ( misalnya insulin).

B.     Mengenal Alat Injeksi

Untuk memberikan obat secara parenteral perawat menggunakan vial atau


ampul, spuit dan jarum. Spuit mempunyai 3 bagian yaitu ujung yang berhubungan
dengan jarum, bagian luar atau barrel dimana skala tercetak biasanya dalam
mililiter, yang terakhir adalah plunger yang pas dengan bagian dalam barrel dan
digunakan untuk mendorong obat dalam jarum. Ingat spuit plastik harus dibuang
setelah dipakai

C.     Macam Cara Pemberian Obat Parenteral


Penyuntikan dilakukan dengan cara :
   Intra cutan
   Subcutan
   Intra muscular
   Intravena
   Perbolus ( prinsip sama dengan intravena ).

D.     Cara Pemberian Injeksi


Injeksi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh hampir setiap perawat juga
harus dapat melakukannya. Namun pemberian obat ini juga harus mengetahui
dimana tempat yang seharusnya dilakukan. Berikut adalah cara pemberian injeksi
sesuai SOP.

1.      Injeksi Intracutan


Definisi: Adalah pemberian obat atau cairan dengan cara dimasukan langsung
ke kulit.
Tujuan :
         Melaksanakan uji coba obat tertentu ( skin test )
         Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu misalnya pada
tuberculin test
Peralatan :

   Sarung tangan 1 pasang    Perlak dan pengalas


   Spuit sesuai ukuran    Nampan
   Jarum steril    Obat sesuai program
   Kapas alkohol dalam kom    Bengkok dan bolpoin
Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
   Melakukan verifikasi data sebelumnya
   Mencuci tangan
   Menyiapkan obat sesuai prinsip ( mengambil 0,1 cc dan encerkan lagi dengan
aquades hingga menjadi 1cc. 0,1 cc sebelumnya diambil dari 5 cc obat yang sudah
diencerkan )
   Membawa alat ke dekat klien dengan hati hati
Tahap Orientasi
   Memberikan salam
   Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
   Menanyakan kesiapan klien
Tahap kerja
   Membaca tasmiyah
   Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan , Memasang perlak dan alasnya
   Membebaskan daerah yang akan di injeksi
   Memakai handscoon
   Bersihkan kulit yang akan disuntik menggunakan kapas alkohol
   Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan kulit
   Tusukan spuit dengan kemiringan 15 – 20 , jarum masuk kurang lebih 0,5 cm
   Masukan obat secara perlahan, pastikan ada benjolan kira kira satu biji kacang
lalu Cabut jarum dari tempat penusukan
   Beri tanda lingkaran pada benjolan tadi.
   Buang spuit kedalam bengkok.
Tahap Terminasi
   Merapikan pasien
   Membaca tahmid, berpamitan dengan klien dan keluarganya
   Bereskan alat alat
   Cuci tangan
   Dokumentasi

2 Injeksi Sub Cutan


Definisi: Memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dilakukan pada
lengan atas sebelah luar, pada bagian luar daerah dada dan daerah yang dianggap
perlu.
( dep kes RI 1994 )
Injeksi subcutan adalah memasukan obat ke dalam jaringan lemak tepat dibawah
kulit( WHO 1998 )
Jadi kesimpulannya injeksi Sub Cutan adalah Pemberian obat dengan cara
dimasukan langsung kebawah kulit.
Lokasi :
Area vaskular disekitar bagian lengan luar atas, abdomen dari batas bawah costa
sampai iliaca dan bagian anterior paha.
Peralatan :
   Sarung tangan 1 pasang
   Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
   Jarum steril
   Kapas alkohol dalam kom
   Perlak dan pengalas
   Obat sesuai program terapi
   Baki atau troli
   Bengkok 1
Prosedur Injeksi :
Tahap Pra Interaksi
   Lakukan verifikasi data
   Mencuci tangan
   Menyiapkan obat sesuai aturan
   Membawa alat ke dekat klien
Tahap Orientasi :
   Memberikan salam
   Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
   Menanyakan kesiapan klien
Tahap Kerja :
   Baca tasmiyah
   Atur posisi klien sesuai kebutuhan
   Pasang perlak dan pengalas
   Bebaskan daerah yang akan di injeksi
   Pakailah handscoon
   Bersihkan kulit menggunakan kapas alkohol dari dalam ke luar
   Masukan spuit dengan sudut 45
   Lakukan aspirasi, pastikan tidak ada darah masuk ke spuit
   Masukan obat secara perlahan
   Cabut jarum
   Buang spuit dalam bengkok
Tahap terminasi :
Rapikan klien, lakukan evaluasi, membaca tahmid, berpamitan, bereskan alat, cuci
tangan lalu dokumentasi.

3 Injeksi Intra Muscular


Definisi :Adalah pemberian obat atau cairan dengan cara dimasukan langsung
kedalam otot.
Lokasi :
   Otot vastus lateralis
   Otot ventrogluteal
   Otot deltoid
   Dorsa gluteus
   Sepertiga sias atas
Kecepatan Obat :
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada SC karena
pembuluh darah lebih banyakdi otot. Berlangsung sekitar antara 10 – 30 menit.
Peralatan :
   Sarung tangan 1 pasang
   Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
   Jarum steril
   Kapas alkohol dalam kom
   Perlak dan pengalas
   Obat sesuai program terapi
   Baki atau troli
   Bengkok 1
Prosedur Injeksi :
Tahap Pra Interaksi
   Lakukan verifikasi data.
   Mencuci tangan.
   Menyiapkan obat sesuai aturan.
   Membawa alat ke dekat klien.
Tahap Orientasi :
   Memberikan salam.
   Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
   Menanyakan kesiapan klien.
Tahap Kerja :
   Atur posisi klien
   Pasanglah perlak
   Bebaskan daerah yang akan di injeksi
   Pakailah handscoon
   Tentukan tempat penyuntikan
   Bersihkan kulit dengan kapas alkohol
   Regangkan kulik, masukan spuit dengan sudut 90 derajat, dengan kedalaman
2/3 jarum
   Lakukan aspirasi, pastikan tidak ada darah masuk ke spuit
   Masukan obat secara perlahan
   Cabut jarum, tekan daerah tusukan menggunakan kapas alkohol.
   Buang spuit dalam bengkok
Tahap terminasi :
   Rapikan klien, lakukan evaluasi, membaca tahmid, berpamitan, bereskan alat,
cuci tangan lalu dokumentasi.

4 Injeksi Intra Vena


Definisi : Adalah pemberian obat dengan cara dimasukan langsung kedalam
pembuluh darah vena.
Lokasi :
Pada vena yang nampak jelas, lurus, jauh dari tulang
Kecepatan Obat :
Menghasilkan efek tercepat sekitar 18 detik
Peralatan :
Peralatan :
   Sarung tangan 1 pasang
   Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
   Jarum steril
   Torniquet
   Kapas alkohol dalam kom
   Perlak dan pengalas
   Obat sesuai program terapi
   Baki atau troli
   Bengkok 1
Prosedur injeksi :
Tahap Pra Interaksi
   Lakukan verifikasi data
   Mencuci tangan
   Menyiapkan obat sesuai aturan
   Membawa alat ke dekat klien
Tahap Orientasi :
   Memberikan salam
   Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
   Menanyakan kesiapan klien
Tahap Kerja :
   Membaca tasmiyah
   Mengatur posisi klien dan pilih vena dari arah distal
   Memasang perlak dan alasnya
   Bebaskan daerah yang akan di injeksi
   Ikat dengan torniquet 5 cm proksimal yang akan di tusuk
   Pakailah handscoon
   Bersihkan kulit dengan kapas alkohol dari dalam ke luar
   Pegang spuit dengan sudut 30
   Tusukan dengan kemiringan 30
   Lakukan aspirasi dan pastikan darah masuk ke spuit
   Buka torniquet
   Masukan obat secara perlahan
   Cabut spuit dan tekan daerah tusukan dengan kapas alkohol
   Buang spuit dalam bengkok.
Tahap terminasi :
   Rapikan klien, lakukan evaluasi, membaca tahmid, berpamitan, bereskan alat,
cuci tangan lalu dokumentasi.
5 Injeksi Bolus Intra Vena
Definisi: Adalah pemberian obat dengan cara dimasukan langsung kedalam
pembuluh darah vena yaitu melalui bolus.
Prinsipnya sama dengan intra vena yaitu obat dimasukan ke dalam pembuluh vena.
Untuk peralatan :
   Sarung tangan 1 pasang
   Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
   Jarum steril
   Kapas alkohol dalam kom
   Perlak dan pengalas
   Obat sesuai program terapi
   Baki atau troli
   Bengkok 1
Tahap injeksi kita tetap melakukan tahap pra interaksi, orientasi, tahap kerja, tahap
terminasi.
Tahap Kerjanya :
   Bolus di desinfektan menggunakan kapas alkohol
   Klem selang infus atau guyur disesuaikan kondisi
   Masukan jarum dalam bolus, tarik plunger untuk aspirasi
   Masukan obat secara perlahan
   Atur kembali klien
C. PEMBERIAN OBAT PADA INHALASI

DEFENISI PENGERTIAN
Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses
pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik. Penumpukan
mukus di dalam saluran napas, peradangan dan pengecilan saluran napas ketika
serangan asma dapat dikurangi secara cepat dengan obat dan teknik penggunaan
inhaler yang sesuai.

   TINJAUAN ANATOMI-FISIOLOGIS SALURAN NAPAS

Untuk memahami tentang penggunaan serta farmakokinetik (terutama absorpsi dan


bioavailabilitas) dan farmakodinamik obat secara inhalasi, sebelumnya kita harus
memahami anatomi dan fisiologi pernapasan terlebih dahulu.

TUJUAN DAN SASARAN

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi
secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat
bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan
untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.

1.    INDIKASI

Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), sindrom obstruktif post tuberkulosis, fibrosis kistik,
bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket. 3

Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan
yang mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol. 2

2.    KONTRA INDIKASI

Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada pasien
dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan. 3

3.    CARA PENGGUNAAN BERBAGAI TERAPI INHALASI

Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur (MDI,
metered dose inhaler), (2) penguapan (gas powered hand held nebulizer), (3)
inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB), serta (4) pemberian
melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator. 3,7

7.1. INHALER DOSIS TERUKUR

Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam bentuk inhaler
aerosol dengan/tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder inhaler) yaitu diskhaler,
rotahaler, dan turbohaler. Pada umumnya digunakan pada pasien yang sedang
berobat jalan dan jarang dipergunakan di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan
dapat dibawa kemana-mana oleh pasien, sehingga menjadi pilihan utama pagi
penderita asma.

Pemakaian inhaler aerosol. Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu
tutupnya dibuka à inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi
pelan-pelan à mulut inhaler diletakan di antara kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir
1,3
dan lakukan inspirasi pelan-peran.

Pemakaian inhaler aerosol dengan ruang antara (spacer). Inhaler dikocok lebih
dahulu dan buka tutupnya, kemudian mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang
ruang antara à mouth piece diletakan di antara kedua bibir, lalu kedua bibir
dikatupkan, pastikan tidak ada kebocoran à tangan kiri memegang space

Pemakaian diskhaler. Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut


tajam, tarik sampai tombol terlihat à tekan kedua tombol dan keluarkan talam
bersamaan rodanya à letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan di
depan bagian mouth piece à masukan talam kembali,

Pemakaian rotahaler. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain
memutar badan rotahaler sampai terbuka à masukan rotacaps dengan sekali
menekan secara tepat ke dalam lubang epat persegi sehingga puncak rotacaps
berada pada permukaan lubang à pegang permukaan . 3

Pemakaian turbohaler. Putar dan lepas penutup turbohaler à pegang turbohaler


dengan tangan kiri dan menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar pegangan
(grip) ke arah kanan sejauh mungkin kemudian putar kembali keposisi semula
sampai terdengar suara
Setelah penggunaan inhaler. Basuh dan kumur dengan menggunakan air. Ini
untuk mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan
tenggorokan, juga untuk mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat
(terutama kortikosteroid). 1

Cara mencuci. Kegagalan mencuci inhaler dengan cara yang benar akan
menimbulkan sumbatan dan pada akhirnya dapat mengurangi jumlah/dosis obat.
Cusi bekar serbuk yang tertinggal di corong inhaler.

Bagaimana cara untuk mengetahui inhaler sudah kosong. Setiap inhaler telah
dilabelkan dengan jumlah dos yang ada. Contoh di bawah akan menerangkan
bagaimana untuk menentukan kandungan obat di dalam inhaler. Jika botol obat
mengandungi 200 hisapan dan kita harus mengambil 8 hisapan sehari, maka obat
habis dalam 25 hari.

7.2. PENGUAPAN (NEBULIZER)


Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan
pemompaan udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam
nebulizer chamber. Cara ini memerlukan latihan khusus dan banyak digunakan di
rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat digunakan dengan larutan
yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI
3

Beberapa contoh jenis nebulizer antara lain: Simple nebulizer; Jet nebulizer,
menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2 – 8 mikron. Biasanya tipe ini
mempunyai tabel dan paling banyak dipakai di rumah sakit. Beberapa bentuk jet
nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga dapat digunakan
pada ventilator dan IPPB, dimana dihubungkan dengan gas kompresor. 7

Ultrasonik nebulizer, alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang tinggi,
sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang
bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan partikel yang uniform.
Besarnya partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran
pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh
karena itu alat ini hanya dipakai secara intermiten, yakni untuk menghasilkan sputum
dalam masa yang pendek pada pasien dengan sputum yang kental. 7
Antomizer nebulizer, partikel yang dihasilkan cukup besar, yakni antara 10 – 30
mikron. Digunakan untuk pengobatan laring, terutama pada pasien dengan intubasi
trakea.7

7.3. INTERMITEN POSITIVE PRESSURE BREATHING

Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan tenaga yang terlatih.
Cara ini jauh lebih mahal dan mempunyai indikasi yang terbatas, terutama untuk
pasien yang tidak dapat bernapas dalam dan pasien-pasien yang sedang dalam
keadaan gawat yang tidak dapat bernapas spontan. Untuk pengobatan di rumah
cara yang terbaik adalah dengan menggunakan MDI. 7

7.4. VENTILATOR

Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni melalui
bronkodilator Tee. Dengan cara ini sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak
aerosol yang mengendap, sehingga cara ini dianggap kurang efektif dibandingkan
dengan MDI. 7

4.   AEROSOL DAN KEBERHASILAN TERAPI

Berhasil atau tidaknya pengobatan aerosol ini tergantung pada beberapa faktor,
yaitu: Ukuran partikel. Partikel dengan ukuran 8 – 15 mikron dapat sampai ke
bronkus dan bronkiolus, sedangkan partikel dengan ukuran 2 mikron dapat sampai
le alveolus. Akan tetapi partikel dengan ukuran 40 mikron hanya dapat sampai di
bronkus utama. Partikel yang banyak digunakan pada terapi aerosol adalah partikel
yang berukuran antara 8 – 15 mikron. 7

Gravitasi (gaya berat). Semakin besar suatu partikel, maka akan semakin cepat
pula partikel tersebut menempel pada saluran pernapasan. Akan tetapi keadaan ini
juga tergantung pada viskositas dari bahan pelarut yang dipakai. 7

Inersia. Inersia menyebabkan partikel didepositkan. Molekul air mempunyai massa


7
yang lebih besar daripada molekul gas di dalam saluran pernapasan.

Aktivitas kinetik. Keadaan ini dialami oleh partikel yang lebih kecil dari 0,5 mikron.
Semakin besar energi kinetik yang digunakan, maka akan semakin besar
kemungkinan terjadinya tabrakan di antara aerosol dan akan semakin mudah
terjadinya kolisi dan selain itu juga akan semakin mudah partikel tersebut
bergabung. 7

Sifat-sifat alamiah dari partikel. Sifat-sifat alamiah dari partikel ditentukan oleh
tonik (osmotik). Larutan yang hipotonik akan mudah kehilangan air akibat dari
penguapan.

Sifat-sifat dari pernapasan. Pada prinsifnya jumlah dari aerosol yang berubah
menjadi cairan ditentukan pula oleh volume tidal, frekuensi pernapasan, kecepatan
aliran inspirasi, dan apakah bernapas melalui mulut atau hidung, dan juga
memeriksa faal pernapasan pada umumnya. 7

5.    OBAT/ZAT PADA TERAPI INHALASI

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2
simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen), albuterol (Venolin dan Proventil),
terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat), isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti
beklometason (Ventide), triamnisolon (Azmacort), flunisolid ( Aerobid); Antikolinergik
seperti atropin dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan
seperti natrium kromolin (Intal)   EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI

Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan penyempitan
pada saluran pernapasan (bronkospasme). Disamping itu bahaya iritasi dan infeksi
pada jalan napas, terutama infeksi nosokomial juga dapat terjadi.

D. PEMBERIAN OBAT PADA VAGINA

Pemberian Obat. Perawat harus memperhatikan hal berikut :

  Interpretasikan dengan tepat resep


obat yang dibutuhkan

  Hitung dengan tepat dosis obat yang


akan diberikan sesuai dengan resep

  Gunakan prosedur yang sesuai dan


aman, ingat prinsip 5 benar dalam
pengobatan
  Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat
dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.

a.       Benar Klien


b.      Benar Obat
c.       Benar Dosis Obat
d.      Benar Waktu Pemberian
e.      Benar Cara Pemberian  
1.       Definisi
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau
serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal.
2.       Alat dan bahan
Obat dalam tempatnya.
Sarung tangan.
Kain kasa.
Kertas tisu.
 Kapas sublimat dalam tempatnya.
Pengalas.
Korentang dalam tempatnya.
3.       Prosedur kerja
a.       Cuci tangan.
b.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c.       Gunakan sarung tangan
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.      Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
f.         Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
g.        Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas
pada obat.
h.      Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang
dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
i.         Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
j.         Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
k.        Cuci tangan.
l.         Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
4.       Pemberian obat – obatan atau cairan tertentu melalui vagina dapat dilakukan
dengan cara:
a. Mengumbah (irigasi).
b. Mengoleskan.
c. Supposutorium.
5.       Dilakukan pada:
a. Pasien dengan vagina yang kotor.
b. Persiapan tindakan pembedahan jalan lahir.
c. Pasien dengan radang vagina.
d. Post partum dengan lochea yang berbau.
6.       Persiapan alat
a. Irigator dengan selangnya.
b. Kanula vagina steril dalam tempatnya.
c. Sarung tangan.
d. Standar infus, bila perlu.
e. Obat cairan yang diperlukan, dalam tempatnya.
f. Bengkok (nierbekken).
g. Pispot.
h. Alat bokong.
i. Selimut.
j. Kapas sublimat
k. Klem.
l. Sampiran (schrem) 
7.       Persiapan pasien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi
eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
8.       Reaksi dan efek obat

  Farmakokinetik
      Absorpsi
      Distribusi
      Metabolisme
      Ekskresi

  Farmakodinamik

  Efek Terapeutik

  Efek samping

  Alergi

9.       Evaluasi
a.       Kriteria evaluasi :
b.      Klien akan memperlihatkan efek / reaksi tubuh yang minimal terhadap
pengobatan.
c.       Klien dapat memahami regimen / tata laksana pengobatan yang sedang dijalani.
d.      Nakes yang terlibat menggunakan intervensi yang dapat mencegah masalah
medikasi pada klien.

E. PEMBERIAN OBAT PADA RECTUM

PENGERTIAN RECTUM

Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau
rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini
disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

Alat dan Bahan:

1.     Obat suppositoria dalam tempatnya

2.     Sarung tangan.

3.     Kain kasa.

4.     Vaselin/pelicin/pelumas.

5.     Kertas tisu.


ProsedurKerja:
1.Cucitangan.
2.Jelaskanproseduryangakandilakukan.
3.Gunakansarungtangan.
4.Bukapembungkusobatdanpegangdengankainkasa.
5.Oleskanujungpadaobatsuppositoriadenganpelicin.
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10
cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak

7. etelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih
5menit.
9.Setelahselesailepaskasarungtangankedalambengkok.
10.Cucitangan.
11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

B.   Penyakit yang biasa terjadi pada rectum


Proktitis (radang lapisan rektum) DEFINISI Proktitis adalah peradangan pada lapisan
rektum (mukosa rektum).  Pada proktitis ulserativa, ulkus (luka) muncul pada lapisan
rektum yang meradang

PENYEBAB
Proktitis memiliki beberapa penyebab :

1.     Penyakit Crohn atau kolitis ulserativa

2.     Penyakit menular seksual (gonore, sifilis, infeksi Chlamydia trachomatis, herpes
simpleks, infeksi sitomegalovirus), terutama pada laki-laki homoseksual.

3.     Bakteri spesifik seperti Salmonella

4.     Penggunaan antibiotik tertentu yang merusak bakteri usus normal dan
memungkinkan bakteri lainnya tumbuh

5.     Terapi penyinaran pada rektum atau di sekitar rektum.


Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan memiliki resiko tinggi terhadap
terjadinya proktitis, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks atau sitomegalovirus.
GEJALA
Proktitis terutama menyebabkan perdarahan yang tidak nyeri atau pengeluaran
lendir dari rektum.
Jika penyebabnya gonore, herpes simpleks atau sitomegalovirus, anus dan rektum
akan terasa sangat nyeri.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan proktoskop atau
sigmoidoskop dan hasil pemeriksaan dari contoh jaringan lapisan rektum.
Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang
menjadi penyebabnya.
Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau
barium enema.
PENGOBATAN
Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh
infeksi kuman spesifik.
Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik yang merusak flora normal
usus, bisa digunakan metronidazole atau vancomycin untuk menghancurkan kuman
yang merugikan.
Bila penyebabnya adalah terapi penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan
kortikosteroid (misalnya hydrocortisone dan mesalamine).
Keduanya dapat diberikan sebagai enema (cairan yang dimasukkan ke dalam
usus/usus besar) atau sebagai suppositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).
Kortison diberikan dalam bentuk busa yang dimasukan dengan bantuan alat khusus.

Sulfasalazine atau obat serupa bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam waktu
bersamaan.
Bila pengobatan tersebut tidak mengurangi proses peradangan, bisa diberikan
kortikosteroid per-oral (melalui mulut).

F. PEMBERIAN OBAT PADA KULIT

2.2 Pemberian Obat Topikal pada Kulit


2.2.1 Pengertian
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada
kulit dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada
kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis.
         Umur
         Pemilihan agen topikal yang tepat
         Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
         Stadium penyakit
         Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
         Metode aplikasi
         Penentuan lama pemakaian obat
Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum  epidermis  papilla
dermis  aliran darah2
Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
         Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
         Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
         Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya
akan semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses
eksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah 2:
         Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
         Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat
meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat akibat gesekan, usapan
serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan
miliaria jika penggunaannya bersama obat atau kombinasinya tidak tepat.
         Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup
diaplikasikan satu kali sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang akan
meningkat penyerapannya setelah pemakaian berulang, bukan karena lama
kontaknya.
         Kuantitas obat yang diaplikasi
Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya
berlebihan justru malah tidak berguna. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan
luas permukaan kulit yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit
membutuhkan 1 gram krim atau salep).
         Faktor lain
Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
     Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
     Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut
     Ukuran partikel obat diperkecil
     Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki
     Konsentrasi obat yang diberikan tepat
Contoh obat topikal untuk kulit :
1.      Anti jamur    : ketoconazol, miconazol, terbinafin
2.      Antibiotik     : oxytetrasiklin
3.      Kortikosteroid : betametason, hidrokortison
2.2.2 Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi
atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. 2
2.2.3 Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:

          Krim

          Salep (ointment)

          Lotion

          Lotion yang mengandung suspensi

          Bubuk atau powder

          Spray aerosol.
2.2.4 Keuntungan dan Kerugian
         Keuntungan
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping
sistemik.
Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
         Kerugian
Secara kosmetik kurang menarik
Absorbsinya tidak menentu
2.2.5 Alat dan Bahan
        Troli
        Baki dan alas
        Perlak dan alas
        Bengkok (nierbekken)
        Air DTT dalam kom
        Kapas
        Sarung tangan
        Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
        Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
        Lidi kapas atau tongue spatel
        Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang
mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
        Buku obat (ISO)
        Baskom
        Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
        Sabun cuci tangan
        Lap handuk
        Tempat sampah basah dan kering
2.2.6 Prosedur kerja1
NO. LANGKAH – LANGKAH RASIONALISASI
Untuk memastikan
kepada siapa obat
Cek instruksi dokter untuk memastikan
1. tersebut akan diberikan,
nama obat, daya kerja, tempat pemberian
agar meminimalisir
kesalahan pemberian
Agar klien mengetahui
Jelaskan prosedur tindakan (lakukan
2. tindakan seperti apa
Informed Consent)
yang akan dia dapatkan
Agar memudahkan
Setelah disiapkan pada baki dalam troli, penjangkauan alat
3.
dekatkan alat dan bahan dalam melakukan
tindakan
Susun alat tersebut secara secara Agar memudahkan kita
4. ergonomis, berurutan sesuai dengan dalam penggunaan alat-
pemakaian alat
Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan Untuk pencegahan
standar pencegahan infeksi) dengan infeksi
5.
sabun dan air mengalir, lalu keringkan
dengan lap handuk
Agar dapat
mempermudah
Persiapkan posisi klien dengan tepat dan pemberian obat dan
6.
nyaman tetap perhatikan
kenyamanan dan
privasi klien
Untuk memastikan
7. Identifikasi klien secara tepat
keadaan klien
Untuk pencegahan
8. Pakai sarung tangan
infeksi
Untuk membersihkan
Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang
area yang akan diobati
9. sakit, lepaskan semua debris dan kerak
agar penyerapan obat
pada kulit  
dapat maksimal
Keringkan atau biarkan area kering oleh Untuk pencegahan
10.
udara infeksi
Bila kulit terlalu kering dan mengeras, Untuk mempermudah
11.
gunakan agen topikal penggunaan obat
Oleskan agen topical :
         Krim, salep dan lotion yang
mengandung minyak
a)   Letakkan satu sampai dengan dua
sendok teh obat di telapak tangan
kemudian lunakkan dengan menggosok
2.2.7 Indikasi dan Kontraindikasi
         Indikasi: infeksi lokal, dermatitis, psoriasis ringan, keloid, parut hipertrofik,
alopesia areata, aknekistik dan prurigo
         Kontraindikasi: ulkus

G. PEMBERIAN OBAT PADA MATA

2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tujuan

Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat
tetes mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep,
meliputi preparat yang biasa dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan
vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb).

Obat mata dapat digolongkan menjadi

a.       Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi


b.      Obat mata golongan kortikosteroid
c.       Obat mata lainnya1

Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya:

         digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara
mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot
lensa,
         digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
         Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata
karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata
atau kornea mata yang luka/ ulkus.
         Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga
bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena infeksi
mata oleh virus itu resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata
golongan kortikosteroid untuk menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan
antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder.
         Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang
disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau
alergi.
         Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.

Prinsip pemberian obat mata

1.      Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif
terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan
menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea.
2.      Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat
atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain
dengan alat tetes mata atau tube salep.
3.      Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi. 1

2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata

Indikasi

Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur

         meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan
oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis
berenang.
         antiseptik dan antiinfeksi.
         radang atau alergi mata.

Kontraindikasi

Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada
penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali
dalam pegawasan dan nasehat dokter.

2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.

2. Pipet.

3. Pinset anatomi dalam tempatnya.

4. Korentang dalam tempatnya.

5. Plestier.
6. Kain kasa.

7. Kertas tisu.

8. Balutan.

9. Sarung tangan.

10. Air hangat/kapas pelembab.

a.       tetes atau salep mata


1.      botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep.
2.      Patch dan plester mata (bila perlu).
3.      Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
4.      Bola kapas atau tisu.
5.      Wadah cuci berisi air hangat atau lap.
6.      Sarung tangan sekali pakai.
b.      cakram intraokuler
1.      cakram obat.
2.      Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
3.      Sarung tangan sekali pakai. 1

2.1.5 Prosedur kerja1


No Langkah rasional Gambar
.
1. Tinjau kembali program Memastika kelepatan
obat dari dokter, termasuk pemberian obat.
nama klien, nama obat,
konsentrasi obat, jumlah
tetesan obat (jika dalam
bentuk cair), waktu dan
mata (kanan atau kiri) yang
menerima obat.
2. Cuci tangan Mengurangi
penularan
mikroorganisme.
3. Siapkan peralatan dan Tetes mata tersedia
suplai dalam bemtuk botol
plastik atau kaca.
c.       tetes atau salep mata
7.      botol obat dengan tetes Salep dignakan
mata steril atau tube salep. dalam tube kecil.
8.      Patch dan plester mata
(bila perlu).
9.      Kartu, format, atau huruf
cetak nama obat.
10.  Bola kapas atau tisu.
11.  Wadah cuci berisi air
hangat atau lap.
12.  Sarung tangan sekali
pakai.
d.      cakram intraokuler
4.      cakram obat.
5.      Kartu, format, atau huruf
cetak nama obat.
6.      Sarung tangan sekali
pakai.
4. Periksa atau identifikasi Memastikan klien
klien dengan membaca yang menerima obat
gelang identifikasi atau benar.
menanyakan nama klien
5. Jika tercapai patch mata,
lepaskan.
6. Kaji kondisi stuktur mata Memberi data dasar
H. PEMBERIAN OBAT PADA EPIDURAL
A. Pemberian Obat Melalui Epidural

Epidural iyalah metode umum administrasi anestesi selama persalinan di mana obat
bius dengan jarum dan kateter berulir ke dalam ruang dekat sumsum tulang
belakang

Blok Epidural

Anestesi lokal diinjeksikan kedalam ruang epidural. Kateter kecil dipasang


sehingga top- up (dosis bolus) anestesi local dapat diberikan setelah dosis
sebelumnya habis, atau infus continu dapat diberikan menggunakan driver spuit.
Analgesia dan anesthesia yang diberikan biasanya bersifat total. Pemberian
analgesia epidural meningkatkan resiko terjadinya persalinan lama dan persalinan
dan dengan bantuan alat.

Indikasi Blok Epidural

1.Pereda nyeri atas permintaan ibu.

2.Bermanfaat saat terdapat kecenderungan persalinan dengan bantuan alat:

a.Malposisi.

b.Malpresentasi.

c.Kehamilan kembar.

d.Persalinan lama.

3.Hipertensi.

4.Persalinan praterm.

Cara Pembiusan

Pembiusan dilakukan oleh seorang ahli anestesi setelah klien mulai merasakan
terjadinya kontraksi. Sebelum nya klien akan disuntik melalui vena (intravena)
dengan larutan khusus sebanyak 1-2 liter untuk membantu keseimbangan cairan
dalam tubuh. Pemberian larutan ini akan terus berlangsung hingga proses
persalinan selesai. Selanjutnya, klien disuruh untuk berbaring miring sambil
berbungkuk di tempat tidur , sehingga ruas-ruas tulang belakang klien terbuka lebar.
Caranya, pertemukan dagu dengan dada, serta dengkul klien dengan perut.

Cara Kerja Bius Epidural Pada Tubuh

Ketika pemberian bius, Tentu saja klien akan merasakan sakit yang agak
menggigit saat jarum suntik menembus celah ruas tulang belakang. Bahkan ada
orang yang mengalami sedikit pembengkakan pada bekas suntikan, sampai
beberapa hari setelah proses persalinan selesai.

Efek Samping Epidural

1.HIpotensi (lebih menurun dengan CSE), mual, pingsan

2.Dural tap, bila jarum tidsak sengaja menusuk dura meter, mengskibatkan
menurunnya tekanan intracranial yang berpotensi menimbulkan sakit kepala besar
selama beberapa hari berikutnya.

3. Anastesi spinal total, terlau banyak memberikan injeksi anestesi local ke dalam
ruang syubaraknoid dapat menyebabkan henti napas

4.Blok parsial(nyeri membandel) yaitu saat kondiai masih tetap dirasakan di salah
satu area abdomen

5.Toksisitas obat :

a. Gelisah

b. Pusing

c.Tinnitus

d.Rasa logam

e.Mengantuk

6. Perubahan suhu, ibu biasanya mengalami efek vasodilatasi dari bupivakin yang
menyebabkan kaki terasa hangat, suhu meningkattetapi tubuh menggigil

7.Retensi urin

I. PEMBERIAN OBAT PADA TERAPI PANAS DINGIN

2.4.1 Pengertian Terapi


Terapi adalah suatu proses berjangka panjang berkenaan dengan
rekonstruksi pribadi.Dalam kamus Bahasa Indonesia, definisi terapi adalah “usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit”.

2.4.2 Terapi Panas

Terapi panas merupakan terapi dengan menggunakan panas. Sedangkan


kompres adalah salah satu metode fisik yang digunakan untuk menurunkan suhu
tubuh bila anak demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu.

a.      Tujuan Terapi Panas

Terapi Panas pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan


pemulihan jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung pada tujuannya.
Kompres panas akan menghangatkan menghangatkan area tubuh tersebut.

b.      Jenis

Kompres panas pada tubuh berbentuk:

1.      Kering

Kompres panas kering dapat digunakan secara lokal, untuk konduksi panas, dengan
menggunakan botol air panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau
kemasan pemanas disposabel.

2.      Basah.

Kompres panas basah dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres
kasa, kemasan pemanas, berendam, atau mandi.

c.       Keuntungan dan Kerugian

A.    Keuntungan

1.      Memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada klien

2.      Mudah dan Praktis

3.      Memberikan rasa hangat

4.      Mengurangi dan membebaskan rasa nyeri

B. Kerugian
1.    Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan
perdarahan dan pembengkakan
2.    Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
Perdarahan
3.    Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4.    Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat
metastase (tumor sekunder)
5.    Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapan
membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

d.      Alat dan Bahan

         Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)


         Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
         Kasa perban atau kain segitiga
         Pengalas
         Sarung tangan bersih di tempatnya
         Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
         Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
         Pinset anatomi 2 buah
         Korentang

e.       Prosedur Kerja1

NO LANGKAH RASIONALISASI
1. Dekatkan alat-alat kedekat Agar bidan atau perawat mudah
klien menjangkau alat.
2. Perhatikan privacy klien Agar menjaga privacy klien
3. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
4. Atur posisi klien yang Agar saat pemberian obat, klien
nyaman merasa nyaman
5. Pasang pengalas dibawah Agar menjaga kebersihan dan
daerah yang akan kenyamanan klien di tempat tidur atau
dikompres tempat klien saat diberikan obat
6. Kenakan sarung tangan Untuk perlindungan diri
lalu buka balutan perban
bila diperban. Kemudian,
buang bekas balutan ke
dalam bengkok kosong
7. Ambil beberapa potong Untuk merendam kasa yang akan
kasa dengan pinset dari digunakan untuk terapi kompres
bak seteril, lalu masukkan hangat
ke dalam kom yang berisi
cairan hangat.
8. Kemudian ambil kasa Untuk mengompres daerah yang nyeri
tersebut, lalu bentangkan agar klien merasa nyaman dan
dan letakkan pada area mengurangi rasa sakit klien.
yang akan dikompres

Bila klien menoleransi


kompres hangat tersebut,
lalu ditutup/dilapisi dengan
kasa kering. selanjutnya
dibalut dengan kasa
perban atau kain segitiga
9. Lakukan prasat ini selama Agar hasil dari kompresan tersebut
15-30 menit atau sesuai maksimal
program dengan anti
balutan kompres tiap 5
menit
10. Lepaskan sarung tangan Untuk pencegahan infeksi
11. Atur kembali posisi klien Agar klien merasa nyaman
dengan posisi yang
nyaman
12. Bereskan semua alat-alat Agar alat terlihat rapi dan bersih, juga
untuk disimpan kembali berpengaruh pada kenyamanan klien
maupun perawat atau bidan
13. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
14. Dokumentasikan tindakan Agar saat pengulangan kegiatan ini
ini beserta responnya jadwalnya teratur dan tidak terjadi
kekeliruan pada perawat/bidan
f.       Indikasi

Indikasi Pemberian Kompres Panas

         Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)


         Klien dengan perut kembung
         Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
         Spasme otot
         Adanya abses, hematoma
         klien dengan suhu tubuh yang tinggi
         klien dengan batuk dan muntah darah
         pascatonsilektomi
         radang, memar

g.      Kontraindikasi

Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:

1.    K u l i t y a n g b e n g k a k d a n t e r j a d i p e r d a r a h a n , k a r e n a p a n a s
akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang
semakin parah.
2.    Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan.
3.    Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4.    Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat
metastase (tumor sekunder).
5.    Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapan
membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
2.4.2        Terapi Dingin

a.      Pengertian
Terapi dingin dikenal sebagai cryotherapy yang bekerja pada prinsip
pertukaran panas. Hal ini terjadi ketika menempatkan objek pendingin dalam kontak
langsung dengan objek suhu yang lebih hangat, seperti es terhadap kulit.

b.      Tujuan

a.       Mengurangi peradangan dengan cara mengerutkan atau mengecilkan pembuluh


darah

b.      Mengurangi rasa sakit

c.       Mengurangi kejang otot

d.      Mengurangi kerusakan jaringan

e.       Mengurangi pembengkakakan

f.       Mengurangi pembentukan udema (Pembekuan darah di bawah kulit)

c.        :           Jenis-jenis

1.       Kantong Es

Teknik ini menggunakan tas sederhana seperti kantong plastik, botol air
panas, kemasan dingin kimia atau sayuran beku. Caranya dengan menerapkan kain
handuk kering di atas area tersebut untuk mencegah kontak Sensasi ini dalam
rangka adalah langsung es untuk kulit. Kulit akan melewati empat tahapan sensasi
dalam 10-15 menit.:

1) Dingin kulit

2) Merasa Burning

3) Sakit

4) Kekebasan

2. Pijat Es

Es merupakan material dari teknik terapi dingin. Es adalah sebuah air bersih
yang dimasukkan ke dalam wadah lalu dibekukan di dalam lemari es samapi benar-
benar beku. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam teknik ini yaitu sedikit
demi sedikit membuka es lalu pijatkan ke area yang sakit dengan menggunakan
gerakan melingkar konstan

d.                  Keuntungan dan Kerugian

      Keuntungan

         Alat dan bahan mudah ditemukan dan digunakan di rumah


         Murah
         Persiapan yang sedikit

         Baik untuk luka ringan yang hanya memerlukan terapi dingin untuk satu samapi
dua hari.

      Kerugian

         Es sebagai bahan dari terapi dingin mudah jatuh sendi serta sulit untuk menjaga
es di tempat
         Es cepat mencair dan dapat membuat berantakan terutama jika melakukan
terapi dingin di tempat tidur.
         Es diterapkan pada permukaan sendi secara terbatas.
         Tidak ada kompresi yang diterapkan.
         Hanya dapat diterapkan untuk jangka waktu yang singkat (10-20 menit).

         Sulit digunakan untuk cedera yang lebih besar atau setelah operasi karena
berbagai alasan.

e.                   Pemeriksaan Pendahuluan


Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien.
Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien antara lain:
                     Kondisi patologis pasien yaitu berkaitan dengan tingkat keparahan
kondisi patologis pasien ( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi
patologis pasien indikatif atau kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
                     Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-
dingin. Untuk mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes
sensibilitas panas-dingin, seperti berikut:
a. Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas
(hangat) yang lain berisi air dingin (air es).
b. Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal
sambil mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta
untuk melihat pengujian / pengenalan ini).
c. Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya
dilakukan. Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang
abnormal. Pasien bisa diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara
yang lain, misalnya dengan menghalangi pandangannya
f.                   Alat dan Bahan

        Alat

a)      Bengkok

b)      Handuk kering

c)      Kom

        Bahan

a)        Kirbat es atau eskap dengan sarungnya

b)        Kom berisi potongan-potongan kecil es serta satu sendok teh garam agar es tidak
cepat mencair

c)        Air dalam kom

        Perlengkapan

a)         Baki dan alas

b)        Perlak kecil atau handuk kecil

c)         Tempet cuci tangan

d)        Alat tulis dan buku catatan

e)         Tempat sampah basah

f)         Tempat sampah kering

g)        Baskom

g.                  Prosedur Kerja1

No. Langkah Kerja Rasionalisasi


1. Siapkan alat dan bahan Persiapan alat dan bahan
serta susu secara secara ergonomis akan
ergonomis memudahkan dalam
memberikan pengobatan
serta mengefektifkan waktu
2. Kajian pasien Pengkajian dilakukan untuk
memastikan keadaan
pasien serta tepat dalam
memberikan pengobatan
3. Informed Consent Dilakukan untuk
mendapatkan persetujuan
dari pasien untuk
mempermudah pengobatan
4. Bawa alat-alat ke dekat Agar alat dan bahan dapat
klien dengan mudah di jangkau
5. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
6. Masukkan batnan es ke Agar bagian pinggir es tidak
dalam kom air tajam
7. Isi kirbat es dengan Pemakaian es yang
potongan es sebanyak berlebihan akan membuat
kurang lebih setengah mati rasa pada kulit
bagian dari kirbat tersebut
8. Keluarkan udara dari eskap Agar terapi dapat bekerja
dengan melipat bagian dengan maksimal
yang kosong, lalu di tutup
rapat
9. Periksa skap Untuk memastikan agar
tidak ada kebocoran
10. Keringkan eskap dengan Agar air yang keluar dari es
lap, lalu masukkan ke tidak berceceran
dalam sarungnya
11. Buka area yang akan di Posisi yang nyaman bagi
obati dan atur yang pasien akan membantu
nyaman pada klien terapi
12. Pasang perlak pengalas Perlak berfungsi sebagai
pada bagian tubuh yang alas agar air tidak menetes
akan di obati ke kasur atau ke tempat
terapi dilakukan
13. Letakkan eskap pada Peletakkan eskap pada
bagian yang memerlukan bagian yang memerlukan
terapi terapi akan mempercepat
terapi karena terapi
langsung ke tempat yang
memerlukannya
14. Kaji keadaan kulit setiap 20 Pengkajian yang lebih dari
menit terhadap nyeri, mati 20 menit akan membuat
rasa, dan suhu tubuh pasien tidak nyaman
15. Angkat eskap bila sudah Terapi dingin harus
selesai dihentikan setelah kulit
terasa mati rasa.
16. Atur posisi klien kembali Agar pasien lebih nyaman
pada posisi yang nyaman setelah terapi
17. Bereskan alat setelah Agar alat dan bahan yang
selesai melakukan terapi ini sudah dipakai tidak
mengganggu kenyamanan
klien
18. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
19. Dokumentasikan Untuk mencatat hasil dari
pengobatan
h.                  Indikasi dan Kontra Indikasi
         Indikasi
a.       Trauma muskuloskeletal : sprain, strain,tendinitis, tenosinovitis, bursitis,tendinitis,
b.      Myofacial pain
c.       Penurunan spastisitas
d.      Pengobatan emergency luka bakar ringan
         Kontra Indikasi
a.       Hipersensitivitas terhadap dingin
b.      Cryoglobulinemia
c.       Intoleransi terhadap dingin
d.      Raynaud’s phenomen
e.       Paroxysmal cold hemoglobinuria
f.       HPT
g.      Gangguan kognitif atau komunikasi

J PEMBERIAN OBAT PADA ZID BATH/KOMPRES

A. pengertian Konsep Zid Bath / Kompres


Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara
kimiawi melaluimetabolisme darah.
Kompres atau Zid bath adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-
lipat,Zikenakan dengan tekanan; kadang-kadang mengandung obat dan dapat
bersih ataupun kering,panas ataupun dingin (Kamus Dorland, 1996)
Zid Bath atau kompres dibagi menjadi 2 :
• Kompres Hangat
Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau
alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres
hangat diberikan satu jam atau lebih.
• Kompres Dingin
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang
dibasahi dengan air dingin (es, dan sebagainya) untuk menyejukkan kepala dan
sebagainya.
Mekanisme kompres terhadap tubuh (Barbara R Hegner, 2003)
Kompres panas dan dingin mempengaruhi tubuh dengan cara yang berbeda.
1. Kompres dingin mempengaruhi tubuh dengan cara :
• Menyebabkan pengecilan pembuluh darah (Vasokonstriksi).
• Mengurangi oedema dengan mengurangi aliran darah ke area.
• Mematirasakan sensasi nyeri.
• Memperlambat proses kehidupan.
• Memperlambat proses inflamasi/peradangan(bengkak,kemerahan )
• Mengurangi rasa gatal.
2. Kompres Panas (diatermi) mempengaruhi tubuh dengan cara :
• Memperlebar pembuluh darah (Vasodilatasi).
• Memberi tambahan nutrisi dan oksigen untuk sel dan membuang sampah-sampah
tubuh.
• Meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh.
• Mempercepat penyembuhan.
• Dapat menyejukkan
Pemberian kompres panas/hangat pada daerah tubuh akan memberikan
sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka
terhadap panas dihypotalamus dirangsang, system effektor mengeluarkan sinyal
yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.
Derajat suhu air untuk kompres (Wolf, 1984)
• Dingin sekali dibawah 13ºC (55ºF)
• Dingin 10 – 18ºC (50 – 65ºF)
• Sejuk 18 – 26ºC (65 – 80ºF)
• Hangat kuku 26 – 34ºC (80 – 93ºF)
• Hangat 34 – 37ºC (93 – 98ºF)
• Panas 37 – 41ºC (98 – 105ºF)
• Sangat panas 41 – 46ºC (105 – 115ºF)
  Tujuan Kompres
Tujuan pemberian kompres :
a. kompres panas
Pada umunya bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan.
Tujuan khususnya yaitu :
• memperlancar sirkulasi darah
• mengurangi rasa sakit
• memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
• merangsang peristatik usus
• memperlancar pengeluaran eksudat
b. Kompres dingin
• menurunkan suhu tubuh
• mencegah peradangan meluas
• mengurangi kongesti (akumulasi abnormal atau berlebihan dari cairan tubuh)
• mengurangi perdarahan setempat
• mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
Kompres panas dan dingin pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan
perbaikan dan pemulihan jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung
pada tujuannya
o   PenggunaanKompres
A.Penggunaan Kompres Hangat:
• Penanganan demam bukanlah dengan dikompres air dingin seperti yang biasa
dilakukan dahulu kala karena orang demam jika dikompres dingin akan lebih demam
lagi saat kompres dihentikan.
o   • Untuk cedera lama/kondisi kronis, yang mana bisa membantu membuat rileks,
mengurangi tekanan pada jaringan serta merangsang aliran darah ke daerah.
o   • Untuk pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang tetapi tidak boleh
digunakan untuk yang cedera akut atau ketika masih ada bengkak, karena panas
dapat memperparah bengkak yang sudah ada.
B.Penggunaan Kompres Dingin
• Digunakan untuk cedera tiba-tiba atau yang baru terjadi/ akut. Jika cedera baru
terjadi (dalam waktu 48 jam terakhir) yang lalu timbul pembengkakan, maka dengan
kompres dingin bisa membantu meminimalkan pembengkakan di sekitar cedera
karena suhu dingin mengurangi aliran darah di daerah cidera sehingga
memperlambat metabolisme sel dan yang paling penting adalah dapat mengurangi
rasa sakit.
• Untuk keseleo pergelangan kaki, cedera berlebihan pada atlet atau luka memar.
• Membantu mengobati luka bakar dan jerawat.

K. PEMBERIAN OBAT PADA MANAJEMEN NYERI

MANAJEMEN NYERI

Nyeri adalah merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan yang
bersifat sangat subyektif, karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialami.

<!--[if !supportLists]-->B.      <!--[endif]-->FISIOLOGI NYERI

Nyeri muncul atau datangnya sangat berkaitan erat dengan reseptor dan
rangsangan. Reseptor nyeri adalah nociceptor yang merupakan ujung-ujung saraf
(sinaps) sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khusuh=snya pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kantong
empedu.

Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau


rangsangan. stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis.
stimulasi oleh zat kimiawi diantaranya seperti histamin, bradikinin, prostaglandin,
dan macam-macam seperti adanya asam lambung yang meningkat pada grastitis
atau stimulasi yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan.

Reseptor nyeri didalam kulit dan jaringan mrupakan ujung saraf bebas yang tersebar
luas dalam lapisan superfisial kulit dan jaringan tertentu tidak dipersarafi secara luas
dengan ujung nyeri, tetapi mendapatkan persarafan yang lemah. setiap kerusakan
jaringan yang tersebar luas menyebabkan pegal daerah ini.

<!--[if !supportLists]-->C.      <!--[endif]-->KLASIFIKASI NYERI

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua : yakni nyeri akut dan kronis

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak cepat menghilang, tidak
melebihi enam bulan, sertaditamdai adanya peningkatan tegangan otot.

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul perlahan-lahan, biasanya berlangsung


cukup lama. yaitu lebih dari enam bulan. yang termasuk kategori nyeri kronis adalah
nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikosomatis.

                TABEL : PERBEDAAN NYERI AKUT DAN KRONIS

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

pengalaman Status kejadian Status situasi, status


eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau
penyakit dari dalam pengobatan terlalu lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang dan
terselubung
Waktu Sampai Enam Bulan Lebih dari enam bulan,
sampai bertahun-tahun
Pertanyaan Nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
diketahui dengan pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan perasaan)
Gejala-gejala Klinis Pola respon yang khas Pola respons yang
dengan gejala yang lebig bervariasi sedikit gejala-
jelas gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung ters sehingga
dapat bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
setelah beberapa saat setelah beberapa saat

selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat nyeri yang spesifik diantaranya nyeri
sistomatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri
phantom dan ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain. Umumnya nyeri somatic
dan nyeri visceral ini bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit (superficial)
yaitu pada otot dan tulang. perbedaan pada nyeri kedua ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

                                TABEL : NYERI SOMATIC DAN VISERAL

Karakteristik Nyeri Somatic Nyeri Somatic Nyeri Viseral


Superficial Dalam
Kualitas Tajam, Menusuk, Tajam tumpul, dan Tajam,tumpul,
dan membakar nyeri terus nyeri terus, dan
kejang
Mnejalar stimulasi Tidak torehan, Tidak torehan, Ya. Distensi,
abrasi. Telalu pans, iskemia iskemia, spasmus,
panas dan dingin pergeseran tempat iritasi kimiawi
(Tidak ada
Torehan)
Reaksi Autonom Tidak Ya Ya

Refleks kontraksi Tidak Ya Ya


otot

Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain. umumnya
terjadi akibat kerusakan pada cedera pada organ visceral,

Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik , biasanya timbbul
akibat psikologis.

Nyeri Phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas
diamoutasi.

Nyeri Neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di
sepanjang atau dibeberapa jalur saraf.

<!--[if !supportLists]-->D.      <!--[endif]-->STIMULUS NYERI

Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri diantaranya :

<!--[if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Trauma pada jaringan tubuh : Misalnya karena


pembedahan, akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor
<!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya
karena oedema, akibat terjadinya penekanan terhadap reseptor nyeri.
<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Tumor dapat juga menekan reseptor nyeri
<!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]-->Iskemia pada jaringan. misalnya terjadi
blockade pada arteria koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat
tertumpuknya asam laktat
<!--[if !supportLists]-->e.      <!--[endif]-->Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
Umumnya nyeri stomatis dan nyeri viseral ini bersumber dari kulit dan jaringan
dibawah kulit (susperfisial) yaitu pada otot dan tulang. Perbedaannya yaitu :

Macam Nyeri Kepala Pengertian

Nyeri kepala pada meningitis Salah satu nyeri kepala terhebat


disebabkan oleh penyakit meningtis
( peradangan selaput otak)
Nyeri kepala migren Nyeri kepala jenis khusus disebabkan
fenomena vaskuler, hilangnya lapang
penglihatan, aura viseral atauhalusinasi
sensoris lain.
Nyeri kepala alkoholik Terjadi setelah minum alkohol yang
menimbulkan toksik terhadap jaringan
yang langsung mengiritasi dan
menyebabkan nyeri serebral
Nyeri karena konstipasi Akibat dari produksi toksik diabsorpsi
menimbulkan perubahan dalam sirkulasi
kehilangan plasma untuk sementara
waktu dalam dinding usus dan buruknya
aliran darahke kepala menimbulkan
nyeri kepala
Nyeri kepala karena iritasi struktur Membran mukosa hidung dan sinus
hidung nasal iritasi menyebabkan nyeri alih
kebelakang mata, permukaan frontal
dahi dan kulit kepala.

<!--[if !supportLists]-->E.       <!--[endif]-->TEORI NYERI

<!--[if !supportLists]-->a.      <!--[endif]-->Teori pemisahan (specificity theory)


menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke madulla spinalis (spinal cord) melalui
konu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. kemudian naik ke traktus lissur
dan menyilang di garis median kesisi lainnya dan berakhir ke korteks sensoris
tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan
<!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Teori Pola (pattern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang
ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksiyang menimbulkan
presepsi dan otot berkontrasi sehingga menimbulkan nyeri. presepsi di pengaruhi
oleh modalitas respons dan reaksi sel T.
<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Teori pengendalian gerbang ( gate control
theory)
Menurut teori ini nyeri bergantung dari kerja saraf saraf besar dan kecil keduanya
berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada seratbesar akan
meningkatkan aktifitas nyeri.
<!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]-->Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls saraf, sehingga
transimis impuls nyeri menjadi efektif oleh neotransmiter yang spesifik. kemudian
inhibisi impuls nyerimenjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut lamban dan
endogen opiate sistem supresif. sumber : Long 1989

L. PEMBERIAN OBAT PADA OKSIGENASI

A. defenisi
pemberian obat pada oksigen adalah suatu tatacara pemberian bantuan
gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan
kedalam paru melalui salurang pernapasan dengan menggunakan alat
khusus
B. tujuan
1. memenuhi kekurangan oksigen
2. kelanjaran metaabolisme
3. sebagai tindakan pengobatan
4. mencegah hipokia
5. mengurangi beban kerja alat dan nafas dan jantung
C. indikasi
Terapi ini dilakukan pada penderita:
1. dengan hiniksia dan hipoksia
2. dengan kelumpuhan alat2 pernapasan
3. selama dan sesudah dilakukan narcose umum
D. persiapan alat dan bahan
1. tabung oksigen
2. flometer oksgen
3. humidifer
4. nasalakanul
5. plester 2 buah
6. 2 buah baksom/berisikan naCL 0,9 persen
7. Cantton bed atau lidi waten dan sarung tangan dalam bak intrumen
8. Tanda dan peringantan (dilarang merokok, menyalakan api karena
oksigen sedang digunakan )
9. Aquan bidst
10. Senter pen linght
11. Jam dengan hitungan detik
12. Alat tulis untuk mencacat
E. Cara kerja
1. Persiapan sambungan flometer dengan oksigan, isi himudifer denagn
aqua bidest sampai batas yang telah dilakukan kemudia sambung ke
flometer .
2. Memberikasn salam untuk mempermudah komunikasih dengan pasien
3. Jelaskan tujuan dari tindakan, untuk menghindari adanya komunikasih
dengan pasien
4. Kontrak waktu untuk melakukan tindakan.
5. Dekatkan alat2 yang disiapkan, untuk mempermudah proses.
6. Petugas memcuci tangan, untuk menjaga kerbersiahan
7. Kaji pernapasan pasien (hitumg RR 1menit penuh) untuk memastikan
bahwa pasien benar2 membutuhakan oksigen
8. Gunakan sarung tangan, untuk menghindari terjadinya iritasi
9. Kaji kondisi mulut dan hidung pasien dengan menggunakan senter bila
kotor mintakan pasien untuk membersiakan, bila pasien tiadak sadar
bersiakan lubang hidung dengan lidi waten yang telah dilembabkan
dengan cairan NACL 0,9 % umtuk mempermudah proses
10. Sambungkan kanula dengan alat pelembab atau humider
11. Kemudian putar flometer sesuai dengan program terapi (misal untuk
kanul atau kateter 24-44% / 1-6 litar /menit, sedangkan untuk makser
40%=5 litar / menit
12. Masukan unjung kanul kedalam baksom yang berisi air untuk
memastikan apakah oksigen telah mengalir dengan baik (tanda
oksigen dapat mengalir dengan baik adalah terdapatnya gelembung2
udara dalam air
13. Pasangkan nasal kanul pada hidung klien dengan hati2 dan tidak
menimbulkan rasa sakit seperti posisi kanul dengan tepat, guna
memberi rasa nyaman pada pasien saat diberi oksigen
14. Beri fiksasi / plester pada kanul dan untuk diberikan pada samping
hidung . pipi klien
15. Rapiakan klien, agar pasien lebih nyama dengan tempat tidurnya
16. Gantung tanda peringanta pada botol tabung,u tuk menghindari ada
pihak keluarga yang masih awan memakai botol tabung
17. Jelaskan bahwa tindakan sudah selesai, agar pasien bisa isterahat
kembali
18. Mencuci tangan, untuk menghindari nempelnya kuman2 atau virus dari
paisen atau lingkungan
19. Catat semua kegiatan dialakukan, serta respon klien unttuk
pendatangan evaluasi tindakan selanjutnya

M. PEMBERIAN OBAT PADA INJEKSI

Macam pemberian injeksi :

1. Intramuscular (im)
2. Intradermal (id)
3. Subcutaneus (sc)
4. Intravenous (iv)
5. Intra-arterial (ia)
6. Intraperitoneal (ip)

Persiapan alat :

 Kapas alkohol
 Disposable syringe yang sesuai (1 cc, 3 cc, 5 cc, 10 cc)
 Sarung tangan karet disposable

A. Injeksi Intramuscular :

 Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke dalam otot dengan jarum suntik.


 Cairan yang digunakan biasanya dalam jumlah kecil, antara 0,5-10 cc.
 Obat yang sering diinjeksikan cara im : metoclopramide, codein, suntikan KB,
macam2 vaksin.
 Lokasi untuk penyuntikan im :
o Daerah glutea : penderita dipersilahkan berbaring
o Daerah deltoid : penderita boleh berdiri atau duduk
o Daerah paha : penderita boleh berbaring atau duduk.
 Prosedur im :
o Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan kapas alkohol
o Pegang daerah kulit dan otot yang akan disuntik kemudian tusukkan
jarum suntik dalam posisi 90⁰ atau tegak lurus, tindakannya harus tepat dan
cepat
o Setelah jarum sepenuhnya masuk, lepaskan pegangan tangan anda
o Tarik perlahan pendorong syringe dan lakukan aspirasi untuk
memeriksa apakah jarum syringe yang ditusukkan masuk ke pembuluh darah
atau tidak. Jika tampak darah, jarum segera dicabut dan daerah bekas
tusukan ditekan dengan kapas alkohol. Lalu lakukan injeksi di lokasi lain
dengan menggunakan jarum baru.

B. Injeksi Intra Dermal :


 Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke lapisan di antara kulit dengan
jarum suntik.
 Cairan yang disuntikkan biasanya dalam jumlah yang sangat kecil 0,1-0,5 cc.
 Obat yang sering diberikan dengan cara injeksi intradermal adalah
kostrikosteroid dan tes mantoux.
 Prosedur :
o Bersihkan daerah penyuntikkan dengan kapas alkohol
o Regangkan daerah kulit yang akan disuntik, lalu tusukkan ujung jarum
suntik dalam posisi 10⁰ , posisi lubang jarum mengarah ke permukaan atas.
o Lalu posisi jarum disejajarkan kulit sampai jarum menembus lapisan
antara stratum corneum. Panjang jarum yang masuk tidak perlu seluruhnya
ditusukkan tapi disesuaikan dengan kebutuhan.
o Jika sudah yakin bahwa jarum sudah berada di antara lapisan kulit,
larutan dalam syringe boleh diinjeksikan.
o Jika posisi injeksi sudah benar, maka permukaan kulit akan tampak
menggembung, seperti tanda fluktuasi.
o Setelah semua larutan diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan
kulit daerah bekas tusukan dihapus dengan menggunakan kapas alkohol.

C. Injeksi Subkutan (sc) :

 Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke bawah kulit dengan jarum suntik.


 Cairan yang disuntikkan biasanya dalam jumlah kecil.
 Lokasi penyuntikan :
o di paha bawah bagian depan
o di perut, bagian bawah umbilicus
 Prosedur :
o Bersihkan kulit tempat akan dilakukan penyuntikan dengan kapas
alkohol
o Pegang daerah kulit yanga kan disuntik, kemudian tusukkan ujung
jarum suntik dalam posisi miring 45⁰
o Jika jarum sudah masuk semuanya, lepaskan pegangan tangan anda
o Jika yakin bahwa jarum sudah masuk di ruang subcutaneus, larutan
dalam syringe boleh diinjeksikan
o Setelah larutan semuanya sudah diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-
lahan dan kulit daerah bekas tusukam ditekan denganmenggunakan kapas
alkohol.

D. Injeksi Intra Vena  (iv) :

 Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke dalam sistem peredaran darah


melalui vena dengan jarum suntik.
 Efek zat akan sangat cepat menyebar ke seluruh bagian tubuh penderita,
karena langsung masuk ke pembuluh darah.
 Risiko injeksi iv
o Infeksi: terutama oleh Staphylococcus aureus dan Candida albicans
o Phlebitis: iritasi vena bukan karena infeksi bakterial
o Infiltrasi: zat yang disuntikkan masuk ke jaringan sekitar.
o Embolism: gumpalan darah, massa padat atau udara menyumbat
pembuluh darah, terutama pada pemberian central iv. Udara sebanyak 30 ml
dapat mengancam sirkulasi darah. Jika sekaligus banyak, maka dapat
merusak sirkulasi pulmonal dan mengancam jiwa. Udara yang sangat besar
(3-8 ml/kgBB) dapat menghentikan jantung.
 Injeksi IV ada 2, yaitu: sentral dan perifer. IV perifer dibagi menjadi 2 lagi,
yaitu IV kontinu (infus) dan IV intermitten.
 Lokasi penyuntikan: (penderita boleh duduk atau berbaring)
o v. mediana cubiti
o v. basilica
o v. antebrachial medianus
o v. cephalica
 Prosedur penyuntikan :
o Palpasi daerah lengan atau fossa cubiti untuk menetukan lokasi dan
memilih vena.
o Pasang manset tourniquet sekeliking lengan atas.
o Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan kapas alkohol.
o Lokasi penyuntikan ditahan dengan ibu jari penyuntik, kemudian mulai
tusukkan jarum suntik syringe secara hati-hati.
 Pemberian IV continue :
o Dimaksudkan untuk memberikan cairan/zat dalam jumlah cukup
banyak dan dalam waktu yang cukup panjang, langsung ke dalam sistem
peredaran darah melalui vena.
o Prinsipnya sama dengan IV intermitten, tapi ada beberapa perbedaan :
 pasien harus berbaring
 jarum khusus untuk pemberian infus atau transfusi berupa
abbocath.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantarany Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu
indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu
yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

B.     Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping
yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat
menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai
perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta: EGC

Buku praktek kebidanan


Johnson, ruth dan wendy taylor.2005. Praktek Kebidanan. EGC: Jakarta

Daftar Pustaka :
Rochimah.2011.Keterampilan Dasar praktik Klinik(KDPK).Jakarta.Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai