Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua

manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia

yang akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehati-hari.

Undang-undang kesehatan No 23 tahun 1992 membiarakan

batasan: kesehatan adalah keadaan sejahterah badan, jiwa, dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

sosial dan ekonomi. , (Notoatmodjo, 2007).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga

didefenisikan dengan istilah kekerabatan dimana individu bersatu

dalam suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam

arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki

hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban

dan memberi dukungan yang disebapkan oleh kelahiran, adopsi,

maupun perkawinan (Stuart,2014)

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada

individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu menjadi tau dan

dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi

mandiri. Sehingga pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha


atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat

dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun

ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal (Nasution,

2004).

Edukasi pada hakikatnya merupakan satu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok

atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan

masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. (Notoatmodjo,

2012).

Diabetes Melitus (DM) meupakan suatu penyakit menahun

yang ditandai dengan glukosa darah (gula darah) melebihi normal

yaiutu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl,

dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl

( misnadiarly, 2006). Diabetes melitus dikenal sebagai silent killer

karena tidak disadari penyandangnya dan saat diketahui sudah

terjadi komplikasi (kemenkes RI, 2015).

Diabetes Mellitus Tipe 2 disebabkan karena terjadinya

resistensi insulin atau penurunan jumlah produksi insulin, sehingga

kadar glukosa di dalam darah meningkat (Brunner & Suddarth,

2002). Peningkatan kadar glukosa dalam darah secara terus

menerus dapat berpengaruh buruk bagi tubuh dan menyebabkan

komplikasi (retinopati, neuropati, nefropati, penyakit kardio vaskuler


dan komplikasi lain) sehingga dibutuhkan terapi untuk menurunkan

kemungkinan terjadinya komplikasi (Buckman et al. 2010).

Komplikasi fisik yang timbul berupa kerusakan mata, kerusakan

ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke bahkan

sampai menyebabkan gangren.

Penyakit diabetes melitus memiliki risiko terjadinya komflikasi

dan dapat mengancam jiwa apabila tidak segerah ditangani dan

tidak dilakukan pengontrolan yang tepat. Ada 4 manfaat yang perlu

dijalankan agar penyakit DM dapat dikontrol sehingga tidak

berdampak pada konplikasi yag lebih berat, yaitu Edukasi,

Pengaturan Makan, olahraga/gerak badan, Obat: tablet atau insulin

(Kariadi,2009).

Pengaturan makan atau kepatuhan diet merupakan salah satu

faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi normal

dan mencegah komflikasi. Ketidakpatuhan terhadap diet DM adalah

kurangnya pengetahuan terhadap penyakit DM, sikap, keyakinan

dan kepercayaan yang dimiliki. Ketidakpatuhan ini sehingga

menyebapkan terjadinya konflikasi akut dan kronik sehinnga bisa

memperparah penyakit sampai dapat mengakibatkan kematian.

diet DM akan menyebabkan terjadinya konplikasi akut dan kronik

pada akhirnya memperparah penyakit bahkan bisa menimbulkan

kematian (Lanywati, 2001).


Data terakhir dari World Health Organization (WHO)

menunjukan pada tahun 2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia

menderita DM dan angka ini menjadi dua kali lipat sampai pada

tahun 2025 (WHO, 2014).

Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa

prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9% dan menjadikan

diabetes melitus sebagai penyebab kematian urutan ketujuh di

dunia. Kejadian diabetes Tahun 2013 di dunia adalah sebanyak

382 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2

adalah 95% dari populasi dunia. Prevelensi kasus diabetes melitus

tipe 2 sebanyak 85-90% (Hestina, 2017).

Peningkatan pendaerita DM di Indonesia terjadi dari 6,9% pada

tahun 2013 menjadi 8,5% (Riskesdes, 2018). Ada beberapa

penatalaksanaan diabetes melitus diantaranya adalah edukasi,

aktivitas fisik, pengobatan, pengelolaan diet. Penyakit DM

merupakan penyakit yang berhubunagan dengan gaya hidup,

sehingga hari kebiasaan pola makan penderita DM cenderung

terus menerus mengonsumsi makanan yang tinggi akan

karbohidrat dan makanan sumber glukosa secara berlebihan,

sehingga dapat menaikan kadar glukosa darah, maka dari itu perlu

adanya pengelolaan diet bagi pasien DM dalam menjaga kadar

glukosa darahnya agar tetap terkendali (Indirawati,2012).


Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka

penulis merasa tertarik untuk melakukan literature review tentang

hubungan dukungan keluarga dalam pemberian edukasi tentang

diet diabetes melitus pada penderita diabetes melitus tipe 2

A. Rumusan Maslah

Bagaiman hubungan dukungan keluarga dalam pemberian

edukasi tentang diet diabetes melitus pada penderita diabetes

melitus tipe 2 berdasarkan empiris dan literature review.

B. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dalam

pemberian edukasi tentang diet diabetes melitus pada penderita

diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan penulisan pustaka.

C. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan literature review ini bisa dijadikan pendukung

dan sebagian informasi untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dibidang keperawatan terkait hubungan dukungan

keluarga dalam pemberian edukasi tentang diet diabetes

melitus pada penderita diabetes melitus tipe 2.

2. Manfaat praktis

Diharapkan literature review ini dapat membantu

mengetahui pentingnya peran keluarga dalam pemberian


edukasi tentang diet diabetes melitus pada penderita diabetes

melitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai