SERIATI
40121017
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.”S”
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SAGITA PALEMBANG
Disusun Oleh:
SERIATI
40121017
Palembang,
Pembimbing Akademik
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.”S”
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SAGITA PALEMBANG
Disusun Oleh:
SERIATI
40121017
Hari : Sabtu
Tanggal : 19 Februari 2022
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Ka. Prodi Profesi Bidan Ketua STIKES Abdurahman
KATA PENGANTAR
iii
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Ny. “S” Di Praktik Mandiri Bidan Sagita Palembang’’. Laporan
Kasus ini dibuat dalam rangka pembelajaran sekaligus untuk memenuhi tugas
sebagai mahasiswi Prodi Profesi Bidan di STIKES Abdurahman Palembang.
Penyusunan Laporan Kasus ini penulis banyak mengalami hambatan serta banyak
kekurangan. Namun berkat bimbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini dengan
maksimal.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Hj. Rosyidah Arahman, selaku Ketua Yayasan Abdurahman Palembang.
2. H. Su’aidy Arahman, SE, S.Sos, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdurahman Palembang.
3. Popy Apriyanti, M.Keb selaku Ka. Prod Profesi bidan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdurahman Palembang.
4. Rini Anggeriani, S.ST., M.Bmd selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, koreksi, serta nasehat sehingga Laporan
Kasus ini dapat diselesaikan.
5. Praktek Mandiri Bidan (PMB) Sagita atas izin, bantuan, bimbingan serta
pembelajaran selama penulis melakukan pengkajian Laporan Kasus ini.
6. Ny. “S”, selaku pasien atas kerjasamanya dalam menyelesaikan laporan studi
kasus ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa baik yang telah diberikan
dan menjadikan yang terbaik bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa laporan
kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dan berharap agar laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
IDENTITAS....................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................xii
DAFTAR ISTILAH........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................4
1.4 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan....................................................4
1.5 Gambaran Kasus.............................................................................5
1.6 Metode Penulisan............................................................................7
1.7 Hasil Yang Diharapkan...................................................................7
1.8 Sistematika Penulisan.....................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................161
v
BAB V PENUTUP..........................................................................................178
5.1 Kesimpulan.....................................................................................178
5.2 Saran...............................................................................................179
5.2.1 Bagi Lahan Praktik............................................................179
5.2.2 Bagi Mahasiswi..................................................................179
5.2.3 Bagi Institusi......................................................................179
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1 : Dokumentasi
2: Lembar konsultasi
vii
10
BAB I
PENDAHULUAN
Nifas adalah masa ibu setelah melahirkan bayi, kurang lebih sampai 40
hari (Prawiraharjo, 2008). Masa nifas merupakan tahap pengenalan bayi
setelah lahir dan cara memberikan perawatan pada bayi mulai dari pemberian
nutrisi maupun pencegahan dari infeksi. Pemberian nutrisi pada bayi baru
lahir dilakukan dengan cara pemberian ASI yang baik yaitu ASI Eksklusif,
tetapi kadang ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI karena
anggapan ASI belum keluar dan masih kaku dalam pemberian ASI terlebih
pada ibu muda yang pertama kali melahirkan. Menurut World Health
Organization (WHO) pemberian ASI secara eksklusif adalah Ibu hanya
memberikan ASI saja tanpa memberikan bayi makanan dan minuman
pendamping selain ASI termasuk air putih selama menyusui (kecuali
obatobatan dan vitamin atau mineral tetes) sejak bayi lahir hingga berumur 6
bulan. Setelah waktu 6 bulan bayi dapat dikenalkan makanan pendamping
ASI dan dianjurkan tetap memberikan ASI dilanjutkan hingga dua tahun atau
lebih (WHO, 2019).
Prosentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2018 sendiri
masih rendah yaitu 65,16%. Daerah Indonesia bagian Timur memiliki
cakupan yang masih rendah yaitu 20,43%, diikuti dengan Provinsi Jawa
Tengah dengan Cakupan 64,19% dan DI Yogyakarta dengan cakupan sebesar
76,17%. (Kemenkes RI, 2019) Praktik menyusui selalu menjadi trend topik
dalam beberapa tahun terakhir. Intervensi dikembangkan di berbagai
tingkatan yang dirancang untuk meningkatkan keberhasilan dari praktik
menyusui pada ibu. Praktek menyusui, tidak sematamata ditentukan oleh
faktor biologis, tetapi sebagian besar juga dipengaruhi oleh status sosial
ekonomi ibu, pendidikan dan pendapatan. Penulisan lain yang dilakukan
Suresh et al (2014) menjelaskan bahwa masalah menyusui adalah kontributor
11
teknik perlekatan yang tidak benar pada saat menyusui dan adanya rasa
bahwa produksi ASI tidak lancar dan sedikit. Ilmu pengetahuan yang terus
berinovasi menemukan bahwa adanya pijat oksitosin dapat meningkatkan
produksi ASI (Rahayuningsih, 2016). Pijat oksitosin terbukti dapat
meningkatkan rasa rileks, tidur lebih nyaman dan berkualitas, mengurangi
rasa sakit, serta mengurangi adanya stress serta membantu meningkatkan
hormone oksitosin dan prolactin sehingga mempermudah pengeluaran ASI
serta produksi ASI. ASI merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Berdasarkan uraian diatas maka
penulis tertarik untuk menyusun laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Dengan Pijat Oksitosin Ny. “S” di PMB Sagita
Palembang Tahun 2022”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masa Nifas
2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil
konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari. Masa nifas (puerperium)
adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan
selesai selama kita-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Dengan demikian dapat diartikan bahwa masa
nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah
melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir hingga 6
minggu setelah melahirkan (Sumiaty, 2017)
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal 30 gr
c. Lokia
Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan desidua
uterus. Lokia berisi serum dan darah serta lanugo, verniks kaseosa juga
berbagai debris dari hasil produksi konsepsi. Secara Mikroskopik lokia
terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel dan bakteri.
Mikroorganime ditemukan pada lokia yang menumpuk di vagina dan
pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan jika keluaran
/dischargediambil pada pada rongga uterus. Lokia di bagi menjadi 4
klasifiksi karena terus terjadi perubahan hingga minggu ke 4-8 pasca
persalinan, lokia rubra berwarna merah keluar hari pertama sampai hari
ketiga/keempat mengandung cukup banyak darah, lokia sanguinalenta
berwarna merah kecoklatan keluar di hari ke 4-7 postpartum, lokia
serosa berwarna merah muda keluar hari ke 8-14, dan lokia alba
berwarna putih keluarhari ke 14- minggu 6/8 postpartum. Perubahan
pada Endometrium Pada hari kedua – ketiga pasca persalinan, lapisan
desidua berdiferensiasi menjadi dua lapisan.
18
merangsang refleks oksitosin atau atau reflex let down. Selain berguna
untuk merangsang reflex let down, manfaat pijat oksitosin yang lainnya
yaitu mengurangi bengkak (engorgement), merangsang pelepasan hormon
oksitosin, memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi sumbatan ASI,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Rahayu, 2016).
Pijat oksitosin adalah gerakan yang dilaksanakan oleh suami pada ibu
menyusui berupa back massage pada punggung ibu untuk menambah
pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami
mampu memberikan kenyamanan pada ibu menyusui dan memberikan
kenyamanan pada bayi yang disusui (Rahayu, 2016)
Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui paca melahirkan
yaitu ibu dapat memberikan ASI secara maksimal pada bayinya. Salah
satu hormon yang berperan dalam menghasilkan produksi ASI adalah
hormon oksitosin. Saat terjadi stimulasi hormon oksitosin, sel-sel alveoli
di kelenjar payudara berkontraksi dengan adanya kontraksi menyebabkan
air susu keluar lalu mengalir dalam saluran kecil payudara, sehingga
keluarlah tetesan air susu dari puting dan masuk ke mulut bayi, proses
keluarnya air susu disebut reflex let down. Psikologis ibu seperti
melahirkan bayi, mencium, melihat bayi, dan mendengarkan suara bayi
dapat mempengaruhi reflex let down, sedangkan perasaan stress seperti
gelisah, kurang percaya diri, takut, dan cemas dapat menghambat reflex let
down. Hormon oksitosin dalam tubuh akan mengalami penurunan ketika
seseorang merasa depresi, bingung, cemas, dan merasa nyeri
terusmenerus. Saat merasa stress, ibu akan merasa payudara tampak
membesar dan terasa sakit diakibatkan oleh air susu yang mengumpul di
payudara tidak bisa keluar karena reflex let down yang kurang Tanda
reflex let down ini dikategorikan baik apabila adanya tetesan air susu dari
payudara sebelum bayi mulai mendapatkan susu dari payudara ibunya, air
susu menetes dari payudara yang sedang tidak disusukan pada bayi,
beberapa ibu ada yang merasakan kram uterus dan mengalami peningkatan
rasa haus. Psikologis ibu menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI.
28
2.2.2 Manfaat
Pijat oksitosin memiliki manfaat yang baik untuk kelancaran laatasi.
Adapun manfaatnya sebagai berikut: membantu ibu secara psikologis,
menenangkan, dan tidak stress, membangkitkan rasa percaya diri,
membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya,
meningkatkan ASI, memperlancar ASI serta melepas lelah.
2.2.3 Cara Pijat
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher,
punggung, atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang
costae kelima sampai keenam. Pijat oksitosin adalah gerakan yang
dilaksanakan oleh suami/keluarga/pendamping ibu saat masa nifas pada
ibu menyusui berupa back massage pada punggung ibu untuk menambah
pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh
suami/kerabat/pendmaping ibu dapat memberikan kenyamanan pada ibu,
sehingga bayi yang disusui juga merasakan kenyamanan. Oksitosin
diproduksi oleh kelenjar pituitari posterior (neurohipofisis). Saat bayi
menghisap areola akan mengirimkan ke neurohipofisis untuk
memproduksi dan melepaskan oksitosin secara intermiten. Oksitosin akan
masuk ke aliran darah ibu dan merangsang sel otot di sekeliling alveoli
berkontraksi membuat ASI yang telah terkumpul didalamnya mengalir ke
saluransaluran ductus. Sebalum dilakukan pijat oksitosin alangkah baiknya
lakukan hal-hal sebagai berikut ini, kompres hangat atau mandi dengan air
hangat, pijat tengkuk dan punggung ibu agar rileks, pijatan ringan pada
29
payudara, merangsang kulit putting, dan bantu ibu untuk tetap rileks.
Langkah-langkah pijat oksitosin sebagai berikut ini.
a. Sebelum mulai dipijit ibu sebaiknya dalam keadaan telanjang dada
biarkan payudara menggantung tanpa pakaian dan menyiapkan
cangkir yang diletakkan di depan payudara untuk menampung ASI
yang mungkin menetes keluar saat pemijatan dilakukan
b. Jika mau ibu juga bisa melakukan pijat payudara dan kompres hangat
terlebih dahulu.
c. Mintalah bantuan pada suami/kerabat/pendamping ibu untuk memijat.
d. Ada 2 posisi yang bisa ibu coba, yang pertama ibu bisa telungkup di
meja atau posisi telungkup pada sandaran kursi
e. Titik pijat dibagian leher dan tulang belakang. Gerakan memutar
dengan ibu jari, pijat disisi kanan dan kiri tulang belakang. Lakukan
pijatan memutar dengan gerakan pelan tapi tegas sebanyak tiga kali,
jika sudah dilakukan sebanyak tiga kali kemudian telusuri dari atas
hingga bawah.
f. Lakukan pijatan yang sama sepanjang bahu sebanyak tiga kali.
g. Titik pijat berikutnya disebelah tulang belikat, lakukan sebanyak tiga
kali kemudian telusuri bagian sebelah tulang belikat.
h. Pijat dari atas ke bawah, disisi kanan dan kiri. Lakukan gerakan
memutar sampai bawah sebanyak tiga kali, kemudian telusuri. i.
Ulangi gerakan memutar dari bawah ke atas, lakukan sebanyak tiga
kali kemudian telusuri dari atas ke bawah.
i. Gunakan punggung jari bergantian antara tangan kanan dan kiri
membentuk love, gerakan ini boleh dilakukan lebih dari tiga kali.
Ulangi sampai ibu merasa rileks.
j. Pijat oksitosin dapat dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5
menit. Lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah
ASI.
30
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
Pada BAB ini penulis akan membahas kasus pada masa nifas, pada Ny. “S” di
PMB Sagita Palembang Tahun 2022. Adapun catatan perkembangan disajikan
dalam bentuk manajemen SOAP, yaitu :
3.1 Asuhan Kehamilan
3.1.1 Asuhan Kehamilan Kunjungan Pertama
Tanggal : 12-2-2022 Jam : 09.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama ibu Ny. “S” umur 26 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah
tangga, agama islam, bangsa Indonesia, nama suami Tn“R” umur 30 tahun,
pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, agama islam, yang beralamat alamat
Jl, Urip Sumoharjo Palembang.
2. Alasan Datang
Ibu ingin memeriksakan keadaan masa nifasnya, mengatakan ASI masih
belum banyak keluar.
B. Data Objektif
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/80mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,5ºC,
konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, ASI sudah keluar. Abdomen
teraba keras, tinggi fundus uteri 2 jari atas simpisis, kontraksi uterus baik,
vulva dan vagina tidak ada oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi pada jalan
lahir, lochea rubra, berwarna merah segar, ibu sudah melakukan mobilisasi,
ibu sudah miring kiri dan kanan serta ibu sudah bisa berjalan.
C. Analisa Data
P1A0 3 hari post partum
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TFU: 2 jari atas simpisis, TD: 120/80
mmHg, N: 80 x/m, T:36ºC, P: 20x/m.
55
BAB IV
PEMBAHASAN
Penerapan pijat oksitosin dilakukan pada Ny. “S. Penulis melakukan pijat
oksitosin dengan lama pemijatan sekitar 15 sampaii 20 menit, hal ini sesuai
dengan pendapat Sari (2015) yang menyatakn pijat oksitosin efektif dilakukan dua
kali sehari selama 15 sampai 20 menit. Evaluasi respon dilakukan penulis enam
jam sampai 12 jam setelah tindakan. Menurut studi pustaka pijat oksitosin adalah
Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang (vertebre)
sampai costae ke lima atau keenam. Melalui pemijatan pada tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan
ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin menyebabkan otot-otot
alus
disekitar kelenjar payudara mengkrut sehingga ASI keluar (Ummah, 2014).
Hasil yang diperoleh dari penerapan pijat oksitosin untuk membantu
melancarkan produksi ASI pada kedua klien adalah tercapai, produksi ASI
pada kedua klien lancar. Pendapat ini sesuai dengan hasil penulisan yang
dilakukan Setiowati (2017), tentang hubungan pijat oksitosin dengan
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3,
menyatakan ibu post partum setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai
prosduksi ASI yang lancar.
Klien pertama mengatakan pada hari ke 0 ASI belum lancar keluar, ASI
keluar berupa klostrum sebanyak 1 biji kedelai saat dipalpasi, hari ke-2
setelah melahirkan, ASI masih berupa klostrum, keluar sebanyak dua tetes
ketika di palpasi, dan payudara tidak terasa tegang atau penuh sebelum
disusukan. Pada hari ketiga tindakan, klien pertama mengatakan ASI keluar
melalui puting terus menerus tanpa di palpasi dengan warna putih keruh,
payudara terasa penuh dan tegang sebelum disusukan.
Ketidaklancaran pada hari ke-0 sampai hari ke-2 dan ke-3 setelah
melahirkan pada kasus ini merupakan hal fisiologis, hal ini sesuai dengan
pendapat Lowdermilk (2013) yaitu segera setelah melahirkan tingginya
57
menyusui. Suami dari kedua klien pada studi kasus yang dilakukan penulis,
mampu mendemonstrasikan pijat oksitosin sesuai dengan SOP setelah diajarkan
oleh penulis. Suami klien pertama melakukan 12 tindakan dari 13 tindakan
prosedur pijat oksitosin, tindakan yang tidak dilakukan oleh suami klien oertama
yaitu membantu ibu melebas pakaian bagian atas dan bra, sedangkan suami klien
kedua melakukan semua tindakan prosedur pijat oksitosin
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
melakukan senam hamil dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan pijat oksin
dengan standar pelayanan kebidanan.
b. Penulis dapat mempraktikan Pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu
hamil dalam bentuk SOAP dengan menggunakan alur pikir Varney.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Lahan Praktik
Untuk lebih meningkatkan kenyamanan ruangan dan pelayanan untuk
pijat oksitosin maupun persalinan, agar dapat menjadikan pedoman untuk
menunjang kelancaran dan kemajuan PMB Sagita Palembang.