Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASKEB KOMUNITAS

DISUSUN OLEH
SHAPIRA 19311012

AKADEMI KEBIDANAN LA TANSA MASHIRO


JALAN SOEKARNO-HATTA BYPASS PASIRJATI NO.1
RANGKASBITUNG 42317
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas khadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah mata kuliah Askeb Komunitas. Terima
kasih kami ucapkan kepada :
1. Daini Zulmi.,M.Tr.Keb selaku Direktur Akademi Kebidanan La
Tansa Mashiro
2. Ibu Roslina, S.S.T.,M.KM., selaku dosen mata kuliah Askeb
Komunitas
3. Teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih dan
mohon maaf apabila ada kesalahan.

Rangkasbitung, 11 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................2
D. Tujuan............................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir....................................................3
B. pelayanan kesehatan pada balita..................................................................4
C. pelayanan kesehatan pada PUS...................................................................7
D. pelayanan kesehatan pada WUS..................................................................8
E. pelayanan kesehatan pada Menopause…………………………….....

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
menegaskan bahwa seorang anak berhak untuk hidup, tumbuh dan
berkembang secara optimal, terhindar dari kekerasan dan diskriminasi.
Selain itu, Undang Undang Perlindungan Anak juga mengamanahkan
bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban
dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak;
Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap anak
memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.
Untuk menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang , dan
terlindung dari diskriminasi,kekerasan seperti penculikan dan
perdagangan bayi baru lahir, maka pemenuhan Hak bayi mendapat
kebutuhan dasar harus diberikan , seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
ASI Eksklusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi
baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi. Program
kesehatan anak merupakan salah satu kegiatan dari penyelenggaraan
perlindungan anak di bidang kesehatan, yang dimulai sejak bayi berada
di dalam kandungan, masa bayi, balita, usia sekolah 9 dan remaja.
Program tersebut bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup bayi
baru lahir, memelihara dan meningkatkan kesehatan anak sesuai
tumbuh kembangnya, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak
yang akan menjadi sumber daya pembangunan bangsa di masa
mendatang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan pada bayi baru
lahir?
2. Apa yang dimasksud dengan pelayanan kesehatan pada balita?
3. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan reproduksi pada
PUS?
4. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan reproduksi pada
WUS?
5. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan reproduksi pada
menopause?
C. TUJUAN
Tujuan Umum: Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
berbasis perlindungan anak, di Puskesmas dan jaringannya.
TUJUAN Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya pemahaman tenaga kesehatan tentang upaya
perlindungan bagi ibu bersalin dan bayi baru lahir.
2. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi
bayi baru lahir berbasis perlindungan anak.
3. Meningkatnya upaya pencegahan terjadinya bayi tertukar
,penelantaran, penculikan, dan perdagangan bayi baru lahir.
4. Tersedianya buku panduan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
bayi baru lahir berbasis perlindungan anak.
D. MANFAAT
Makalah ini dibuat oleh kami agar kami memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam proses kebidanan khususnya tentang
pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir dan balita dalam asuhan
kebidanan dan kesadaran interpersonal bidan dan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir merupakan salah
satu program kesehatan anak yang bertujuan untuk menjamin
kelangsungan hidup, tumbuh kembang anak secara optimal dan
perlindungan khusus dari kekerasan dan diskriminasi.
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
komprehensif bagi bayi baru lahir dimulai sejak janin dalam
kandungan sampai dengan bayi berumur 28 hari di puskesmas dan
jaringannya, maka setiap tenaga kesehatan harus mematuhi
standar pelayanan yang sudah ditetapkan. Standar yang dijadikan
acuan antara lain : Standar Pelayanan Kebidanan (SPK), Pedoman
Asuhan Persalinan Normal (APN), dan Pelayanan Neonatal
Esensial Dasar.
B. PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIR
Selama kehamilan Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan
minimal empat kali di fasilitas pelayanan kesehatan, agar
pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terpantau dan bayi
lahir selamat dan sehat.
a. Tanda-tanda bayi lahir sehat:
1. Berat badan bayi 2500-4000 gram
2. Umur kehamilan 37 – 40 mg
3. Bayi segera menangis
4. Bergerak aktif, kulit kemerahan,
5. Mengisap ASI dengan baik
6. Tidak ada cacat bawaan
b. Tatalaksana Bayi Baru Lahir
Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam
 Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera
setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam
ruangan yang sama
 Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan
satu ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.
 Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
 Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat
dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes
dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan.
 Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi
didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau
diberikan pelayanan kesehatan.
c. Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada
pedoman Asuhan Persalinan Normal yang tersedia di
puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat
dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan
asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama
dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam
satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam).
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
 Pencegahan infeksi (PI)
 Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
 Pemotongan dan perawatan tali pusat
 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama
6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala
dan tubuh bayi
 Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1
dosis tunggal di paha kiri
 Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di
paha kanan
 Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata
antibiotika dosis tunggal
 Pemeriksaan bayi baru lahir
 Pemberian ASI eksklusif
1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera
letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan
kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD. Langkah IMD
pada persalinan normal (partus spontan):
 Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di
kamar bersalin
 Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
 Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan
di dada ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu
dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya
diselimuti dan bayi diberi topi.
 Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan
biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu.
 Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali
perilaku bayi sebelum menyusu.
 Biarkan KULIT bayi bersentuhan dengan KULIT ibu
minimal selama SATU JAM; bila menyusu awal terjadi
sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1
jam
 Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan
biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30
MENIT atau 1 JAM berikutnya
 Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur,
dicap/diberi tanda identitas, diberi salep mata dan
penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam
kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada
paha kanan.
2. Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1,
salep mata dan imunisasi Hepatitis B (HB 0)
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan
pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan
dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau
perawat.
 Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K
yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
 Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata (Oxytetrasiklin 1%).
 Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan
setelah penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk
mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
3. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi
lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang
sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika
pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat
mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa
4. Waktu pemeriksaan bayi baru lahir:
Bayi lahir di fasilitas kesehatan Bayi lahir di rumah
Baru lahir sebelum usia 6 jam Baru lahir sebelum usia 6 jam
Usia 6-48 jam Usia 6-48 jam
Usia 3-7 hari Usia 3-7 hari
Minggu ke 2 pacsa lahir Minggu ke 2 pasca lahir
Langkah langkah pemeriksaan:
 Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis).
 Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut
jantung serta perut.
 Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.
5. Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3
kali yaitu:
 Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan
48 jam setelah lahir
 Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
 Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/ bidan/perawat,
dapat dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan
rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma
bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM)
termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan
mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan
imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah
sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat
lahir).
6. Pencatatan dan Pelaporan
Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga kesehatan harus
dicatat pada:
1) Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak)
 Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil,
bersalin dan nifas.
 Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi,
keterangan lahir, imunisasi, pemeriksaan neonatus,
catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta
KMS
2) Formulir Bayi Baru Lahir
 Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain
partograph
 Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
3) Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
 Pencatatan per individu bayi
 Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan
neonatal yang merupakan dokumen tenaga kesehatan
puskesmas
4) Register kohort bayi
 Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja
puskesmas
 Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
puskesmas
C. PELAYANAN KESEHATAN PADA ANAK BALITA
Bentuk pelayanan kesehatan bagi Balita di Posyandu.
Bentuk pelayanan kesehatan di Posyandu adalah penimbangan
berat badan Balita dan Baduta, pemantauan tumbuh kembang
Balita atau penentuan status pertumbuhan Balita/Baduta,
penyuluhan kesehatan, dan imunisasi.
1. Penimbangan berat badan Balita.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang paling mendasar
yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan. memiliki
beberapa prosedur yaitu :
 Ibu Balita yang datang melakukan pendaftaran di meja
pendaftaran dan menyerah buku KIA.
 Setelah itu dilakukan penimbangan berat badan pada
timbangan duduk ataupun berdiri.
 Kemudian dilakukan pencatatan pada KMS yang terdapat
dalam buku KIA.
Berdasarkan Buku Panduan Kader Posyandu merupakan
pemantauan berat badan Balita hasil dari penimbangan Balita
diterjemahkan ke dalam KMS atau Buku KIA yang menghasilkan
status pertumbuhan Balita (Naik/Tidak Naik). Pentingnya bagi
orangtua Balita untuk selalu mengikuti kegiatan penimbangan
berat badan dan melihat hasil dari pemantauan berat badan
Balita dimana hasil dari pemantauan tersebut dapat menjadi
acuan bagi para orangtua agar dapat mengetahui berat badan
Balitanya yang ideal setiap bulannya. Apabila ada Balita yang
berat badannya tidak sesuai dengan target setiap bulannya
dapat segera ditindak lanjuti oleh petugas Posyandu
2. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin pada Balita yaitu kapsul vitamin A yang
dilaksanakan setiap bulan Februari dan Agustus, vitamin A itu
sendiri ada dua jenis yaitu yang berwarna merah dan biru,
dimana kapsul vitamin A yang berwarna biru untuk anak yang
berusia 6-11 bulan sementara yang merah untuk anak yang
berusia 12-59 bulan. Pentingnya pemberian kapsul vitamin A
bagi Balita dapat meningkatkan daya tahan tubuh Balita
terhadap serangan penyakit dan mencegah penyakit mata yang
disebut Xeropthalmia yang apabila tidak ditangani dapat
mengakibatkan kebutaan.
3. Penentuan Status Pertumbuhan
Penentuan status pertumbuhan atau kegiatan memantau
pertumbuhan Balita dapat dipantau melihat dari hasil
penimbangan berat badan, mengukur lingkar kepala, dan
mengukur tinggi badan setiap bulannya. Hasil penimbangan
serta pengukuran tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam
Kartu Menuju Sehat (KMS) yang terdapat pada buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) yang menghasilkan status pertumbuhan
balita (Naik/Tidak Naik). Pentingnya pelaksanaan penentuan
status pertumbuhan balita selain dapat mengetahui pertumbuhan
Balita setiap bulannya, apabila dari hasil penentuan status
pertumbuhannya terdapat Balita yang mengalami gangguan
pertumbuhan orangtua Balita mendapatkan penyuluhan atau
arahan dari petugas Posyandu.
4. Penyuluhan Kesehatan
Di Posyandu, penyuluhan yang diberikan biasanya berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak. Penyuluhan kesehatan
bermanfaat agar para orangtua mendapatkan pengetahuan
mengenai pemberian ASI dan MP-ASI yang seharusnya,
mengenai imunisasi dasar lengkap, mengenai pemberian vitamin
A, bahaya diare bagi Balita, bahaya infeksi saluran pernapasan
akut, mengetahui merawat gigi dan mulut yang benar, serta lebih
memahami gejala demam pada Balita dapat sebagai salah satu
tanda awal penyakit malaria, campak, atau demam berdarah
5. Imunisasi
Jenis imunisasi menurut umur
 Saat lahir: Hepatitis
 Umur 1 bulan: BCG Polio 1
 Umur 2 bulan: DPT/HB/Hib1, Polio 2
 Umur 3 bulan: DPT/HB/Hib 2, Polio 3
 Umur 4 bulan: DPT/HB/Hib 3, Polio 4, IPV
 Umur 9 bulan: Campak-Rubella1
 Umur 18 bulan: DPT/HB/Hib4, Campak-Rubella2 Catatan:
Pentavalent (DPT/HB/Hib) + OPV dapat diganti dengan
Hexavalent (Pentavalent (DPT/HB/Hib + IPV).
D. PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA PUS
(PASANGAN USIA SUBUR)
1. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Upaya
Penanggulangannya
a. Definisi dan pengertian dasar
 Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi
hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu
menghamilinya.
 Pasangan Infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi
biologis yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan
kelahiran bayi hidup.
 Infertilitas Primer adalah jika istri belum berhasil hamil
walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
 Infertilitas Sekunder adalah jika istri pernah hamil akan
tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan berturut-turut
Etiologi dan Epidemiologi Infertilitas
Persyaratan kehamilan :
 Hubungan seksual yang normal
 Analisis sperma yang normal
 Ovulasi yang normal
 Uterus dan endometrium yang normal
 Tuba fallopi yang normal.
Etiologi
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
 Gangguan pada hubungan seksual
 Jumlah sperma dan transportasinya yang abnormal
 Gangguan ovulasi dan hormonal yang lain, termasuk
gangguan pada tingkat reseptor hormon reproduksi.
 Kelainan tempat implantasi (endometrium) dan uterus
 Kelainan jalur transportasi (tuba fallopi)
 Gangguan peritoneum
 Gangguan imunologik.
2. Gangguan hubungan seksual yang dapat menyebabkan
infertilitas
 Kesalahan teknik senggama : penetrasi tidak sempurna ke
vagina
 Gangguan psikososial : impotensi ejakulasi prekoks,
vaginismus
 Ejakulasi abnormal : kegagalan ejakulasi akibat pengaruh
obat, ejakulasi retrogard ke dalam vesika urinaria pasca
prostatektomi
 Kelainan anatomi : hipospadia, epispadia, penyakit pyeroni.
3. Gangguan produksi dan transportasi sperma
Parameter analisis semen normal
 Volume 2-5 cc
 Jumlah sperma > 20 juta/ml
 Motilitas 6-8 jam > 40%
 Bentuk sperma yang abnormal < 20%
 Kandungan kadar fruktosa 120-450 mikrog/ml.
4. Gangguan ovulasi
Ovarium memiliki dua peran utama, yaitu : sebagai
penghasil gamet, sebagai organ endokrin karena menghasilkan
hormon seks (estrogen dan progesteron). Kegagalan ovulasi
dapat berasal primer dari ovarium, misalnya penyakit ovarium
polikistik atau kegagalan yang bersifat sekunder akibat kelainan
pada poros hipotalamus hipofisis dan kelainan pada pusat
opionid dan reseptor steroid di hipotalamus, atau tumor hipofisis
serta hipofungsi hipofisis.
5. Pemeriksaan pasangan infertile
Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama
pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan
 Analisis sperma
 Uji pasca senggama (UPS)
 Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
 Uji pakis
 Suhu Basal Badan (SBB)
 Sitologi vagina atau endoserviks
 Biopsi Endometrium
 Laparaskopi.
6. Pemeriksaan uterus dan tuba fallopi
 Biopsi Endometrium
 Hydrotubasi
 Hidrosalpingogram
 Histeroskopi
 Laparaskopi
 Ultrasonografi dan Endosonografi.
7. Pengobatan infertilitas pasangan
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini
memberikan rasa optimis bagi kebanyakan dokter yang
mencoba menangani pasangan infertil. Selama kurun waktu
pemeriksaan pengobatan, baik oleh dokter umum maupun klinik
infertilitas, umumnya pasien tetap peka terhadap perubahan
emosional akibat kegagalannya untuk hamil. Oleh karena itu
kontak yang teratur dengan mereka senantiasa dibutuhkan,
untuk memberikan kesempatan kepada mereka melakukan
ventilasi. Tindakan-tindakan diagnostik seringkali juga
merupakan rangsangan pengobatan. Pemeriksaan vaginal dan
sondase uterus, misalnya dapat menaikkan laju konsepsi.
8. Penyakit Menular Seksual
Cara penularan PMS termasuk HIV/AIDS, dapat melalui :
1) Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina,
anus, maupun oral. Cara ini merupakan cara paling utama
(lebih dari 90%)
2) Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS,
Herpes, Sifilis), pada persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe,
Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS)
3) Melalui tranfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah (HIV/AIDS).
Cara pencegahan PMS :
1) Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang
setia
2) Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
3) Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan
seksual
4) Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS,
misalnya borok pada alat kelamin, atau keluarnya duh (cairan
nanah) dari tubuh.
E. PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA WUS (WANITA
USIA SUBUR)
1. Pengertian
WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan
organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45
tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari
pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29
tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk
hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun hingga 90%.
Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang
hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya
maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat
reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.
Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan
merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat
kelaminya dengan rajin membersihkannya. Oleh karena itu WUS
dianjurkan untuk merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda
wanita subur antara lain dengan melihat siklus haidnya.
2. Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan
biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama
keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang
biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu siklus
haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang
wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh
hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada
tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator
klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi
lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya
siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor
kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
3. Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi
wanita
a. Personal Hygiene, misalnya :
 Mandi 2x sehari
 Ganti pakaian dalam setiap hari
 Hindari keadaan lembab di vagina
 Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat
berbahaya (berbahaya ditandai dengan mudah rusaknya
pembalut jika terkena air)
 Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah
penuh oleh darah haid
 Cebok dari arah depan ke belakang
 Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.
b. Gizi
 Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal,
 Konsumsi buah dan sayuran.
c. Perilaku seks
 Hindari perilaku seks bebas diluar nikah.
F. PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA
KLIMAKTERIUM/MENOPAUSE
1. Pengertian
Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti
”bulan” dan ”penghentian sementara” (Wirakusumah,Emma.S,
2004). Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang
perempuan mendapatkan haid atau datang bulan atau
menstruasi terakhir secara alami dan tidak lagi haid selama 12
bulan berturut-turut (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada permpuan
berusia sekitar 45-55 tahun (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2. Patofisiologi menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat,
sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup,
produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang
berakhir dengan terjadi menopause. Oleh karena itu, menopause
diartikan sebagai haid alami terakhir, hal ini tidak terjadi bila
wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia
perimenopause. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih
menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut
tidak mengalami keluhan klimakterik. Untuk menentukan
diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan
dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan
estradiol.
Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan
estradiol bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah memasuki
usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi
(>40 mlU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai
rendah hanya pada sebagian wanita, sedangkan pada sebagian
wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar estradiol dapat tinggi.
Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen menjadi
estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause
merupakan diagnosis retropektif, bila seorang wanita tidak haid
selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan
kadar estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita tersebut
telah mengalami menopause (Baziad, 2003).
3. Gejala-gejala menopause
a. Gejala jangka pendek
Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distress dan
menyebabkan banyak wanita yang sebelumnya sehat
mencari anjuran medis. Gejala-gejala sering salah diagnosis.
Pada beberapa wanita, gejala-gejala menopause mungkin
sangat mengganggu kualitas hidup dan sebaiknya tidak
diabaikan dalam setiap pembahasan mengenai resiko dan
manfaat FSH.
1) Gejala Vasomotor
 Kulit memerah dan panas tiba-tiba
 Palpitasi
 Pening
 Rasa lemah dan ingin pingsan.
2) Gejala Psikologis
 Mood murung
 Ansietas
 Iritabilitas dan mood berubah-ubah
 Labilitas emosi
 Merasa tidak berdaya
 Gangguan daya ingat
 Konsentrasi berkurang
 Sulit mengambil keputusan
 Merasa tidak bahagia.
b. Gejala jangka menengah
1) Atrofi Urogenital
 Kekeringan vagina menyebabkan dispareuni, yang
kemudian akan menurunkan libido
 PH vagina meningkat dan vagina rentan mengalami
infeksi oleh bakteri, karena terjadi penurunan
kolonisasi oleh laktobasil
 Insiden disuria, frekuensi, urgensi, dan inkotinensia
meningkat seiring bertambahnya usia, dan terjadi
atrofi dan berkurangnya jaringan kolagen di sekitar
leherkandung kemih
2) Perubahan Kulit
 Pada pasca menopause terjadi penyusutan
generalisata kolagen dari lapisan dermis kulit
 Wanita sering mengeluh kulit yang tipis, dan kering
disertai kerontokan rambut dan kerapuhan kuku.
 Sering terjadi keluhan nyeri sendi dan otot yang
generalisata dan hal ini juga disebabkan oleh
berkurangnya kolagen.
3) Gejala jangka panjang
 Osteoporosis
 Penyakit kardiovaskuler.
4. Upaya dalam mengatasi gejala-gejala menopause
a) Terapi non-hormonal
 Arus panas (hot flush)
Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B
kompleks untuk menekan stress dengan menormalkan
sistem saraf tubuh. Meningkatkan konsumsi makanan
tinggi fitoestrogen seperti kacang-kacangan terutama
kedelai dan olahannya (tahu, tempe, susu kedelai), dan
pepaya. Makan sumber vitamin E yang tidak saja dapat
memperlancar oksigen tapi juga mencegah pengendapan
kolesterol di arteri sehingga peredaran darah menjadi
lancar.
 Kulit kering dan keriput
Makanlah makanan alami bersifat membangun dan tidak
merusak, terutama buah-buahan dan sayuran. Tingkatkan
asupan vitamin E yang terdapat di biji-bijian terutama biji-
bijian yang sudah berkecambah. Vitamin E diyakini dapat
menyerap dan menghancurkan pigmen tanda-tanda
penuaan yang timbul pada kulit. Perbanyak minum air
putih dan hindari merokok.
 Pening atau sakit kepala
Cobalah untuk bersantai, beristirahat atau melakukan
meditasi. Hindari hal-hal yang menyebabkan ketegangan,
depresi atau stress. Hindari alkohol dan kopi.
 Pengerutan vagina
Menggunakan krim estrogen atau gel khusus vagina,
melakukan hubungan seks secara teratur.
 Infeksi saluran kemih
Banyak mengkonsumsi air putih. Jika kantung kemih
dalam keadaan penuh, pembilasan akan sering terjadi
sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci bersih
alat kelamin setelah buang air kecil untuk mencegah
masuknya bakteri.
 Insomnia (sulit tidur)
Menjalani gaya hidup yang positif dan hilangkan pikiran
negatif. Melakukan aktivitas fisik di siang hari. Aktivitas
fisik secara teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak.
Jangan membiarkan perut dalam kondisi kelaparan.
 Gangguan psikis dan emosi
Memperbanyak makanan sumber fitoestrogen dan vitamin
B6, misalnya kedelai dan produknya seperti tempe, tahu,
dan susu kedelai. Vitamin B6 penting untuk memperlancar
kerja sistem saraf dan menurunkan tingkat stress.
Meningkatkan asupan kalsium menurut Gay Gaer Luce
dapat mengurangi kesedihan dengan mempengaruhi
fungsi sistem saraf. Perasaan marah dan depresi bisa
diakibatkan oleh ketidakseimbangan natrium dan kalium
dalam cairan tubuh. Oleh karena itu kurangi garam dan
tingkatkan asupan kalium, misalnya jeruk atau pisang.
Menghargai dan mencintai diri sendiri dengan cara
menerima apa adanya.
 Osteoporosis
Meningkatkan asupan kalsium bisa dari susu atau ikan,
misalnya ikan teri. Meningkatkan asupan vitamin D dari
susu dan paparan sinar matahari pagi (jam 08.00-09.00).
Meningkatkan asupan estrogen alami (fitoestrogen)
dengan banyak mengkonsumsi produk kedelai seperti
susu kedelai, tempe dan tahu. Meningkatkan aktivitas fisik
(Wirakusumah,Emma.S, 2004).
b) Terapi hormonal
Gejala-gejala menopause dan osteoporosis bisa dibantu
dengan menggunakan terapi penyulihan atau penggantian
hormon (HRT = Hormone Replacement Therapy) yang
dilakukan dengan memasukkan hormon-hormon seksual di
dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak sesuai
bagi setiap perempuan dan adanya beberapa kondisi medis,
seperti kanker payudara. HRT perlu waktu lama untuk
persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu. Salah
satu kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan
HRT menyebabkan sedikit perdarahan bulanan pada
perempuan yang secara normal sudah berhenti menstruasi
tetapi persiapan HRT sekarang tersedia bagi perempuan tua
dimana tidak ada perdarahan bulanan yang dialaminya (Nash
Barbara
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir dan balita meliputi
pemberian imunisasi,IMD,ASI eksklusif dan kunjungan neonatal
dan melakukan pelayanan kesehatan di posyandu. Pelayanan
kesehatan reproduksi pada WUS, PUS, dan menopause meliputi
pemberian pengetahuan tentang keadaan normal dan abnormal
kesehatan reproduksi maupun dalam mengatasi keluhan-keluhan
yang timbul.
B. SARAN
Hendaknya sebagai seorang bidan bisa memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi pada Bayi Baru lahir, Balita, WUS, PUS dan
menopause secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Panduan_Yankes_Balita_
Pada_Masa_GapDar_Covid19_Bagi_Nakes.pdf
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/panduan-yankes-bbl-
berbasis-perlindungan-anak.pdf
http://angeloveanice.blogspot.com/2012/03/pelayanan-kesehatan-
reproduksi-pada-wus.html

Anda mungkin juga menyukai