Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASKEB NEONATUS

GUMOH DAN MUNTAH

Disusun Oleh kelompok IV :

Mufarrohah 19311010
Pipin Agis S. 19311011

Jln. Soekarno-Hatta, Pasirjati, Rangkasbitung, Lebak, Banten, 42317


Telp./Fax. (0252) 203690, email akbid_latansa@yahoo.co.id, Instragram
@akbidlatansa,Facebook Akademi Kebidanan-AKBID La Tansa Mashiro,
Youtube AKBID LATANSA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ MUNTAH DAN GUMO PADA NEONATUS“.
Makalah ini penulis susun dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberi
oleh dosen pembimbing mata kuliah ASKEB NEO, dan merupakan salah satu tugas
individu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa akademi kebidanan khususnya tingkat
2 La Tansa Mashiro Rangkasbitung.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN V yakni :
1. Ibu Daini Zulmi, M.Tr. Keb selaku Direktur Akademi Kebidanan La Tansa Mashiro
2.Ibu Roslina S.S.T.M.K.M selaku Dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
3. Teman-teman yang saling memebantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Rangkasbitung, 26 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………….............................................

A. Latar belakang…………………………………………………………..

B. Rumusan masalah……………………………………………………….

C. Tujuan ………..………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

A. Definisi muntah dan gumoh…………………………………………….

B. Penyebab dari muntah dan gumoh…………………………………….

C. Cara menangani dan menghindari muntah dan gumoh……………..

D. Penatalaksanaan muntah dan gumoh………….....................................

BAB III PENUTUP………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………....

3.2 Saran………………………………………………………………….......

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal


merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada
bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.

Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-
masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang
sering kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut
tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya.
Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena
bisa membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada
masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang
dengan sendirinya.

Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta
penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.

B. Rumusan Masalah

· Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi ?

· Apa penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi ?

· Apa tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi ?

· Bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi ?


C. Tujuan

· Untuk mengetahui pengertian dari muntah dan gumoh pada bayi.

· Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.

· Untuk mengetahui tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.

· Untuk mengetahui cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MUNTAH

A.Definisi

Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum:1991 dalam Asuhan pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Integument, 2005). Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh
isi lambung yang terjadi setelah makanan agak lama masuk kedalam lambung
(Depkes RI). Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan
dapat terjadi berbagai gangguan.

B. Etiologi

Muntah bisa disebabkan karena adanya faktor fisiologis seperti kelainan


kongenital dan infeksi. Selain itu muntah juga disebabkan oleh gangguan psikologis
seperti keadaan tertekan atau cemas, terutama pada anak yang lebih besar.

Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu:

 Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,


atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi
makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
 Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus
urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
 Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada
anak yang lebih besar.

C. Patofisiologi

Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang


melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :

 Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat


rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh
retching atau muntah.
 Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada
dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
 Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya
diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini,
pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut
terbuka

D.Tanda dan Gejala

Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :

 Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai
dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap
setelah pemberian makanan pertama kali.
 Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak,
tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap
biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
 Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan
merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
 Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
 Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian
makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

E.Komplikasi

 Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi


dan alkaliosis.
 Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
 Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan
(shock).
 Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut,
pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi
muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul
pendarahan.

F.Sifat Muntah

 Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.


 Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke
duodenum).
 Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul
pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
 Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran
empedu.
 Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi
atau obstruksi usus.

G. Diagnosa

 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berdasarkan peningkatan


pengeluaran cairan melalui muntah.
 Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan
intake akibat anoreksia.
 Kerusakan pertukaran gas berdasarkan obstruksi jalan nafas.
 Gangguan rasa nyaman nyeri berdasarkan iritasi pada saluran
pencernaan(faring dan esofagus).

H. Pencegahan

 Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan
frekuensi agak sering.
 Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI,
sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
 Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30
menit setelah disusui.
 Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
 Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

I. Penatalaksanaan

 Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan


atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang
dapat menyumbat dan berakibat fatal.
 Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan
saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk
lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan
menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa
dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk
ditangani lebih lanjut

J. Asuhan Bidan

Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan


penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :

 Kaji faktor dan sifat muntah.


 Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka
 kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus.
 Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut dicuriagai
adnya obstruksi di bawah ampula vateri.
 Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus.
 Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan
terjadi peningkatan tekanan intracranial.
 Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak
makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai
kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
 Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta
menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan
usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu
makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan
laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati
dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
 Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua
yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan.
Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat
berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi
dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat
diperlukan.
 Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis,
seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau
gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang
juga sangat diperlukan.

B. Konsep Dasar Gumoh ( Regurgitasi)

A. Definisi

Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui
mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes 2007).
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa
saat setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes 2007).

Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada


bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan
bertambahnya usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh
anak. Namun, regurgitasi dianggap abnormal apabila terjadi terlalu sering atau
hampir setiap saat. Juga kalau terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi
juga saat tidur. Selain itu juga pada gumoh yang bercampur darah. Gumoh yang
seperti ini tentu saja harus mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi
patologis yang diistilahkan dengan refluks esofagus.

Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan


muntah, gumoh terjadi secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk
mengeluarkan atau memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar
sendiri). Si bayi ketika gumoh mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau
dalam keadaan berbaring atau bermain. Sedangkan muntah terjadi secara aktif.
Muntah merupakan aksi reflek yang dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi
lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.

B.Etiologi

Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi :

 Anak/bayi yang sudah kenyang.


 Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara
masuk kedalam lambung.
 Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap.
 Kegagalan mengeluarkan udara.
 ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung
yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai keusus, sudah diisi makanan
lagi. Akibatnya bayi muntah lambung bayi punya kapasitas sendiri.
 Posisi Menyusui
- Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi
tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencerna,
tapi kesaluran nafas, bayipun gumoh.
 Pemakaian bentuk dot
- Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena
lama. Akibatnya , susu tetap keluar dari dot dan memnuhi mulut bayi dan
lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk kelambung membuat bayi
muntah
 Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna
 Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru
kemudiaan ke lambung, diantara kedua organ tersebut terdapat klep
penutup lambung, pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi
sempurna.
 Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang kontraksi pada
dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran
pencernaan ke usus, masih belum sempurna
 Terlalu aktif
- Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus
menangis hal ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga
keluar dalam bentuk muntah/ gumoh.

C.Patofisiologi

Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena


pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang
setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang
paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke
lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh.

Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh,
sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas
dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena
otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut
seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.

Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi.
Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi
punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa
minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.

D. Tanda dan Gejala

 Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.


 Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
 Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
 Bayi tidak menolak minum.

E. Komplikasi

 Infeksi pada saluran pernafasan.


 Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan radang.
 Nafas terhenti sesaat.
 Bayi tersedak dan batuk.
 Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
 Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.

F. Diagnosa

Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan


mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan
sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang lebih sempurna, dalam batas-
batas tertentu penumpahan kembali merupakan kejadian yang alamiah, terutama
salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai
jumlah yang bisa diabaikan dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu
atau sesudah makan.

Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan menghindari konflik


emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak
lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks
gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.

G. Pencegahan

Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi
menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.

 Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan


tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta
mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan
makanan.
 Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan
langsung banyak.
 Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
 Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
 Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
 Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
 Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke
petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
 Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur
sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot
harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
 Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan
langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu.
Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
 Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak
ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar
suara bersendawa.
 Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi
sampai terdengar suara bersendawa.

H. Penatalaksanaan

 Bersikaplah tenang.
 Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru
(jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan
masuk ke paru-paru).
 Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga
bersih, pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman
dan jamur.
 Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud,
jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan
menularkan virus.
 Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.

I. Asuhan Bidan

 Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan


yang baik.
 Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui
yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
 Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan
susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung
dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami
muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.

Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh
berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak
menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian
kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.

Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit
(seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan
muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa
kontraksi lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh
minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan
bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18
bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.

B. Saran

1. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap
dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
2. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan
pada perut.
3. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4. Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan
jumlah sedikit tapi sering.
5. Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih
membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6. Check lubang dot yang Anda gunakan untuk memberikan ASI/susu. Jika
lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu
besar ,susu akan mengalir dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi Anda
gumoh.
7. Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sanagt lapar, karena bayi akan
tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
8. Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki
sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke
bawah.
9. Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah. Segera mengangkat bayi
saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi,
masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa radang paru.
Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah
sampai tuntas jangan ditahan.
10. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru
lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru
karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan
cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut,
hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada saat
muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung.
Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar dari mulut,
maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
11. Hindari bayi tersedak. Bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran
pernapasan alias paru-paru. Ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya
lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah
mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah
kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan
badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat menunjukkan
tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau
didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
12. Observasi sangat penting untuk mengetahui bahwa muntah atau gumoh
berlebihan pada bayi yang mengarah pada hal patologis. Tak perlu
dikhawatirkan jika berat badan bertambah (dalam rentang normal), bayi
tampak senang dan tumbuh kembangnya normal. Sebaliknya, perlu khawatir
jika terjadi penurunan berat badan atau tidak ada kenaikan berat badan,
infeksi dada berulang, muntah disertai darah, bayi dehidrasi dan gangguan
pernafasan misal henti nafas, biru atau nafas pendek, karena sistem
pencernaannya belum sempurna, muntah adalah hal yang lumrah dialami
bayi. Namun, ibu juga perlu waspada adanya faktor penyakit pemicu muntah.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sudarti, Afroh Fauziah.2012. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak Balita.


Yogyakarta: Nuha Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta

Nur Muslihatun, Wafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai