Anda di halaman 1dari 6

 Pengertian Identitas Nasional

Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam
kamus Maya Wikipedia dikatakan “ identity is an umbrella term used throughout the sosial
sciences to describe a person’s conception and expression of their individuality or group
affiliations ( such a national identity and curtural identity)”. Dalam arti terminologi
antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran
diri, golongan, kelompok, komunitas, atau negaranya sendiri.

Kata Nasional dalam identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-
kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan , baik fisik seperti
budaya, agama, bahasa, maupun nonfisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Identitas
Nasional Indonesia bisa disebut juga sebagai jati diri bangsa Indonesia dapat ditemukan
dalam berbagai literature, baik dalam bentuk bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun
dalam bentuk bahasan tentang pemerintahan Indonesia.

Identitas Nasional bangsa Indonesia merupakan salah satu identitas yang telah melekat
pada Negara Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Ungkapan Bhineka Tunggal Ika dalam
lambang Nasional terletak pada simbol Burung Garuda dengan lima simbol yang mewakili
sila-sila dalam dasar Negara Pancasila.

Beberapa bentuk identitas Nasional Indonesia, adalah:

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan, yaitu Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu yang digunakan sebagai bahasa pergaulan
yang kemudian diangkat sebagai bahasa nasional pada tanggal 28 Oktober 1928.

2. Bendera Negara, yaitu Sang Merah Putih.

Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Bendera merah putih pertama kali
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.

3. Lagu Kebangsaan Indonesia, yaitu Indonesia Raya.

Lagu Indonesia sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28
Oktober 1928.

4. Lambang Negara, yaitu Garuda Pancasila.

Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan sebagai lambang Negara.

5. Semboyan Negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukkan Indonesia adalah bangsa yang
heterogen namun tetap berkeinginan untuk menjadi bangsa satu, yakni Indonesia.
6. Dasar Falsafah Negara, yaitu Pancasila.

Berisi lima sila yang dijadikan sebagai dasar falsafah dan ideology dari Negara Indonesia.
Selain itu Pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara san ideology Nasional.

7. Hukum Dasar Negara, UUD 1945.

Merupakan hukum dasar tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan dan dijadikan
sebagai pedoman penyelanggaran Negara.

8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat.

Bentuk Negara kita adalah kesatuan, bentuk pemerintahan adalah republic, dan sistem
politik yang digunakan adalah sistem demokrasi.

9. Konsepsi Wawasan Nusantara.

Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa, serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan Nasiaonal.

10. Kebudayaan Daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan Nasional.

Sebagai Negara Kesatuan Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa, sehingga Indonesia
memiliki kebudayaan daerah yang sangat kompleks.

11. Ketahanan Nasional; MPR RI

Pada tahun 1973 menetapkan Ketahanan Nasional sebagai konsepsi, metode, dann cara
dalam pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus
identitas Nasional di dalam menghadapi segala ancaman gangguan, hambatan, dan
tantangan.

b. Faktor Pembentuk Identitas Nasional

Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas, serta keunikan sendiri-
sendiri, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional
tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia adalah:

1. Faktor objektif

Faktor objektif sendiri meliputi faktor geografis, dan demografis, kondisi geografis ekologis
yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di
persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut memengaruhi
perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan cultural bangsa.

2. Faktor subjektif
Faktor subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Faktor historis ini memengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa
Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di dalamnya.
Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses pembentukan
masyarakat, bangsa dan Negara bangsa beserta identitas bangsa di Indonesia.

Berdasarkan parameter sosiologi, faktor-faktor pembentuk identitas nasional adalah:

1. Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak
lama) yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal
sebagai bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa (kurang lebih 300) dan setiap suku
bangsa memiliki adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda-beda, tetapi
terintegrasi dalam suatu Negara Indonesia

2. Kebudayaan, yang menurut ahli sosiologi termasuk di dalamnya adalah ilmu


pengetahuan, teknologi, bahasa, kesenian, mata pencarian, peralatan/perkakas, sistem
kepercayaan, adat-istiadat, dan lain-lain. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional
harus yang merupakan milik bersama (bukan individu/pribadi).

3. Bahasa, yang merupakan keistimewaan manusia dalam berkomunikasi dengan


sesamanya. Bahasa memiliki simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu
melambangkan arti apa pun.

4. Kondisi geografis, yang menunjukkan lokasi Negara dalam kerangka ruang, tempat,
dan waktu, sehingga maenjadi jelas batas-batas wilayahnya di muka bumi.

 Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas
sehingga bangsa sehingga dengan ciri-ciri khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa
lain dalam kehidupannya. Diletakkan dalam konteks yang mendiami wilayah yang sangat
luas yang terdiri dari 13.667 pulau dengan 358 suku bangsa yang berbeda dalam
penganutan dan pengamalan agama, mitos, tradisi, bahasa, dan kondisi sosialnya, maka
identitas nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan
berkembang semenjak sebelum masuknya agama-agama besar di bumi Indonesia. Nilai-
nilai dari ratusan suku bangsa itu kemudian “dirakit dan dihimpun” dalam satu kesatuan
Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhineka Tunggal
Ika.

Hal itu terbukti di dalam sejarah kelahiran faham kebangsaan di Indonesia yang berawal
dari berbagai pergerakan seperti Boedi Oetomo (1908) yang berbasis subkultur Jawa,
Serekat Dagang Islam (1911) yaitu kaum pedagang Islam, Muhammadiyah (1912) dari
subkultur Islam modemis, indische Party (1912) dari subkultur campuran Indo Belanda,
Indo Chinese, Indo Arab dan Indonesia Asli yang mencerminkan elemen politis
nasionalisme non rasial yang berselogan “tempat yang member nafkah yang menjadikan
Indonesia sebagai tanah airnya”,

Dari keanekaragaman subkultur, maka terkristalisasikan eksistensi nation-state Indonesia


yaitu nasionalisme. Apapun subkulturnya, tetap bernusa satu, berbangsa satu dan
berbahasa satu-Indonesia sehingga itulah cetusan identitas nasional.

 Proses Berbangsa dan Bernegara

⦁ Masa sebelum kemerdekaan

Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan lebih berorientasi
pada perjuangan dalam melawan penjajah. Dari tinjauan sejarah zaman Sriwijaya pada
abad VII dan Kerajaan Majapahit abad XIII telah ada upaya untuk menyatukan nusantara.
Namun para penguasa belum memiliki kemampuan yang cukup untuk mempertahankan
kejayaan yang telah dicapai yang menyebabkan kehancuran. Di samping itu kehancuran
juga disebabkan karena kerajaan tradisional tersebut belum memahami konsep
kebangsaan dalam arti luas.

Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang sejak Sumpah Pemuda
dikumandangkan ke seluruh nusantara. Dalam periode selanjutnya secara nyata mulai
dipersiapkan kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Jepang, yaitu dengan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dan
puncaknya adalah ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945.

⦁ Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang

Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan hakikat
pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberi ilmu tentang tata negara,menumbuhkan kepercayaan dan jati diri bangsa
serta moral bangsa,maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan
kejayaan Indonesia dalam proses berbangsa dan bernegara.

Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan negara yang akan melangkah
maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang
lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk
menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut
memiliki. Masyarakat
harus disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan
keinginan untuk melindungi serta mempertahankan negara itu sendiri. Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana yang tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada masyarakat
sehingga proses berbangsa dan bernegara dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahakan dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Kesadaran
terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat mulai menyadari bagaimana
posisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya serta apa yang dilakukan ke
depan. Penciptaan suatu identitas bersama berkisar pada perkembangan keyakinan dan
nilai – nilai yang dianut bersama yang dapat memberi suatu perasaan solidaritas sosial
pada suatu masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu identitas bersama menunjukkan
bahwa individu – individu tersebut setuju atas pendefinisian diri mereka yang saling diakui,
yakni suatu kesadaran mengenai perbedaan dengan orang lain, dan suatu perasaan akan
harga diri.

Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan identitas bersama.

Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada:

⦁ Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih

⦁ Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila

⦁ Lambang negara yaitu Garuda Pancasila

⦁ Slogan / semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika

⦁ Sarana komunikasi / bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia

⦁ Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya

⦁ Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura,


Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain.

Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat
mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan
bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jatidiri serta
kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung
upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan
motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
 Politik identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku,
budaya, agama atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk
perlawanan atau sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut.[1]
Identitas dipolitisasi melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk
mendapat dukungan dari orang-orang yang merasa 'sama', baik secara ras,
etnisitas, agama, maupun elemen perekat lainnya. Puritanisme atau ajaran
kemurnian atau ortodoksi juga berandil besar dalam memproduksi dan
mendistribusikan ide ‘kebaikan’ terhadap anggota secara satu sisi, sambil di sisi lain
menutup nalar perlawanan atau kritis anggota kelompok identitas tertentu. Politik
identitas, menurut Abdillah (2002) merupakan politik yang fokus utama kajian dan
permasalahannya menyangkut perbedaan-perbedaan yang didasarkan atas asumsi-
asumsi fisik tubuh, politik etnisitas atau primordialisme, dan pertentangan agama,
kepercayaan, atau bahasa[2]. Politik identitas hadir sebagai narasi resisten
kelompok terpinggirkan akibat kegagalan narasi arus utama mengakomodir
kepentingan minoritas; secara positif, politik identitas menghadirkan wahana mediasi
penyuaraan aspirasi bagi yang tertindas. Fitur dikotomi oposisional menjadi fondasi
utama yang membedakan perasaan kolektivitas ke-kita-an terhadap yang lain.
Tetapi kenyataannya, pada tataran individual di era modernisasi yang serba
mekanik, muncul ‘kegagapan’ untuk memahami struktur masyarakat yang plural,
maka intoleransi semakin meningkat. Pendeknya, terjadi ketidaksesuaian imajinasi
sosial tentang kehidupan sehari-hari manusia modern dan interaksinya dengan
masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai