TAHUN 2022
DISUSUN OLEH:
1.Rosdiana Sitohang,S.Tr.Keb
2.Sarianti Tanja,S.Tr.Keb
4.Siria Teniwut,S.Tr.Keb
5.Endang,S.Tr.Keb
6.Wagiyem,S.Tr.Keb
7.Faridah,S.Tr.Keb
8.Yuliana Reniban,S.Tr.Keb
9.Fatimah,S.Tr.Keb
10.Lilik Tulak,SST
1.Rosdiana Sitohang,S.Tr.Keb
2.Sarianti Tanja,S.Tr.Keb
4.Siria Teniwut,S.Tr.Keb
5.Endang,S.Tr.Keb
6.Wagiyem,S.Tr.Keb
7.Faridah,S.Tr.Keb
8.Yuliana Reniban,S.Tr.Keb
9.Fatimah,S.Tr.Keb
10.Lilik Tulak,SST
(Syamsidar, S.Tr.Keb)
(Meirna Eka F,SST,M.Keb) NIP. 19780410 200903 2 004
BAB I
PENDAHULUAN
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
o. Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan (Harmoko,
hal 23; 2012).
8) Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas
dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu
mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim
bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan
komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi,
ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
1) Karakteristik pemberi pesan :
- Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
- Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
- Selalu menerima dan meminta timbal balik.
2) Karakteristik pendengar
- Siap mendengarkan
- Memberikan umpan balik
- Melakukan validasi
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status
sebagai istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legimate power), ditiru
(referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa
(coercive power), dan efektif power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.
- Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan anggota keluarga.
- Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.
- Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Friedman, dalam
Harmoko hal 19; 2012).
5. Tahap dan perkembangan keluarga
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami
istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan
keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga
dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal
ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai
anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di
Indonesia. Rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama (Cakrawati Dewi, 2014).
Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses
kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak
terpenuhi, atau nutrient-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar
daripada yang didapat. Gizi kurang dibedakan menjadi gizi kurang makro
(makronutrien) dan gizi kurang mikro ( mikro nutrien). Dalam memenuhi asupan
gizinya, tubuh membutuhkan makronutrien, yaitu karbohidrat, lemak, protein dan
mikronutrien, vitamin, yodium, zat besi, seng, asam folat, dan lain sebagainya
(Cakrawati Dewi, 2014).
Penyebab Gizi Kurang
Masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh (Cakrawati, Dewi. 2014).:
1. Penyebab langsung
Makan dan penyakit dapat secara langsung langsung memnyebabkan
gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat
cukup makanan tetapi sering menderita sakit, dapat menderita gizi
kurang. Demikian pula pada anak yang yang tidak memperoleh
cukupmakan, maka daya tahan tubuh akan melemah dan akan
mudah terserang penyakit (Cakrawati, Dewi. 2014).
2. Penyebab tidak langsung
a. Ketahanan pangan keluarga kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluargany dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun
mutu gizi.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik
secara fisik, mental maupun sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem
pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yan
terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Akibat gizi kurang
Menurut Dr. Arisman, MB akibat kurang gizi terhadap proses
tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan berat
badan pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius
(Arisman, M. B. 2010). Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses
(Cakrawati, Dewi. 2014) :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan
sebagai zat pembakar, sehingga otak-otak menjadi lembek dan rambut
mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi
menengah ke atas ratarata lebih tinggi dari pada yang berasal dari
keadaan sosial ekonomi rendah.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan menyebabkan seorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.
Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun
3. Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan dan stres menurun. Sistem imunitas dan
antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti
pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa
kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak
mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi
dapat berakibat terganggunya fungsi otak permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak atau orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan
perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis.
Perbaikan Gizi Kurang
Kegiatan penilaian status gizi menghasilkan status gizi individu.
Individu yang memiliki status gizi yang baik harus terus dipertahankan,
sedangkan yang mempunyai masalah gizi harus diperbaiki agar menjadi
lebih baik. Tujuan perbaikan gizi adalah menghasilkan masyarakat yang
mempunyai status gizi optimal, sehat, dan menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas (Holil muhammad ,2017).
Balita yang menderita gizi sangat kurus mudah terkena penyakit,
sedangkan balita yang kurus atau gizi kurang, pertumbuhan jaringan
tubuhnya akan mengalami keterlambatan. Oleh sebab itu, balita yang
mengalami masalah gizi harus mendapatkan pelayanan untuk
memperbaiki status gizinya (Holil, Muhammad,2017).
Mengatasi masalah gizi pada balita dapat dilakukan melalui
konseling. Masalah gizi dapat diketahui dari hasil pemantauan
pertumbuhan yang dilakukan dengan menggunakan grafik pertumbuhan
anak (GPA). Jika berdasarkan pemantauan GPA anak tumbuh dengan
baik, nasihat selanjutnya adalah memberikan makanan yang sesuai
dengan umur anak sehingga anak akan tumbuh dengan baik. Anak yang
mengalami masalah pertumbuhan, baik masalah gizi kurang maupun
masalah gizi lebih, harus dilakukan penanganan yang khusus (Holil,
Muhammad,2017).
Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain sosial dan
lingkungan yang dapat memengaruhi cara pemberian makan, pola asuh
dan pertumbuhan anak. Oleh sebab itu, penyebab timbulnya masalah gizi
pada anak perlu diketahui sebelum memberikan konseling. Pada waktu
melakukan konseling, ada beberapa hal penting yang harus menjadi
perhatian, yaitu mendengarkan dan belajar dari ibu dengan cara
mengajukan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan meyakinkan bahwa
konselor memahami apa yang dikatakan ibu, serta menggunakan bahasa
tubuh dan isyarat untuk menunjukkan bahwa konselor sangat
memerhatikan dan empati terhadap perasaan ibu. Pada waktu melakukan
konseling juga harus membangun kepercayaan dan memberikan
dukungan dengan cara memuji ibu jika sudah berbuat baik; menghindari
kata yang dapat menyalahkan ibu; menerima apa yang ibu pikirkan dan
rasakan; memberikan informasi dalam bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami; memberikan saran yang terbatas dan bukan bersifat perintah;
serta menawarkan bantuan yang mudah dilakukan (Holil,
Muhammad,2017).
1. Pemenuhan Makan Sebagai Perbaikan Gizi
Banyak cara untuk memperbaiki status gizi, antara lain yang
telah dikembangkan pada standar pertumbuhan WHO 2005
(Kemenkes, 2011). Anjurkan utama yang telah dikembangkan adalah
cara pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping
(MPASI), seperti yang diuraikan pada tabel berikut ini :
A. PENGKAJIAN DATA
Nama pengkaji : Rosdiana Sitohang,S.Tr.Keb
Nim : 202006090247
Tanggal : 17 Januari 2022
Tempat : Jalan Tangkasi No 10B,Kel.Birobuli Selatan,Kota Palu,Selawesi Tengah.
DATA SUBJEKTIF
1. Data Umum
Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. “R”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan
Usia menikah suami : 28 Tahun, istri : 23 Tahun.
Lama pernikahan : 3 Tahun.
Jumlah Anak : 1
Alamat : Jalan Tangkasi No 10B Kel.Birobuli Selatan,Kota
Palu,Sulawesi Tengah
Anggota Keluarga
GENOGRAM
Suami Istri
Anak
Keterangan gambar : Hubungan perkawinan
Anak
a. Tipe keluarga : merupakan keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah,ibu
dan anak kandung
b. Tipe bangsa: suku bangsa Timor yang masih menjunjung tinggi hormat kepada ayah
(ayah selalu diutamakan), patrilineal.
c. Agama: Katolik, dan masing – masing anggota keluarga taat menjalankan ibadah
d. Status sosial ekonomi: Kepala keluarga bekerja sebagai karyawan pada salah satu
perkebunan kelapa sawit sebagai pemanen, yang berpenghasilan antara 2.000.000 -
4.000.000 rupiah
2. Aktifitas rekreasi: keluarga memanfaatkan waktu luang dengan menonton tv dan
bermain dengan anak setelah seharian beraktifitas sebagai sarana rekreasi
3. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Tahap kedua keluarga dengan kelahiran
anak pertama (child bearing family)
b. Tugas perkembangan keluarga: Keluarga bisa memenuhi tugas perkembangan sesuai
tahap perkembangan, yaitu tugas perkembangan keluarga untuk berkumpul dalam
satu keluarga,
c. Riwayat kesehatan keluarga inti:
- Riwayat penyakit keturunan: anggota keluarga tidak ada yang sedang menderita
sakit
- Riwayat imunisasi: anak pertama mendapat imunisasi dasar lengkap,
- Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan: Klinik Perusahaan,
Puskesmas pembantu, dan Puskesmas
d. Riwayat kesehatan keluarga lainnya: dalam keluarga suami dan istri tidak ada yang
sedang menderita penyakit.
4. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah: Tipe rumah semi permanen (kayu ulin) dengan bentuk
bangsalan/memanjang, atap alumunium (sakura roof), ukuran rumah 6x10 m,
rumah bersih, ventilasi berada pada ruang tamu dan dapur sedangkan kamar tidak
memiliki jendela dikarenakan rumah saling terhubung dengan rumah tetangga.
Denah rumah.
wc
Dapur
Tetangga Tetangga
R. Tamu Kamar
1C
Kamar
1C
b. Karakteristik tetangga dan komunitas : budaya setempat tidak ada yang merugikan
kesehatan, kerukunan lingkungan baik yaitu misalnya adanya kegiatan kerja bakti,
gotong royong
c. Mobilitas geografis keluarga: Keluarga belum menetap. Perkumpulan keluarga &
interaksi dengan masyarakat : keluarga berinteraksi dengan baik dengan tetangga
meskipun tidak mengikuti organisasi masyarakat.
d. Sistem pendukung keluarga: Keluarga mempunyai pendanaan untuk kesehatan, dan
terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan melalui jaminan kesehatan yang di
danai oleh perusahaan tempat berkerja.
5. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga: bahasa yang digunakan bahasa daerah (timor dan bahasa
Indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga: keluarga tidak mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi perilaku lingkungan karena sebagai perantau (pendatang) dan
kesibukan dalam bekerja.
c. Struktur peran: peran masing- masing anggota keluarga telah sepenuhnya sesuai
dengan peran masing- masing, Ayah sebagai pencari nafkah sedangkan tugas
perkembangan ibu adalah pengasuhan anak sehari-hari.
d. Nilai atau norma keluarga: tidak ada kebiasaan atau adat dalam keluarga yang
merugikan kesehatan
6. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif: keluarga saling menghargai diantara sesama anggota keluarga,
hubungan suami istri terjalin dengan baik.
b. Fungsi social: keluarga menerapkan norma norma sosial yang ada pada masyarakat
dan tidak ada aturan khusus dalam keluarga. Pergaulan dengan ligkungan baik.
c. Fungsi perawatan kesehatan
- Keluarga belum memahami masalah kesehatan yang ada
- Keluarga kurang memahami pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi pada
anaknya.
- Anak Tn. “R” masih minum ASI dan menolak (tidak suka) makan makanan
tambahan lain
- Ibu “D” mengetahui bahwa anaknya mengalami kekurangan gizi, namun tidak
dapat mengatasinya.
- Ibu “D” mengatakan telah berusaha memberikan susu formula untuk nutrisi
tambahan, tetapi anak menolak (tidak suka).
d. Fungsi reproduksi: jumlah anak satu, dan Ibu “D” merupakan akseptor KB suntik 3
bulan.
e. Fungsi ekonomi: penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari dan bisa menabung untuk keperluan mendadak.
7. Stres dan Koping keluarga
a. Stres jangka pendek: ibu mengetahui bahwa anaknya mengalami kekurangan gizi
dan tidak tahu bagaimana mengatasinya.
b. Kemampuan berespon terhadap situasi stressor: Keluarga tahu bahwa kekurangan
gizi pada anaknya merupakan suatu masalah dan pernah berkonsultasi dengan bidan
desa dan nutritionis dari puskesmas untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Strategi koping yang digunakan: berdiskusi dengan suami dan orang terdekat bila
mengalami masalah.
8. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan: bisa membantu masalah kesehatan
keluarga
9. Pemeriksaan Fisik
Nama : An. “S”
Usia : 18 Bulan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : Nadi : 90 x/menit
Rr : 28 x/menit
S : 36, 7 0c
4) Pemeriksaan Antropometri
Berat badan saat ini : 7,7 kg
Berat badan seharusnya : 9,8-10,8 kg
Standar Deviasi :-3,0 SD
Lila : 12 cm
Panjang badan : 76 cm
LK : 45 cm
LD : 43 cm
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bulat, bentuk simetris, rambut hitam, bersih, sedikit
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, tidak ikterik
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret.
Mulut : Simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada caries dentist.
Telinga : Simetris, bersih
Leher : Tidak ada gangguan gerak, tidak ada pembesaran veba
jugularis
Dada : Tidak ada tarikan intercostal
Perut : Bulat, tidak ada pembesaran abnormal
Punggung : Normal, tidak ada tonjolan abnormal
Ekstermitas Atas : lengkap
Ekstermitas Bawah : lengkap
Pergerakan : Aktif
Genetalia :
Jenis kelamin : Laki-laki
Lubang anus : Ada
Bentuk : Normal
B. DIAGNOSA KEBIDANAN
Analisa data
No Data ( S & O ) Penyebab Masalah
Masalah
1. Data Subjektif: Ibu mengatakan: ketidakmampuan Nutrisi kurang
1. Ibu mengatakan anaknya masih keluarga dari kebutuhan
minum ASI dan menolak (tidak suka) merawat anggota tubuh.
makan makanan tambahan lain keluarga yang
2. Ibu mengetahui bahwa anaknya mengalami
mengalami kekurangan gizi, namun kurang gizi.
tidak dapat mengatasinya.
3. Pola makan anak tidak teratur karena
selalu menolak ketika diberi makan.
4. Ibu “D” mengatakan telah berusaha
memberikan susu formula untuk
nutrisi tambahan, tetapi anak menolak
(tidak suka).
Data Objektif:
Berat badan saat ini : 7,7 kg
Standar Deviasi :-3,0 SD
Lila : 12 cm
Panjang badan : 76 cm
PerumusanDiagnosa
DIAGNOSA
Diagnosa Kebidanan: An. “S” Usia 18 Bulan dengan BGM
Masalah:
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. “S” berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi.
Resiko
1. Gizi Buruk
Dari hasil skor diatas dapat dirumuskan bahwa prioritas masalah yang ada adalah Baduta
dengan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (BGM)
C.
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Respon
dan Waktu
17 Januari Ketidaktahuan 1. Mendiskusikan tentang Keluarga mampu
2022 keluarga - Anemia kehamilan menjelaskan pengertian
Jam. 13.00 mengenali - Tanda penyebab tentang anemia,penyebab
Wita. anemia anemia kehamilan dan dan cara mengatasinya
kehamilan cara mengatasinya
berhubungan - Bahaya yang
dengan ditimbulkan dari
kurangnya anemia kehamilan
informasi 2. Menjelaskan pada ibu Ibu mengerti tentang
tentang tentang cara konsumsi Fe dan
anemia Cara mengkonsumsi pentingnya tablet Fe.
kehamilan dan tab Fe Ibu bersedia
pentingnya Konsumsi mengkonsumsi
talet Fe sayur/makanan yang sayur/makanan yang
membantu penyerapan membantu penyerapan
tab Fe Fe, misalnya sayuran
Menghindari berwarna hijau,buah
makanan/minuman buahan.
yang menghambat Ibu mau menghindari
penyerapan zat besi makanan/minuman yang
yaitu kebiasaan ibu dapat menghambat
minum teh. penyerapan zat besi yaitu
3. Menunjukkan cara kebiasaan ibu minum teh
konsumsi tab Fe, yaitu Ibu mengerti cara
pada malam hari mengkonsumsi tablet
diminum degan air fe,yaitu pada malam hari,
putih di minum dengan air
4. Menjelaskan putih
kebutuhan istirahat Ibu bersedia meluangkan
ibudan meluangkan waktu untuk beristirahat
waktu untuk sesuai kebutuhannya
beristirahat
5. Memberitahu ibu
bahwa bidan akan Ibu bersedia dilakukan
melakukan kunjungan kunjungan ulang pada
ulang 2 minggu yang tanggal 31 Januari 2022.
akan datang dan
melakukan
pemeriksaan Hb ibu.
6. Menganjurkan ibu
untuk melibatkan Ibu bersedia melibatkan
anggota keluarga yang nenek untuk ikut merawat
lain (nenek) untuk ikut kehamilannya dan ikut
memantau mengingatkan pentingnya
kehamilannyamisalnya konsumsitablet Fe dan
menemani periksa gizi ibu hamil
kehamilan ataupun
mengingatkan
pentingnya konsumsi
tablet Fe dan gizi ibu
hamil
7. Menganjurkan ibu
untuk memanfaatkan Ibu bersedia
sarana kesehatan yang memanfaatkan sarana
terdekat, yaitu bidan kesehatan yang terdekat
desa untuk membantu yaitu bidan desa untk
masalah kesehatan membantu masalah
yang dialaminya kesehatan yang
dialaminya
D. EVALUASI
Tanggal Diagnosa SOAP
dan waktu
31 Januari Ketidak tahuan S:
2022 keluarga tentang Pernyataan keluarga bahwa Fe telah dikonsumsi
Jam. 11.00 bahaya gauta sesuai anjuran dan klien juga mengkonsumsi
Wita. keluarga yang sakit makanan yang membantu penyerapan Fe
(hamil dengan Keluarga selalu mengingatkan Ny.D untuk
anemia) mengkonsumsi tab Fe dan bersedia menemani ibu
berhubungan untukmelakukan kunjungan ulang
dengan kurangya O:
informasi tentang nenek menemani ibu saat bidan melakukan
anemia kehamilan kunjungan ulang
Kadar Hb ibu 9,8 gr%
A:
Keluarga menunjukan kemampuan merawat
anggauta keluarganya yang hamil dengan anemia.
P:
Pantau kemajuan yang dicapai keluarga
Pastikan Fe dikonsumsi sesuai anjuran
Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
ke bidan sesuai jadwal yaiu 4 minggu kemudian
Penkes tentang tanda bahaya pada kehamilan
trimester I
DAFTAR PUSTAKA
Simatupang E.J, 2012, ”Penerapan Unsur-Unsur Manajemen”, Penerbit Buku Awan Indah,
Jakarta