Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Gangguan BAB pada Masa Nifas

DISUSUN OLEH :

1. Febri Yulida P07124118193


2. Gina Shofia P07124118199
3. Putu Anggraini P07124118228
4. Riska Amalia P07124118232
5. Salma Mariesa P07124118238

SEMESTER 3 /TINGKAT 2B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN D3 KEBIDANAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan pada organ
reproduksi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
yaitu setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Pada masa ini seorang bidan harus
tetap memberikan asuhan kebidanan yang menyeluruh baik pada ibu maupun bayinya
sesuai dengan langkah dalam manajemen kebidanan mengingat angka morbilitas dan
mortalitas ibu dan bayi yang masih sangat tinggi di masa postpartum ini.
Proses manajemen kebidanan diawali dari mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. Berasal dari data-data
dasar tersebut baik subjektif maupun objektif dilakukan interpretasi kemudian
diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus.
Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi
dan bila memungkinkan akan di lakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien,
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar
terjadi.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian diagnosa ?
2. Pengertian gangguan BAB dan penatalaksanaannya ?

C. Tujuan

1. Agar mengetahui tentang pengertian diagnosa.


2. Agar mengetahui gangguan BAB dan penatalaksanaannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan yang terdiri dari diakui dan telah disyahkan oleh
profesi, berhubungan langsung dengan praktek kebidanan, memiliki ciri khas
kebidanan, didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan dan
dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosa. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori
standar nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu
masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Dalam asuhan kebidanan, kata “masalah” dan “diagnosa”, keduanya
dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai
diagnosa, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang
menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosanya. Selama pelaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu nifas, biasanya bidan akan menemukan suatu kondisi dari
pasien melalui proses pengkajian yang membutuhkan suatu pelaksanaan
tertentu.

B. Gangguan BAB dan Penatalaksanaannya


a. Defekasi atau buang air besar

Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3-4 hari post partum.
Bila ada obstipasi dan timbul koprotestase hingga skibala tertimbun di
rektum, mungkin akan terjadi febris. Lakukan diet teratur, cukup
cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan
per oral atau per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.

Sebagian besar ibu takut untuk BAB karena nyeri perineum dan juga
adanya penekanan waktu persalinan sehingga biasanya BAB tertunda
2-3 hari. Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas,
namun kebanyakan kasus sembuh secara spontan. Untuk membantu ibu
mencegah konstipasi anjurkan ibu untuk tinggi makanan berserat dan
buah-buahan, memperbanyak minum minimal 3 liter perhari.

Wanita yang menderita hemoroid selama kehamilan sering mengeluh


bahwa mereka lebih merasakan nyeri pada masa postpartum. 1 dari 20
wanita mengalami hemoroid untuk pertama kali sewaktu melahirkan
tetapi kebanyakan kasus akan hilang dalam waktu dua atau tiga
minggu.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan buang air besar tertunda

1. Enema pre persalinan


2. Ketakutan akan rasa sakit dan takut jahitan terbuka
3. Kerja usus cendrung melambat setelah melahirkan
4. Perut kosong saat menjelang bersalin.
5. Kadar hormon progesteron yang tinggi dalam tubuh Anda selama
kehamilan dan beberapa waktu setelah melahirkan, dapat
menyebabkan konstipasi
6. Efek samping obat-obatan penghilang rasa sakit tertentu selama
persalinan, dapat memperlambat kerja usus Anda
7. Dehidrasi
8. Otot-otot panggul yang melemah
9. Masalah pada anus, seperti luka atau wasir.
10. Zat besi dalam suplemen prenatal juga bisa menyebabkan Anda
susah buang air besar setelah melahirkan.
11. Perineum (bagian antara vagina dan anus) yang nyeri, atau
menjalani episiotomi saat melahirkan.

c. Cara Mengatasi Susah Buang Air Besar

1. Bergerak
Anda disarankan banyak bergerak untuk mengatasi susah buang air
besar setelah melahirkan, karena banyak duduk atau berbaring
dalam waktu lama dapat membuat risiko konstipasi lebih tinggi.
2. Konsumsi makanan berserat tinggi
Selain itu, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan berserat
tinggi, seperti gandum atau biji-bijian utuh, beras merah, kacang-
kacangan, buah-buahan, dan sayuran setiap hari. Jus apel dan anggur
dapat meringankan sembelit, karena kedua buah ini kaya akan
kandungan sorbitol, yakni pencahar alami yang dapat mengatasi
susah buang air besar.
3. Minum air hangat
Minum air hangat juga dapat mengatasi masalah sembelit. Anda bisa
mencampurkan air hangat dengan perasan lemon, teh herbal, atau
teh chamomile. Perbanyak minum air dapat membuat kotoran Anda
menjadi lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan.
4. Hindari stres
Istirahat dan melakukan relaksasi setelah melahirkan adalah hal
yang penting dilakukan. Stres dan rasa cemas dapat menyebabkan
lebih sulit untuk BAB
Pemberian obat-obatan untuk pengaturan kerja usus kerap kali
bermanfaat pola penanganan yang khas jika belum bekerja dengan baik
pada hari 2-3 post partum.

1. Malam kedua = agarol / emilk of magnesia 15 ml


2. Malam ketiga = tablet colocyl
3. Hari ke empat = suppositana gliverin / sedikit enema (pil yang
4. Dibuat dari bahan yang mudah mencari dan mengandung obat-
obatan untuk dimasukkan ke dalam liang anus) ini penting
untuk menghindarkan gangguan pada kontraksi uterus yang
dapat menghambat pengeluaran cairan vagina.

BAB disebabkan karena motilitas usus berkurang selama paersalinan,


obat anastesi, dan mungkin ibu takut karena sakit atau merusak jahitan.

d. Asuhan yang dilakukan

1. Memperbanyak minum, minimal 3 liter perhari.


2. Meningkatkan makanan yang berserat, seperti buah-buahan.
3. Biasakan BAB tepat waktu, saat pertama kali ada dorongan untuk
BAB.
4. Kalau perlu pemberian laksatif untuk melunakkan feses
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3-4 hari post partum. Bila
ada obstipasi dan timbul koprotestase hingga skibala tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris. Lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi
makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral atau per rektal
atau lakukan klisma bilamana perlu.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan yang terdiri dari diakui dan telah disyahkan oleh
profesi, berhubungan langsung dengan praktek kebidanan, memiliki ciri khas
kebidanan, didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan dan
dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

B. Saran
Demikianlah pembahasan materi dari kami, kami menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharap saran dari pembaca supaya
kiranya kami dapat memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI.

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Nanny lia dwi, vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Selemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai