Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR

A. Pengertian Persalinan
1. Pengertian
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Persalinan dianggap normal jika proses terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit/
persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontrrasi uterus
tidak mengakitbatkan perubahan serviks (marmi, 2012).
2. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan, yaitu :
a. Esktrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
b. Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan
postaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan
otot polos relaksasi.
Pada kehamilan yang kedua hormon tersebut berada dalam
keadaan yang seimbang, sehingga kehamilan bisa dipertahankan.
Perubahan keseimbangan hormon kedua tersebut menyebabkan
oksitosin yang di keluarkan oleh hipofise parst posterior dapat
menimbulkan kontraksi dalam bentuk braxton hicks. Kontraksi ini akan
menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan di mulai, oleh
karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin
sering. Oksitosin bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin
meningkat mulai umur kehamilan minggu ke 15 sampai aterm lebih
lebih sewaktu partus atau persalinan. Disamping faktor gizi ibu hamil
dan keregangan otot rahim dapat memberikan perngaruh penting untuk
mulainya kontraksi rahim. Beberapa teori yang memungkinan
terjaidnya proses persalinan :
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus
yang terus membesar dan menjadi tegang mengakitbatkan
iskemia otot otot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteon
Proses penuaan prasenta terjadi umur kehamilan 28 minggu.
Villi koriales mengalami perubahan perubahan dan produksi
progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Menurunnya konsentasi progesteron akibat tuanya kehamilan
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan
dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu persalinan.
e. Teori Hipotalamus-pituitari dan Glandula suprarenalis
Dari beberapa percobaan disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula
suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f. Teori Berkurangnya Nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsespsi akan
segera dikeluarkan.
g. Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale pleksus frankenhauser yang
terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan. (Sumarah, 2009)
3. Tanda-Tanda Persalinan
a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
1) Terjadi lightening
Menjelang minggu ke 36, tanda primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk
pintu atas panggul..
2) Terjadi his permulaan
Sifat his permulaan atau his palsu:
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datangnya tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda
tanda persalinan
d) Durasinya pendek
e) Tidak bertambah bila beraktivitas
b. Tanda-tanda timbulnya persalinan
1) Terjadinya his persalin (inpartu)an
Ciri-ciri his persalinan :
a) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
b) Sifat his teratur, interval semakin pendek dan kekuatan
semakin besar
c) Terjadi perubahan pada serviks
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, maka kekuatan
hisnya akan bertambah
2) Keluarnya lendir bercampur daeah pervaginam (bloody
show)
3) Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara
berangsur angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah
pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula
panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga hanya
ostium yang tipis seperti keras. (marmi, 2012)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut johariyah (2012:11) faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu :
a. Power ( Tenaga/Kekuatan)
b. Passage (Jalan Lahir)
c. Passenger ( Janin dan Plasenta)
d. Psikis (Psikologis)
Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dari
kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang melahirkan
bayinya. Perasaan positif ini merupakan kelegaan hati, seolah-olah
pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan. Khususnya rasa lega itu
berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu.
Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang
semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti”. Sekarang
menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual.
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat.
e. Penolong Persalinan
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menolong
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini
proses tegantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.

5. Kala Persalinan
Menurut sofian (2013:73) proses persalinan terdiri dari 4 kala diantaranya
adalah :
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
(10 cm). Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar servikalis akibat pergeseran
ketika serviks membuka dan mendatar.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase Laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam
2) Fase Aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase
yaitu:
a) Periode Akselerasi : berlangsung selama 2 jam pembukaan
menjadi 4 cm
b) Periode Dilatasi Maksimal : berlangsung selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan mejadi 10 cm
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama
kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Kepala janin mulai turun dan masuk
keruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu
merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka.
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi Rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
2 kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasa dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta
lepas, terdorong kedepan vagina, dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Menurut Sofian (2012:260) tanda-tanda pelepasan plasenta adalah sebagai
berikut :
1) Rahim menonjol diatas simfisis
2) Tali pusat bertambah Panjang
3) Rahim membundar dan bertambah keras
4) Keluar darah secara tiba-tiba
d. Kala IV (Pengawasan)
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah uri dan bayi
lahir, untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya
postpartum.
Menurut Sofian (2012:82) sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan periksa ulang dahulu dan perhatikan 7 pokok penting beirkut :
1) Kontraksi Rahim : baik atau tidaknya dapat diketahui dengan palpasi
2) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa
3) Kandung kemih harus kosong
4) Luka-luka : jahitan baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak
5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6) Keadaan umum : tensi, nadi, pernapasan, rasa nyeri.
7) Bayi dalam keadaan baik
e. Lama persalinan
Lama persalinan tentu berlainan bagi peimigravida dan multigravida.
Untuk primigravida kala I : 12,5 jam, kala II : 80 menit, kala III : 10
menit, dan kala IV : 14 jam. Sedangkan multigravida kala I : 7 jam 20
menit, kala II : 30 menit, kala III : 10 menit, kala IV : 8 jam.
6. Mekanisme Persalinan
Menurut Marni (2012:185) mekanisme persalinan yaitu :
a. Engagement
Kepala dikatakan telah menancap (engager) pada pintu atas panggul
apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Pada
nullipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot
abdomen masih tegang sehingga bagian presentasi terdorong kedalam
panggul. Pada multipara, yang otot-otot abdomennya lebih kendur kepala
seringkali tetap dapat digerakkan diatas permukaan panggul sampai
persalinan dimulai.
b. Descent (Penurunan)
Pada primigravida, masuknya kepala kedalam pintu atas pangggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala kedalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati PAP, dapat dalam
keadaan sinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah
jalan lahir tepat diantara simfisis dan promontorium.
c. Fleksi
Dengan majunya kepala fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas
lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambhanya fleksi
ialah ukuran kepala lebih kecil melalui jalan lahir, yaitu diameter
suboccipito bregmatika (9,5 cm) fleksi ini disebabkan karena anak
didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir atas
panggul,servik, dinding panggul atau dasar panggul.
d. Putaran paksi dalam
Adalah putaran dari bagian depan memutar ke depan kebawah simpisis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir kususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
dari kepala.
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terhadap sebelah depan atas dimana terdapat meatus genetalis antara
muskulus levator kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bagian tengah panggul adalah diameter antero
posterior.
e. Ekstensi
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan atas sehingga kepala harus melakukan ekstensi
untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak
ke bawah dan satunya disebabkan tahanan daar panggul yang menolaknya
ke atas. Resuitantenya adalah kekuatan kea rah depan atas. Setelah
suboccipout bertahan pada pinggi bawah simpisis maka yang dapat maju
karena kekuatan tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan
suboccipout maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perinium ubun-
ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan
ekstensi.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah simpisis dan
menjadi hypomochlio untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.
7. Kebutuhan dasar ibu bersalin
Menurut sumarah, dkk (2009:55)
a. Kebutuhan fisiologis
1) Oksigen
2) Makanan dan minuman
3) Istirahat selama tidak ada his
4) Kebersihan badan terutama genetalia
5) BAK dan BAB
6) Pertolongan persalinan yang berstandar
7) Penjahitan perinium bila perlu.
b. Kebutuhan rasa aman
1) Memilih tempat dan penolong persalinan
2) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang dilakukan
3) Posisi tidur yang dikehendaki ibu
4) Pendamping persalinan oleh keluarga
5) Pantauan selama persalinan
6) Intervensi yang dilakukan
c. Kebutuhan dicintai dan mencintai
1) Pendamping oleh suami dan keluarga
2) Kontak fisik (memberi sentuhan ringan)
3) Masase untuk mengurangi rasa sakit
4) Berbicara dengan suara yang lemah,lembut serta sopan
d. Kebutuhan harga diri
1) Merawat bayi sendiri dam menyusuinya
2) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu
3) Pelayanan yang bersifat simpati dan empati
4) Informasikan bila akan melakukan tindakan
5) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu
lakukan
e. Kebutuhan aktualisasi diri
1) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan
2) Memilih pendamping selama persalinan
3) Bounding atau attachment
4) Ucapan selamat atas kelahiran anaknya

B. Asuhan Persalinan Normal


1. Pengertian
Menurut Saifuddin (2013:334) asuhan persalinan normal adalah
sesuatu asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
bayi lahir, serta upacaya pencegahan komplikasi terutaa perdarahan
postpartum, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Hal ini
merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan
menangani komplikasi menjadi pencegah komplikasi yang mungkin
terjadi.
2. Tujuan Asuhan Persalinan
Menurut Saifuddin (2013:335) tujuan asuhan persalinan normal adalah
mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya. Melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal.
3. Lima benang merah
Menurut JPK-KR (2016:7) lima benang merah tersebut adalah :
a. Membuat keputusan klinik
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
c. Pencegahan infeksi
d. Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
e. Rujukan
4. Standar Pertolongan Persalinan
Menurut Ratna (2011;64) Standa Pertolongan Persalinan
a. Standar 9 (asuhan saat persalinan)
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah
dimulai.kemudian memberi asuhan dan pemantauan yang
memadai, dengan memerhatikan kebutuhan klien selama proses
persalinan berlangsung.
b. Standar 10 (persalinan yang aman)
Bidan melakukan pertolongan yang aman, dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memerhatikan tradisi setempat.
c. Standar 11 (pengeluaran plasenta dan perengangan tali pusat)
Bidan melalukan perengan tali pusat dengan benar dan membantu
pengeluara plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
d. Standar 12 (penanganan kala II dengan gawat janin melalui
episiotomi)
Bidan mengenal secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II
dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perinium.
5. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan
a. Mengumpulkan Data
Data yang dikumpul pada ibu bersalin adalah sebagai berikut :
biodata, riwayat kesehatan termasuk faktor herediter, riwayat
menstruasi, riwayat obstertii dan ginekologi, termasuk masa nifas
dan laktasi, riwayat biopsikososiospritual, pengetahuan dan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan penunjang seperti
labolatorium, radiologi dan USG.
b. Melakukan interpretasi data dasar
Tahap ini dilakukan dengan melalukan interpretasi data dasar
terhadap kemungkinan diagnosis yang akan ditegakkan dalam
batas diagnosis kebidanan intranatal.
c. Melakukan identitas diagnosis atau masalah potensi
mengantisipasinya
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan masalah
kemudian merumuskan diagnosis potensial berdasarkan diagnosis
masalah yang sudah teridentifikasi pada masa internal.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah
potensial
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melalukan
konsultasi serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan
kondisi pasien.
e. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang dilakukan secara menyeluruh adalah
berdasarkan identifikasi masalah dan diagnosa serta dari kebutuhan
pasien.
Secara umum, rencana asuhan menyeluruh pada tahap intranatal
adalah sebagai berikut :

1) Kala 1
Memberikan dukungan, mendengarkan keluhan
ibu,memberikan posisi yang nyaman bagi ibu, ajarkan ibu,
menjelaskan kemajuan persalinan, memperbolehkan ibu untuk
mandi, BAB, atau BAK, menggunakan kipas angin atau AC
untuk mengurangi rasa panas ibu, memenuhi kebutuhan cairan
dan makanan, melakukan pemantauan tekanan darah, suhu,
DJJ, kontraksi dan pembukaan serviks.sedangkan pemeriksaan
dalm sebaiknya dilakukan selama 4 jam selama kala 1
padapersalinan. Kemudian dokumentasikan hasil temuan pada
partograf.
2) Kala II (dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahir
bayinya).
a) Memberikan dukungan kepada ibu
b) Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi
c) Menjaga privasi ibu,, menjelaskan proses dan kemajuan
persainan, menjelaskan tentang prosedur yang akan
dilakuan dan keterlibatan ibu
d) Mengatur posisi dan membimbing mengejan
e) Mengatur posisi agar rasa nyeri berkurang, mudah
mengejan, menjaga kandung kemih agar tetap kosong,
menganjurkan berkemih sesering mungkin, memberikan
cukup minum untuk memberikan tenaga dan mencegah
dehidrasi.
C. Langkah-langkah petolongan persalinan menurut APN
Menurut JNPK-KR (2012, hal. 18) menyatakan 60 langkah persalinan
normal, yaitu :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persainan kala II
2. Memastikan kelengkapan persalinan, bahan, dan obat obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalksaan komplikasi ibu dan bayi
baru lahir.
3. Memakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan handuk pribadi bersih dan kering.
5. Memakai sarung tangan desinpektan tingkat tinggi (DTT) pada yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik dan letakkan di partus
set/wadah DTT.
7. Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati hati dari
depan belakang dengan menggnakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
9. Mendokumentasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,
kemudian melepaskan dan merendam dalam keadaan terbalik kedalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah
sarung tangan dilepaskan.
10. Memastikan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi.
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
13. Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran.
14. Menganjurka ibu untuk bejalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih di bawah perut ibu, jika kepal bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain 1/3 bagian sebagai alas bokong.
17. Membuka tutup partus dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan
18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi untuk membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan
dangkal.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
21. Setelah kepala bayi lahir, menunggu putaran paksi luar yang
berlangsung secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, penegangan secara
bipariental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut, gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga batu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah perenium
ibu untuk menyanggar kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memengang peranan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas berlanjut ke
punggung bokong, tungkai, dan kaki, memegang kedua mata kaki
telunjuk diantara kaki dan pegang masing masing mata kaki ibu jari
dan jari jarinya.
25. Melakukan penilaian (sepintas)
26. Mengeringkan tubuh bayi, bungkus kepala bayi, kecuali bagian tali
pusat.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntuk oksitosiin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10
unit dalam di 1/3 distal lateral paha.
30. Setelah 2 menit sejak bayi lahir, memegang tali pusat dengan satu
tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian jari telunjuk dan
jari tengah tangan lain menjebit tali pusat dan geser 3 cm proksimal
dari pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan
klem ini pada porsinya, gunakan jari telunjuk dan tengan tangan lain
untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu dan klem tali pusat pada
sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Memotong dan pengikatan tali pusat.
32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontraksi kulit dan bayi
melakukan insiasi menyusui dini (IMD).
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu untuk
mendeteksi kontraksi.
35. Setelah uterus berkontaksi, merengangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atassecara
hati hati.
36. Melalukan penengangan dan dorongan dorso-kranial, hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dari
arah sejajar lantai kemudiian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir.
37. Saat plasenta muncul intronius vagina, melahirkan plasenta dengan
kedua tangan.
38. Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, melakukan
massage uterus hingga uterus berkontraksi.
39. Memeriksa kedua sisi plasenta, pastikan plasenta lahir lengkap,
masukan plasenta pada tempatnya.
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perenium.
Melakukan penjahitan bila terjadi laserasi dan menimbulkan
perdarahan.
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42. Mencelupakan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam klorin 0,5%
selama 10 menit.
43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih
kosong
44. Massase uterus dan menilai kontraksi.
45. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-
60 kali/menit)
48. Menempatkan semua peralatan bekaspakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit), kemudian cuci dan bilas
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
50. Memberihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh ibu dengan air
DTT, memberihkan darah ketempat bersalin, membantu ibu memakai
pakaian kering dan bersih.
51. Memastikan ibu merasa nyaman,membantu ibu memberikan air susu
ibu. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan
minuman.
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Mencelupkan dan melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik bayi.
56. Dalam 1 jam pemberian salep mata, vitamin K 1 mg IM di paha kiri
bawah lateral.
57. Setelah 1 jam pemberian Vitamin K, memberikan suntikan Hepatitis B
di paha kanan bawah lateral.
58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi partograf, persiksa tanda vital dan asuhan kala IV
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN KALA II
PADA NY. M UMUR 30 TAHUN HAMIL 40 MINGGU
DI PMB “Z”

PENGKAJIAN
Hari/ Tanggal : Minggu, 29 September 2019

Pukul : 23.30 WITA

IDENTITAS
Istri Suami

Nama Ny. M Tn. Y

Umur 30 Tahun 35 Tahun

Pendidikan SMA Sederajat SMA Sederajat

Pekerjaan IRT Swasta

Suku/Bangsa Banjar / Indonesia Banjar/ Indonesia

Agama Islam Islam

Alamat Sungai Sipai

PROLOG

Ibu G2P1A0 hamil 40 minggu datang ke PMB “Z” tanggal 29 September 2019
pukul 23.30 WITA ibu mengeluh perut kencang-kencang, keluar lendir dan perut
terasa mules menjalar sampai kepinggang sejak 19.30 WITA. Selama 4 jam ibu
merasakan perut kencang-kencang, keluar lendir dan mules menjalar sampai
kepinggang HPHT : 16-12-2018, TP : 23-9-2019, Ini merupakan kehamilan
kedua. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan hasil, TD : 110/80 mmHg, N :
90 x/menit, R : 20x/menit, T: 36,7oC, hasil pemeriksaan dalam 10 cm (pembukaan
lengkap), kepala berada di hodge III. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan dan alergi.
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perut semakin mules dan sangat ingin mengedan

OBJEKTIF
KU baik, kesadaran composmentis, TD : 110/80 mmHg, N : 90x/menit, P
:20x/menit, S :36,7 ˚C, muka tidak ada oedem, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, bagian fundus teraba bokong, TFU 28 cm, punggung kanan,
persentasi kepala, sudah masuk PAP (Pintu Atas Panggul) di hodge III, TBJ 2.635
gram, DJJ 140x/menit terdengar teratur, his teratur 4x dalam 10 menit dengan
lamanya 45 detik, hasil periksa dalam : porsio teraba tipis , pembukaan 10 cm,
ketuban (-), tidak ada penyusupan, kandung kemih kosong.

ANALISA
G2P1A0 Hamil 40 minggu Inpartu Kala II Fisiologis

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga. Ibu mengerti
2. Mengobservasi keadaan umum, TTV, HIS, dan DJJ. Ibu mengerti
3. Memposisikan ibu senyaman mungkin untuk mengedan. Ibu memilih posisi
litotomi
4. Memimpin ibu mengedan yang baik ketika ada his kuat dan menganjurkan
ibu istirahat jika tidak ada his. memberitahu ibu cara meneran yang benar
yaitu menutup mulut, tidak mengeluarkan suara agar tidak kelelahan, mata
tetap terbuka, meletakkan tangan ibu pada paha bagian bawah dan tarik paha
ibu jika terasa sakit, mengangkat kepala dan menempelkan dagu ke dada
sambil melihat perut ibu serta larang ibu untuk mengangkat bokong saat
meneran. Ibu mengerti dan melakukan sesuai yang diajarkan
5. Menjaga kandung kemih tetap kosong. Ibu mengerti
6. Menjaga kebersihan diri. Ibu memahami
7. Memberikan dukungan terus-menerus untuk mengurangi kecemasan dan
ketakutan ibu
8. Menganjurkan anggota keluarga menemani ibu selama proses persalinan. Ibu
dan keluarga mengerti
9. Menawarkan minum untuk mencegah dehidrasi, mengusap, memijat ibu. Ibu
dan keluarga mengerti
10. Menolong persalinan menurut standar persalinan APN.
11. Melakukan dokumentasi dengan metode SOAP.

Anda mungkin juga menyukai